Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PPOK

A. LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP LANJUT USIA

1. Pengertian
Lanjut Usia Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan
tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial,
lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu
struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya
menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh
aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).

2. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat kategori,
yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

3. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
4. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tidak acuh
5.Mitos Lansia
1) Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2) Mitos konservatisme dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3) Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4) Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5) Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah
berkurang
6) Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7) Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

6. Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007), yaitu:
1) Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse) dan
disalahgunakan (abuse).
2) Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu dimana
hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus
telah menurun.
3) Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita dilahirkan
dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia hidup kita telah ditentukan
secara genetik.
4) Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal
bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan
dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau
bertambahnya satu elektron pada molekul lain.

7. Tugas Perkembangan Lanjut Usia


Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter dan
Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem
tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit,
tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin
perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya.
Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang Universitas Sumatra
Utara menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia Beberapa lansia menemukan kesulitan
untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan
ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta
cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan
dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
8. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa.
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya yang
telah dewasa
9. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya
mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru.
Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui
kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
10. Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:
a. Mudah Jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka
b. Mudah Lelah Disebabkan oleh:
a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
b) gangguan organis
c) pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun Disebabkan oleh:
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau
kelesuan
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
d) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun) Universitas Sumatra Utara
d. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan Disebabkan oleh:
a) Presbiop
b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
c) Kekeruhan pada lensa (katarak)
d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
8. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni:
a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan
ketidakseimbangan tiroid
c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen
d. berbagai macam neoplasma
9. Pengkajian Pengkaajian Pada Lansia
a. Pengkajian Status Fungsional (KATZ INDEKS)
Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tersebut.

D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar
kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.

Lain – Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F
Lain atau G

b. Pengkajian Fungsi Kemandirian ( BARTHEL INDEKS)

Dengan
No Kriteria Mandiri Tidak mampu
Bantuan
1 Makan 10
2 Minum 10
3 Berpindah dari kursi roda
10
ke tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka,
menyisir rambut, gosok 10
gigi)
5 Keluar masuk toilet
(membuka pakaian, 10
menyeka tubuh, menyiram)
6 Mandi 10
7 Jalan di permukaan datar 5
8 Naik turun tangga 10
9 Mengenakan pakaian 10
10 Kontrol bowel (BAB) 10
11 Kontrol bladder (BAK) 10
12 Olah raga/Latihan 5
13 Rekreasi/pemanfaatan
10
waktu luang
20 : mandiri
12 -19 : ketergantungan ringan
9 – 11 : ketergantungan sedang
5–8 : ketergantungan berat
0 –4 : ketergantungan total
c. Pengkajian status kongnitif ( SPMSQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 01 Tanggal berapa hari ini?
 02 Hari apa sekarang ini?
 03 Apa nama tempat ini?
 04 Dimana alamat anda?
 05 Berapa umur anda?
 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 09 Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
 10
angka baru, semua secara menurun
9 1
Penilaian SPMSQ :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektuan sedang
Salah 9-10: kerusakan intelektual berat
d. Pengkajian status psikologis (GDS)
NILAI RESPON
No. Keadaan yang dialami selama seminggu
YA TIDAK
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? 0 1
2. Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan hobi anda ? 1 0
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? 1 0
4. Apakah anda sering merasa bosan ? 1 0
5. Apakah anda masih memiliki semangat hidup ? 0 1
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
6. 1 0
anda?
7. Apakah anda merasa bahagia utuk sebagian besar hidu anda ? 0 1
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? 1 0
Apakah anda lebuh suka tinggal di rumah, daripada pergi keluar
9. 1 0
untuk mengerjakan sesuatu yang baru ?
Apakah ana merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
10. 1 0
ingat anda dibandingkan orang lain ?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan ? 0 1
12. Apakah anda merasa tidak berharga ? 1 0
13. Apakah anda merasa penuh semangat ? 0 1
14. Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada harapan ? 1 0
Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaannya
15. 1 0
daripada anda ?
SKOR
Interpretasi
1) Normal :0-4
2) Depresi ringan :5-8
3) Depresi sedang : 9 - 11
4) Depresi berat : 12 – 15

e. MMSE (Mini Mental Status Exam)


ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN
1 Menyebutkan dengan benar:
Tahun ()
Musim ()
Orientasi 5 5
Tanggal (  )
Hari ()
Bulan ()
Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia ()
Propinsi Jawa Barat ()
Orientasi 5 5
Kota Bandung ()
Kel. Balonggede ()
RW 03 / RT 01 ()
2 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek
Registrasi 3 3
tadi (untuk disebutkan)
Meja (  )
Kursi ( )
Buku (  )
3 Minta klien untuk memulai dari angka
100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
Perhatian dan 93 ()
5 5
kalkulasi 86 ()
79 ()
72 ()
65 ()
4 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
Mengingat 3 3 benar, 1 point untuk masing-masing
obyek.
 Meja (  )
 Kursi (  )
 Buku (  )
5 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
Buku (  )
Bolpen (  )
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: ”tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar, nilai 1 point.
 tak ada, jika, atau, tetapi(  )
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
”ambil kertas di tangan anda, lipat
Bahasa 9 9 dua dan taruh di lantai”
Ambil kertas di tangan anda ( )
Lipat ( )
Taruh di lantai ( )
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
”tutup mata anda” (  )
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat atau menyalin gambar
Tulis satu kalimat (  )
Menyalin gambar (  )
TOTAL NILAI 30 30

Interpretasi hasil: 30 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik


Keterangan:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

f. APGAR KELUARGA
NO. URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada


keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
saya & mengungkap- kan masalah dengan
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya menerima & mendukung GROWTH
keinginan saya untuk melakukan aktivitas /
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION
berespons terhadap emosi-emosi saya seperti
marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya &
saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE
PENILAIAN :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab : TOTAL
 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 Hampir Tidak Pernah : Skore 0

Analisa hasil
Skor 8-10 : fungsi sosial normal
Skor 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor 0-4 : fungsi sosial kurang
LAPORAN PENAHULUAN PPOK
A. Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan
keluar udara paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menimbulkan
obstruksi saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan emfisema
pulmonum.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi
beberapa waktu.
Penyakit paru-paru obstruksi menahun merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang terdapat
pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi peru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling
memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.
C. Patofisiologi / Pathways
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan
akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada
saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi
gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

Faktor
predisposisi

Edema, spasme bronkus,


peningkatan secret
bronkiolus

Obstruksi bronkiolus awal


Bersihan fase ekspirasi
jalan napas
tidak efektif Udara terperangkap
dalam alveolus

Suplai O2 jaringan PaO2 rendah Sesak napas,


rendah PaCO2 tinggi napas pendek

Gangguan
metabolisme Gangguan
Hipoksemia jaringan pertukaran
gas
Metabolisme
anaerob
Insufisiensi/ga Pola
Produksi ATP gal napas napas
menurun tidak
efektif
Defisit energi

Lelah, lemah Risiko


perubahan
nutrisi
Intoleransi kurang dari
aktivitas Kurang
kebutuhan
Gangguan perawatan
tubuh
pola tidur diri
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
a) Kelemahan badan
b) Batuk
c) Sesak napas
d) Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e) Mengi atau wheeze
f) Ekspirasi yang memanjang
g) Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
h) Penggunaan otot bantu pernapasan
i) Suara napas melemah
j) Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
k) Edema kaki, asites dan jari tabuh.

E. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang
menebal.
b. Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.


Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b. Corakan paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan
KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM
(kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih
jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas
kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.

3. Analisis gas darah


Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi
umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.
Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBB inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi
juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 – 2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.
G. Asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor predisposisi:
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga.
- Riwayat Asthma pada anak-anak.
b. Riwayat atau adanya faktor presipitasi/ pencetus:
- Alergen.
- Stress emosional.
- Aktivitas fisik yang berlebihan.
- Polusi udara.
- Infeksi saluran nafas.
c. Pemeriksaan fisik :
1) Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
 Peningkatan dispnea.
 Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
 Penurunan bunyi nafas.
 Takipnea.
2) Gejala yang menetap pada penyakit dasar:
a) Asthma
 Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada
seperti terikat.
 Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa
stetoskop.
 Pernafasan cuping hidung.
 Ketakutan dan diaforesis.
b) Bronkhitis
 Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang
biasanya terjadi pada pagi hari.
 Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
 Sesak nafas
c) Bronkhitis (tahap lanjut)
 Penampilan sianosis
 Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema
asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).
d) Emphysema
 Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter
thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi
paru-paru).
 Fase ekspirasi memanjang.
e) Emphysema (tahap lanjut)
 Hipoksemia dan hiperkapnia.
 Penampilan sebagai “pink puffers”
 Jari-jari tabuh.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Test faal paru
a) Kapasitas inspirasi menurun.
b) Volume residu: meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma.
c) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru
Obstruktif Kronik
d) FVC awal normal  menurun pada bronchitis dan astma.
e) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
2) Transfer gas (kapasitas difusi).
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

Transfer gas (kapasitas difusi) menurun.

3) Darah:
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah  gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri  SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian diuretika pada cor pulmonale.
4) Analisa Gas Darah:
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal
asidosis, alkalosis respiratorik ringan.
5) Sputum:
Pemeriksaan gram kuman/ kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen berlebih: Streptococcus pneumoniae, Hemophylus
influenzae, Moraxella catarrhalis.
6) Radiologi:
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru.
Pada emphysema paru :

 Distensi meningkat
 Diafragma letak rendah dan mendatar.
 Ruang udara retrosternal bertambah (foto lateral).
 Jantung tampak memanjang dan menyempit.
7) Bronkogram: menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi
kuat.
8) EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-
pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
9) Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

e. Pengkajian Pola Fungsional


1) Aktivitas dan Istirahat:
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda: Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/ kehilangan masa
otot
2) Sirkulasi:
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda: Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung Distensi
vena leher, sianosis perifer
3) Integritas ego:
Gejala/tanda: Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
4) Makanan/cairan:
Gejala: Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan
karena distress pernafasan, Penurunanan BB menetap (empisema) dan
peningkatan BB karena edema (Bronkitis)
Tanda: Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan
massa otot
5) Hygiene:
Gejala: Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas tubuh
Tanda: Kebersihan buruk, bau badan
6) Pernafasan:
Gejala: Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode
serangan asthma, rasa dada tertekan/ ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut
selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah
banyak (bronchitis), episode batuk hilang timbul dan tidak produktif
(empisema), Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin.
Tanda: Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fase ekspirasi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir (empisema) Pengguanaan otot Bantu
pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas,
Ronki, wheezing, redup Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak,
dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan). Kesulitan bicara 94 – 5
kalimat, Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh
7) Seksualitas:
Tanda/Gejala: Libido menurun
8) Interaksi sosial:
Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung
Tanda: Keterbatasan mobilitas fisik Kelalaian hubungan antar keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
batuk, peningkatan produksi mukus/ peningkatan sekresi lendir.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ketidakseimbangan
antara suplay oksigen dan kebutuhan.
d) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja
pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
e) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
f) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya
immunitas tubuh
g) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kondisi, perkembangan dan perawatan penyakit dirumah.

3. Intervensi Keperawatan
DP: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tujuan dan kriteria hasil :
NOC: Respiratory status: Airway patency adequat, Ventilasi efektif, Aspiration
control efektif.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan kepatenen jalan
nafas pasien efektif, dengan kriteria hasil: tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak
sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada
pernafasan cuping hidung, SpO2 >95%, dahak bisa keluar.

Intervensi (NIC) Rasional

1. Observasi tanda-tanda vital Memberi informasi tentang pola pernafasan


terutama respiratory rate pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.
2. Auskultasi area dada atau paru, Ronkhi dan mengi dapat terdengar saat
catat hasil pemeriksaan inspirasi dan inspirasi pada tempat
konsolidasi sputum,.
3. Latih pasien batuk efektif dan nafas Memudahkan bersihan jalan nafas dan
dalam ekspansi maksimum paru
4. Lakukan suction sesuai indikasi - Mengeluarkan sputum pada pasien tidak
sadar atau tidak mampu batuk efektif
5. Memberi posisi semifowler atau Meningkatkan ekspansi paru
supinasi dengan elevasi kepala
6. Anjurkan pasien minum air hangat Air hangat dapat memudahkan pengeluaran
7. Kolaborasi : secret
Bantu mengawasi efek pengobata - Memudahkan pengenceran dan
nebulizer dan fisioterapi nafas pembuangan secret
lainnya.
Berikan obat sesuai indikasi, seperti- Proses medikamentosa dan membantu
mukolitik, ekspektoran, mengurangi bronkospasme, mengurangi
bronkodilator, analgesik distress respirasi
Berikan O2 lembab sesuai indikasi Meningkatan konsentrasi oksigen murni
yang dihirup pasien

DP : Gangguan Pertukaran Gas


Tujuan dan kriteria hasil:
NOC : Respiratory status: Gas Exchange adequat, Ventilasi adequat, Vital Sign
status terkontrol, Keseimbangan asam basa terkontrol.
Setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan pertukaran gas adequat dengan kriteria
hasil :ventilasi adequat, GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2
= 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien
tidak sesak dan rileks.

