Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami kesehatan,
kesempatan dan keselamatam sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul “TUBERCULOSIS PARU “ tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah kami,
Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif tetap kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah berikutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat Amin.

Makassar, 13 Mei 2011


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
 Latar Belakang
 Rumusan Masalah
 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Penyakit Tb Paru
 Pengertian Tuberkulosis Paru
 Etiologi
 Manifestasi
 Patofisiologi
 Klasifikasi
 Pemeriksaan penunjang
 Cara pencegahan
 Pengobatan
B. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
 Diagnosa Keperawatan
 Perencanaan Keperawatan
 Implementasi Keperawatan
 Evaluasi Keperawatan
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
 KESIMPULAN
 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui transmisi udara (droplet dahak pasien tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau
berbicara. Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Penyakit tuberkulosis paru menyerang semua golongan usia, jenis kelamin dan berlanjut tidak hanya
pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis (Soemantri, 2009). Seluruh kasus, 11%-nya dialami oleh sebagian
anak-anak usia di bawah 15 tahun dan meningkat lagi pada usia dewasa dan lanjut (Soemantri, 2009).
Penularan tuberkulosis paru yangcepat, menjadikan tuberkulosis paru sebagai salah satu masalah
global.Tahun 2009 terdapat 9,4 juta kasus tuberkulosis paru di dunia. Kasus terbanyak terjadi di Asia
Tenggara yaitu sekitar 35%, Afrika sekitar 30%, Pasifik Barat sekitar 20% penderita tuberkulosis paru
disebabkan karena HIV (WHO,2010). Penyakit Tubercolusis bila tidak diobati akan menjadi sumber
penularan, bagi keluarga, masyarakat, terutama anak-anak yang sangat rentan terjadi penularan
berkaitan dengan daya tahan tubuh, bagi klien akan berdampak seperti Batuk Darah (=Hemoptysis,
Hemoptoe), TB Larings, Pleuritis Eksudatif, Pnemotoraks, Hidropnemotoraks, Empiema/Piotoraks,
dan Pnemotoraks, Abses Paru, Cor Pulmonale (Danusantoso, 2000). Gejala Tubercolusis yaitu batuk
berdahak lebih dari 2 minggu, batuk darah, nyeri dada, badan panas sampai menggigil, keringat
malam hari tanpa aktifitas, gangguan mentruasi, anoreksia dan lemah badan (Mukty, 2014)Masalah
keperawatan yang sering muncul pada pasien TB antara lain bersihan jalan napas tidak efektif,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan hipertermia (Nurarif, 2015). Peran
perawat dalam mengatasi hal tersebut antara lain membersihkan jalan napas dengan mengajarkan
batuk efektif, membersihkan secret, mengatur kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien, dan
kolaborasi dalam pemberian terapi obat-obatan (Soemantri, 2014). Keberhasilan pengobatan
tuberculosistergantung pada pengetahuan klien dan dukungan dari keluarga. Dampak yang akan
muncul bila tidak segera tertangani adalah meningkatnya angka kematian akibat penyakit
tuberculosis.

 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru
2. Apa etiologi dari penyakit tuberkulosis paru
3. Apa manifestasi dari tuberkulosis paru
4. Apa patofiologi dari tuberkulosis paru
5. Apa komplkikasi dari tuberkulosis paru
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang digunakan
7. Bagaimana cara pencegahan dari tuberkulosis paru
8. Bagaimana pengobatan dari tuberkulosis paru
 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru
2. Mengetahui apa etiologi dari tuberkulosis paru
3. Mengetahui manifestasi dari tuberkulosis paru
4. Mengetahui patofisiologi dari tuberkulosis paru
5. Mengetahui apa saja komplikasi dari tuberkulosis paru
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari tuberkulosis paru
7. Mengetahui cara pencegahan tuberkulosis paru
8. Mengetahui pengobatan dari tuberkulosis paru

 Konsep Dasar Penyakit Tb Paru

1. Pengertian tuberkulosis paru


Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalahpenyakit
radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses
yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
2. Etiologi

Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


tuberculosis yang merupakan basil tahan asam dan alkohol. M. tuberculosis adalah bakteri
yang bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan intraseluler. Kandungan lipid yang tinggi pada
dinding sel M. tuberculosis menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik dan sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan lainnya.
M.tuberculosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem, kondisi
rendah oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya menginfeksi paru-paru tetapi
dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak, hati, ginjal, dan saluran pencernaan.
Manusia merupakan satu-satunya host Mycobacterium tuberculosis

3. Manifestasi klinis
Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan beberapa gejala penyakit, seperti:
 Batuk terus-menerus yang berlangsung lama (lebih dari 2–3 minggu)
 Batuk berdarah
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk
 Sesak napas
Selain itu, gejala penyakit TBC juga bisa berupa:
 Penurunan berat badan
 Lemas
 Demam dan menggigil
 Berkeringat di malam hari
 Tidak nafsu makan
4. Patofisiologi dari tuberkulosis paru
Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang
telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah,
droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius
akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontakpertamabakteri Mycobacteriumtuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks
Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di
bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru.
Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi
bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Nodul
fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen
dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru.
Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi
tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten
Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi
laten dapat teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan
menjadi infeksi tuberkulosis sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di
apeks paru-paru

5. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, menurut Suyono (2011), komplikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Komplikasi Dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laringitis
e. Menjalar ke organ lain (usus)
f. Poncets arthropathy
2. Komplikasi Lanjut
a. Obstruksi jalan nafas (SOPT: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b. Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosa Paru, kor pulmonal)
c. Amiloidasis
d. Karsinoma Paru
e. Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)

6. pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan kasus TB, kelainan yang terjadi tergantungpada organ yang
terkena. Pada kasus TB paru, awal perkembanganpenyakit tuberkulosis ini sulit sekali
ditemukan adanya kelainan. Kelainan paru sering terletak di lobus superior terutama
daerah apeksdan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior, Umumnya dalam
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanyasuara nafas bronkial, amforik, suara nafas
melemah, ronki basah,tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

 Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi sangat penting untuk menemukan kuman M. tuberculosis


dalam penegakkan diagnosis. Diagnosis TBparu pada orang dewasa dengan
ditemukannya BTA (Basil TahanAsam) pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis.Pemeriksaan dahak dengan menggunakan 3 spesimen dahakyang diambil
dalam dua hari kunjungan pasien TB paru yangberurutan berupa SPS yaitu :9
 S (Sewaktu) : pengambilan dahak dilakukan pada saat suspekTB datang pada
kunjungan pertama kali. Padasaat pulang, suspek TB membawa sebuah
potdahak untuk mengumpulkan kembali dahak pagipada hari kedua.
 P (Pagi) : pengambilan dahak dilakukan di rumah pasien pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur Pot yang terisi dahak pagi dibawa dan
diserahkansendiri kepada petugas di UPK.
 S (sewaktu) : pengambilan dahak dilakukan pada hari keduayaitu pada saat
menyerahkan dahak pagi di UPK. Spesimen dalam pemeriksaan dahak ini
berbentuk cairan yang dikumpulkan dalam pot yang mempunyai mulut lebar
denganpenampang 6 cm atau lebih, tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak
bocor.Hasil pemeriksaan dahak dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen dahak SPS menunjukkan hasil BTA positif.Apabila hanya 1
spesimen dahak saja yang positif, maka perludilakukan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.
 Pemeriksaan radiologik
- foto toraks PA
- foto lateral
- top lordotik
- CT Scan
foto toraks pada TB :multiform

 Pemeriksaan penunjang lain


1.Analisa cairan pleura : - rivalta +
- sel limfosit >>
- glukosa rendah
2.Pemeriksaan histopatologis jaringan
3.Pemeriksaan darah : LED meningkat proses aktif
4.Uji tuberkulin : bermakna bila konversi,bula
kepositifan besar sekali

7. Cara pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari penularan TBC antara
lain:
 Vaksinasi BCG
Di Indonesia, vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) termasuk dalam
daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi usia 2 bulan. Bagi yang belum
pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk menjalani vaksinasi bila ada salah
satu anggota keluarga yang menderita TBC.

 Menjaga kebersihan tangan. Selalu cuci tangan dengan cara yang benar, gunakan air,
(jangan lupa sela-sela jari dan punggung telapak tangan), gunakan sabun atau cairan
berbasis alkohol untuk membunuh kuman yang tidak terlihat. Lakukan cuci tangan
sesering mungkin, saat akan atau selesai melakukan sesuatu apalagi jika berada di
Rumah Sakit atau sarana layanan kesehatan lainnya.
 Melakukan etika batuk

I. . Tutup hidung dan mulut dengan tisu, saputangan atau kain. Jika tidak
adajangan tutup menggunakan tangan melainkan gunakan lengan dalam baju
anda.
II. Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
III. Cuci tangan dengan menggunakan bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol
IV. . Gunakan masker jika sedang sakit atau ada yang sakit disekitar kita.

 Tidak sembarangan membuang dahak


 Menggunakan masker bila menderita batuk
 Rumah dan tempat bekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga aliran
udara lancar
 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat bekerja
 Pola hidup sehat

8. Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu
yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang
disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya,
TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.

Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:

 Isoniazid
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol

Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. Sama seperti obat-obat lain, obat
TBC juga memiliki efek samping, antara lain:

Warna urine menjadi kemerahan Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau
susukGangguan penglihatanGangguan sarafGangguan fungsi hati

Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat
dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia
dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.

B.Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pasien bernama Tn.B berjenis kelamin laki – laki dengan umur 74 tahun, berstatus kawin ,
Tn.B bertempat tinggal di Desa Lambo lemo, eragama Islam,pekerjaan sebagai petani,Tn.B
diagnose Tuberkulosis Paru. Saat dirawat di Puskesmas Tosiba yang bertanggung jawab
adalah Ny.M yang merupakan istri dari Tn.B berumur 65 tahun dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Riwayat kesehatan klien, Klien masuk rumah sakit dengan keluhan
batukbatuk, disertai sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Pada saat pengkajian, klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Klien mengatakan batuk-batuk dan jika
batuk klien kesulitan untuk bernapas, ke aktivitasnya terganggu. Klien mengeluh tidak bisa
tidur dari kemarin karena sesak napas dan batuk-batuk dan klien mengatakan susah makan
(hanya makan bubur) dengan frekuensi makan 3 kali sehari (hanya makan 4 sendok setiap
waktu makan). Klien mengatakan pernah mengalami penyakit Asma sekitar 5 tahun yang
lalu. Hasil observasi dan Pemeriksaan FisikKeadaan umum: klien tampak lemah, klien
tampak lusuh.TB: 168 cm, BB: 53 kg, Tanda-tanda vital:didapatkan hasil tekanan darah
120/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, dan suhu 36,5oC . Pola
kebersihan / Personal hygiene klien mengatakan sebelum sakit biasanya mandi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap hari, tidak pernah gunting kuku, dan selalu gosok gigi sebelum makan,
sebelum tidur dan setelah makan. Sedangkan sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan
tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gsosok gigi dan tidak pernah gunting kuku.

 Klasifikasi Data

 Data subjektif :

 Klien mengatakan batuk-batuk.

 Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan batuk-
Batuk

 Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gosok
gigi dan tidak pernah gunting kuku.

 Data Objektif

 Klien tampak lemah

 Klien tampak lusuh.

 TB: 158 cm, BB: 53 kg,

 Berat badan ideal = 61,2 kg

 Tekanan darah 120/60 mmHg,

 nadi 80 kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, dan suhu 36,5oC.

 Klien tampak batuk berlendir.

 Klien tampak sesak.

 Analisa Data

 Data

1) Ds: Klien mengatakan batuk-batuk.


Do: a. Pernapasan: 32 kali/ menit.

b. Klien tampak batuk berlendir.

c. Klien tampak sesak.

 Etiologi

Proses peradangan pada Jaringan paru , Mekanisme pertahanan tubuh terhadap


adanya mikroorganisme, Peningkatan produksi mukus di jalan napas, Penumpukan
sputum pada jalan napas, Bersihan jalan napas tidak efektif

 Masalah

Bersihan jalan napas tidak efektif

2) Ds: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan
batuk-batuk

Do:

 . Klien tampak lemah

 TD : 120/60 mmHg.

 . Konjungtiva tampak anemis.

 Pernapasan: 32 kali/ Menit

 Klien tampak batuk berlendir.

 Etiologi

Proses penyakit, Adanya peningkatan ,Frekuensi pernapasan, Penumpukan sputum


dan Batuk, Merangsang SSO,Peningkatan aktivitas RAS untuk mengaktifkan Kerja
organ Aktifitas REM menurun Klien terjaga Gangguan pola tidur.

 Masalah: Gangguan pola tidur

3) Ds: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang
gosok gigi dan tidak pernah gunting kuku.

Do:
 Gigi tampak kotor

 Kuku panjang dan kotor

 Klien tampak lusuh.

 Etiologi

Proses penyakit, Asupan nutrisi yang tidak ,adekuat,Kelemahan umum, Penurunan


kemampuan ,dalam merawat diri Defisit perawatan diri

 Masalah

Defisit perawatan diri

b. Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan


sekreet yang ditandai dengan:

a. Ds: Klien mengatakan batuk-batuk

b. Do: Pernapasan 32 kali/menit, klien tampak batuk berlendir, klien


tampak sesak,

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit yang


ditandai Dengan:

DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas
dan Batuk-batuk

DO: Klien tampak lemah, TD: 120/60 mmHg, konjungtiva tampak


Anemis, HGB: 13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32 kali/ menit,
Klien tampak batuk berlendir

 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan


dalam Merawat diri yang ditandai dengan:

DS: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas,


jarang Gosok gigi dan tidak pernah gunting kuku.

DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak
lusuh.

c. Intervensi Keperawatan

 Diagnosa Keperawatan
I. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekreet yang
ditandai dengan:

a. Ds: Klien mengatakan batuk-batuk

b. Do: Pernapasan 32 kali/menit, klien tampak batuk berlendir, klien tampak sesak,

 Tujuan

Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam, bersihan jalan napas menjadi


efektif.Kriteria hasil :

1) Batuk berkurang/ hilang

2) Sekret berkurang

3) Suara napas paru vesikuler.

 Intervensi

1. Kaji fungsi respirasi misalnya suara napas, jumlah, irama dan kedalaman serta penggunaan
otot napas tambahan.

2. Atur posisi tidur semi atau high fowler. Bantu klien untuk berlatih batuk secara efektif.

3. Berikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, anjurkan untuk diberikan dalam kondisi hangat
jika tidak ada kontraindikasi.

4. Ajarkan klien cara batuk efektif.

5. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

6. Berikan pengobatan bronko-dilator, kortikosteroid dan agen mukolitik sesuai indikasi.

 Rasional

1.Adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan obat tambahan menandakan kondisi
penyakit yang masih harus mendapatkan penanganan penuh.

2. Posisi semi / high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara


maksimal. Batuk efektif mempermudah ekspektorasi mukus.

3. Air hangat akan mempermudah mengencerkan sekret melalui proses konduksi.

4. Batuk efektif akan membantu mengeluarkan sekret.

5. Meningkatkan kadar tekanan parsial oksigen dan saturasi oksigen dalam darah.
6. Pengobatan berfungsi untuk memper-lebar saluran udara, mempertebal dinding saluran
udara (bronkus), dan Mengencerkan sekret.

II. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai Dengan:

DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan Batuk-batuk

DO: Klien tampak lemah, TD: 120/60 mmHg, konjungtiva tampak Anemis, HGB:
13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32 kali/ menit, Klien tampak batuk berlendir

 Tujuan

Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi.

Kriteria hasil :

1) TD dalam batas normal.

2) Konjungtiva tidak anemis

3) Tidak ada kelemahan

4) Tidur menjadi adekuat

 Intervensi

1. Kaji pola, waktu dan faktor penyebab kesulitan tidur.

2. Berikan posisi yang nyaman bagi klien.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang misalnya dengan membatasi pengunjung.

4. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sederhana sebelum tidur misalnya membaca
kitab suci, mengaji, atau sholat (berdoa)

 Rasional

1. Untuk mengidentifikasi masalah dan membantu pilihan intervensi.

2. Posisi yang nyaman akan membuat klien menjadi lebih tenang.

3. Lingkungan sangat mendukung kenyamanan klien.

4. Spiritual akan membantu Menenangkan jiwa klien

III. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan dalam Merawat
diri yang ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang Gosok gigi dan
tidak pernah gunting kuku.

DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak lusuh.

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, perawatan diri terpenuhi.

Kriteria hasil:

1) Gigi tampak bersih.

2) Kuku Tampakbersih dan Pendek.

3) Badan bersih Dan wangi.

 Intervensi

1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri.

2. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan diri.

3. Lakukan perawatan diri klien (mandi, gunting kuku, keramas dan oral hygiene).

4. Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri

 Rasional

1. Mengidentifikasi intervensi yang akan dilaksanakan.

2. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga.

3. Memenuhi perawatan diri klien.

4. Keterlibatan keluarga akan menjadikan keluarga mandiri dalam merawat klien

d. Implementasi dan Evaluasi

a) Hari/ tanggal : kamis 05 juni 2022

o Implementasi :

i. Selasa 05 juni 2022

1.Jam 11.00. Mengkaji suara napas dengan melakukan auskultasi menggunakan stetoskop
dan didengarkan pada area dada dan punggung, menghitung frekuensi pernapasan dengan
melihat jumlah inspirasi dan ekspirasi, serta mengobservasi penggunaan otot napas tambahan
dengan cara inspeksi.

2. Jam 11.05. Mengatur posisi tidur dengan memberikan posisi semifowler (posisi setengah
duduk).

3. Jam 11.10. Memberikan klien minum air hangat sebanyak setengah gelas untuk
mengencerkan sputum yang menumpuk di jalan napasnya.

4. Jam 11.15 . Mengajarkan dan mendemonstrasikan batuk efektif dengan cara menarik napas
dalam melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut, diulang selama tiga kali
kemudian ketika menarik napas yangketiga kalinya lalu batuk secara spontan.

5. Jam 11.20 Memberikan oksigen tambahan sebanyak 2 liter dengan menggunakan kanula
nasal.

6.jam 11.25 Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien diberikan codein 1 tablet
dan ambroxol 1 tablet.

o Evaluasi:

Kamis 05 Juni 2022 pukul 13:00

S : Klien mengatakan masih batuk Berlendir tetapi darahnya sudah Berkurang.

O : Klien batuk berlendir, terdengar Suara napas tambahan: ronchi Pada paru kiri (ICS III),
RR: 30 Kali/menit.

A : Bersihan jalan nafas tidakTeratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5 dan 6

ii. Selasa 05 juni 2022

o Implementasi

1.jam 15.00 Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam Tidur, jam bangun tidur
serta kesulitan tidur atau Seringnya terbangun di malam hari.

2.jam 15.05 Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi Fowler) dengan cara
memberikan sanggahan bantal pada Kepala sampai pundak.

3.jam 15.10 Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara Membatasi jumlah
pengunjung dan penjaga yang Diperbolehkan hanya 1 orang.

4.jam 15.15 Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas Sederhana sebelum tidur
misalnya membaca kitab suci, Mengaji, atau sholat (berdoa).
o Evaluasi

Selasa 05 juni 2022 15.30

S : Klien mengatakan sulit tidur dan Sering terbangun karena batuk.

O: Klien tampak lemah, TD 120/60 mmHg, konjungtiva tampak anemis,

A: gangguan pola tidur teratasi.

P: intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.

iii. Selasa 05 juni 2022

o Implementasi

1.jam 16.30. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukanPerawatan diri dan hasilnya klien
tidak mampu Melakukan perawatan diri karena tangannya diinfus, Namun keluarga
mengatakan akan selalu membantu Memandikan klien.

2. Jam 16.35 .Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang Pentingnya perawatan diri.

3.jam 16.40. Memandikan klien dengan menggunakan tisu basahSecara hati-hati dan selalu
memantau pernapasannya.

4.Jam 16.45.Melakukan perawatan kuku (potong kuku dan Bersihkan) dengan cara
merendam tangan di air hangat Kemudian kuku dipotong dan dibersihkan.

5. Jam 16.50 .Membantu klien dalam menggosok gigi dengan Menggunakan sikat dan pasta
gigi.

6.jam .16.55 Melibatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri Klien.

o Evaluasi

Selasa 05 juni 2022 pukul 17.45

S : Klien mengatakan segar setelah dimandikan (waslap) dan gosok gigi.

O : Klien tampak segar, bersih dan harum.

A: Defisit perawatan diri teratasi.

P: Intervensi dipertahankan.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan

Kesimpulan Dapat kami simpulkan bahwa insiden penderita tuberculosis paru {TBC paru} semakin
meningkat pertahunya. Ada beberapa sebab yabg berhubungan dengan peningkatan penderita
tuberculosis paru antara lain minimnya kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum ,
kurangnya pengetahuan /informasi pada masyarakat tentang penularan Tuberculosis paru ,kelalaian
dalam berobat ,sehingga sebagai tenaga kesehatan harus memberikan perhatian khusus pada
masayarakat yang terpapar dengan micobakterium tuberculosis sehingga penderita Tb dapat
diminimalis jumlah penderitanya 

 Saran

Saran kami sebagai penulis kepada seluruh para pembaca ; dapat memahami defenisi ,
etiologi,tanda dan gejala, serta klasifikasi Tb. Kritik dan saranya sangat kami harapkan yang
bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah berikutnya . Sekian dan terima kasih .

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA


Press

Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medical

Bedah Klien Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta: EGC

Kunoli, Firdaus J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans InfoMedia

Muttaqin, Arif. (2012) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

System Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Naga, Sholeh S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:

DIVA press

Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid I.

Yogyakarta: Mediactio.

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan
Praktik.Yogyakarta. Grahara Ilmu

Somantri, Irman. (2012). Asuhan keperawatan pada klien gangguan system

pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB I Keperawatan Medikal

Bedah: Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai