Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : TB PARU

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Oleh :

Program studi Keperawatan Tingkat 2B

Kelompok 2 :

Dede Intan Zaeni Dzunnurain (C1814201058)

Dera Trisna Nopianto (C1814201063)

Eva Nurjanah (C1814201074)

Tri Hani Nurul Aeni (C1814201034)

Tsania Islah Yunisa (C1814201041)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah keperawatan medical bedah I ini kami membahas mengenai


Tuberculosis Paru. Kami selaku penyusun makalah ini berharap supaya malakalah ini dapat
bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik dalam perlukiahaan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Tasikmalaya , 18 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TB merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TB terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan
pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO
Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita
Tuberkulosis / TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-
kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TB diperkirakan
menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun
di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TB di Indonesia.Sehingga kita harus waspada sejak dini
& mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TB.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud TB Paru?
2. Bagaimana Etiologi TB Paru?
3. Menginfestasi klinik TB Paru?
4. Bagaimana Patofisiologi TB Paru ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada TB paru?
6. Seperti apa pengobatan dan TB paru ?
7. Bagaimana terapi Diet Tb Paru?
8. Apa saja yang harus dikaji pada penyakit TB paru?
9. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul pada penyakit TB paru?
10. Seperti apa saja perencanaan atau intervensi yang akan di lakukan untuk
perawatan pasien dengan penyakit TB Paru?
11. Bagaimana Evaluasi keperawatan pada TB paru?
C. Tujuan
Dilihat dari rumusan masalah di atas dapat kita ambil tujuan yaitu untuk :
1. Mengetahui definisi TB paru
2. Menegtahui Etiologi TB paru
3. Menginfestasi klinik
4. Mengetahui patofisiologi TB paru
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic
6. Mengetahui pengobatan penyakit Tb paru
7. Mengetahui terapi Diet yang diterapkan pada penyakit TB Paru
8. Mengetahui pengkajian apa yang harus di lakukan pada penyakit TB Paru
9. Mengetahui diagnosa keperawatan apa saja yang dapat muncul pada penyakit TB
paru
10. Mengetahui perencanaan perawatan TB paru
11. Mengetahui evaluasi yang harus di lakukan
BAB II

ISI

A. Pengertian

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
Tuberculosi adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer
& Bare, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam(Suriadi, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis,suatu basil
yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.
Tuberculosis (Tb) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatau penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang sebgaian besar basil tuberculosis masuk kedalam
jaringan paru melalui air bone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai pocus primer dari ghon (Hood Alsagaff, 1995:73)

Tanda dan gejala

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose
secara klinik.

Gejala sistemik/umum:
1. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
2. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul
3. Penurunan nafsu makan dan berat badan
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Terdapat cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
B. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6 /um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kumandapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Di dalam jaringan,kuman
hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman
ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Ada dua macam Mycobacterium Tuberculosis, yaitu tipe Human yang bisa
berada pasa droplet dan udara yang berasal dari penderita TBC dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. Dan tipe Bovin yang berada pada susu
sapi yang menderita mastitis dan TB usus (Wim De Jong). Selain itu mikroorganisme
ini juga bersifat aerob yang menyukai daerah yang lebih banyak oksigen, yaitu
terutama terdapat pada apikal/apeks paru (Somantri, 2009:67).

Dalam perjalanan penyakitnya,TB terdapat 3 fase, yaitu :


1. Fase 1 (Fase Tuberkuosis Primer)
Selama tahap pertama, mycrobacteria menyerang jaringan di
pelabuhan masuk (biasanya paru-paru)dan berkembang biak dalam waktu
sekitar 3 minggu. Mereka membentuk lesi inflamasi kecil di paru-paru
sebelum berpindah ke kelenjar getah bening regional dan seluruh tubuh,
membentuk lesi tambahan.Jumlah lesi bergantung pada jumlah bakteri yang
menyerang dan resistensi umum host. Tahap ini biasanya simtomatik
2. Fase 2 (Infeksi laten)
Limfosit dan antibodi meningkatkan respons fibroblastik terhadap
invasi yang membungkus lesi,membentuk granuloma noncaseating. Ini
menandai tahap laten, dimana individu tersebut mungkin tetap berada di tahap
ini selama beberapa minggu sampai bertahun-tahun, bergantung pada
kemampuan tubuh untuk mempertahankan resistensi spesifik dan nonspesifik
3. Tahap 3 (postprimary).
Tahap ketiga terjadi ketika tubuh tidak dapat menahan infeksi, dan
proses nekrotik dan kavitasi dimulai pada lesi di port masuk atau pada lesi
tubuh lainnya. Kasus terjadi dan lesi bisa pecah, menyebarkan residu nekrotik
dan basil di seluruh jaringan di sekitarnya. Bakteri diseminata membentuk lesi
baru, yang pada gilirannya menjadi meradang dan membentuk granuloma
noncaseating dan kemudian mengaitkan rongga nekrotik. Paru-paru adalah
tempat yang paling umum untuk penyakit rekrudescent, tapi bisa terjadi di
manapun di tubuh. Penyakit yang tidak diobati memiliki banyak remisi dan
eksaserbasi.

C. Manifestasi Klinik

Gejala utama pasien TB Paru adaah batuk selama 2-3minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tmbahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat
malam hari tnpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan (depkes 2006)
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam – macam atau
malah banyak pasien yang di temukan TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan.
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkolosis adalah :
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak ( berkembang secara perlahan selama berminggu –
minggu sampai berbulan – bulan )
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum : pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan
berat badan.

D. Patofisiologi

Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius


yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang
sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup oleh
penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi
kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada
dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan dihirupnya.
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang
aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang
disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha
otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,
berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan
penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang
abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.

Setelah terhirup, tetesan menular menetap di seluruh saluran udara. Sebagian


besar bacilli terjebak di bagian atas saluran napas dimana terdapat sel piala yang
mengeluarkan lendir. Lendir yang dihasilkan menangkap zat asing, dan silia di
permukaan sel terus-menerus mengalahkan lendir dan partikelnya yang terjepit ke atas
untuk diangkat.Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah
infeksi pada kebanyakan orang yang terpapar tuberkulosis.
Bakteri dalam tetesan yang melewati sistem mukosiliar dan mencapai alveoli
dengan cepat dikelilingi dan dilumpuhkan oleh makrofag alveolar,sel efektor imun
yang paling banyak terdapat di ruang alveolar. Makrofag ini, barisan pertahanan tuan
rumah berikutnya, adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh bawaan dan memberi
kesempatan bagi tubuh untuk menghancurkan mikobakteri yang menyerang dan
mencegah infeksi.
Makrofag adalah sel fagosit yang tersedia yang banyak melawan patogen
tanpa memerlukan paparan sebelumnya terhadap patogen. Beberapa mekanisme dan
reseptor makrofag terlibat dalam pengambilan mikobakteri.Lipoarabinomannan
mikobakteri adalah ligan kunci untuk reseptor makrofag.

Sistem pelengkap juga berperan dalam fagositosis bakteri.Protein pelengkap


C3 berikatan dengan sel dinding dan meningkatkan pengenalan mikobakteri oleh
makrofag. Opsonisasi oleh C3 sangat cepat, bahkan di ruang udara dari seorang host
tanpa paparan Microbacteryum tuberkulosis sebelumnya.

Fagositosis berikutnya oleh makrofag memulai serangkaian kejadian yang


menghasilkan kontrol infeksi yang berhasil, diikuti oleh TB laten, atau
perkembangan. untuk penyakit aktif, yang disebut tuberkulosis progresif
primer.Hasilnya pada dasarnya ditentukan oleh kualitas pertahanan host dan
keseimbangan yang terjadi di antara pertahanan inang dan invasi mycobacteria.

Setelah dicerna oleh makrofag, mikobakteri terus berkembang biak perlahan-


lahan, dengan pembelahan sel bakteri terjadi setiap 25 sampai 32 jam. Terlepas dari
apakah infeksi menjadi terkontrol atau berlanjut, perkembangan awal melibatkan
produksi enzim proteolitik dan sitokin oleh makrofag di upaya untuk menurunkan
bakteri. Released sitokin menarik limfosit T ke situs, sel-sel yang merupakan imunitas
yang dimediasi sel. Makrofag kemudian menyajikan antigen mikobakteri di
permukaannya ke sel T.Proses kekebalan awal ini berlangsung selama 2 sampai 12
minggu; mikroorganisme terus tumbuh sampai mencapai jumlah yang cukup untuk
mendapatkan secara maksimal respon imun yang dimediasi oleh sel, yang dapat
dideteksi dengan tes kulit.

Bagi orang dengan imunitas yang dimediasi oleh sel utuh, langkah defensif
berikutnya adalah pembentukan granuloma di sekitar organisme tuberkulosis M16 .
Lesi tipe nodular ini terbentuk dari akumulasi limfosit T dan makrofag aktif, yang
menciptakan lingkungan mikro yang membatasi replikasi dan penyebaran
mikobakteri. Lingkungan ini menghancurkan makrofag dan menghasilkan nekrosis
padat dini di pusat lesi. Namun, bakteri dapat beradaptasi untuk bertahan hidup.

Faktanya, organisme Microbacteryum tuberkulosis dapat mengubah ekspresi


fenotipe mereka, seperti regulasi protein, untuk meningkatkan kelangsungan hidup.
Pada 2 atau 3 minggu, lingkungan nekrotik menyerupai keju lunak, sering disebut
nekrosis caseous, dan ditandai dengan kadar oksigen rendah, pH rendah, dan nutrisi
terbatas. Kondisi ini membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan menetapkan latency.
Lesi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang memadai umumnya mengalami
fibrosis dan kalsifikasi, berhasil mengendalikan infeksi sehingga bacilli terkandung
dalam lesi yang tidak aktif dan sembuh. Lesi pada orang dengan kemajuan sistem
kekebalan tubuh kurang efektif terhadap TB progresif primer.

E. Pemeriksaan Diagnostic

1. Tuberculin skin testing


Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-
stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah.
Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur;
dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan
bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah
mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif,
sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter indurasi
≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat,
pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi
buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapatmemberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
a. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian
perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus(pembesaran kelenjar
nilus)
b. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :
Nekrosis, paratrakeal, mediastinum, atelektasis, konsolidasi, Cavitasi
(terutama tampak pada foto posisi apical lordotik), Fibrosis dan retraksi
region hilus, Bronchopneumoni, Infiltrate interstitia,Pola milier, Gambaran
ini merupakan gambaran dari TB primer lanjut
c. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi
secara massif
d. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali
pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak
hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa
diantaranya dengan:
a. Pemeriksaan BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang
digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksigrowth
indexnya oleh mesin ini.
b. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi
DNA,termasuk DNA M. Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam
pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Hasil
pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan
standar internasional.
4. Pemeriksaan Serologi
a. Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen antibodi yang terjadi.3 Kelemahan
utama dari teknik ELISA ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan
perlu dilakukan untuk mencegah ikatan nonspesifik dari imunoglobulin
manusia pada plastik.25
b. ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis)
Uji ICT adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis
dalam serum. Uji ini merupakan uji diagnostik tuberkulosis yang
menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasmaM.
Tuberculosis.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat
yang berbentuk sisir plastik.
d. Uji peroksidase anti peroksidase
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi.
e. Uji serologi yang baru/ IgG TB
Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk mikobakterium tuberkulosis. Di
luar negeri metode ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB
ekstraparu, tetapi kurang baik untuk diagnosa TB pada anak.3
5. Pemeriksaan darah
kurang spesifik Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena
hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada
saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih
dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai
sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi.
Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan
anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin
meningkat dan kadar natrium darah menurun.

6. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman
BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah
bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
7. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi.
8. Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan
diagnosis.

F. Pengobatan

1. Medikasi lini pertama : isoniazid atau INH (Nydrazid), rifanpin (Ripadin)


Pirazinamid, dan etambutol (Myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut sampai dengan 4 sampai 7 bulan.
2. Medikasi lini kedua : kapreomisin (Capasatat), etionamid (Tecator), natrium
paraaminosalisilat, dan sikloserin (seromycin).
3. Vitamin B (piridoksin) biasanya diberikan bersama INH
G. Terapi Diet

Tempat masuknya kuman mikrobaterium tuberkulosis adalah saluran


pernapasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi malalui udara, yaitu melalui inhalasi dropet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran
pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya
melalui susu yang terkontaminasi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan
oleh respon imunitas diperantara sel ( Price, 1995).
Terapi diet bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki
dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi
agar penderita dapat melakukan aktifitas normal.
Terapi Diet untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru adalah:
1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat
badan normal.
2. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar
albumin serum yang rendah (75-100 gr).
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.
Macam diit untuk penyakit TBC:
1. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1)
Energi: 2600 kkal, protein 100 gr (2/kg BB).
2. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
Energi 3000 kkal, protein 125 gr (2,5 gr/kg BB)
NB : Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi makro dapat disesuaikan
dengan kondisi tubuh penderita (BB dan TB) dan Penderita dapat diberikan
salah satu dari dua macam diit Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) sesuai
tingkat penyakit penderita.
Dapat dilihat dibawah ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan pada penderita tuberculosis.
H. Pengkajian

1. Identifikasi diri klien :


a. Nama : Ny.Y
b. Jenis kelamin : Wanita
c. Umur : 40
d. Tempat atau tanggal lahir :
e. Alamat :
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keadaan pernafasan < napas pendek >
2) Nyeri dada
3) Batuk dan
4) Sputum
b. Kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera, dan pembedahan.
c. Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
3. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya :
a. Demam
b. Menggigil
c. Lemah
d. Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB
4. Status perkembangan, misalnya :
a. Ibu yang melahirkan bayi premature perlu ditanyakan apakah sewaktu hamil
mempunyai masalah masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup
b. Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernafasan, cepat
lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas sewaktu berbaring atau apakah bila
flu sembuhnya lama
5. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya :
a. Tentang pekerjaan
b. Obat yang tersedia dirumah
c. Pola tidur-istirahat dan stress
6. Pola keterlambatan atau pola peranan-kekerabatan, misalnya :
a. Adakah pengaruh dari gangguan/penyakitnya terhadap dirinya dan
keluarganya, serta
b. Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai
istri/suami dan dalam melakukan hubungan seksual
7. Pola aktifitas atau istirahat
a. Gejala :
1) Kelelahan umum dan kelemahan
2) Napas pendek karena kerja
3) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan atau
berkeringat, mimpi buruk
b. Tanda :
1) Takikardiac, takipnea atau dispnea pada kerja
2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak atau (tahap lanjut)
8. Pola integritas ego
a. Gejala :
1) Adanya/factor stress lama
2) Masalah keuangan, rumah
3) Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan
4) Populasi budaya/etnik
b. Tanda :
1) Menyangkal (khususnya tahap dini)
2) Ansietas ketakutan, mudah terangsang
9. Makanan / cairan
a. Gejala :
1) Kehilangan nafsu makan
2) Tidak dapat mencerna
3) Penurunan BB
b. Tanda :
1) Turgor kulit, buruk, kering/kulit bersisik
2) Kehilangan otot/hilang lemak subkutan
10. Nyeri / kenyamanan
a. Gejala :
1) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
b. Tanda :
1) Perilaku distraksi, gelisah
11. Pernapasan
a. Gejala :
1) Batuk produktif atau tidak produktif
2) Napas pendek
3) Riwayat TB atau terpajan pada individu terinfeksi
b. Tanda :
1) Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleura)
2) Poerkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas menurunb/tidak ada
secara bilateral unilateral. Bunyi napas tubuler dan atau bisikan pectoral di
atas lesi luas krekels tercatat di atas aspek paru selama inspirasi cepat
setelah batuk pendek (Krekels pusttussic)
3) Karakteristik sputum adalah hijau/ purulen, mukoid kuning atau becak
darah
4) Deviasi trakeas (penyebaran bronkogenik)
5) Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap
lanjut)
12. Keamanan
a. Tanda
1) Adanya kondisi penekanan imun, contoh : AIDS, Kanker
b. Gejala
1) Deman rendah atau sakit panas akut
13. Interaksi Sosial
a. Gejala
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular
2) Perubahan pola biasa dalam tanggung / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
14. Penuluhan dan pembelajaran
a. Gejala
1) Riwayat keluarga TB
2) Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
3) Gagal untuk membaik / kambuh TB
4) Tidak berpartisipasi dalam terapi
15. Pertimbangan
1) DRG menujukan rerata lama dirawat adalah 6,6 hari
16. Rencana pemulangan :
1) Memerlukan bantuan dengan / gangguan terapi obat dan bantuan
perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah
17. Pemeriksaan penunjang
1) Rongten
2) Usap basil tahan asam BTA
3) Kultur sputum
4) Tes kulit tuberculin

I. Diagnosa Keparawatan
1. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret darah yang
dibuktikan dengan frekuensi pernafsan dan bunyi nafas dan lain-lain. Hasil yang
diharapkan:
a. Mempertahankan jalan napas klien
b. Mengeluarkan secret tanpa bantuan
c. Menujukan perilaku untuk memperbaiki / memepertahankan jalan napas
d. Berpartisifasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi
2. Perubahan pola Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya batuk
anorexsia. Hasil yang di harapkan :
a. Menunjukan BB meningkat mencapai tujuan dengan nilai Lab normal dan
bebas tanda malnutrisi
b. Melakukan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
untuk memprtahankan berat badan yang tepat.

J. Perencanaan

Pembersihan jalan napas tidak efektif

Tindakan Rasional
MANDIRI
kaji pernapasan contoh bunyi napas, Menurunkan bunyi napas dapat
kecepatan irama dan kedalaman dan menunjukan atelectasis. Ronkhin mengi.
penggunaan otot akessori Menujukan akumulatis sekret /
ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang daapat menimbulkan
penggunaan otot akessori pernafasan
dan meningkatkan kerja pernafasan.
Catat kemampuan untuk / mengelukan Pengeluaran sulit bila sekret sangat
mukosa/batuk efektif. Catat karakter, tebal. Sputum berdarah kental atau
jumlah, sputum,adanya hempotisis berdarah cerah diakibatkan kerusakan
kavitas paru atau luka bronkial yang
dapat menentukan evaluasi atau
intervensi lanjutan
Berikan pasien posisi semi/fowler,tinggi. Posisi membantu memaksimalkan
Bantu pasien untuk batuk dan latihan ekspansi paru dan menurunkan ekspansi
nafas dalam. paru dan menurunkan upaya pernafasan.
Ventilasi maksimalkan membuka area
ateletaksis dan peningkatan gerakan
sekret kedalam jalan nafas besar untuk
keluarkan.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : Mencegah obstruksi/aspirasi .
penghisapan sesuai keperluan penghisapan dapat dilakukan bila pasien
tidak mampu untuk mengeluarkan
sekret.
Pertahankan masukan cairan sedikitnya Pemasukan tinggi cairan membatu
2500ml/hari kecuali kontraindikasi untuk mengeluarkan sekret,
membuatnya mudah untuk dikeluarkan.
KOMBINASI
Lembabkan udara / oksigen inspirasi Mencegah pengeringan membran
mukosa, membantu pengenceran sekret
Beri obat-obatan sesuai indikasi Agen mukolistik menurunkan
 Agen mukolitik, contoh kekentalan dan perlengketan sekret paru
asetilsistein (mucomyst) untuk memudahkan pembersihan.
 Bronkodilrtor contohnya Bronkodilator meningkatkan ukuran
oksitrifilin (holedyl) : Teofilin lumen percabangan trakeobronkial
 Kortikosteroid (prednison) sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
Membantu intubasi darurat Bergunakan pada adanya keterlibatan
luas dengan hipoksemia dan bial respon
inflamasi mengancam hidup.
Intubasi diperlukan pada kasus jarang
bronkogenink TB edema

K. Evaluasi Keperawatan

EVALUASI KEPERAWATAN (SOAP)


s : Ny.Y mengatakan batuk berkurang dan lender tidak ada lagi saat
batuk.
o : saat batuk pasien melakukan teknik batuk efektif. Auskultasi tidak
ada bunyi ronchi.
a : masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi,
p : intervensi keperawatan dihentikan, pasien pulang.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat
mematikan. Penyakit ini di sebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru ,namun juga bias
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberculosis menyebar melalui udara ketika
seseorang dengan infeksi tuberculosis aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah
mereka melalui udara.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai