Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami kesehatan,
kesempatan dan keselamatam sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul “TUBERCULOSIS PARU “ tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah kami,
Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif tetap kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah berikutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat Amin.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui transmisi udara (droplet dahak pasien tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau
berbicara. Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Penyakit tuberkulosis paru menyerang semua golongan usia, jenis kelamin dan berlanjut tidak hanya
pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis (Soemantri, 2009). Seluruh kasus, 11%-nya dialami oleh sebagian
anak-anak usia di bawah 15 tahun dan meningkat lagi pada usia dewasa dan lanjut (Soemantri, 2009).
Penularan tuberkulosis paru yangcepat, menjadikan tuberkulosis paru sebagai salah satu masalah
global.Tahun 2009 terdapat 9,4 juta kasus tuberkulosis paru di dunia. Kasus terbanyak terjadi di Asia
Tenggara yaitu sekitar 35%, Afrika sekitar 30%, Pasifik Barat sekitar 20% penderita tuberkulosis paru
disebabkan karena HIV (WHO,2010). Penyakit Tubercolusis bila tidak diobati akan menjadi sumber
penularan, bagi keluarga, masyarakat, terutama anak-anak yang sangat rentan terjadi penularan
berkaitan dengan daya tahan tubuh, bagi klien akan berdampak seperti Batuk Darah (=Hemoptysis,
Hemoptoe), TB Larings, Pleuritis Eksudatif, Pnemotoraks, Hidropnemotoraks, Empiema/Piotoraks,
dan Pnemotoraks, Abses Paru, Cor Pulmonale (Danusantoso, 2000). Gejala Tubercolusis yaitu batuk
berdahak lebih dari 2 minggu, batuk darah, nyeri dada, badan panas sampai menggigil, keringat
malam hari tanpa aktifitas, gangguan mentruasi, anoreksia dan lemah badan (Mukty, 2014)Masalah
keperawatan yang sering muncul pada pasien TB antara lain bersihan jalan napas tidak efektif,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan hipertermia (Nurarif, 2015). Peran
perawat dalam mengatasi hal tersebut antara lain membersihkan jalan napas dengan mengajarkan
batuk efektif, membersihkan secret, mengatur kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien, dan
kolaborasi dalam pemberian terapi obat-obatan (Soemantri, 2014). Keberhasilan pengobatan
tuberculosistergantung pada pengetahuan klien dan dukungan dari keluarga. Dampak yang akan
muncul bila tidak segera tertangani adalah meningkatnya angka kematian akibat penyakit
tuberculosis.
Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru
2. Apa etiologi dari penyakit tuberkulosis paru
3. Apa manifestasi dari tuberkulosis paru
4. Apa patofiologi dari tuberkulosis paru
5. Apa komplkikasi dari tuberkulosis paru
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang digunakan
7. Bagaimana cara pencegahan dari tuberkulosis paru
8. Bagaimana pengobatan dari tuberkulosis paru
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru
2. Mengetahui apa etiologi dari tuberkulosis paru
3. Mengetahui manifestasi dari tuberkulosis paru
4. Mengetahui patofisiologi dari tuberkulosis paru
5. Mengetahui apa saja komplikasi dari tuberkulosis paru
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari tuberkulosis paru
7. Mengetahui cara pencegahan tuberkulosis paru
8. Mengetahui pengobatan dari tuberkulosis paru
3. Manifestasi klinis
Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan beberapa gejala penyakit, seperti:
Batuk terus-menerus yang berlangsung lama (lebih dari 2–3 minggu)
Batuk berdarah
Nyeri dada saat bernapas atau batuk
Sesak napas
Selain itu, gejala penyakit TBC juga bisa berupa:
Penurunan berat badan
Lemas
Demam dan menggigil
Berkeringat di malam hari
Tidak nafsu makan
4. Patofisiologi dari tuberkulosis paru
Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang
telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah,
droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius
akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontakpertamabakteri Mycobacteriumtuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks
Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di
bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru.
Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi
bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Nodul
fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen
dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru.
Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi
tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten
Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi
laten dapat teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan
menjadi infeksi tuberkulosis sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di
apeks paru-paru
5. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, menurut Suyono (2011), komplikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Komplikasi Dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laringitis
e. Menjalar ke organ lain (usus)
f. Poncets arthropathy
2. Komplikasi Lanjut
a. Obstruksi jalan nafas (SOPT: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b. Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosa Paru, kor pulmonal)
c. Amiloidasis
d. Karsinoma Paru
e. Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)
6. pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan kasus TB, kelainan yang terjadi tergantungpada organ yang
terkena. Pada kasus TB paru, awal perkembanganpenyakit tuberkulosis ini sulit sekali
ditemukan adanya kelainan. Kelainan paru sering terletak di lobus superior terutama
daerah apeksdan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior, Umumnya dalam
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanyasuara nafas bronkial, amforik, suara nafas
melemah, ronki basah,tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologi
7. Cara pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari penularan TBC antara
lain:
Vaksinasi BCG
Di Indonesia, vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) termasuk dalam
daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi usia 2 bulan. Bagi yang belum
pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk menjalani vaksinasi bila ada salah
satu anggota keluarga yang menderita TBC.
Menjaga kebersihan tangan. Selalu cuci tangan dengan cara yang benar, gunakan air,
(jangan lupa sela-sela jari dan punggung telapak tangan), gunakan sabun atau cairan
berbasis alkohol untuk membunuh kuman yang tidak terlihat. Lakukan cuci tangan
sesering mungkin, saat akan atau selesai melakukan sesuatu apalagi jika berada di
Rumah Sakit atau sarana layanan kesehatan lainnya.
Melakukan etika batuk
I. . Tutup hidung dan mulut dengan tisu, saputangan atau kain. Jika tidak
adajangan tutup menggunakan tangan melainkan gunakan lengan dalam baju
anda.
II. Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
III. Cuci tangan dengan menggunakan bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol
IV. . Gunakan masker jika sedang sakit atau ada yang sakit disekitar kita.
8. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu
yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang
disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya,
TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.
Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:
Isoniazid
Rifampicin
Pyrazinamide
Ethambutol
Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. Sama seperti obat-obat lain, obat
TBC juga memiliki efek samping, antara lain:
Warna urine menjadi kemerahan Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau
susukGangguan penglihatanGangguan sarafGangguan fungsi hati
Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat
dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia
dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.
B.Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pasien bernama Tn.B berjenis kelamin laki – laki dengan umur 74 tahun, berstatus kawin ,
Tn.B bertempat tinggal di Desa Lambo lemo, eragama Islam,pekerjaan sebagai petani,Tn.B
diagnose Tuberkulosis Paru. Saat dirawat di Puskesmas Tosiba yang bertanggung jawab
adalah Ny.M yang merupakan istri dari Tn.B berumur 65 tahun dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Riwayat kesehatan klien, Klien masuk rumah sakit dengan keluhan
batukbatuk, disertai sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Pada saat pengkajian, klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Klien mengatakan batuk-batuk dan jika
batuk klien kesulitan untuk bernapas, ke aktivitasnya terganggu. Klien mengeluh tidak bisa
tidur dari kemarin karena sesak napas dan batuk-batuk dan klien mengatakan susah makan
(hanya makan bubur) dengan frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok setiap
waktu makan). Klien mengatakan pernah mengalami penyakit Asma sekitar 5 tahun yang
lalu. Hasil observasi dan Pemeriksaan FisikKeadaan umum: klien tampak lemah, klien
tampak lusuh.TB: 168 cm, BB: 53 kg, Tanda-tanda vital:didapatkan hasil tekanan darah
120/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, dan suhu 36,5oC . Pola
kebersihan / Personal hygiene klien mengatakan sebelum sakit biasanya mandi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap hari, tidak pernah gunting kuku, dan selalu gosok gigi sebelum makan,
sebelum tidur dan setelah makan. Sedangkan sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan
tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gsosok gigi dan tidak pernah gunting kuku.
Klasifikasi Data
Data subjektif :
Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan batuk-
Batuk
Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gosok
gigi dan tidak pernah gunting kuku.
Data Objektif
Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah
2) Ds: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan
batuk-batuk
Do:
TD : 120/60 mmHg.
Etiologi
3) Ds: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang
gosok gigi dan tidak pernah gunting kuku.
Do:
Gigi tampak kotor
Etiologi
Masalah
b. Diagnosa Keperawatan
DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas
dan Batuk-batuk
DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak
lusuh.
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
I. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekreet yang
ditandai dengan:
b. Do: Pernapasan 32 kali/menit, klien tampak batuk berlendir, klien tampak sesak,
Tujuan
2) Sekret berkurang
Intervensi
1. Kaji fungsi respirasi misalnya suara napas, jumlah, irama dan kedalaman serta penggunaan
otot napas tambahan.
2. Atur posisi tidur semi atau high fowler. Bantu klien untuk berlatih batuk secara efektif.
3. Berikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, anjurkan untuk diberikan dalam kondisi hangat
jika tidak ada kontraindikasi.
Rasional
1.Adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan obat tambahan menandakan kondisi
penyakit yang masih harus mendapatkan penanganan penuh.
5. Meningkatkan kadar tekanan parsial oksigen dan saturasi oksigen dalam darah.
6. Pengobatan berfungsi untuk memper-lebar saluran udara, mempertebal dinding saluran
udara (bronkus), dan Mengencerkan sekret.
II. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai Dengan:
DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan Batuk-batuk
DO: Klien tampak lemah, TD: 120/60 mmHg, konjungtiva tampak Anemis, HGB:
13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32 kali/ menit, Klien tampak batuk berlendir
Tujuan
Kriteria hasil :
Intervensi
4. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sederhana sebelum tidur misalnya membaca
kitab suci, mengaji, atau sholat (berdoa)
Rasional
III. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan dalam Merawat
diri yang ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang Gosok gigi dan
tidak pernah gunting kuku.
DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak lusuh.
Tujuan
Kriteria hasil:
Intervensi
3. Lakukan perawatan diri klien (mandi, gunting kuku, keramas dan oral hygiene).
Rasional
o Implementasi :
1.Jam 11.00. Mengkaji suara napas dengan melakukan auskultasi menggunakan stetoskop
dan didengarkan pada area dada dan punggung, menghitung frekuensi pernapasan dengan
melihat jumlah inspirasi dan ekspirasi, serta mengobservasi penggunaan otot napas tambahan
dengan cara inspeksi.
2. Jam 11.05. Mengatur posisi tidur dengan memberikan posisi semifowler (posisi setengah
duduk).
3. Jam 11.10. Memberikan klien minum air hangat sebanyak setengah gelas untuk
mengencerkan sputum yang menumpuk di jalan napasnya.
4. Jam 11.15 . Mengajarkan dan mendemonstrasikan batuk efektif dengan cara menarik napas
dalam melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut, diulang selama tiga kali
kemudian ketika menarik napas yangketiga kalinya lalu batuk secara spontan.
5. Jam 11.20 Memberikan oksigen tambahan sebanyak 2 liter dengan menggunakan kanula
nasal.
6.jam 11.25 Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien diberikan codein 1 tablet
dan ambroxol 1 tablet.
o Evaluasi:
O : Klien batuk berlendir, terdengar Suara napas tambahan: ronchi Pada paru kiri (ICS III),
RR: 30 Kali/menit.
o Implementasi
1.jam 15.00 Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam Tidur, jam bangun tidur
serta kesulitan tidur atau Seringnya terbangun di malam hari.
2.jam 15.05 Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi Fowler) dengan cara
memberikan sanggahan bantal pada Kepala sampai pundak.
3.jam 15.10 Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara Membatasi jumlah
pengunjung dan penjaga yang Diperbolehkan hanya 1 orang.
4.jam 15.15 Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas Sederhana sebelum tidur
misalnya membaca kitab suci, Mengaji, atau sholat (berdoa).
o Evaluasi
o Implementasi
1.jam 16.30. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukanPerawatan diri dan hasilnya klien
tidak mampu Melakukan perawatan diri karena tangannya diinfus, Namun keluarga
mengatakan akan selalu membantu Memandikan klien.
2. Jam 16.35 .Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang Pentingnya perawatan diri.
3.jam 16.40. Memandikan klien dengan menggunakan tisu basahSecara hati-hati dan selalu
memantau pernapasannya.
4.Jam 16.45.Melakukan perawatan kuku (potong kuku dan Bersihkan) dengan cara
merendam tangan di air hangat Kemudian kuku dipotong dan dibersihkan.
5. Jam 16.50 .Membantu klien dalam menggosok gigi dengan Menggunakan sikat dan pasta
gigi.
o Evaluasi
P: Intervensi dipertahankan.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan Dapat kami simpulkan bahwa insiden penderita tuberculosis paru {TBC paru} semakin
meningkat pertahunya. Ada beberapa sebab yabg berhubungan dengan peningkatan penderita
tuberculosis paru antara lain minimnya kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum ,
kurangnya pengetahuan /informasi pada masyarakat tentang penularan Tuberculosis paru ,kelalaian
dalam berobat ,sehingga sebagai tenaga kesehatan harus memberikan perhatian khusus pada
masayarakat yang terpapar dengan micobakterium tuberculosis sehingga penderita Tb dapat
diminimalis jumlah penderitanya
Saran
Saran kami sebagai penulis kepada seluruh para pembaca ; dapat memahami defenisi ,
etiologi,tanda dan gejala, serta klasifikasi Tb. Kritik dan saranya sangat kami harapkan yang
bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah berikutnya . Sekian dan terima kasih .
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medical
Kunoli, Firdaus J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans InfoMedia
Muttaqin, Arif. (2012) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Naga, Sholeh S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA press
Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Yogyakarta: Mediactio.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan
Praktik.Yogyakarta. Grahara Ilmu
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB I Keperawatan Medikal
Bedah: Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika