Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam
600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang
dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat
berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga
saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan
dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat
dibagi menjadi dua yaitu :

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

2. Etiologi

Bakteria seperti Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis,


Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipeB,Salmonella,dan Streptococcus gru
p B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3
bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus.

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
g. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil,
yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani
perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum
berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus
jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan
kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat
seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia
tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber
infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah
demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami
demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari
mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam
darah.Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari
semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
3. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan
kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat
terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella,
protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi
didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan ( infeksi Streptokokus
group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau
perawatan setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.
Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami
infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b.Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d.Ketuban pecah dini (KPD) dan Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi
oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta
antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh
bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan
terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara
tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa
kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida
albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus (AsriningS.,2003)
Pathway

Bakteri dan virus Penyakit infeksi yang


diderita ibu

Masuk ke neonatus

Masa antenatal Masa intranatal pascanatal

Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan serviks Infeksi nosokomial dari luar
rahim

Melewati plasenta dan Naik mencapai korion dan


umbilikus amnion Melalui alat-alat pengisap
lendir, selang endotrakeal,
infuse, selang nasogastric,
botol minuman atau dot
Masuk ke dalam tubuh bayi Amnionitis dan korionitis

Melalui sirkulasi darah janin Kuman melalui umbilikus


masuk ke tubuh janin

SEPSIS

Sistem pencernaan, anoreksia,


muntah, diare, menyusui
buruk, hepatomegali, Ante, Intra, postnatal :
Sistem pernapasan : dispnea, hipertermi aktivitas lemah,
peningkatan residu setelah takipnea, apnea, tarikan otot
menyusui tampak sakit, menyusu buruk,
pernapasan, sianosis peningkatan leukosit darah

Gangguan gastrointestinal Pola napas terganggu


Risiko Infeksi

Ketidakseimbangan Nutrisi Gangguan Pola Napas


Kurang dari Kebutuhan Tubuh
4. Manifestasi Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-
ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang optimal,
nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari
85%,Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value (NPV)
mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari
pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus,
petunjuk untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk
menentukan prognosis.
Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung
neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T),
mikroErytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang
dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk
deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.
Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai berikut:
IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF,
TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF
dan hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk
memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari
berbagai uji laboratorium.

6. Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa
gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,
terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,
plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Penyakit infeksi yang di derita ibu Infeksi
DO :
- suhu tubuh 35.5 Bakteri dan virus
- masa kehamilan 33 minggu
- nilai apgar dibawah normal
- kulit tubuh kuning Masuk keneonatus

Pasca natal

Infeksi nosokomial dari luar rahim

Melalui alat2 pengisap lender,selang


endotrakeal,inuse,selang naso gastrik,botol
minuman atau dot

Sepsis

Ante,intra,postnatal
Hipertermi,aktivitas lemah,tampak
sakit,menyusu buruk,peningkatan lekosit
darah

Resiko Infeksi

2 DS : - Nutrisi kurang dari


DO : Penyakit infeksi yang di derita ibu kebutuhan tubuh
- aktivitas lemah
- tampak sakit Bakteri dan virus
- menyusu buruk
- BB rendah 1.700 gr
Masuk keneonatus

Masa antenatal
kuman dan virus dari ibu

melewati plasenta dan umbilicus

masuk kedalam tubuh bayi

melalui sirkulasi darah janin

Sepsis

system
pencernaan,anoreksia,muntah,diare,menyusui
buruk,hepatomegali,peningkatan residu
setelah menyusui

gangguan gastrointestinal

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan

3 DS:- Penyakit infeksi yang di derita ibu Gangguan pola nafas


DO:
- Pernafasan 60x/menit Bakteri dan virus
- Terpasang oksigen

Masuk keneonatus

Masa intranatal

kuman di vagina dan serviks

naik mencapai korion dan amnion


Amnionitis dan korionitis

Kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh


janin

sepsis

system pernapasan :
dispneu,takipneu,apnea,tarikan otot
pernapasan,sianosis

pola napas terganggu

gangguan pola napas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama
dan sesudah kelahiran.
2 Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan takipnea
3 Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman.
Rencana Asuhan Keperawatan

1. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi


sebelum, selama dan sesudah kelahiran

Kriteria hasil:

– Suhu dalam batas normal

– Perkembangan status klien membaik selama masa terapi

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
Isolasi/pembatasan pengunjung
dibutuhkan untuk melindungi
pasien imunosupresi dan
1.Berikan isolasi atau pantau pengunjung mengurangi risiki kemungkinan
sesuai indikasi infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril Menugrangi kontaminasi silang
3. Dorong sering menggati posisi, napas Bersihan paru yang baik mencegah
dalam/batuk pneumonia
Mengurangi jumlah lokasi yang
4. Batasi penggunaan alat/prosedur dapat menjadi tempat masuk
invasif jika memungkinkan organisme
Mencatat tanda-tanda inflamasi atau
infeksi lokal, perubahan pada
karakter drainase luka atau sputum
5. Lakukan inspeksi terhadap luka/ sisi dan urine. Mencegah infeksi yang
alat invasif setiap hari berkelanjutan
6. Gunakan teknik steril setiap waktu Mencegah masuknya bakteri,
pada saat penggantian balutan ataupun mengurangi risiko infeksi
suction atau pemberian perawatan nasokomial
Demam (38,5oC – 40 oC) disebabkan
oleh efek-efek dari endotoksin pada
hipotalamus dan endorfin yang
melepaskan pirogen. Hipotermia
(<36 oC) adalah tanda-tanda genting
7. Pantau kecenderungan suhu, jika yang menunjukkan status syok atau
demam berikan kompres hangat. penurunan perfusi jaringan
Menggigil seringkali mendahului
8. Amati adanya menggigil dan memuncaknya suhu pada adanya
diaphoresis infeksi
Dapat menunjukkan ketidaktepatan
9. Memantau tanda-tanda atau ketiakadekuatan terapi
penyimpangan kondisi atau kegagalan antibiotik atau perumbuhan berlebih
untuk membaik selama masa terapi ari organisme resisten
10. Inspeksi rongga mulut terhadap Depresi sistem imun dan
plak putih atau sariawan, selidiki juga penggunaan dari antibiotik dapat
adanya rasa gatal atau peradangan meningkatkan risiko infeksi
vaginal/perineal sekunder.
11. Kolaborasi dalam pemberian obat Terapi pengobatan sangat
antibiotik. Perhatikan dampak pemberian membantu penyembuan dalam
obat masa terapi perawatan

2. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan takipnea


Kriteria hasil

– Tidak ada sianosis dan takipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif


dan suara nafas yang bersih

– Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa


tercekik,tidak ada suara nafas abnormal)
– Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Posisi semi powler dapat
1. Posisikan pasien semi powler memaksimalkan ventilasi
Suara napas tambahan dapat
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya menjadi sebagai tanda jalan napas
suara napas tambahan yang tidak adekuat
Pada sepsis terjadinya gangguan
respirasi dan status O2 sering
ditemukan yang menyebabkan TTV
3. Monitor respirasi dan status O2,TTV tidak dalam rentan normal
Mengurangi jumlah lokasi yang
4. Berikan pelembab udara kasa basah dapat menjadi tempat masuk
Nacl lembab organisme
5. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural Untuk mengeluarkan sekret pada
drainage saluran napas untuk menciptakan
jalan napas yang paten

3.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran


terhaap makanan/minuman
Kriteria hasil:

– Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

– Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan


– Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

– Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Anoreksia ataupun intoleran
terhadap makanan atau minuman
1. Monitor adanya penurunan berat dapat menyebabkan terjadinya
badan penurunan berat badan
Meningkatkan selera klien terhadap
2. Identifikasi makanan kesukaan makanan atau minuman
3. Anjurkan untuk melakukan oral Menurunkan rasa mual terhadap
hygene sebelum makan makanan
Kekurangan cairan dapat
menyebabkan dehidrasi dan hiper
termi. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan terjadinya penurunan
4. Monitor intake cairan dan nutrisi berat badan
5. Anjurkan klien untuk Protein dan vitamin C berperan
mengkonsumsi makanan yang berprotein penting dalam penyembuhan yang
dan vitamin C berkaitan dengan infeksi
6. Yakinkan diet yang dimakan juga Kekurangan serat dapat
mengandung tinggi serat menyebabkan konstipasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kaloriyang Mengidentifikasi masalah nutrisi
dibutuhkan pasien dalam terapi perawatannya
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Infeksi yang berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji bayi yang memiliki
dengan penularan infeksi asuhan keperawatan resiko menderita infeksi meliputi :
pada bayi sebelum, 3x24 jam masalah 1. Kecil untuk masa kehamilan, besar
selama dan sesudah infeksi dapat teratasi untuk masa kehamilan, prematur.
kelahiran. dengan criteria hasil 2. Nilai agar dibawah normal
- penularan infeksi tidak3. Bayi mengalami tindakan operasi
terjadi. 4. Epidemi infeksi dibangsal bayi
dengan kuman E. coli Streptokokus
5. Bayi yang megalami prosedur
invasif
6. Kaji riwayat ibu, status sosial
ekonomi, flora vagina, ketuban
pecah dini, dan infeksi yang
diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi
meliputi suhu tubuh yang tidak
stabil, apnea, ikterus, refleks
mengisap kurang, minum sedikit,
distensi abdomen, letargi atau
iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang
berhubungan dengan sistem organ,
apnea, takipena, sianosis, syok,
hipotermia, hipertermia, letargi,
hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-
ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk
pemeriksaaan kultur.
2 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan a. Kaji intoleran terhadap minuman
kebutuhan yang asuhan keperawatan b. Hitung kebutuhan minum bayi
berhubungan dengan dalam waktu 3x24jamc. Ukur masukan dan keluaran
minum sedikit atau masalah dapat teratasid. Timbang berat badan setiap hari
intoleran terhadap dengan criteria hasil : e. Catat perilaku makan dan aktivitas
minuman. - aktivitas baik secara kurat
- minum susu baik
-
3 Gangguan pola pernafasan Setelah dilakukan a. Kaji perubahan pernapasan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan meliputi takipnea, pernapasan
apnea. 1x24jam masaalah cuping hidung, gunting,sianosis,
dapat teratasi dengan ronki kasar, periode apnea yang
criteria hasil : lebih dari 10 detik.
- frekuensi pernapasan b. Pantau denyut jantung secara
normal, tidak elektronik untuk mengetahui
mengalami apneu. takikardia atau bradikardia dan
perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan
hangat dengan kadar T1O2 yang
rendah untuk menjaga pengeluaran
energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan
atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan
napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atau
pantau tingkat analisis gas darah
sesuai kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah
penanganan yang berlebihan.

IMPLEMENTASI
No tanggal jam Implementasi Paraf
1 mengkaji bayi yang memiliki resiko menderita
infeksi
R/
mengkaji adanya tanda infeksi meliputi suhu
tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks
mengisap kurang, minum sedikit, distensi
abdomen, letargi atau iritablitas.
R/ pasien mengalami hipertermi s : 38 celcius
mengkaji tanda infeksi yang berhubungan dengan
sistem organ
R/ pola nafas pasien berangsur normal
mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium
R/
2 mengkaji intoleran terhadap minuman
R/ pasien mau meminum susu yang diberikan
lewat NGT
menghitung kebutuhan minum bayi
R/ kebutuhan minum pasien 60 X 3 sehari
menimbang berat badan setiap hari
R/ berat badan pasien mengalami penaikan setiap 1
bulan. BB naik : 0,2 ons
mengkaji perubahan pernapasan meliputi takipnea,
pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki
kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
R/ pasien sudah tidak mengalami periode apnea
3 memantau denyut jantung secara elektronik untuk
mengetahui takikardia atau bradikardia dan
perubahan tekanan darah.
R/ denyut jantung pasien normal
menyediakan oksigen lembap dan hangat dengan
kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga
pengeluaran energi dan panas.
R/ pasien mau diberikan oksigen
menghisap lendir atau bersihkan jalan napas secara
hati-hati
Paraf
R/ pernafasan pasien menjadi lebih bersih

EVALUASI
Hari/Tanggal Waktu Evaluasi Keperawatan Paraf

S:
Senin , 02-02-
10:00 wib O : suhu tubuh pasien mengalami hipertermi
2015
S : 38 celcius (Perawat)
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita
infeksi meliputi :
1. Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk
masa kehamilan, prematur.
2. Bayi mengalami tindakan operasi
3. Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan
kuman E. coli Streptokokus
4. Bayi yang megalami prosedur invasif
5. Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora
vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang
diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu
tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks
mengisap kurang, minum sedikit, distensi
abdomen, letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan
dengan sistem organ, apnea, takipena,
sianosis, syok, hipotermia, hipertermia,
letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-
ubun cembung, muntah diare.
S:
O: pasien terlihat sudah mau meminum susu
Senin , 02-02-
11:00 wib A : materatasisalah nutrisi kurang dari
2015
kebutuhan tubuh
P : Intervensi dihentikan (Perawat)
S:
Senin , 02-02- O : pasien nampak sudah tidak sesak lagi
12.10 WIB
2015
ketika bernafas
A : masalah gangguan pola nafas teratasi (Perawat)
P : Intervensi dihentikankan
7. Askep Sepsis Neonatorum
1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
a. Kriteria Hasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat pada Kompres pada aksila, leher dan lipatan
aksila, leher dan lipatan paha, hindari paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
penggunaan alcohol untuk kompres. besar yang akan membantu menurunkan
demam. Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
Kolaborasi Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan untuk menurunkan panas dengan segera.
jika panas tidak turun.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
a. Kriteria Hasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang Hipertermi sangat potensial untuk
dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi Kompres air hangat lebih cocok digunakan
hipertermi, dan pertimbangkan untuk pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
langkah kolaborasi dengan memberikan menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
antipiretik. secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu
lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan
panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume
bersirkulasi akibat dehidrasi
a. Kriteria Hasil
1. Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular
2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan
3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara
fungsi jaringan
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa 1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
nadi perifer,edema, pengisian perifer,
warna, dan suhu ekstremitas)
2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan 2. mengetahui sensasi perifer,
panas/dingin kemungkinan parestesia
3. pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara
asupan dan haluaran
4. PK: Trombositopenia
a. Tujuan
Perawat akan menangandi dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi Nilai ini membantu mengevaluasi respon
dan jumlah trombosit klien terhadap pengobatan dan resiko
terhadap pendarahan akibat dari sepsis.
2. Pantau tanda tau gejala pendarahan Pemantauan secara konstan sangat
spontan atau perdarahan hebat : ptekie, dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini
ekimosis, hematoma spontan, adanya episode perdarahan
perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau tanda perdarahan sisemik atau Perubahan pada oksigen sirkulasi akan
hipovolemia, mempengaruhi fungsi jantung,
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220


1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.Jakarta :
EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet
dihttp://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html
Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet
dihttp://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallink.gif
disusun oleh Indri Diyah bersama kelompok 5A keperawatan maternitas FKP UNAIR
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet
dihttp://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/

Anda mungkin juga menyukai