Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SPONTAN NORMAL

I. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama nifas ini yaitu
6-8 minggu (Rustam Mochtar, 1998).
Partus dianggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm,
tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak, 2010).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau tanpa obat-obatan
(Prawirohardjo, 2000).
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 1998).
Masa post pratum terbagi 3 tahap, yaitu :
1. Immediet post partum periode 24 jam pertama setelah melahirkan.
2. Early post partum periode hari kedua sampai ketujuh setelah melahirkan.
3. Late post partum periode minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah
melahirkan.

II. Adaptasi Fisiologis


Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal, yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a. Involusi uterus
Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa
hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus
turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan
simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi padaabdomen pada hari ke 9
pasca partum.

b. Kontraksi
Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hemostatis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksitosin
yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostastis.
Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali
untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya
suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir.

c. Afterpain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan konraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium.

d. Lokia
Pengeluaran darah dan jaringan desiua yang nekrotik dari dalam uterus
selama masa nifas disebut lokia. Lokia ini terdiri dari lokia rubra (1-4
hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah, lokia
serosa (4-8 hari) jumlahnya berkurangdan berwarna merah muda
(hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih
atau hampir tidak berwarna.
e. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium ekstera dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan; setelah 6
minggu postnatal, serviks menutup.

f. Vulva dan vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap beada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae pada vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

g. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur darpada keadaan
sebelum melahirkan.

h. Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih
kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan seagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

i. Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan)
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
esterogen yang bersifat menahan air akan menglami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

2. Tanda-tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat
menjadi 38,00 C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan
dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 38,00
C dan selama 2 hari dalam sepuluh hari pertama post partum perlu
dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis dan sebagainya.
Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat
menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.

3. Sistem Kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik, yang
diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera berdiri,
dapat timbul dalam 48 jam pertama.

b. Denyut Nadi
Nadi umumnya 60-100 kali permenit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat taikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan suhu. Pada minggu ke
8 sampai minggu ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.

c. Komponen Darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan semula
sebelum hamil.

4. Sistem Endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang di produksi oleh organ tersebut. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya
mencapai kira-kira 1 minggu pasca partum. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar esterogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menyusui pada pasca
partum pada hari ke 17 (Bowes, 1991). Kadar prolaktin meningkat secara
progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin
tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes,
1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kerekapan menyusui, lama
setiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan.

5. Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar
steroid setelah wanita melahirakan sebagian menjelaskan sebab penurunan
fungsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-
8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil. (Cunningham, dkk; 1993) pada
sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama 3
bulan.

6. Sistem Gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan-makanan ringan. Penurunan tonus dan mortilitas otot tratus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan mortilitas
keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3
hari stetlah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan masa awal masa pasca partum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri
yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid.
7. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita
melahirkan.

8. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,
paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.

III. Adaptasi Psikologis


Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :
1. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai hari ketiga post
partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan,
menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat keputusan.
2. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari hari
ketiga sampai hari kesepuluh post partum, fokus sudah kebayi, mandiri dalam
perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai
terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
3. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran
yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu
sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi
dengan bayi.

IV. Penatalaksanaan Medis


1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin / hematokrit (hb / ht)
b. Urinalisis; kadar urin, darah.
2. Therapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia.
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi.
c.
V. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Biodata diri : nama, tanggal lahir, alamat, dll.
2. Riwayat kesehatan sekarang (keluhan utama)
3. Riwayat kesehatan terdahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat ginekologi
 Kapan dapat menstruasi?
 Berapa lama?
 Keluhan?
6. Riwayat KB
7. Riwayat kehamilan dan persalinan
8. Riwayat kehamilan saat ini
 Kapan terakhir anc?
 Ada masalah / keluhan?
9. Riwayat persalinan saat ini
10. Riwayat bayi : Menyusu, keadaan tali pusat, vaksinasi, buang air kecil /
besar
11. Fungsi kebutuhan dasar manusia
 Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati
 Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
 Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering
terlihat kira-kira3 hari setelah melahirkan)
 Eleminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
 Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
 Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3
sampai ke 5 pasca partum
12. Pemerikasaan fisik
A. Fokus nifas :
 Abdomen : tinggi fundus uteri
 Kontraksi
 Distasis
B. Genitalia
a) Vagina
 Lokia : lokia rubra (1-4 hari), lokia serosa (4-8 hari), dan lokia
alba (8-14 hari)
 Perineum : robekan / episiotomi (tanda reedha)
C. Ekstremitas
 Ada edema / tidak?
D. Laktasi
 Payudara
 Puting sus
 Posisi laktasi
 Perlekatan antara ibu dan bayi
 Hisapan bayi
13. Psikologis
 Konsep diri
 Kecemasan
 Teori reva rubin : taking in, taking hold, dan letting go
 Persepsi tentang seksualitas
14. Nilai budaya
15. Pengetahuan
 Tanda bahaya nifas
 Menyusui
 KB
 Perawatan bayi
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis.
b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan karakteristik payudara.
c. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan).
3) Rencana keperawatan
a. Diagnosa 1 : Nyeri (akut) / ketidaknyamanan berhubungan dengan
trauma mekanis.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri

ibu berkurang

KH : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang

sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda

vital dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit,

TD = 120/80 mmhg, RR= 18 – 20 x / menit

Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri. Mengidentifikasi kebutuhan dan
intervensi yang tepat.
2. Anjurkan ibu agar Untuk mengalihkan perhatian ibu
menggunakan teknik dan rasa nyeri yang dirasakan.
ealaksasi dan distraksi
rasa nyeri.
3. Motivasi untuk Memperlancar pengeluaran
mobilisasi sesuai lochea, mempercepat
indikasi involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
4. Berikan kompres hangat Meningkatkan sirkulasi pada
perineum
5. Delegasi pemberian Melonggarkan system saraf
analgetik perifer sehingga rasa nyeri
berkurang.
b. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan
karakteristik payudara.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat

mencapai kepuasan menyusui

KH : Ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang

cukup.

Intervensi Rasional
Kaji ulang tingkat pengetahuan dan Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan saat ini agar
pengalaman ibu tentang menyusui
memberikan intervensi yang tepat.
sebelumnya.
Demonstransikan dan tinjau ulang teknik Posisi yang tepat biasanya
menyusui mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah agar kelembapan pada payudara
tetap dalam batas normal.
menyusui

c. Diagnose 3 : Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi


kandung

Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan


eliminasi (BAK).

KH : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa
sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasional
Kaji dan catat cairan masuk dan keluar Mengetahui balance cairan pasien
tiap 24 jam. sehingga diintervensi dengan tepat.
Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum. Melatih otot-otot perkemihan.
Berikan teknik merangsang berkemih Agar kencing yang tidak dapat keluar,
bisa dikeluarkan sehingga tidak ada
seperti rendam duduk, alirkan air keran.
retensi.

Kolaborasi pemasangan kateter. Mengurangi distensi kandung kemih.


d. Diagnose 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan.

Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi

KH : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko

infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Intervensi Rasional
Kaji lochea (warna, bau, jumlah) Untuk dapat mendeteksi tanda infeksi
kontraksi uterus dan kondisi jahitan lebih dini dan mengintervensi dengan
episiotomi. tepat.
Sarankan pada ibu agar mengganti Pembalut yang lembab dan banyak
pembalut tiap 4 jam. darah merupakan media yang menjadi
tempat berkembangbiaknya kuman.
Pantau tanda-tanda vital. peningkatan suhu > 38°C menandakan
infeksi.
Lakukan rendam bokong. Untuk memperlancar sirkulasi ke
perinium dan mengurangi udema.
Sarankan ibu membersihkan perineal Membantu mencegah kontaminasi
dari depan ke belakang. rektal melalui vaginal.

e. Diagnose 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
(perdarahan).

Tujuan : Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume

cairan

KH : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal


(12,0-16,0 gr/dL)

Intervensi Rasional
Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri. Memberi rangsangan pada uterus
agar berkontraksi kuat dan
mengontrol perdarahan.
Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari. Mencegah terjadinya dehidrasi.
Observasi perubahan suhu, nadi, tensi. Peningkatan suhu dapat
memperhebat dehidrasi.
Periksa ulang kadar Hb/Ht. Penurunan Hb tidak boleh melebihi
2 gram%/100 dL.

Anda mungkin juga menyukai