OLEH :
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan Pada Program Studi Diploma D III Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten
OLEH :
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan sebagai syarat diajukan sebagai syarat
kelulusan di suatu perguruan tinggi yang sama maupun berbeda, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
ii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
(Mahasiswa)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
ITSNA ROBIAH KHASANAH
NIM. 1602112
Dinyatakan telah memenuhi syarat mengikuti seminar karya tulis ilmiah pada
tanggal 22 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Setianingsih S., Kep., Ns. M.PH Arlina Dhian S, S.Kep. Ns., M. Kep.
NPP. 129.113 NPP. 129.174
iv
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan diterima di hadapan Dewan
Penguji sebagai salah satu persyaratan pengambilan kasus pada bulan Agustus
2019
Mengetahui
Kaprodi D III Keperawatan
Esri Rusminingsih.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
NPP.129.160
v
KATA PENGANTAR
1. Ibu Sri Sat Titi H, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua STIKES
Muhammadiyah Klaten yang telah memberikan kesempatan penulis
untuk menimba ilmu di program studi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten.
2. Ibu Esri Rusminingsih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten.
3. Ibu Setianingsih, S.Kep., Ns., MPH selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
4. Ibu Arlina Dhian Sulistyowati ., S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing
II yang telah banyak membantu penulis dalam memantapkan ide dan
konsep.
5. Ibu Fitriana Noor Khayati., S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah
memberikan saran perbaikan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
6. Semua Dosen DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten yang
telah memberikan ilmu yang berharga.
7. Direkur Rumah Sakit Islam Klaten yang telah memberikan ijin penulis
dalam pengambilan kasus di Rumah Sakit Islam Klaten.
vi
8. Kepala Ruang Bangsal Multazam yang telah memberikan ijin penulis
dalam pengambilan kasus dan memberikan informasi tentang kasus.
9. Kedua orang tua responden yang telah memberikan ijin penulis untuk
mengambil kasus pada anaknya.
10. Orang tua tercinta ayah ibu dan keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan dan kekuatan dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
11. Teman seperjuangan KTI Keperawatan Anak yang telah memberikan
semangat untuk terus bersama sampai akhir.
12. Sahabatku yang selalu memberikan masukan dan semangat, susah senang
tetap bersama.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................ 4
viii
G. Analisa Data ....................................................................................... 27
H. Etik Penelitian .................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
1. Pengkajian Keperawatan................................................................. 55
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 55
3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 55
4. Implementasi Keperawatan............................................................. 56
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................... 56
B. Saran ..................................................................................................... 56
1. Akademik ........................................................................................ 56
2. Rumah Sakit .................................................................................... 56
3. Perawat............................................................................................ 56
4. Keluarga .......................................................................................... 57
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
xiii
Asuhan Keperawatan Pada Bayi Pneumonia Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Di Rumah SakitIslam Klaten
INTISARI
Kasus Pneumonia di dunia cukup parah terjadi dengan jumlah 156 juta kasus
setiap tahun. Di RSI Klaten dalam periode 1 Januari 2018 sampai 31 Desember
2018 terdapat 29 kasus bayi usia 0-12 bulan. Penelitian ini adalah bertujuan
untuk mempelajari Asuhan Keperawatan Pada Bayi Pneumonia Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. Penelitian yang digunakan ini adalah
penelitian studi kasus. Sampel pada penelitian ini adalah 2 bayi dengan
diagnosa Pneumonia, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April 2019 pada 2 anak bayi laki-laki dan di observasi selama 3 hari
di bangsal Multazam RSI Klaten. Analisa data dilakukan dengan cara
pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Pengkajian
pada bayi dengan Pneumonia didapatkan keluhan utama yaitu batuk, pilek,
demam, dan muntah. Diagnosa yang diangkat pada kasus Pneumonia meliputi
ketidakefektifan bersihan jalan napas, hipertermi, dan kurang pengetahuan.
Intervensi pada kasus Pneumonia meliputi monitor ttv dan keadaan umum,
memberikan terapi nebulizer, fisioterapi dada dan pemberian terapi obat.
Implementasi yang dilakukan meliputi memonitor keadaan umum dan
memonitor ttv, memberikan terapi obat. Evaluasi pada pasien Pneumonia hari
ke 4 sudah teratasi dan sudah pulang.
xiv
Nursing Care For Pneumonia In Infants With The Ineffective Airway
Clearance in Klaten Islamic Hospital
ABSTRACT
Pneumonia cases in the world are quite severe, with 156 million cases every
year. In Klaten Hospital in the period 1 January 2018 to 31 December 2018
there were 29 cases of infants aged 0-12 months. This research is aimed at
studying Nursing Care in Pneumonia Infants With the Ineffectiveness of
Airway Cleansing. The research used is a case study research. The sample in
this study was 2 babies with a diagnosis of pneumonia, data collection in this
study using interviews, observation, and study documentation. This research
was conducted in April 2019 on 2 male children and was observed for 3 days
in the Multazam ward of RSI Klaten. Data analysis is done by collecting data,
reducing data, presenting data and conclusions. Assessment of infants with
pneumonia found major complaints, namely cough, runny nose, fever, and
vomiting. The diagnosis raised in the case of pneumonia includes ineffective
airway clearance, hyperthermia, and lack of knowledge. Interventions in the
case of pneumonia include monitoring ttv and general conditions, providing
nebulizer therapy, chest physiotherapy and administering drug therapy.
Implementation includes monitoring the general condition and monitoring ttv,
providing drug therapy. Evaluation of pneumonia patients on day 4 has been
resolved and has returned.
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang
biasanya terjadi pada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan
awal masa kanak-kanak, pneumonia disebabkan oleh karena adanya
sejumlah agen menular termasuk virus, bakteri dan jamur(Ottay &
Palandeng, 2018). Pneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
Mycoplasma, atau jamur, virus pernapasan paling sering menyebabkan
pneumonia pada anak yang lebih kecil dan paling jarang menyebabkan
pneumonia pada anak yang lebih besar(Kyle & Carman, 2012).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan parenkim paru
yang ditandai dengan adanya demam menggigil, sesak napas, napas
cepat, batuk dan tarikan dinding dada kedalam. Bakteri patogen
Streptococcus Pneumonia penyebab utama pneumonia yang terjadi
pada balita, penyebab lainnya adalah bakteri patogen Haemophilus
Inluenza type B (Hib) yang menyerang saluran pernapasan (Kulsum,
Astuti, & Wigati, 2019).
Penelitian Nuretza, Suhartono, & Winarni (2017) menjelaskan
bahwa anak-anak dibawah lima tahun mudah terkena penyakit karena
kekebalan tubuh yang dimiliki belum terebentuk sempurna. Terjadinya
pneumonia pada anak balita seringkali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut pada pada bronkus yang disebut broncopneumonia.
Gejala umum pada anak-anak maupun bayi yang terinfeksi Pneumonia
berupa sulit atau cepat bernapas, batuk, menggigil, sakit kepala,
kehilangan nafsu makan serta demam, dan hasil rontgen
memperlihatkan adanya kepadatan pada paru. Hal ini terjadi karena
paru dipenuhi oleh sel radang dan cairan yang sebenarnya berfungsi
untuk mematikan kuman.
1
2
B. Batasan Masalah
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh
berbagai kuman (virus, bakteri, jamur, dan parasit). Pneumonia terjadi
pada bayi memiliki yang resiko mengalami kegagalan pernapasan
karena konsolidasi parenkim paru dan terjadi letargi yang harus segera
dilakukan tindakan dan perawatan di Rumah Sakit. Angka kejadian
akibat pneumonia pada bayi di Rumah Sakit Islam Klaten sejumlah 29
4
kasus pada bayi. Dampak dari pneumonia salah satunya yaitu dapat
menyebabkan penurunan berat badan karena gangguan nutrisi yang
terjadi pada bayi. Maka dari itu peneliti mengidentifikasikan bahwa
batasan masalah dalam studi kasus ini yaitu Asuhan Keperawatan Pada
Bayi Pneumonia di Rumah Sakit Islam Klaten.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul dari latar belakang diatas yaitu:
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Bayi Pneumonia Di Rumah
Sakit Islam Klaten?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mempelajari Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Pneumonia
di Rumah Sakit Islam Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa dan melakukan pengkajian keperawatan pada bayi
usia 1-12 bulan dengan pneumonia.
b. Menganalisa data dan membuat diagnosa keperawatan yang
tepat pada bayi usia 1-12 bulan dengan pneumonia.
c. Menganalisa data dan membuat perencanaan keperawatan pada
bayi usia 1-12 bulan dengan pneumonia.
d. Menganalisa data dan mengikuti pelaksanaan keperawatan pada
bayi usia 1-12 bulan dengan pneumonia.
e. Menganalisa data dan membuat evaluasi dari tindakan yang
telah dilakukan pada bayi usia 1-12 bulan dengan pneumonia.
f. Membandingkan teori Asuhan Keperawatan pada Bayi
Pneumonia dengan dua kasus di Rumah Sakit Islam Klaten.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
ilmu keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi
dengan pneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Bahan keperawatan pada pasien dalam penanganan dan
pencegahan kasus pneumonia, dan sebagai bahan masukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sumber informasi dan sumber pembelajaran asuhan
keperawatan pada bayi dengan pneumonia.
c. Bagi Perawat
Bahan informasi dan masukan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada bayi pneumonia di Rumah Sakit Islam
Klaten.
d. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan keuntungan dalam proses
penyembuhan dan keluarga pasien mengetahui tentang penyakit
pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
3) Laring
Laring terletak setinggi servikal ke-6, berperan pada proses
fonasi dan sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori
bawah. Organ ini terdiri dari tulang dan kumpulan tulang rawan
yang disatukan oleh ligamen dan ditutupi oleh otot dan
membran mukosa. Epiglotis merupakan tulang rawan yang
berbentuk seperti lembaran, yang melekat pada dasar lidah dan
tulang rawan tiroid. Tiroid merupakan struktur tulang rawan
yang terbesar pada laring, yang membentuk jakun (Adam’s
apple). Tiroid terdiri dari 2 sayap atau alae yang bergabung
pada garis tengah anterior dan meluas ke arah belakang. Pada
bagian depan terdapat tonjolan yang disebut thyroid notch. Pada
bagian belakang terdapat 2 prosesus yaiu prosesus superior dan
inferior. Kartilago Krikoid melekat pada daerah posterior
inferior. Pada bagian depan, kartilago krikoid disatukan oleh
membran krikotiroid. Kartilago krikoid merupakan tulang
rawan yang berbentuk cincin penuh. Kartilago Aritenoid
merupakan bagian dari laring yang berperan pada pergerakan
pita suara. Tulang rawan ini terletak di belakang kartilago tiroid
dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Disetiap
sisi tulang rawan krikoid, terdapat ligamentum krikoaritenoid
posterior.
Pada bagian dalam laring terdapat 2 lipatan yang
menyatu pada bagian depan serta memiliki mukosa yang
berwarna merah. Lipatan ini disebut sebagai pita suara palsu.
Pada bagian bawah lipatan terdapat ruangan yang disebut
sebagai ventrikel. Bibir bawah ventrikel dibentuk oleh otot yang
disebut sebagai pita suara asli. Bagian anterior pita suara asli
melekat pada garis tengah sampai permukaan posterior kartilago
Tiroid dan bagian posterior pita suara melekat pada kartilago
aritenoid. Pada bagian bawah pita suara terdapat bagian
9
5) Alveolus
Bronkiolus berakhir pada suatu struktur yang
menyerupai kantung, yang dikenal dengan nama alveolus.
Alveolus terdiri dari lapisan epitel dan matriks ekstraselular
yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler. Alaveolus
mengandung 2 tipe sel utama, yaitu sel tipe 1 yang membentuk
struktur dinding alveolus dan sel tipe 2 yang menghasilkan
surfaktan. Alveolus memiliki kecenderungan untuk kolaps
karena ukurannya yang kecil, bentuknya yang sferikal dan
adanya tegangan permukaan. Namun hal tersebut dapat dicegah
dengan adanya tegangan permukaan. Namun hal tersebut dapat
dicegah dengan adanya fosfolipid, yang dikenal dengan nama
surfaktan, dan pori-pori pada dindingnya.
Alveolus berdiameter 0,1 mm dengan ketebalan dinding hanya
0,1 µm. Pertukaran gas terjadi secara difusi pasif dengan
bergantung pada gradient konsentrasi. Setiap paru mengandung
lebih dari 300 juta alveolus. Setiap alveolus dikelilingi oleh
sebuah pembuluh darah.
3. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, aspirasi dari
cairan lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan-bahan lipoid dan
reaksi hipersensivitas. Kuman penyebab pneumonia pada setiap usia
berbeda-beda. Usia 3 minggu hingga 3 bulan penyebabnya adalah
C.Trachomatis dan M. Pneumonia untuk usia 5 sampai 15 tahun
paling banyak ditemukan M.Pneumoniae (Nurjannah & Sidqi,
2012).
Pradhita (2018) menyampaikan bahwa agen penyebab
pneumonia bervariasi menrut umur: anak usia dibawah 2 bulan
lebih sering terinfeksi organisme Gram-negatif, anaerob dan PCP
(Pneumocytis jirovecii pneumonia), sementara anak-anak berusia 2
11
4. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia pada bayi dan anak usia 2 bulan-5 bulan
menurut IDAI (2015) yaitu Pneumonia berat, bila ada sesak napas
dan harus dirawat serta diberi antibiotic. Pneumonia, bila tidak
sesak napas. Ada napas cepat dengan laju napas >50x/mnt untuk
usia 2 bulan-1 tahun, >40x/mnt untuk anak >1-5 tahun. Tidak perlu
dirawat, diberikan antibiotic oral. Bukan pneumonia, bila tidak ada
napas cepat dan sesak napas.
Klasifikasi pneumoniaberdasarkan ciri radiologis dan gejala
klinis sebagai berikut Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda
pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis. Pneumonia
atipikal, ditandai dengan gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang
difus.Pneumonia aspirasi, sering terjadi pada bayi dan anak
(Wulandari & Erawati, 2016)
Klasifikasi pneumoniaberdasarkan kuman penyebab adalah
Pneumonia bakteralis/topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang semua orang misal Klebsiela
pada orang alkoholik dan Stapilokokus pada influenza. Pneumonia
atipikal sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan
oleh Mycoplasma dan Clamidia.Pneumonia karena virus, sering
12
5. Patofisiologi
Menurut pendapat Corwin (2009) sebagian besar pneumonia
disebabkan oleh bakteri, yang terjadi secara primer atau sekunder
setelah infeksi virus. Pneumonia lain yang disebabkan oleh virus
misalnya infulenza. Anak-anak masih kecil sangat rentan terutama
terhadap pneumonia virus, biasanya dari infeksi dengan Respiratory
Syncytal Virus (RSV), parainfluenza, adenovirus atau rinovirus.
Individu yang mengalami aspirasi lambung karena muntah pada
akhirnya mengidap pneumonia aspirasi. Bagi individu ini, yang
teraspirasi dapat menyebabkan pneumonia, bukan mikroorganisme,
dengan mencetuskan reaksi inflamasi. Selanjutnya dapat
berkembang menjadi infeksi bakteri
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme di paru banyak disebabkan dari reaksi imun dan
inflamasi yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin yang
dikeliurkan bakteri secara langsung merusak sel-sel sistem
pernapasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel alveolar tipe II
(Corwin, 2009).
Stadium pneumonia bakteri untuk pneumonia pneumokokus ada
empat, stadium 1 hiperemia adalah respon inflamasi awal yang
berlangsung didaerah paru yang terinfeksi. Ini ditandai dengan
13
Hepatasi merah
Gangguan
Reabsorsi eritrosit di alveoli pertukaran
gas
leukositosis
Hospitalisasi
Hipertermia Resiko
kekurangan
volume Mual, muntah
cairan
6. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema toraris,
perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner
seperti meningitis purulenta. Empiema toraris adalah komplikasi
yang sering terjadi pada pneumonia bakteri (IDAI, 2015)
Komplikasi pneumonia menurut Wulandari & Erawati (2016)
sebagai berikut: Atelektasis yaitu pengembangan paru yang tidak
sempurna kolaps paru, akibat dari kurangnya mobilisasi reflek
batuk hilang apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya
kembang paru-paru terus terjadi dan menyebabkan obstruksi brokus
intrinsik. Empisema suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga
pleura. Abses paru yaitu Penumpukan pus dalam paru yang
meradang. Endokarditis adalah suatu peradangan pada katup
endokardial. Meningitis yaitu Infeksi yang menyerang selaput anak.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk
mendiagnosis pasien Pneumonia adalah Oksimetri nadi (saturasi
oksigen) dapat menurun drastis atau dalam rentang normal.
Radiograf dada bergantung pada usia anak dan agen penyebab, pada
bayi dan anak yang masih kecil, pemerangkapan udara dan bilateral
dan infiltrat (pengumpulan sel radang, debris sel, dan organisme
asing) perihilius merupakan temuan paling umum. Kultur sputum
dapat berguna dalam menentukan bakteri penyebab pada anak yang
lebih besar dan remaja. Hitung sel darah putih dapat meningkat
pada kasus pneumonia bakteri. Laboratorium Leukositosis dapat
mencapai 15.000-40.000mm3 dengan pergeseran ke kiri. Elektrolit
natrium dan klorida mungkin rendah. GDA: tidak normal mugkin
terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada.Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis
16
metabolik dengan atau tanpa retensi CO2 (Kyle & Carman, 2012;
Wulandari & Erawati, 2016)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia pada anak menurut IDAI (2015)
yaitu:
a. Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan rawat jalan dapat diberikan
antibiotic lini pertama secara oral. Pada Pneumonia rawat
jalan dapat diberikan dengan efektifitas yang mencapai 90%.
b. Pneumonia rawat inap
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan
kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan asam-basa, elektrolit dan gula darah.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik atau
antipiuretik
Menurut Musdalipah, Setiawan, & Santi (2018) Antibiotik
merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di
dunia terkait dengan banyaknya penyakit infeksi bakteri.
Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan
untuk biaya penggunaan antibiotik. Ketidak tepatan terapi
antibiotik akan menimbulkan dampak buruk berupa
munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga
perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan
menjadi lebih mahal, dan akan menurunkan kualitas
pelayanan rumah sakit tempat perawatan terhadap pasien.
17
9. Pencegahan
Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama ketika bayi dilahirkan (tanpa
makanan tambahan atau cairan, termasuk air), pemberian makanan
pelengkap yang memadai dan menyusui terus menerus, serta
memberi suplemen vitamin A. Pemberian ASI eksklusif dapat
melindungi bayi dari penyakit dan menjamin mereka mendapatkan
sumber makanan yang aman, bersih, mudah didapatkan, dan
disesuaikan secara sempurna dengan kebutuhan bayi. Hampir
sepertiga dari semua infeksi saluran pernapasan dapat dicegah
dengan meningkatkan pemberian ASI di negara berpenghasilan
18
10. Prognosis
Sebagian besar kasus pneumonia akan sembuh dengan
sempurna, walaupun kelainan radiologi dapat bertahan selama 6-8
minggu sebelum kembali ke kondisi normal. Pada beberapa anak,
pneumonia dapat berlangsung lebih dari 1 bulan atau dapat
berulang. Pada kasus seperti ini, kemungkinan adanya penyakit lain
yang mendasari harus diinvestigasi lebih lanjut, seperti uji
tuberkulin, pemeriksaan hidroklorida keringat untuk penyakit kistik
fibrosis, pemeriksaan imunoglobulin serum dan determinasi sub
kelas IgG, bronkoskopi untuk identifikasi kelainan anatomis atau
mencari benda asing Behrman et al., (2010). Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi Energi
Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka
mortalitasnya masih tinggi (Ngastiyah, 2014).
19
a. Pengkajian
Usia, pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus
terbanyak terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2
bulan.Keluhan Utama: sesak napas. Riwayat Penyakit. Riwayat
Penyakit Dahulu: Anak sering menderita penyakit saluran
pernapasan bagian atas, Riwayat penyakit campak/ lertusis (pada
bronkopneumonia).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Kiswanti (2018) terdiri dari
Keadaan umum yaitu keadaan umum pasien pneumonia biasanya
lemah karena keluhan sesak napas. Tanda-tanda vital pada klien
pneumonia biasanya ada peningkatan suhu lebih dari 40ºC,
frekuensi napas meningkat, denyut nadi meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila
tidak infeksi sistemis yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskular tekanan darah biasanya tidak ada masalah. Blood
pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi
inspeksi: didapatakan adanya kelemahan, palpasi: denyut nadi
perifer melemah, perkusi: batas jantung tidak mengalami
pergeseran, auskultasi: tekanan darah biasanya normal, bunyi
jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Brain yaitu klien
dengan pneumonia yang berat terjadi penurunan kesadaran,
didapatkan sianosis perifer apabila ada gangguan perfusi jaringan
yang berat, pada pengkajian ini wajah klien tampak meringis,
menangis, meregang dan menggeliat. Bladder yaitu pengukuran
volume output urine berhubungan dengan intake cairan, oleh
karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguira karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok. Bowel yaitu klien
biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan. Bone adalah kelamahan dan kelelahan fisik
21
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada klien Pneumonia
menurut Vera, BSN, & R (2017) memaparkan bahwa diagnosa yang
lazim muncul pada penyakit pneumonia yaitu Bersihan jalan napas
tidak efektif b.d eksudat dalam alveoli, ansietas b.d stress hospitalisasi
anak, hipertermia b.d proses penyakit, resiko kekurangan volume cairan
b.d kehilangan cairan aktif, gangguan pertukan gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membran alveolar
kapiler.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan, berdasarkan
penilaian klinis, dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang
perawatuntuk meningkatkan hasil klien atau pasien. Intervensi
keperawatan dan rasionalisasi berdasarkan diagnosa keperawatan
22
A. Desain Penelitian
Penelitian studi kasus ini adalah penelitian mengenai manusia (dapat suatu
kelompok, organisasi maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari
penelitian ini mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang
diteliti. Pengumpulan data nya diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
(Sujarweni, 2014). Penelitian ini meneliti tentang pasien anak dengan Pneumonia. Pasien
diobservasi selama 3 hari kemudian dilakukan pengkajian untuk mendapatkan data yang
valid, melalui proses wawancara, observasi, dan dokumentasi dari rumah sakit. Melihat
dokumentasi dari rumah sakit tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi yang sudah dilakukan kepada pasien.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional pada asuhan keperawatan pada bayi dengan Pneumonia adalah
sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang ada pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung pada pasien yang meliputi 5 tahap yaitu mulai dari
pengkajian (pengumpulan data), diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi rencana keperawatan.
2. Pneumonia adalah peradangan paru parenkim yang disebabkan oleh virus, bakteri
maupun benda asing. Ditandai dengan demam, batuk, dsypneu, malaise, sel darah
putih tidak pada batas normal dan ditegakkan diagnosa oleh dokter yang dituliskan
dalam rekam medik.
3. Bayi adalah individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat.
C. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan diruang anak RSI Klaten. Lama penelitian dilakukan
sejak pertama kali pasien masuk rumah sakit sampai pulang atau pasien dirawat di
25
26
rumah sakit minimal selama tiga hari. Penelitian ini pada kasus 1 dilakukan pada hari
kamis tanggal 11 April 2019 dan dirawat selama empat hari, sedangkan pada kasus 2
dilakukan pada hari sabtu tanggal 13 April 2019 dan dirawat juga selama empat hari.
D. Subyek penelitian
Subyek penelitian yang digunakan pada kasus ini adalah 2 bayi (2 kasus) dengan
karakteristik yang sama meliputi: usia bayi 0-12 bulan, diagnosa medis dengan
pneumonia dan keluarga bersedia menjadi responden penelitian. Pada penelitian tersebut
kasus 1 responden berusia 10 bulan dan kasus 2 berusia 10 bulan.
tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi gejala klinis,
rekam medis dll. Peneltian ini menggunakan metode observasi yang bertujuan untuk
mengobservasi keadaan pasien dan tanda tanda vital. Pemeriksaan fisik pada
penelitian ini meliputi pemeriksaan sistem tubuh dengan pendekatan inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi (IPPA).
3. Studi dokumentasi
Data dokumentasi diperoleh dari catatan medis pasien. Rekam medis adalah
keterangan, baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa, diagnosa
segala pelayanan, pengobatan, dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien.
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Langkah persiapan penelitian ini yaitu peneliti melakukan survey kasus yang
terbanyak saat ini dengan bertanya kepada perawat di rumah sakit. Setelah
mengetahui kasus terbanyak, kemudian peneliti mulai menentukan judul yang akan
diangkat sebagai bahan penelitian. Setelah mendapatkan judul peneliti melakukan
konsultasi judul dengan pembimbing. Kemudian peneliti mengajuakan studi
pendahuluan di Rumah Sakit Islam. Setelah rumah sakit menyetujui pengajuan studi
pendahuluan, peneliti melakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit Islam.
Kemudian hasil studi pendahuluan disusun dalam proposal yang kemudian
dikonsultasikan lagi kepada pembimbing. Setelah pembimbing menyetujui judul
yang diangkat, peneliti mulai menyusun proposal penelitian. Peneliti menyusun
proposal dimulai dari BAB I sampai BAB III. Setelah selesai menyusun proposal,
kemudian peneliti mengajukan konsultasi pada pembimbing. Setelah proposal karya
tulis ilmiah mendapatkan pengesahan dari kedua pembimbing kemudian peneliti
melaksanakan seminar proposal pada tanggal 25 Maret 2019.
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti mengajukan surat penelitian ke rumah sakit yang akan dijadikan sebagai
tempat pengambilan kasus. Rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Islam Klaten.
28
Peneliti datang ke kantor diklat RSI klaten dan menyerahkan surat pengajuan
penelitian. Setelah menunggu selama 5 hari, peneliti mendapatkan informasi dari
rumah sakit bahwa pengajuan penelitian mendapatkan persetujuan dari direktur RSI
Klaten. Setelah itu peneliti melakukan pengambilan kasus di rumah sakit. peneliti
akan melakukan pengambilan data dengan teknik wawancara observasi dan
pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.
3. Tahap pelaporan
Pada tahap pelaporan peneliti akan menyusun BAB IV dan BAB V
berdasarkan data yang didapatkan pada tahap pelaksanaan. Kemudian peneliti akan
melakukan konsultasi kepada pembimbing. Setelah pembimbing menyetujui hasil
karya tulis ilmiah, peneliti akan mempertanggungjawabkan karya tulis ilmiah yang
ditulis dengan melaksanakan ujian karya tulis ilmiah (KTI).
G. Analisa Data
Teknik analisis data digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Data di dapatkan dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil pengumpulan data akan dicatat dalam catatan lapangan dan
kemudian disalin dalam bentuk transkip, wawancara dilakukan pada partisipan dan
keluarga partisipan serta perawat di ruang multazam Rumah Sakit Islam Klaten. Dari
hasil pengumpulan data kemudian data yang terkumpul dianalisa dan di pisahkan
antara data subyektif dan data obyektif. Kemudian data dibandingkan dengan hasil
normal. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian
dibandingkan dengan nilai normal. Kemudian peneliti melakukan koding, koding
adalah mengumpulkan data berdasarkan pada tujuan yaitu tujuan khusus, koding
29
H. Etik Penelitian
Menghindari masalah etik dalam penelitian ini, penulis memperhatikan aspek etika
penelitian menurut (Hidayat A. A., 2014) meliputi:
1. Informed Concent (Persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada orang tua partisipan yang diteliti
(responden) dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Penelitian ini
semua partisipan bersedia untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Memberikan jaminan kepada partisipan dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama partisipan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan inisial
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan responden, memberi rasa aman, semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Rumah Sakit Islam Klaten yang
beralamat di Jl. Raya Klaten-Solo Km 4 Klaten 57436. Pengambilan kasus
dilakukan pada tanggal 11 April 2019 sampai dengan 16 April 2019 dan
mengikuti 3 shift yaitu pagi, siang, dan malam. Rumah Sakit Islam Klaten
memiliki layanan unggulan dalam bagian pelayanan jantung terpadu,
Hemodialisa&klinik ginjal terpadu, Bedah minimal invasive, klinik kulit dan
kecantikan, klinik DM terpadu, klinik ingin anak. Ruangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bangsal anak Multazam. Ruangan Mulatzam
memiliki 56 bed yang dibagi dalam 3 kelas, kelas 1 terdapat 8 bed, kelas 2
terdapat 8 bed, kelas 3 terdapat 12 bed. Dan jumlah perawat 17 dengan 12
perawat lulusan D3 Keperawatan dan 5 lainnya lulusan S1 Ners dan memiliki
dokter spesialis anak sejumlah 3 dokter. Penyakit terbesar di ruang Multazam
diantaranya Pneumonia, Odem Cerebri, ISK, Typoid, DHF, Diare, Kejang
Demam, ISPA Bronkitis, APP dan Bedah Anak Tumor. Di Rumah Sakit
Islam Klaten dalam periode tahun 2018 terdapat 36 kasus pneumonia pada
balita, sedangkan 29 kasus pada bayi usia 0-12 bulan. Tindakan keperawatan
yang paling sering dilakukan pada pasien dengan Pneumonia antara lain
memonitor Tanda-Tanda Vital, Memonitor Keadaan Umum,dan kolaborasi
pemberian obat.
30
31
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas dan Riwayat Kesehatan
Tabel 4.1 Identitas dan Riwayat Kesehatan
No Pengkajian Kasus 1 Kasus 2
1 Identitas Pasien
Tanggal pengkajian 11 April 2019 13April 2019
a. Nama An. Z An. H
b. Tanggal lahir 17 Mei 2018 22 Juni 2018
c. Usia 10 Bulan 10 bulan
d. Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah
e. Alamat Klaten Klaten
f. Nama ayah Tn. D Tn. L
g. Nama ibu Ny. N Ny. N
h. Pekerjaan Guru Swasta
ayah
i. Pekerjaan Bidan Ibu Rumah Tangga
ibu
j. Agama Islam Islam
2 Keluhan Utama Orang tua pasien Orang tua pasien
mengatakan anak panas mengatakan anaknya
suhunya 38,7º C, batuk batuk, pilek, panas
grok-grok dan sesek. suhunya 37,4º C
trombosit turun.
3 Riwayat Penyakit
Sekarang
a. Munculnya Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
Keluhan anak panas suhunya anaknya batuk sudah 1
39,7ºC, batuk. Pasien bulan sebelum dirawat,
langsung dibawa ke IGD dan panas sejak selasa
Rumah Sakit Islam Klaten suhunya 38,7 º C, dan
tanggal 11 April 2019 dibawa ke IGD RSI pada
pada pukul 01.00 dan tanggal 12 April 2019
masuk ke bangsal pada dan masuk bangsal pukul
pukul 02.30. 18.00.
4 Riwayat Masa
Lampau
a. Prenatal
1) Keluhan Ibu mengatakan selama Ibu mengatakan selama
saat hamil hamil tidak ada keluhan hamil tidak ada keluhan
2) Tempat Ibu mengatakan selama Ibu pasien mengatakan
ANC hamil cek rutin dan USG selama hamil
di dokter Rumah Sakit memeriksakan
Islam Klaten. kehamilannya dibidan
terdekat.
3) Kebutuhan Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
nutrisi saat nutrisinya terpenuhi, nutrisinya tercukupi
hamil mengonsumsi sayur, buah selama hamil, dan
dan rutin minum vitamin mengonsumsi makanan
yang diberikan bidan. yang di anjurkan oleh
bidan dan minum vitamin
yang diberikan oleh bidan
terdekat.
4) Usia Ibu mengatakan usia Ibu mengatakan usia
kehamilan kehamilannya 39 minggu kehamilannya 39 minggu.
( pre term, 2 hari.
aterm, post
term)
5) Kesehatan Saat hamil kesehatan ibu Saat hamil kesehatan ibu
saat hamil baik dan mengonsumsi fe, baik dan ibu
dan obat folamilgenio, dan kalk. mengonsumsi vitamin
yang yang diberikan oleh
diminum bidan.
b. Natal
1) Tindakan Normal/spontan Normal/ spontan
persalinan
2) Tempat RSI Klaten Bidan
bersalin
3) Obat- Vit. K, imunisasi h6, -
obatan polio.
c. Post Natal
1) Kondisi Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
kesehatan kondisi anakanya waktu kondisi anakanya waktu
lahir sehat. lahir sehat.
33
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Rontgen
Tabel 4.3 Hasil rontgen
Kasus 1 Kasus 2
Tanggal 11 april 2019 pukul 12.58 Tanggal 13 april 2019 pukul 19.42
Foto Thoraks, hasil : Foto Thorax, hasil:
Opasitas di perihiller dan Bercak opasitas di perihiller dan
paracardial bilateral kedua paracardial bilateral dengan air
diafragma dan pleural space bronchogram kedua diafragma dan
normal CTR terukur normal. pleural space normal.
Sistema tulang intak. CTR terukur normal
Sistema tulang intak
Kesan : Pneumonia bilateral Besar cor Kesan : Pneumonia bilateral Besar cor
normal. normal.
Berdasarkan Tabel 4.3 kedua kasus dalam pemeriksaan rontgen thorax
memiliki kesan Pneumonia.
2) Hasil Laboratorium
Tabel 4.4 Hasil Laboratorium
NILAI-NILAI
MC
MCV 77.9 Rendah 80.0-100.0 71.8 Rendah u^3
MCH 25.2 Rendah 26.0-34.0 22.6 Rendah Pg
MCHC 32.3 Normal 32.0-36.0 31.5 Rendah g/dl
Berdasarkan tabel 4.4 hasil pemeriksaan pada kasus 1 dan kasus 2 terdapat
perbedaan hasil pemeriksaan laboratorium. Kasus 1 yang menunjukkan terjadinya
Pneumonia yaitu angka Lekosit yang tinggi yaitu 18,2 10^3/uL, sedangkan angka
Lekosit kasus 2 normal yaitu 10,2 10^3/uL.
d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2
1 Keadaan umum Lemah Lemah
Kesadaran : Compos Kesadaran : Compos metis
metis Postur tubuh pasien kurus
Postur tubuh pasien agak
gemuk
2 Tanda-tanda vital N : 130x /mnt N : 120x / mnt
S: 38,5º C S: 37,0º C
RR : 32x/ mnt RR : 29x/ mnt
3 Ukuran TB : 74 CM TB : 73 CM
antropometri BB : 9,7 kg BB : 9,5 kg
Status gizi : baik Status gizi : baik
4 Mata Konjungtiva tidak anemis, Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, tidak sklera tidak ikterik, tidak
ada kelaianan mata. ada kelaianan mata.
5 Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada nyeri
kelainan, tidak ada polip, tekan, tidak ada polip,
tidak terpasang oksigen tidak terpasang oksigen
6 Mulut Mukosa bibir lembab, gigi Mukosa bibir lembab, gigi
tumbuh 10 tumbuh 7
7 Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada kelainan,
kelainan, respon terhadap respon terhadap suara baik
suara baik.
8 Tengkuk Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
9 Dada Jantung Jantung
I : ictus cordis tidak I : ictus cordis tidak
tampak. tampak.
P : ictus cordis teraba, P : ictus cordis teraba,
tidak ada cardio megali. tidak ada cardio megali.
38
P : redup P : redup
A : reguler A : reguler
Paru
I: pengembangan Paru
dada simetris I : pengembangan
P : taktil fremitus dada simetris.
normal. P : taktil fremitus
P : redup normal.
A : ronchi P : redup.
A : ronchi
10 Abdomen I : simetris, tidak ada lesi. I : simetris, tidak ada lesi.
A : tympani A : tympani
P : tidak ada nyeri tekan P : tidak ada nyeri tekan
(saat ditekan tidak (saat ditekan tidak
menangis dan menangis dan
menghindar). menghindar).
P : ada bising usus. P : ada bising usus.
11 Punggung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
12 Genetalia Berjenis kelamin laki- Berjenis kelamin laki-laki,
laki, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan, bersih.
memakai pampers, bersih.
13 Ekstermitas Atas : terpasang infus Atas : terpasang infus RL
asering 10 tpm ditangan 10 tpm ditangan kanan,
kanan, tidak ada kelainan tidak ada kelainan dan
dan tidak edema. tidak edema.
Bawah : lengkap, tidak Bawah : lengkap, tidak ada
ada kelainan. kelainan.
14 Kulit Warna kuning langsat, Warna kuning langsat,
tidak ada lesi, tdak ada tidak ada lesi, tdak ada
iritasi, bersih, tidak ada iritasi, bersih, tidak ada
kelainan, suhu kulit kelainan, suhu kulit hangat
hangat
Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbedaan suhu pada kasus 1 dan kasus 2,
pada pemeriksaan fisik kasus 1 mengalami hipertermi sedangkan kasus 2 tidak
mengalami hipertermi. Pemeriksaan fisik pada kasus 1 dan kasus 2 terdapat
persamaan yaitu bersih, tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan, tidak terpasang
oksigen. Pemeriksaan auskultasi paru, kedua kasus sama-sama ronchi.
39
3. Analisa Data
Tabel 4.6 Analisa Data
DS : Penyakit Hipertermi
Ibu pasien mengatakan anaknya
demam.
DO :
- Suhu : 38ºC
- Kulit terasa hangat saat
disentuh
- Respirasi : 32x/mnt
2 DS: Eksudat dalam alveoli Ketidakefektifan
Ibu pasien mengatakananaknya bersihan jalan
batuk pilek, muntah berlendir. napas
DO :
Pasien tampak lemah, Kesadaran
Composmentis.
N : 132x/mnt, S : 36,5ºc
R : 30x/mnt
DS :
Ibu pasien mengatakan tidak Kurang informasi Kurang
mengetahui tentang penyakit yang Pengetahuan
diderita anaknya.
DO :
Ibu klien tampak sedih dansering
bertanya-tanya sakityang diderita
anaknya danbagaimana hasil
pemeriksaan serta kondisi
anaknya.
Berdasarkan tabel 4.6 Analisa data pada kedua kasus diperoleh bahwa kasus
1 dari data pengkajian diagnosa yang ditegakkan adalah Ketidakefektifan
bersihan jalan napas dan hipertermi, sedangkan kasus 2 dari data pengkajian
diagosa yang ditegakkan adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan
Kurang Pengetahuan.
40
4. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan
Kasus Problem Etiologi
1 a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Eksudat dalam alveoli
b. Hipertermi Penyakit
2 a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Eksudat dalam alveoli
b. Kurang Pengetahuan Kurang informasi
Berdasarkan tabel 4.8 pada kedua kasus tersebut sama-sama di
diagnosa medis Pneumonia, dan diagnosa keperawatan kasus 1 yaitu yaitu
Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan Hipertermi, sedangkan pada kasus
2 yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan Kurang Pengetahuan.
5. Rencana Keperawatan
Tabel 4.8 Rencana Keperawatan
Kasus Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor TTV
bersihan jalan keperawatan selama 3x24 jam b. Monitor status
napas diharapkan bersihan jalan napas pernapasan.
efektif dengan kriteria hasil: c. Fisioterapi dada
a. Pasien tidak sesak napas. d. Berikan terapi
b. Pasien tidak batuk atau nebulizer.
batuk berkurang. e. Kolaborasi dengan
c. TTV dalam batas normal. dokter dan tim medis
untuk pemberian terapi
obat.
Berdasarkan tabel 4.8 rencana keperawatan pada kasus 1 dan kasus 2 hampir
sama yaitu memonitor tanda-tanda vital, dan kolaborasi pemberian terapi obat
dengan tim medis.
6. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan
Kasus 1 Kasus 2
Tgl Jam Implementasi Tgl Jam Implementasi
11 11.30 Mengobservasi Keadaan 13 08.00 Mengobservasi Keadaan
april Umum. April umum.
2019 S :- 2019 S:-
O : Keadaan umum tampak O : pasien tampak lemah,
lemah, akral hangat. akral hangat.
12.00 Memonitor tanda-tanda vital. 11.00 Memonitor tanda-tanda vital
S: orang tua mengatakan pasien.
anaknya demam. S:-
O : S: 38ºC, R : 32x/mnt, N : O : pasien tampak tenang, R
130x/mnt, BB : 9,7 kg : 32x/mnt, S: 37 ºC, BB :
9,5 kg.
7. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan
Kasus 1 Kasus 2
Tgl No Dx Evaluasi Tgl No Dx Evaluasi
11 april 1 S : ibu pasien mengatakan 13 april 1 S : ibu pasien mengatakan
2019 anaknya batuk, pilek, suara 2019 anaknya batuk pilek, muntah
grok-grok, tidak bisa berlendir.
mengeluarkan dahaknya, dan O : N : 125 x/mnt
sesek. S : 36,5ºC
O : N : 130 x/mnt R : 35x/mnt
R : 32x/mnt A : Ketidakefektifan bersihan
A: Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
jalan napas. P : Terapi lanjut pemberian
P : Terapi lanjut pemberian obat
obat a. Praxion drop 3x1 cc
a. Asering 10 tpm b. Salbutamol 3x1 mg
b. Pycin 3x350 mg
c. Ventolin / 8jam
d. Nytex 3x ½ sdt
2 S : ibu klien mengatakan 2 S: keluarga mengatakan
panasnya belum turun. belum mengetahui sakit yang
O: diderita oleh anaknya,
Klien tampak rewel, keluarga tahu hanya batuk
akral hangat, tidak ada pilek biasa.
perubahan warna kulit. O: keluarga tampak khawatir,
S : 38º C keluargasering bertanya-
N : 130 x/mnt tanya sakit yang
R : 32x/mnt dialamianaknya,keluarga juga
terpasang infus Asering 10 bertanya tentang
tpm kondisianaknya.
A : Hipertermi A: Kurang Pengetahuan
P : lanjutkan terapi sesuai P: Lakukan pendidikan
program, monitor suhu. kesehatan secara bertahap
dan tepat, berikan informasi
mengenai perkembangan
kesehatan klien
12 april 1 S : ibu pasien mengatakan 14 april 1 S : ibu pasien mengatakan
2019 anaknya masih batuk, pilek, 2019 anaknya masih batuk, pilek.
suara grok-grok. O : N : 137x/mnt
O : R : 35x/mnt S : 36,4ºC
N : 135x/mnt R : 30x/mnt
A:Ketidakefektifan bersihan A : Ketidakefektifan bersihan
jalan napas. jalan napas.
P : Terapi lanjut P : terapi lanjut
a. Pycyin 3x350 mg a. Salbutamol 3x1 mg
b. Ventolin / 8 jam b. Cefixime 2x 1/3 sdt
c. Nytex 3x ½ sdt
d. Fisioterapi dada
47
Berdasarkan Tabel 4.10 Pada evaluasi kedua kasus pada hari ke 4 masalah sudah teratasi.
Hal ini dapat dillihat dari tujuan dan kriteria hasil sudah tercapai, dan pasien boleh pulang
dari Rumah Sakit.
48
B. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama pada kasus 1 dan kasus 2 hampir sama yaitu pilek, batuk, dan
demam, pada kasus 1 disertai bunyi grok-grok. Pada kasus 1 tidak bisa
mengeluarkan dahak, sedangkan pada kasus 2 ditemukan adanya muntah berlendir.
Hal ini sesuai dengan teori Mendri & Prayogi (2018) bahwa keluhan utama yang
biasanya muncul pada anak dengan Pneumonia yaitu demam, batuk, muntah, sesak
napas. Batuk adalah proses ekspirasi yang eksplosif yang memberikan mekanisme
proteksi normal untuk membersihkan saluran pernapasan dari adanya sekresi atau
benda asing yang mengganggu. Proses inflamasi biasanya dikarenakan virus atau
bakteri (Ikawati, 2014)
Pada pemeriksaan fisik kedua kasus ditemukan adanya suara napas tambahan
berupa ronchi. Hal ini sesuai dengan teori Kyle & Carman (2012) yang menjelaskan
bahwa auskultasi paru pada pasien Pneumonia dapat ditemukan mengi atau ronchi
pada anak yang lebih kecil. Ronchi setempat atau menyebar dapat muncul pada anak
yang lebih besar. Pengkajian yang didapatkan pada kasus 1 dan kasus 2 sama-sama
berusia 10 bulan. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuretza,
Suhartono, & Winarni (2017) bahwa anak-anak yang dibawah lima tahun mudah
untuk terkena penyakit karena kekebalan tubuh yang dimiliki anak masih rendah atau
imunitas belum terbentuk secara sempurna.
Hasil pengkajian pada kasus 1 ditemukan adanya riwayat masa lampau yaitu
pernah dirawat di Rumah Sakit karena ISPA pada bulan November 2018 saat anak
berusia 5 bulan. Hal ini sesuai dengan teori Ambarwati & Nasution (2015) bahwa
riwayat penyakit dahulu pada pasien Pneumonia anak sering menderita penyakit
saluran pernapasan bagian atas, riwayat penyakit campak/pertusis pada
Bronkopneumonia. Sedangkan pada kasus 2 tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit dahulu. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah dirawat
di Rumah Sakit.
Pada kasus 1 dan kasus 2 dalam pemenuhan nutrisi sudah diberikan makanan
tambahan sejak usia 6 bulan, makananan yang diberikan seperti buah yang
dihaluskan, biskuit dan bubur. Saat di rumah sakit pasien makan dengan bubur dan
49
habis 1 porsi. Pengkajian lingkungan sosial dari kedua pasien, pada kasus 1 pasien
tinggal di daerah pedesaan, lingkungan sekitar rumah masih asri, keadaan rumah
ventilasi memiliki ventilasi yang cukup, dan ayah pasien tidak merokok. Kasus 2
pasien tinggal di pedesaan, keadaan rumah pasien memiliki ventilasi yang cukup,
ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta, setiap hari anaknya di asuh oleh
ibunya sendiri, ayah pasien adalah perokok aktif.
Hal ini sesuai dengan penelitian Efni, Machmud, & Pertiwi, (2016) faktor
yang banyak berpengaruh dalam kejadian Pneumonia pada bayi adalah ASI
eksklusif, status gizi, dan imunisasi. ASI eksklusif selama 6 bulan menjadi daya
tahan yang baik untuk anak. Status gizi yang baik dan imunisasi dasar yang lengkap
dapat mengurangi faktor resiko kejadian Pneumonia. Faktor lingkungan seperti
polusi di dalam rumah dan adanya anggota keluarga yang merokok menjadi faktor
resiko kejadian Pneumonia.
Pada kedua kasus dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto Rontgen
Thoraks. Kesan pada hasil keduanya adalah Pneumonia Bilateral. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada. Menurut Kyle & Carman (2012); Wulandary & Erawati
(2016) Radiograf dada bergantung pada usia anak yang masih kecil, pemerangkapan
udara dan bilateral dan infiltrat ( pengumpulan sel radang, debris sel, dan organisme
asing) perihilius merupakan temuan paling umum.
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium pada kasus 1 ditemukan angka
Lekosit yang tinggi 18,2 10^3/uL. Sedangkan pada kasus 2 hasil angka Lekosit
normal yaitu 10,2 10^3/uL. Menurut Kyle & Carman (2012); Wulandary & Erawati
(2016) menjelaskan bahwa hitung sel darah putih dapat meningkat pada kasus
Pneumonia bakteri. Angka Lekositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan
pergeseran ke kiri.
Berdasarkan hasil pengkajian dari kedua kasus penulis beranggapan bahwa
kedua kasus tersebut sesuai dengan teori yang ada. Tanda, gejala dan pemeriksaan
penunjang yang ada sudah mengarah ke Pneumonia. Tidak ada kesenjangan antara
kasus yang ditemukan di Rumah Sakit dengan teori. Pengkajian yang ada di Rumah
Sakit sudah lengkap meliputi pre Natal, Natal dan post Natal.
50
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil yang didapatkan kasus 1 dan kasus 2 diagnosa yang
muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas. Hal ini sesuai dengan teori
yang di sampaikan oleh (Vera, BSN, & R, 2017) bahwa diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada anak dengan pneumonia meliputi ketidakefektifan bersihan
jalan napas, gangguan pertukaran gas, hipertermi, ansietas, defisiensi pengetahuan
dan kekurangan volume cairan.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan
bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu batuk yang tidak efektif, perubahan pola
napas, suara napas tambahan, tidak ada batuk, gelisah, penurunan bunyi napas,
sputum dalam jumlah yang berlebihan, perubahan frekuensi napas. Faktor yang
berhubuhan dengan Ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu perokok pasif,
perokok, terpajan asap, eksudat dalam alveoli, sekresi yang tertahan, adanya napas
buatan, benda asing dalam jalan napas, spasme jalan napas, dan mukus berlebihan.
3. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari rekam medis kasus 1 rencana
keperawatan yang akan dilakukan adalah monitor Tanda- Tanda Vital, monitor status
pernafasan , fisioterapi dada, berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dan
tim medis untuk pemberian obat. Sedangkan pada kasus 2 adalah monitor Tanda-
tanda Vital, keadaan umum dan kolaborasi dengan dokter dan tim medis untuk
51
terapi. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Bulechek et al,
2016)(Herdman & Kamitsuru, 2015)(Moorhead et al, 2015) bahwa intervensi
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak dengan Pneumonia
antara lain Monitor Tanda-tanda Vital, monitor status pernapasan, dan fisioterapi
dada sebagaimana mestinya, dan berikan terapi nebulizer.
Berdasarkan intervensi dari kasus 1 dan kasus 2 terdapat perbedaan di antara
keduanya. Pada kasus 1 terdapat rencana fisioterapi dada dan terapi nebulizer.
Sedangkan pada kasus 2 tidak direncanakan kedua intervensi tersebut. Menurut
peneliti pada kasus 1 dilakukan fisioterapi dada dan terapi nebulizer karena anak
tidak bisa mengeluarkan dahak. Pada kasus 2 tidak dilakukan fisioterapi dada karena
anak sempat mengalami muntah lendir.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada kasus 1 implementasi keperawatan
yang dilakukan secara mandiri adalah memonitor Tanda-tanda Vital, memonitor
Keadaan Umum pasien. Tindakan kolaboratif berupa fisioterapi dada, pemberian
obat oral dan terapi nebulizer. Pada kasus 2 implementasi keperawatan mandiri yang
dilakukan yaitu memonitor Tanda-tanda Vital, memonitor Keadaan Umum pasien,
sedangkan tindakan kolaboratif yang dilakukan adalah memberikan terapi. Hal ini
sesuai dengan teori IDAI (2015) mengenai tatalaksana pneumonia pada rawat inap
adalah pemberian antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam
basa, elekrolit, dan gula darah.
Terapi obat yang digunakan pada kasus 1 meliputi Pycyn 350mg/ 8 jam,
nytex 75 mg dan terapi nebulizer menggunakan Ventolin 2,5 mg Respul/ 8 jam.
Sedangkan pada kasus 2 mendapatkan salbutamol 1mg/ 8 jam dan cefixime.
Berdasarkan hasil studi kasus di lapangan semua rencana keperawatan yang
telah dibuat sudah dilakukan oleh perawat dan tim medis lain. Peneliti beranggapan
Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada, hanya pada kasus
2 tidak dilakukan fisioterapi dada dan terapi nebulizer.
52
5. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus 1 perkembangan pasien pada hari ke 4 setelah dilakukan tindakan
keperawatan sejak tanggal 11 April 2019 sampai tanggal 14 April 2019 Ibu pasien
mengatakan batuk sudah berkurang Respirasi 34x/m, Nadi 130x/m. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan
jalan nafas sudah teratasi. Pasien diperbolehkan pulang. Kasus 1 pada tanggal 11
April 2019 sampai tanggal 12 april 2019 Ibu pasien mengatakan panas pada anaknya
sudah turun dari 38ºC menjadi 36,6ºC. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa masalah hipertermi dapat teratasi.
Pada kasus 2 perkembangan pasien pada hari keempatsetelah dilakukan
tindakan keperawatan sejak tanggal 13 April 2019 sampai tanggal 16 April 2019 Ibu
pasien mengatakan batuk sudah berkurang, suhu 36,5ºC, Respirasi 36x/mnt, Nadi :
130x/mnt. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan
ketidak efektifan bersihan jalan nafas sudah teratasi. Pasien diperbolehkan pulang.
Kasus 2 pada tanggal 15 April 2019 ibu pasien mengatakan sudah paham tentang
penyakit yang diderita anaknya dan yang menjadi penyebabnya karena lingkungan
dirumah orang tuanya merokok. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
masalah kurang pengetahuan dapat teratasi.
Kasus 2 menunjukkan proses penyembuhan yang lebih cepat daripada kasus
1. Teori yang disampaikan oleh Behrman, Kliegman, Jenson, & Marcdante (2010)
bahwa kebanyakan anak sembuh dari penyakit Pneumonia lebih cepat tetapi pada
beberapa anak menetap lebih lama. Faktor yang dapat mendukung penyembuhan
disebabkan karena mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan setelahnya di berikan
campuran dengan susu formula, hal ini sesuai dengan dengan pendapat Wulandari R.
A (2018) bahwa pemberian ASI dapat mencegah atau mengurangi dampak dari
penyakit Pneumonia.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada kedua partisipan
An. Z dan An. H dengan diagnosa Pneumonia di Ruang Multazam di Rumah Sakit
Islam Klaten, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian pada bayi dengan diagnosa medis Pneumonia didapatkan
data pasien mengalami batuk, pilek, demam, dan terdengar suara grok-grok.
Peningkatan lekosit serta terdapat kesan dalam pemeriksaan Thoraks. Hal
tersebut menggambarkan tentang gejala klinis pada Pneumonia.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada bayi dengan Pneumonia adalah Bersihan jalan
napas tidak efektif b.d eksudat dalam alveoli, ansietas b.d stress hospitalisasi
anak, hipertermia b.d proses penyakit, resiko kekurangan volume cairan b.d
kehilangan cairan aktif, gangguan pertukan gas b.d ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, perubahan membran alveolar kapiler.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada bayi dengan Pneumonia meliputi memonitor
Keadaan Umum dan tanda tanda vital, memberikan terapi nebulizer, kolaborasi
dengan tim medis lain untuk pemberian terapi, dan memberikan edukasi tentang
penyakit Pneumonia.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan pada bayi dengan pneumonia
meliputi pemberian nebulizer, monitor Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital,
memberikan injeksi obat dan kolaborasi dengan tim medis lainnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada bayi dengan Pneumonia pada hari ke 4 masalah
sudah teratasi dan pasien di perbolehkan pulang.
53
54
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang Asuhan Keperawatan Pneumonia pada bayi
di Rumah Sakit Islam Klaten, maka penulis mempunyai beberapa saran untuk pihak-
pihak terkait, sebagai berikut :
1. Akademik
Bagi institusi pendidikan hendaknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan. Memperbanyak buku-buku referensi tentang keperawatan dan
kedokteran terbaru sehingga dapat meningkatkan minat baca dan proses
pembelajaran.
2. Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat
mewujudkan masyarakat yang lebih baik derajat kesehatannya. Rumah sakit
alangkah lebih baik untuk meningkatkan pendidikan sumber daya manusia
khususnya perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Perawat
a. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan
Pneumonia dirumah pada keluarga dengan anak Pneumonia.
b. Agar perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan peran perawat
dalam asuhan keperawatan yang meliputi Observasi Nursing Edukasi dan
Evaluasi.
4. Keluarga
Keluarga pasien diharapkan lebih memperhatikan kesehatan anak dan
keluarga dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Mengurangi asap
rokok di sekitar anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R. F., & Nasution, N. (2015). Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Behrman, R. E., & Kliegman, R. M. (2010). Esensi Pediatri Nelson Ed. 4. Jakarta:
EGC.
Behrman, R. E., Kliegman, R. M., Jenson, & Marcdante. (2010). Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Keenam. Singapore: ELSEIVER.
Choyron, V. A., Raharjo, B., & Werdani, K. E. (2015). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia. Fakultas Ilmu Kedokteran .
Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
DINKES. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Klaten 2017. Klaten: Dinkes Klaten.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans
Edition 9. Philadelphia: Davis Company.
Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi, D. (2016). Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat
Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id , 366-369.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
IDAI. (2015). Buku Ajar Keperawatan Respirologi Anak edisi Pertama. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kiswanti, Y. (2018). Karya Tulis Ilmiah "Asuhan Keperawatan Pneumonia Pada Bayi
Usia 1-12 bulan di RSUD Pandan Arang Boyolali". Klaten: Stikes
Muhammadiyah Klaten.
Kulsum, U., Astuti, D., & Wigati, A. (2019). Kejadian Pneumonia Pada Balita dan
Riwayat Pemberian ASI di Upt Puskesmas Jepang Kudus. Ummi Kulsum, Dwi
Astuti, Atun Wigati/Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 ,
131.
Kyle, T., & Carman, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Volume 3.
Jakarta: EGC.
Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. (2018). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit & Bayi
Resiko Tinggi. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2015). Nursing Outcomes
Classification. Singapore: ELSEVIER.
Nikmah, A., Sri Rahardjo, S., & Qadrija, I. (2018). Indoor Smoke Exposure and Other
Risk Factors of Pneumonia among Children Under Five in Karanganyar,
Central Java. Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors
of Pneumonia , 26-27.
Nuretza, J. A., Suhartono, & Winarni, S. (2017). Hubungan Antara Perilaku Keluarga
dan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 5 Nomer 5,
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm, 1-10.
Nurjannah, N. S., & Sidqi, A. (2012). Profil Pneumonia pada Anak di RSUD
Dr.Zainoel Abidin, Studi Retrospektif. Sari Pediatri, Vol.3 No.5 , 324-328.
Ottay, R. I., & Palandeng, H. M. (2018). Kajian kecenderungan pneumonia pada balita
di Kota Bitung tahun 2015-2017. Penelitian , Jurnal Kedokteran Komunitas
dan Tropik: Volume 6 Nomor 2 halaman 285.
Pradhita, M. (2018). Judul Karya Tulis Ilmiah "Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Pneumonia Dengan Terapi Nebulizer di RSIA 'Aisyiyah Klaten". Klaten:
Stikes Muhammadiyah Klaten.
Suriadi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Vera, M., BSN, & R, N. (2017, Agustus). 10 pneumonia Nursing Care Plans. Diambil
dari http://nurselabs.com/8-pneumonia-nursing-care-plans/
Wulandari, D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Penulis