Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENYULUHAN

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN ETIKA BATUK


DENGAN PENCEGAHAN MENULARNYA PENYAKIT TB
PARU DI BHAYANGKARA MAKASSAR

SITTI KHADJIRAH

NH0220031

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-
Nya, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengetahuan dan Penerapan etika batuk
dengan pencegahanmenularnya penyakit TB paru di bhayangkara makassar”.
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan dalam Keperawatan.

Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan


hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya
miliki dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok
saya pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya, Aamiin. saya
sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Makassar 18 January 2021


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika batuk ………………………………………………………………3


B. Konsep medis ……………………………………………………………4

BAB III PERENCANAAN PENYULUHAN

A. Dasr pemikiran variable peneltitian ..........................................................13


B. Kerangka konsep .....................................................................................13
C. Definisi kriteria dan objek.........................................................................13
D. Hipotesis penelitian ..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menahun menular yang di sebabkan
oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut biasanya
masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ( pernafasan ) ke dalam paru-
paru, kemudia menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui
peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe, saluran pernafasan atau penyebaran
langsung ke organ tubuh lain. (Depkes RI, 2011)
Batuk merupakan pertahanan tubuh disaluran pernafasan dan merupakan
gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena
adanya lender Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran
pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh
terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan
sebagainya
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2012 ada 8,7 juta
kasus baru tuberculosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan, 1,4 juta
orang meninggal karena tuberculosis ( WHO,2012). Penderita tuberculosis.
Paru yang tertinggi berada pada kelompok usia produktif ( 15-5- tahun)
yaitu berkisar 75% ( WHO,2012). (www.pps.unud.ac.id/2012)
Menurut WHO dalam laporan global report prevelensi TB di Indonesia
pada tahun 2013 sebanyak 2013 sebanyak 297 per 100.000 penduduk dengan
kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus di Indonesia. Setiap
tahunnya kasus tuberculosis paru bertambah seperempat juta kasus baru dan
sekitar 1400.000 kematian terjadi setiap tahunnya.
Penanggulangan penderita TB paru pemerintah merencanakan adanya
DOTS dalam penampingan pasien meminum OAT dalam menurunkan angka
kesakitan,kematian,dan penularannya,akan tetapi tibdakan yang paling efektif
ini adalah dengan memutuskan mata rantai penularannya,sehingga penyakit
TB paru tidak lain menjadi masalah kesehatn masyarakat,khususnya di
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mendalami studi
kasus dengan judul Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin
mendalami studi kasus dengan judul “Pengetahuan dan Penerapan etika batuk
dengan pencegahanmenularnya penyakit TB paru di bhayangkara makassar”

B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menuliskan sebagai berikut:
“Pengetahuan dan Penerapan etika batuk dengan pencegahanmenularnya
penyakit TB paru di bhayangkara makassar”
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah
mendapatkan pengalaman nyata dan menerapkan eetika batuk dengan
benar pada klien dengan kasus Tuberculosis paru.
2. Tujuan khusus
Untuk mendeksripsikan dan menerapkan etika batuk pada penyakit TB
Paru
3. Masyarakat
Membudayakan pengelolaan dalam menerapkan etika batuk yang baik dan
benar
4. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan pada Pendidikan
keperawatan, khususnya studi kasus tentang penerapan etika batuk yang
baik untuk mencegah penularan penyakit TB Paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang etika batuk


1. Pengertian
Batuk adalah respon alami dari tubuh sebagai sistem pertahanan
untuk mengeluarkan zat dan partikel dari dalam saluran pernapasan, serta
mencegah benda asing masuk ke saluran napas bawah.
2. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara
bebas (Droplets) danmembuat kenyamanan pada orang di sekitarnya.
Droplets tersebut dapat mengandung kumaninfeksius yang berpotensi
menular ke orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan.Penularan
penyakit melalui media udara pernafasan disebut “air borne disease”.
3. Penyebab terjadinya Batuk 
a. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran
pernapasan. Misalnya : flu, bronchitis, dan penyakit yang cukup serius
meskipun agak jarang pneumonia, TBC, Kanker paru-paru.
b. Alergi
 Masuknya benda asing sengacara tidak sengaja le dalam saluran
pernapasan. Misalnya debu,asap, makanan, dan cairan.
 Mengalirnya cairan hidung kedalam tenggorokan dan masuk
kedalam pernapasan. Misalnya rhinitis, alergi, batuk pilek
 Penyempitan pada saluran pernapasan. Misalnya : asma
4. Kebiasaan batuk yang salah
 Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin ditempat umum
 Tidak mencuci tangan setelah digunakan utnuk menutup mulut atau
hidung saat batuk dan bersin
 Membuang ludah batuk tidak disembarang tempat
 Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarangan
tempat
5. Cara batuk yang baik dan benar
Cara batuk yang baik dan benar tidak serta merta ditutup tangan
atau bahkan tidak ditutup sama sekali, namun harus menggunakan penutup
: tissue, lengan baju, atau masker. Gunakan masker agar tidak
menyebarkan droplet kepada orang-orang yang sehat. Jika menggunakan
penutup yang fleksibel, gunakan tissue agar sekali pakai dan selanjutnya
dilanjutkan dengan cuci tangan

B. Tinjauan umum tentang Penyakit TB Paru


1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
(Somantri, 2008) Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) adalah sebuah penyakit
infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan manusia yang disebabkan oleh
bakteri. Bakteri penyebab penyakit TBC ini merupakan jenis bakteri basil
yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengobati penyakit TBC ini. Secara umum, bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ pernapasan paru-paru (90%) dibandingkan dengan
bagian lain pada tubuh manusia. Penyakit TBC ( Tuberkulosis) merupakan
jenis penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi perhatian
seluruh dunia. Sampai saat ini, bahkan belum ada satu negara pun yang
bebas dari penyakit TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat
bakteri mycobacterium tuberculosis ini pun sangat tinggi. Kita harus
mengetahui bahwa penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda,
laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan juga dapat menyerang
dimana saja. Berdasarkan data yang ada, setiap tahunnya di Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit TBC. Dan yang
lebih penting, saat ini Indonesia berada pada urutan ketiga terbesar sebagai
negara dengan masalah penyakit TBC di dunia.
Tuberculosis adalah jenis penyakit infeksius yang menyerang paru-
paru, di tandai dengan pembentukan granuloma dan timbulnya neukrosis
jaringan. Penyakit tuberculosis ini bersifat menahun dan bisa menular dari
si penderita ke orang lainnya. ( Santa, dkk: 2009 )
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular langsung yang di
sebabkan oleh kuman TB yaitu mycobacterium tuberculosis. Mayoritas
kuman TB akan menyerang paru akan tetapi kuman TB bisa juga
menyerang organ tubuh yang lainnya. ( Depkes 2007)
2. Etiologi
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri mikrobakterium
tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam family mycobacteriaceae dan
termasuk dalam ordo actinomycetales. Mycobacterium tuberculosis
meliputi m.bovis, m.africanum, m.microti, dan m.canettii ( zulkoni, 2010).
Mycobacterium tuberculosis merupaka sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/µm dan tebal 0,3-0,6/µm (Sudoyo
2007). Mycobacterium tuberculosis adalah suatu basil gram – positif tahan
–asam dengan pertumbuhan sangat lamban ( Tjay dan Rahardja, 2007 ).
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru
oleh mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk
batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob,sifat ini yang
menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya.sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak ( lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui
droplet nucles,kemudian di hirup oleh manusia dan menginfeksi. (depkes
RI,2002)
3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran
pernafasan,infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui
instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai
permukaan alveolis biasanya di instalasi sebagai suatu basil yang
cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.
Setelah berada di dalam ruangan alveolus biasanya dibagian lobus
atau paru-paru atau bagian atas lobus bawa basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan,leukosit polymortonuclear pada tempat
tersebut dan memvagosit namun tidak membunuh organism tersebut.
Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofrag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidsi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dangan sendirinya,sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan
bakteri juga terus divagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga
menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epyteloid yang di kelilingi oleh limfosit, necrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatife padat dan seperti
keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari
sel epiteloid dan hibrosis menimbulkan respon yang bebrbeda,jaringan
granulasi menajdi lebih vibrasi membentuk jaringan parut akibat akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-
paru dinamakan focus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dari lesi primer di namakan complet,gone dengan
mengalami pengapulan. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
neukrosit adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus
dengan menimbullkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari
dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini
dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat
terbawa sampai ke laring,telinga tengah, atau usus.
Kafitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
tanpa jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidakdapat mengalir
melalui saluran perhubungan, sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini
dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organism atau lobus dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran
ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organism masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-
organ tubuh ( Price dan Wilson, 2005)
Invansi bakteri tuberculosis via instalasi

Penyebaran bakteri secara


bronkogen,limfogen,dan Infeksi primer
Sembuh

Sembuh dengan focus ghon

Infeksi pasca-primer (rektivitas) Bakteri dorman


Sembuh dengan
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian fibrotik

Reaksi infeksi/inflasi, membentuk kavitas dan merusak parenkim paru

edema trakeal / Penurunan jaringan Reaksi sistemis :


faringeal efektif paru, atelektasi, anoreksia, mual, demam,
peningkatan produksi kerusakan membrane dan penurunan berat
secret alveolar-kapiler badan
pecahnya pembuluh merusak pleura, dan
darah jalan napas perubahan cairan
Intake nutrisi tidak
adekuat
Kecemasan
batuk produktif Komplikasi TBC : efusi Ketidaktahuan/
batuk darah pleura, pneumothoraks pemenuhan informasi
sesak nafas
penurunan kemampuan
batuk efektif Sesak napas,
pengunaan otot bantu Perubahan nutrisi kurang
napas dan pola napas dari kebutuhan tubuh
Kecemasan
Kurangnya informasi
Bersihan jalan nafas Ketidak kefektifan pola
tidak efektif nafas
4. Manisfestasi klinis
1. Menurut ( andra S.F & yessie M.P,2012) gambaran klinik Tb paru
dapat di golongkan menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistematik:
a) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non-produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bilamsudah ada
kerusakan jaringan.
b) Batuk berdarah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,mungkin tampak
berupa garis bercak-bercak darah,gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah yang sangat banyak. Batuk darah terjadi
krena pecahnya pembuluh darah berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecil pembuluh darah yang pecah .
c) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau ada karena hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri preulitik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena,
gejala sistematik
e) Demam
Merupakan gelaja yang sering di jumpai biasanya tmbul pada
sore dan malam hari mirip influenza,hilang timbul dan makin
lama semakan panjang serangannya masa bebas serangan makin
pendek.
a. Gejala sistematik lain : keringat malam, anorexia, penurunan
berat badan serta malaise
b. Timbul gejala biasanya granual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut,batuk,panas,sesak,napas
walupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
5. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak di tangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi di bagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
poncet’s artropathy.
b. Komplikasi lanjut: obstruksi napas SOFT ( Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo,
2007). Komplikasi penderita stadium lanjut adalah hemoptitis berat
(perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal, dan sebagainya (Zulkoni, 2010).
6. Pemeriksaan penunjang ( Dr taufan nugroho 2011)
a. Ronsen thoraks
b. BTA 3 kali biakan
c. LED meningkat,hitung jenis limfosit meningkat terapi
d. Perbaiki gizi
e. Pankes
f. OAT
g. Hemoptisis massif
h. Penyebaran milier
i. Efusi pleura/empisema
j. Pneumotoraks
7. Pencegahan
Menurut ( sholeh S.Naga,2014 ) banyak hal yang bisa dilakukan
mencegah terjangkitnya TBC paru.pencegahan-pencegahan berikut dapat
dikerjakan oleh penderita, masyarakat, maupun petugas kesehatan :
a. Bagi penderita : pencegajan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk,dan membuang dahak tidak sembarang
tempat
b. Bagi masyarakat : pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG
c. Bagi petugas kesehatan : penceghan dapat dilakukan dengan
mmeberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi
gejala,bahaya, dan akibat yang ditimbulkan terhadap kehidupan
masyarakat pada umumnya.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan orang-orang yang terinfeksi,atau dengan memberikan
pengobatan khus kepada penderita TBC ini
e. Pencegahan penularaan juga dapat dicegah dengan melaksanakan
desinfeksi seperti cuci tangan,kebersihan rumah yang ketat,perhatian
khusus terhadap muntahan atau ludah anggota kelaurga yang
terjangkit penyakit ini ( piring,tempat tidur,pakaian),dan
menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f. Melakukan imunisasi pada orang-orang yang melakukan kontak
langsung dengan penerita, seperti keluarga,perawat,dokter,petugas
kesehatan,dan orang lain yang terindikasi,dengan vaksin BCG dan
tindak lanjut bagi yang postif tertular. Melakukan penyelidikan
terhadap orang-orang kontak. perlu dilakukan tes tuberkuln bagi
seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil
negative, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan, selama 3 bulan dan
perlu penyelidikan intensif.
8. Penatalaksanaan
Menurut ( Dr.taufan Nugroho,2011) ada beberapa penatalaksanaan medic
TBC yaitu :
Kriteria diangnosa :
a. Batuk >4 minggu,batuk berdahak,nyeri dada
b. Demam,malaise,kadang dapat gejala flu
c. Keringat malam,nafsu makan kurang,BB kurang,sesak nafas

Klasifikasi :

a. TB tersangka : gejala klinis adalah ronsen sesuai TB,BTA


b. TB paru : gejala klinis dan ronsen sesuai TB,BTA 2 kali berturut-
turut+/biakan positif
c. Bekas : BTA-,ronsen lesi sisa ( fibrosis,klasifikasi,penebalan pleura)
9. Pengobatan
Pengobatan tuberculosis paru menggunakan obat anti tuberculosis
( OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse (DOTS).
a. Kategori I ( 2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC paru
b. Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3 ) untuk pasien ulangan
( pasien yang pengobatan kategori-nya gagal atau pasien yang
kambuh)
c. Kategori III ( 2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro
(+)
d. Sisipan ( HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan
akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I dan kategori
II ditemukan BTA (+) obat diminum dekaligus 1 jsm sebelum makan
pagi.
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFESIENSI OPRASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian


Pada penyakit TB Paru dapat dicegah penularannya dengan cara pada
saat batuk melakukan etika batuk dengan cara menutup mulut agar resiko
penularannya berkurang.
B. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pencegahan
Etika batuk penularan TB
Paru

Keterangan :
: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan Antara Variabel

C. Defenisi Oprasional dan Kriteria Objektif


Operasional adalah konsep yang bersifat abstrak untuk memudahkan
pengukuran suatu variabel atau operasional dapat diartikan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan penelitian. Walizer &
Wienir (2015) menyatakan operasional merupakan seperangkat petunjuk yang
lengkap tentang apa yang harus diamati (observasi) dan bagaimana juga
mengukur suatu variabel ataupun konsep definisi operasional tersebut dan
dapat membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam
kategori khusus dari suatu variabel. Hermawan (2015) mengartikan
operasional adalah penjelasan bagaimana kita dapat mengukur variabel.
Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan angka-angka maupun atribut-
atribut tertentu(Ibrahim, 2016).
Defenisi oprasional dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu,
variabel indepenen dan variabel dependen. Variabel independen adalah
pengunaan kompres air hangat pada suhu tubuh deman.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya perlu diuji. Nasir (1990) menyatakan bahwa hipotesis
tersusun berda- .- sarkan teori;maka belum tentu isinya selalu mutlak benar:
Untuk itulah diperlukan data empiris untuk menguji apakah jawaban yang
tertera dalam hipotesis itu masih relevan kebenanarannya. Hampir senada
dengan pernyataan di atas, Margono (1997:80), mengemukakan bahwa
"Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang
diajukan, dan ini merupakan dugaan' yang bijaksana dari si peneliti yang
diturunkan dari teori yang telah ada".Seiring dengan itu, Sugiyono, (1994:39),
juga mengungkapkan bahwa "Hipotesis merupakan jawaban teoritis, karena
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Secara garis besar, keguanaan hipotesis dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan dan kerja penelitian.
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antara fakta
yang kadang kala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-
berai tanpa kodisi dalam satu kesatuan.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian fakta dan antar
fakta.
Menurut Mardalis (1995:49), ada beberapa ha1 yang perlu diperhatikan
dalam mengemukakan hipotesis diantaranya adalah ;
a. Hipoteisi hendaknya dikemukakan dalam bentuk kalimat pernyataan,
bukan dalam kalimat Tanya. ,.
b. Hipotesis hendaknya dirumuskan secara jelas dan padat. '
c. Hipotesis hendaknya menyatakan berhubungan atau perbedaan antara
dua atau lebih variable.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, yaitu dengan tersedianya data yang
akan dikumpulkan untuk mengujinya,
Menemukan suatu Hipotesis memerlukan kemampuan peneliti dalam
mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur
dengan menggunakan suatu analisa yang dibentuknya. Menggali dan
merumuskan hipotesis dapat memfokuskan perrnasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka(Putri Deswinta, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

World health organization ( WHO ) 2013 global report 2013 di akses melalui

www.who.int/tb/data. pada tanggal 25 april 2019.

World health organization ( WHO ) 2012. TB/HIV .a shinical manuel.edisi ke 2

geneva World health organization.

Sylfia A.price & Lorraine M.willson 2012 patofisiologi di Indonesia Jakarta di

agses http/wwwaskep,jadi,blogspot.com. agses pada tanggal 25 april

2019.

Arif mutagen 2012 phadwey masalah keperawatan di Indonesia Jakarta di agses

http/www.askepjadi.blogspot.com. agsespada tanggal 27 april 2019.

Data dari RSUP persahabatan,Jakarta timur 2018,jumlah penderita TB paru di

RSUP persahabatan tanggal 27 april 2019

Depkes RI 2005 instrumen asuhan keperawatan. Derektor jenderal pelayanan

medic directhorat keperawatan dan keteknisan media di akses pada

tanggal 26 april 2019.

Andra S.F & yessie M.P,2012 ageg infeksius utama TB paru di akses

http//www.askepjadi.blogspot.com./askep tb paru agses pada 26 april 2019

Naga, Sholeh. S. 2013. Buku Panduan lengkap Ilmu penyakit dalam, DIVA

Press : Yogyakarta

Id shvoong 14,2014 pemeriksaan fisik di akses pada tanggal 28 april 2019.


Nation council of state boards of nursing 1982/pengertian keperawatan,this page

exported from karya tulis ilmiah export date;m25 april 2019.

Kemenkes. 2015. Etika Batuk yang Baik dan Benar, (dikutip

dari www.depkes.go.id/etika- batuk-yang-baik-dan-benar, diakses pada 18 Mei

2016

Anda mungkin juga menyukai