Intervensi (NIC) Rasional

1. Kaji frekuensi, kedalaman, Memberi informasi tentang pernapasan


kemudahan bernapas pasien. pasien.
2. Observasi warna kulit, membran Kebiruan menunjukkan sianosis.
mukosa bibir.
3. Berikan lingkungan sejuk, nyaman, Untuk membuat pasien lebih nyaman.
ventilasi cukup.
4. Tinggikan kepala, anjurkan napas Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran
dalam dan batuk efektif. sekret.
5. Pertahankan istirahat tidur. Mencegah terlalu letih.
6. Kolaborasikan pemberian oksigen Mengevaluasi proses penyakit dan
dan pemeriksaan lab (GDA) mengurangi distres respirasi

DP : Intoleransi Aktifitas
Tujuan dan kriteria hasil:
NOC: Self Care: ADL terpenuhi, Toleransi terhadap aktifitas meningkat.
Setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan pasien mampu bertoleransi terhadap
aktifitas dengan kriteria hasil : mampu melakukan aktifitas ADL secara mandiri,
berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tensi, nadi dan repirasi
rate, mampu menjaga keseimbangan aktifitas dan istirahat.

Intervensi (NIC) Rasional

1. Kaji faktor yang menyebabkan Penyebab yang tepat akan memudahkan


kelelahan pasien baik fisik maupun dalam memilih intervensi yang efektif
emosi yang berlebihan
2. Monitor respon kardiovaskuler terhadap Peningkatan tensi, nadi dan frekwensi
aktifitas pernapasan setelah aktifitas merupakan
tanda awal dari kondisi intoleransi.
3. Monitor kebutuhan dan kecukupan Nutrisi yang memadai akan menyokong
nutrisi dan sumber nutrisi kemampuan seseorang untuk
beraktifitas secara optimal
4. Monitor pemenuhan kebutuhan tidur Kebutuhan tidur dan istirahat yang
dan istirahat memadai mendukung penggunaan
energi yang efektif
5. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan Respon fisik maupun psikis yang
spiritual berlebihan akan meningkatkan
6. Bantu dan dukung dalam pemenuhan kelelahan
kebutuhan ADL serta beri pujian setiap Kebutuhan yang terpenuhi akan
mampu memenuhi secara mandiri menurunkan stres dan meningkatkan
7. Kolaburasikan dengan rehabilitasi kesegaran fisik serta reinforcement
medik untuk merencanakan porgram positif akan meningkatan motivasi
fisioterapi yang tepat. Program latihan peningkatan
kemampuan fisik yang tepat sangat
membantu proses pemulihan.
DP : Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tujuan dan kriteria hasil:
NOC:Nutritional status: Adequacy of Nutrient, Adequacy food and intake ,
Weight Control
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien adekuat dengan kriteria hasil: nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal,
mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas

Intervensi (NIC) Rasional

1. Kaji penyebab mual muntah pasien Untuk menentukan intervensi selanjutnya


2. Berikan perawatan mulut Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
3. Bantu pasien membuang atau Sputum dapat menyebabkan bau mulut
mengeluarkan sputum sesering yang nantinya dapat menurunkan nafsu
mungkin makan
4. Anjurkan untuk menyajikan Membantu meningkatkan nafsu makan
makanan dalam keadaan hangat
5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi Meningkatkan intake makanan
sering
6. Kolaborasikan untuk memilih Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan
makanan yang dapat memenuhi keadaan pasien
kebutuhan gizi selama sakit

DP : Kurang Pengetahuan
Tujuan dan kriteria hasil:
NOC: Knowledge : Disease process adequat, Health behavior efective
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pengetahuan
keluarga memadai dengan kriteria hasil : keluarga mengerti dan memamahi penyakit
pasien , menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, menunjukkan
perilaku hidup sehat

Intervensi (NIC) Rasional

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mengetahui sejauh mana pemahaman


penyakit pasien. keluarga tentang kondisi sakit pasien untuk
memudahkan penjelasan
2. Fasilitasi keluarga pasien untuk Wewenang menginformasikan penyakit
konsultasi dengan dokter adalah dokter yang merawat
penanggungjawab.
3. Diskusikan kembali tentang sakit Bahasa yang mudah dimengerti keluarga
yang diderita pasien dengan bahasa akan mempermudah pemahaman penyakit
yang mudah dimengerti keluarga.

4. Informasikan kepada keluarga Informasi penyakit infeksi, tanda gejala


tentang tanda dan gejala infeksi serta upaya pencegahan akan sangat
serta upaya upaya pencegahannya. bermanfaat saat pasien pulang ke rumah.
5. Berikan catatan singkat atau leaflet Informasi yang tertulis akan lebih bisa
tentang penyakit yang dimaksud dipertanggungjawabkan, dan untuk
pengingat
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.


Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing : Concept and
Practice. Philadelphia : WB Sounders Company.
Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis proses-
proses Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.
R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Gerlatri (Ilmu Kesehatan
usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai