DISUSUN OLEH:
2. MASRIN
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "KONSEP PENYAKIT DAN
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU" dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulisPenulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 8
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit
salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap menjadi masalah
paru pada tahun 2019 tiap tahunnya di dunia, dimana 90% diantaranya
ditemukan pada usia dewasa yaitu laki-laki sebanyak 5,4 juta orang dan
perempuan sebanyak 3,2 juta orang. Indonesia merupakan salah satu negara
yang mempunyai beban TB paru terbesar diantara 5 negara di Asia yaitu India,
populasi yang menderita TB paru di Indonesia sebesar 842.000 jiwa dari sekitar
Sumatera Utara dijumpai 156 kasus per 100.000 penduduk.3,4 Menurut Profil
kasus TB paru yang ditemukan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 15.715.
Adapun jumlah kasus tertinggi di Sumatera Utara dilaporkan terdapat di Kota
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium
tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-
paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti
kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian,
2015).
B. ETIOLOGI
4.Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal
ginjal kronis.
5.Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia
Tenggara, HaitI
C.PATOFISIOLOGI
Menurut Darliana (2011), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika
pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya kurang
dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat
Mikrobacterium Tuberkulosa berhasil menginfeksi paru- paru maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis, bakteri
TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant
inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem imun
tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu
setelah pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil yang masih hidup.
Granulomas diubah menjadi massa jaringan -jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa
ini disebut tuberkel ghon dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karna gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit
dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel
ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar
di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerang membentuk
jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut
D.MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak nafas, batuk
darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan
respiratorik (Padila,2013).
a. Demam
Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala demam. Ketika
mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel pada bronkus atau
alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi
peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan
terjadilah demam.
b. Malaise
Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal, penurunan berat
badan dan mudah lelah.
a. Batuk
Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul peradangan menjadi produktif
atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid &
Imam,2013).
b. Batuk darah
Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat dari pecahnya pembuluh
darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
c.Sesak nafas
Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan
dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura,
pneumothorax dan lain-lain (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
d. Nyeri dada
Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada tempat
patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung.
Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa FESTASI
KLINIS
E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan hasilnya BTA positif.
2. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali ke pelayanan
kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada
hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan.
S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi mycobacterium tuberculosis
terhadap OAT. Pemeriksaan uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium yang telah
lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance. (Kemenkes,2014).
4.Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada TB paru meliputi :
Untuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis
TB paru berdasarkan pemeriksaan ini.
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya
IgG spesifik terhadap basil TB.
F.PENATA LAKSANAAN
1. Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
a. Tujuan pengobatan
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang
tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
c. Tahapan pengobatan
pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung guna
mencegah terjadinya resisten obat.
Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam jangka
waktu lebih lama.
1) Isoniazid (H)
Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini memiliki dua pengaruh toksik
utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa
gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi, mungkin terjadi pada anak
dengan TB berat dan remaja (Astuti,2010).
2) Rifampisin (R)
Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada urine dan air mata dan
gangguan saluran pencernaan.
3) Etambutol (E)
4) Pirazinamid (Z)
Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual yang disertai nyeri ulu hati dan
muntah.
5) Streptomisin
Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat
disuntikan.
G. KOMPLIKASI
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
H.PATHWAY
I.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, status
perkawinan, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan diagnosa keperawatan
a. Umur
Pada penderita TB paru ditemukan pada usia produktif sekitar 15- 50 tahun. Usia lebih
dari 55 tahun sistem imunologis menurun sehingga membuat rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk TB paru.
b. Jenis kelamin
Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, karena pada
laki-laki cenderung merokok dan minum alkohol sehingga menurunkan sistem
pertahanan tubuh.
Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan tempat tinggal, lingkungan rumah dan sanitasi
tempat kerja yang buruk memudahkan penularan TB paru.
d. Suku bangsa
2.Keluhan utama
TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang memiliki kemiripan gejala
dengan penyakit lain seperti lemah dan demam. Menurut Arif Mutaqqin (2012) keluhan pada
penderita TB paru yaitu:
a. Batuk
Keluhan batuk timbul pada awal dan merupakan gangguan yang sering dikeluhkan oleh
klien.
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalu menjadi alasan utama untuk meminta
pertolongan kesehatan.
c. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas ditemukan apabila kerusakan parenkim sudah luas atau ada hal-hal
lainnya seperti efusi pleura, pneumothoraks dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada klien dengan TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
e.Demam
Demam biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau influenza yang
hilang timbul.
f.Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise, penurunan berat
badan.
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Jika keluhan pada pasien adalah
batuk maka perawat harus menanyakan berapa lama batuk muncul. Jika yang menjadi alasan
pasien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas maka perawat harus mengkaji dengan
menggunakan PQRST agar memudahkan perawat dalam pengkajian.
a.Provoking incident: apakah ada peristiwa penyebab sesak nafas, apakah sesak nafas berkurang
saat istirahat?
b.Quality of pain: seperti apa rasa sesak nafas yang dirasakan pasien apakah rasanya seperti
tercekik atau sulit dalam melakukan inspirasi?
c.Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernafasan? Harus ditunjukan oleh pasien.
d.Severity (scala) of pain: seberapa jauh sesak nafas yang dirasakan klien, seberapa jauh sesak
nafas mempengaruhi aktivitas klien.
e.Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan dan apakah bertambah buruk pada malam
hari atau pada siang hari. Apakah sesak nafas timbul mendadak atau perlahan-lahan. Tanyakan
pada pasien apakah gejala terus menerus atau hilang timbul (intermiten) (Muttaqin,2012).
Perawat menanyakan apakah sebelumnya pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama saat
masih kecil, TB dari orang lain, atau penyakit lain seperti diabetes militus. Tanyakan pada pasien
apakah ada obat-obatan yang diminum pada masa lalu, tanyakan adanya alergi obat serta reaksi
alergi yang timbul (Muttaqin,2012)
Tanyakan apakah penyakit TB paru pernah dialami oleh anggota keluarga lain sebagai faktor
predisposisi penularan di dalam rumah (Muttaqin,2012).
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah bisa menghambat respon
koperatif pada diri klien.
Gejala klien dengan TB paru akan membatasi klien untuk menjalankan kehidupan secara normal.
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakini dipercaya dapat meningkatkan kekuatan klien.
Karena sesak nafas, nyeri dada, dan batuk menyebabkan terganggunya aktivitas ibadahnya.
Karena sesak nafas dan nyeri akan meningkatkan emosi dan rasa cemas klien tentang
penyakitnya
Pola nutrisi Pada penderita TB paru akan mengeluh tidak nafsu makan karena menurunnya
nafsu makan, disertai batuk yang akhirnya berakibat mengalami penurunan berat badan
(Somantri,2012).
b. Pola eliminasi
Penderita TB paru urine berwarna jingga pekatdan berbau sebagai ekskresi karena meminum
OAT terutama Rifampisin (Muttaqin,2012).
Dengan adanya nyeri dada dan sesak nafas pada penderita TB akan terganggu kenyamanan tidur
dan istirahat.
Pada Personal Hygiene tidak mengalami perubahan jika dalam keadaan sakit berat penderita TB
paru membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan Personal Hygiene nya.
e. Aktivitas
Dengan adanya batuk dan sesak nafas akan menganggu aktivitas klien.
7. pemeriksaan fisik
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, warna rambut hitam atau putih biasanya
pada klien dengan asma muka tampak pucat.
c. Pemeriksaan telinga
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, terdapat serumen atau tidak.
d. Pemeriksaan mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan hidung
Simetris, terdapat sekret atau tidak, terdapat polip atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak,
pada klien dengan asma biasanya terdapat cuping hidung.
Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, adakah kesulitan untuk
menelan.
g. Pemeriksaan leher
Simetris, ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran vena
jugularis atau tidak.
4.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi.
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus pada studi literatur yang akan dilakukan oleh penulis
adalah hipertermia.
9.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
pertimbangan dan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien.
(Dermawan, 2012) Intervensi keperawatan mencakup :
1. Perawatan Langsung
Yaitu penanganan yang dilaksanakan setelah berinteraksi dengan klien. Misal klien menerima
intervensi langsung berupa pemberian obat, pemasangan infus intravena, dan konseling saat
berduka.
2. Perawatan Tidak Langsung Yaitu penanganan yang dilakukan tanpa adanya klien, namun tetap
representatif untuk klien. Misal pengaturan lingkungan klien.
J.Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Pada tahap ini
implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing order untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan yang di harapkan. Intervensi dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pada klien.
K.Evaluasi