KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Evidence Based Nursing Praktik
yang berjudul Yoga Breathing Excercise” Pada Pasien Tuberculosis Dan PPOK. Shalawat
beserta salam kita limpahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W.
Proposal ini berisi tentang uraian Evidence Based Nursing Praktik tentang Yoga
Breathing Excercise” Pada Pasien Tuberculosis Dan PPOK. Dalam penulisan Proposal ini kami
menyadari banyak sekali kekurangannya, tetapi berkat bimbingan, kerjasama, bantuan dan
arahan segala pihak akhirnya Alhamdulillah tugas ini dapat diselesaikan. Oleh Karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis mengharapkan Proposal Evidence Based Nursing Praktik yang berjudul Yoga
Breathing Excercise” Pada Pasien Tuberculosis Dan PPOK ini dapat bermanfaat untuk
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya untuk perkembangan ilmu keperawatan sehingga
dapat di rasakan manfaatnya oleh kita semua sebagai praktisi kesehatan. Akhir kata penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan proposal ini demi
terciptanya proposal evidence based yang lebih baik di waktu yang akan datang.
HALAMAN
BAB I ................................................................................ 3
BAB II . 9
BAB III ................................................................................ 11
DAFTAR .
PUSTAKA ................................................................................
.
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkane bagian lain tubuh manusia. Tetapi dapat
juga mengenai organ lainya, Sekitar sepertiga populasi penduduk dunia telah
terinfeksi Tuberkulosis (TB) dan kejadian ini terus meningkat. Lebih dari 95% kasus
dan 98% kematian akibat TB terjadi di Negara berkembang. Tuberkulosis (TB)
menyumbang 2,5% beban penyakit dunia dan menduduki peringkat ketujuh penyakit
yang menyebabkan kematian. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan setiap detik dalam
sehari terdapat satu orang terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Obat yang
efektif untuk menyembuhkan TB telah ditemukan 50 tahun yang lalu, namun setiap 15
detik satu orang meninggal karena TB. Jika tidak segera diobati, seseorang dengan TB
Basil Tahan Asam (BTA) Positif akan menularkan rata-rata 10-15 keorang lain seti ap
tahunnya (Dirjen P2PL, 2011). Diperkirakan ada 9 juta pasien tb baru dan 3 juta
B. MASALAH
Sesak nafas merupakan manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien
tuberculosis dan PPOK, pada umumnya pasien dibawah kerumah sakit dengan keluhan
utama batuk yang tak kunjung berhenti dan sesak nafas. Masyarakat umum sering kali
menganggap manifestasi klinis seperti batuk dan demam bukanlah hal yang begitu
menghawatirkan, mereka baru akan merasa memerlukan pelayanan kesehatan apabila
pasien sudah masuk dalam keadaan lanjut seperti sesak, hemamptoe. Kondisi ini yang
sering kali menjadikan pasien TB dibawa ke rumah sakit dalam mkeadaan gawat. Hal
inilah yang memjadikan tim multidisiplin harus bekerja dengan ekstra untuk
menyelamatkan status kesehatan pasien.
Dalam tatanan klinik untuk penanganan sesak nafas dilakukan dengan
pencukupan kebutuhan oksigen bagi penderita berupa terapi oksigen. Ditatanan klinik
keluhan sesak hampir selalu mengiringi pasien dengan TB. Pada umumnya pasien
dengan keluhan sesak akan panik dan menginginkan secepatnya dapat bernafas dengna
normal kembali.
Dalam prakteknya multi disiplin sudah melakukan intervensi sesak dengan
melakukan terapi oksigenasi, disamping itu praktisi keperawatan juga sudah mulai
menerapkan terapi non farmakologis berupa pemberian posisi semi fowler, mengajarkan
teknik batuk efektif saja, walaupun telah banyak hasil penelitian yang menyebutkan
terapi non farmakologis untuk mengurangi dan mengontrol sesak nafas diantaranya,
C. TUJUAN
1. UMUM
Menerapkan terapi nonfarmakologik “Yoga Breathing” pada pasien
tuberculosis berdasarkan hasil-hasil riset terkini (evidence-based nursing practice)
2. KHUSUS
a. Melakukan studi literatur untuk memperoleh bukti ilmiah tentang
mengatasi sesak non farmakologik pada PPOK dengan menggunakan
“Yoga Breathing” mengujicobakan model intervensi mengatasi sesak
pada pasien TB berdasarkan riset yang dilakukan Naveen K.
Visweswaraiah and shirley telles pada tahun 2004 yaitu “Randomized trial
of yoga as a complementary therapy for pulmonary tuberculosis”. Dan
D. MANFAAT PRAKTIK
1. Bagi Pasien
Hasil praktik diharapkan dapat bermanfaat bagi pasien untuk mengontrol sesak
pada tuberculosis, memberikan relaksasi, mengurangi kepanikan serta
meningkatkan oksigenasi sehingga dapat meningkatkan status kesehatan pasien ,
sehingga meminimalkan hari rawat dan mengurangi biaya perawatan.
2. Bagi Perawat
Memberikan acuan bagi perawat untuk memberikan intervensi non farmakologis
Yoga Breathinging pada pasien tuberculosis yang mengalami sesak
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil praktik dapat memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan bagi
pasien sehingga diperoleh pengakuan positif terhadap pelayanan rumah sakit.
Selain itu dapat berkontribusi untuk menyusun prosedur tetap mengontrol sesak
nonfarmakologi “Yoga Breathing”pada pasien Tuberculosis dan PPOK
A. METODELOGI
Penelusuran literatur dilakukan melalui EBSCO data bases;, proquest dan ATP
journal. Kata kunci yang digunakan yaitu: Dipsneu, Yoga Breathinging, Tuberculosis,
PPOK. Setelah dilakukan review kritis maka akan diterapkan studi yang dilakukan
oleh DorAnne Donesky-Cuenco, R.N., Ph.D.,1 Huong Q. Nguyen, R.N., Ph.D.,2
Steven Paul, Ph.D.,1 and Virginia Carrieri-Kohlman, R.N., D.N.Sc.1 (2009) yang
berjudul “Yoga Therapy Decreases Dyspnea-Related Distress and Improves
Functional Performance in People with Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A
Pilot Study
B. KRITIK RISET
1. Judul Penelitian
Yoga Therapy Decreases Dyspnea-Related Distress and Improves Functional
Performance in People with Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Pilot
StudyTujuan Penelitian
Penelitian bertujuan uintuk menguji efek intervensi Yoga Breathinging pada
pasien dewasa yang mengalami PPOK
2. Sampel dan Design
Sampel 29 orang kelompok dengan pasien TB berusia antara 20 – 55 tahun orang
menggunakan paired t- test
3. Intervensi dan Tratment
Intervensi dilakukan pada dua kelompok. Kelompok kontrol (melakukan breath
aweness), kelompok eksperimen melakukan Yoga Breathing
Hasil Yang Diukur (Outcome measure)
5. Kesimpulan
● Yoga training aman untuk pasien COPD
● Yoga breathing memberikan penurunan relatif kecil pada intensitas
dispneu dan banyak menurunkan dispneu -distress
C. SIGNIFIKANSI KLINIK
Penelitian dilakukan terhadap dua kelompok pasien, kelompok kontrol 15,
kelompok intervensi 14 orang. berusia ≥ 40 tahun, menggunakan compare baseline
and post-test characteristics of the two groups. Kelompok kontrol (A) mendapatkan
UC (Usual care) dan education pamflet, sementara itu, kelompok eksperimen (B)
mendapatkan perawatan biasa dan intervensi Yoga Breathing menggunakan panduan
Yoga breath excercise. Aspek yang diukur dalam penelitian ini meliputi heart rate,
saturation oxygen, dyspnea (Borg scale), and nyeri (skala 1-10).
Pada kelompok intervensi didapatkan DI rata-rata dari 0,31±0,35 menjadi
0,77±1,04, DD ranged dari 0,02 ±0,1 menjadi 0,55±1,2, skala nyeri dari 0,78±0,88
menjadi 2,26±2,23 pada skala 0-10. Nadi menurun 2-6 beat per menit dengan yoga
dari 79 12 to 88 14. There were no adverse clinical events associated with the yoga
training. Enjoyment ratings ranged from 7.68 2.45 to 9.33 1.37, and perceived
difficulty of the yoga practice ranged from 0.94 1.0 to 2.97 2.37. Patients attended an
average of 20 sessions (range: 17–23) out of 24 sessions. Thirteen (13) of 14 (93%)
yoga participants reported that they practiced the yoga program at least some of the
time at home, and 4 (29%) practiced at least 5 times per week at home.
A. PASIEN
Pasien yang akan dilibatkan pada studi ini adalah pasien yang menderita
penyakit TB yang memenuhi kriteria: mengalami sesak, bersedia menjadi responden,
kognitif pasien baik, usia dewasa, dan dirawat di ruang penyakit dalam RSI Sukapura
Jakarta. Sedangkan kriteria ekslusi adalah pasien yang tidak menderita tuberculosis,
penurunan kognitif, dan yang tidak bersedia menjadi responden.
Yoga adalah sistem latihan low impact lembut yang berfokus pada
postur tubuh, pernapasan, dan meditasi
Pernapasan Yoga merevitalisasikan tubuh, menenangkan emosi dan
menciptakan pikiran yang jernih. bernapas dengan benar dan bagaimana cara
memanfaatkan sepenuhnya penggunaan diafragma. Dalam rangka memastikan
bahwa ada ruang yang cukup untuk mengembangkan/memperluas
paru-paru, Latihan Pernapasan Yoga dilakukan pada posisi duduk dengan tulang
belakang, leher dan kepala dalam garis lurus - baik dalam Pose Mudah / Easy
Pose (Sukhasana) , Pose Lotus / Lotus Pose (Padmasana) atau jika Anda merasa
tidak nyaman dengan kedua pose, Anda boleh memilih untuk duduk di kursi
2. Tujuan
SCALE SAVERITY
0 Tidak ada sesak nafas sama sekali
0,5 Sangat-sangat sedikit (hanya
terlihat)
1 Sangat sedikit
2 Sedikit sesak nafas
3 Sedang
4 Agak berat
5 Sesak nafas parah
6
7 Sesak nafas sangat parah
8
9 Sangat-sangat parah (hampir
maksimum)
10 Maximum
D. Pembahasan.
Dapat disimpulkan bahwa perlakuan intervensi Yoga breath exercise memberikan
pengaruh terhadap penurunan Borg Scale pada pasien yang yang mengalami dispneu,
Liqmayanti. 2014. Pengaruh yoga terhadap kontrol asma. Diakses tanggal 27 Desember
2015.file:///C:/Users/Aspire%20One%20722/Downloads/Documents/NASKAH%20PU
BLIKASI_2.pdf