Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyusun Panduan Pelaksanaan Penanggulangan Tuberculosis RSUD KH.Daud Arif.
Panduan Pelaksanaan Penanggulangan Tuberculosis adalah acuan bagi seluruh petugas
di RSUD KH.Daud Arif terkait dengan pemberian pelayanan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa penanggulangan Tuberculosis merupakan
program nasional dan juga menjadi sasaran program nasional serta Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, oleh karena itu pelaksanaan penanggulangan Tuberculosis di
rumah sakit harus dapat diselenggarakan secara baik dan sukses, dalam hal ini peran
manajemen rumah sakit sangat penting dalam mendukung pelaksanaan pelayanan
Tuberculosis.
Pelaksanaan Penanggulangan Tuberculosis di RSUD KH.Daud Arif ini sangat
berperan penting khususnya dalam proses pencegahan serta penyembuhan pasien.
Keberhasilan dari Pelaksanaan Penanggulangan Tuberculosis ini menunjukan adanya
komitmen yang kuat antara pimpinan Rumah Sakit dan seluruh staf medis serta non
medis dalam meningkatkan pelayanan di RSUD KH.Daud Arif. Kepada tim penyusun
dan semua pihak yang telah berkontribusi didalam penyusunan panduan ini, kami
menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga dapat
menyusun panduan ini gunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan di masa
mendatang.

Kuala Tungkal, Juni 2019

Tim penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1

BAB II DEFINISI
A. TUBERCULOSIS 2
B. PATHOGENESIS DAN PENULARAN TB 2

BAB III RUANG LINGKUP


A. GAMBARAN KLINIK 8
B. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS 11
C. UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO 14
D. EDUKASI DAN PENERAPAN ETIKA BATUK 14

BAB IV TATALAKSANA
A. TATALAKSANA PASIEN TUBERCULOSIS 15

BAB V DOKUMENTASI
BAB VI PENUTUP

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dahulu penyakit Tuberkulosis oleh masyarakat dikenal penyakit
menular dan merupakan salah satu masalah utama kesehatan dimasyarakat
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penderita tuberculosis yang
ditemukan dimasyarakat dan kematian yang disebabkannya.
Padatahun1995, puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan di
masyarakat dengan menerapkan strategi DOTS (DirectlyObserved Treatment
Short-course). Dengan berjalannya waktu strategi DOTS telah mulai
dikembangkan di Balai Pengobatan Paru-Paru dan di Rumah Sakit, baik rumah
sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah.
Pada tahun 2004 survey prevalensi tuberculosis menunjukkan bahwa pola
pencarian pengobatan tuberculosis kerumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu
sekitar 60 %. Sesuai Permenkes RI No 67 tahun 2016 tentang penanggulangan
Tuberculosis Pasal 10 pengendalian faktor TB ditujukan untuk mencegah ,
mengurangi, penularan dan kejadian penyakit TB. Pengendalian factor resiko TB
dilakukan dengan cara:

1. Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.


2. Membudayakan prilaku etika berbatuk.
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya
sesuai dengan standar rumah sehat.
B. Tujuan
a. Tuberkulosis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat indonesia.
b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberculosis untuk mencapai program
nasional.

1
BAB II
DEFINISI

A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksiMycobacterium
tuberculosis complex.

B. Pathogenesis dan Penularan TB


1. Kuman Penyebab TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara
lain: M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.
Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.

b. Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk
batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.

c. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.

d. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.

e. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet. Paparan
langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu
beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu
lebih kurang 1 minggu.

f. Kuman dapat bersifat dorman.

2
2. Penularan TB
a. Sumber Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandungkuman TB
dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan
terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang
mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin
dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tuberculosis.
b. Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit.Tahapan tersebut meliputi tahap
paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai berikut:
1) Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan:
 Jumlah kasus menular di masyarakat.

 Peluang kontak dengan kasus menular.

 Tingkat daya tular dahak sumber penularan.

 Intensitas batuk sumber penularan.

 Kedekatan kontak dengan sumber penularan.

 Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan.

2) Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah
infeksi. Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup
dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung
dari daya tahun tubuh manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah
bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi.

3
3) Faktor Risiko
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:
 Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
 Lamanya waktu sejak terinfeksi
 Usia seseorang yang terinfeksi

 Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya tahan tubuh
yang rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi buruk)
akan memudahkan berkembangnya TB Aktif (sakit TB).

 Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan
menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan
meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk
sakit TB dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan menigkat pula.
4) Meninggal dunia
Faktor risiko kematian karena TB:
 Akibat dari keterlambatan diagnosis

 Pengobatan tidak adekuat.

 Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta.

 Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal


dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu
pula pada ODHA, 25% kematian disebabkan oleh TB.

4
Tuberkulosis terbagai menjadi :
1. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatusarang pneumonik, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitisregional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini
akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali(restitution ad
integrum)
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lainsarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
c. Menyebar dengan cara :
1) Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang
membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkusyang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis
dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang
dikenal sebagai epituberkulosis.
2) Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya.Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus.
3) Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini
sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi
bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaranini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier,

5
meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
a) Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma).
b) Meninggal.
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
2. TUBERKULOSIS Post Primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localizedtuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan
sebagai berikut :
a. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.
b. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.

6
c. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa).Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar.
Kavitiawalnyaberdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kavitisklerotik). Nasib kaviti ini :
1) Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
Sarang pneumonik ini akanmengikuti pola perjalanan seperti yang
disebutkan.
2) Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi kaviti
lagi.
3) Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri,
akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).

7
BAB III
RUANG LINGKUP

A. GAMBARAN KLINIK
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejalasistemik.
a. Gejala respiratorik
1) batuk ≥ 3 minggu
2) batuk darah
3) sesak napas
4) nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak adagejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luaslesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, makapenderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk
yangpertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan
untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang
lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis
tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,anoreksia, berat badan
menurun.

8
2. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung
dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal)
perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
menjadi “cold abscess”.
3. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).Gambaran radiologik
yang dicurigaisebagai lesi TB aktif :
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posteriorlobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah.
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
c. Bayangan bercak milier.
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

9
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
a. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
b. Kalsifikasi atau fibrotik
c. Kompleks ranke
d. Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
a. Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim
paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan
gambaran radiologik tersebut.
b. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti
proses penyakit.Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk
kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus
BTA dahak negatif) :
1) Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti.
2) Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

10
B. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru).
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
(BTA) TB paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta
tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif.
 Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
b. Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu :
1) Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak

11
BTA positif atau biakan positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada
gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan
beberapa kemungkinan :
 Infeksi sekunder
 Infeksi jamur
 TB paru kambuh
3) Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkanpengobatan di suatu kabupaten dan
kemudian pindahberobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebutharus
membawa surat rujukan/pindah.
4) Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudiandatang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebutkembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
5) Kasus Gagal
 Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan.
 Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran
radiologik ulang hasilnya perburukan.
6) Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
7) Kasus bekas TB
 Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakanjika ada fasilitas) negatif dan
gambaranradiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,terlebih gambaran
radiologik serialmenunjukkan gambaran yang menetap. Riwayatpengobatan
OAT yang adekuat akan lebihmendukung
 Pada kasus dengan gambaran radiologikmeragukan lesi TB aktif, namun
setelahmendapat pengobatan OAT selama 2 bulanternyata tidak ada perubahan
gambaranradiologik.

12
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Batasan : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll. Diagnosis
sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif, atau histologi, atau bukti klinis
kuat konsisten dengan TB ekstraparu aktif, yang selanjutnya
dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh.
TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :
a. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.TB di luar paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,TB
saluran kencing dan alat kelamin.
Catatan :
 TB paru adalah TB padaparenkim paru. Sebab itu TB pada pleura atau TB
padakelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik paru,dianggap sebagai
penderita TB di luar paru.
 Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB diluar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan penderitatersebut harus dicatat sebagai penderita TB
paru.
 Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ,maka dicatat sebagai
ekstra paru pada organ yangpenyakitnya paling berat.

13
C. Upaya Pegendalian faktor resiko TB
Pencegahan dan pengendalian risiko bertujuan mengurangi sampai dengan
mengeliminasi penularan dan kejadian sakit TB di masyarakat.
Upaya yang dilakukan adalah:
1. Pengendalian Kuman Penyebab TB.

a. Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan pengobatan tetap


tinggi .

b. Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid TB)


yang mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes, dll.

2. Pengendalian Faktor Risiko Individu.


a. Membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, makan makanan
bergizi, dan tidak merokok.
b. Membudayakan perilaku etika berbatuk dan cara membuang dahak bagi
pasien TB.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi bagi
populasi terdampak TB .
d. Pencegahan bagi populasi rentan melalui :
1) Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir.

D. Edukasi dan Penerapan Etika Batuk


Petugas harus mampu memberikan pendidikan yang adekuat mengenai
pentingnya manjalankan etika batuk kepada pasien untuk mengurangi penular.
Pasien yang batuk di instruksikan untuk memalingkan kepala dan menutup mulut/
hidung dengan tisusertasebaiknyamenggunakan masker. Kalau tidak memiliki tisu
maka mulut dan hidung ditutup dengan tangan atau pangkal lengan. Sesudah
batuk, tangan di bersihkan, dan tisu dibuang pada tempat sampah yang khusus
disediakan (kantong kuning/ infeksius).

14
BAB IV
TATALAKSANA

A. Tatalaksana Pasien TB
RSUD KH.Daud Arif dalam melaksanakan penanggulangan Tuberculosis
melalui kegiatan yang meliputi :
a. Promosi kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar
dan komprehensif mengenai pencegahan penularan, pengobatan , pola hidup dan
sehat (PHBS)
b. Surveilans tb merupakan kegiatan memperoleh data epidemiologi yang diperlukan
dalam sistem informasi program penanggulangan tb seperti pencatatan dan
pelaporan tb
c. Pengendalian faktor risiko tb ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan
dan kejadian penyakit tb, yang pelaksanaanya sesuai dengan panduan
pengendalian pencegahan infeksi tb di RSUD KH.Daud Arif.
d. Penemuan kasus Tb dilakukan melalui pasien yang datang kerumah sakit , setelah
pemeriksaan, penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe pasien.
Sedangkan untuk penanganan kasus dilaksanakan sesuai tata laksana pada
pedoman nasional pelayanan kedokteran tb dan standar lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
e. Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG terhadap bayi
dalam upaya penurunan risiko tingkat pemahaman tb sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
f. Pemberian obat pencegahan selama 6 bulan yang ditujukan pada anak usia
dibawah 5 tahun yang kontak erat dengan pasien tb aktif, pasien dengan
HIV/AIDS yang tidak terdiagnosa TB, populasi tertentu lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan.

15
Rumah sakit KH.Daud Arif melaksanakan program penanggulangan tb beserta
monitoring dan evaluasinya melalui kegiatan :
a. Promosi kesehatan
b. Surveilans tb
c. Pengendalian faktor risiko
d. Pemberian kekebalan,
e. Penemuan dan penanganan kasus Tb
f. Pemberian obat pencegahan
RSUD KH.Daud Arif dalam melaksanakan program penanggulangan
tuberculosis belum menjalankan semua program diatas, namun baru meliputi
promosi kesehatan tentang TB dalam bentuk sosialisasi, survailan tuberculosis,
pengendalian factor resiko pemberian obat kekebalan dikarenakan angggota tim
TB DOTS belum mendapatkan pelatihan dan rencananya akan mendapatkan
pelatihan tahun 2019.

RSUD KH.Daud Arif menyiapkan bukti bahwa pimpinan RSUD KH.Daud


Arif terlibat dalam pelaksanaan program pelayanan TB serta pelaporannya dan
menyiapkan anggaran program pelayanan TB di RSUD KH.Daud Arif. Dan
menetapkan tim TB serta uraian tugasnya dalam melaksanakan program kerja Tim
DOTS TB.

RSUD KH.Daud Arif memiliki Panduan Praktik Klinis Tuberculosis dan


menyiapkan formulir skrining pasien TB dibagian pendaftaran/poli.

16
Petugas di sekitar RSUD KH.Daud Arif akan memberikan masker kepada pasien
dan diajarkan etika batuk yang benar. RSUD KH.Daud Arif melakukan upaya
pencegahan penyakit Tuberculosis melalui tindakan vaksinasi berupa pemberian
vaksin BCG.

1. Rawat Inap
Pasien TB yang berobat ke RSUD KH.Daud Arif, biasanya datang berobat
karena TB nya atau dengan komorbid / penyakit penyerta. Pasien akan
ditempatkan di ruang isolasi di instalasi rawat inap.

17
BAB V

DOKUMENTAS

1. Data pemberian vaksin BCG


2. Data penggunaanVaksin BCG
3. Brosur Promkes TB
4. PPK TB Anak
5. PPK TB Dewasa

18
BAB VI
PENUTUP

Panduan PelayananTuberculosis semoga dapat menjadi acuan bagi seluruh


petugas kesehatan di RSUD KH.Daud Arif. Keberhasilan pelayanan Tuberculosis
sangat bergantung pada kebijakan , dedikasi, kerja keras dan kemampuan para
penyelenggarapelayanan serta komitmen bersama untuk mencapai hasil yang maksimal
dan berkualitas dalam memberikan pelayanan di harapkan setiap masing
–masing pihak terkait dapat memahami perannya yangselanjutnya akan
melakukan pelayanan sesuai criteria yang telah ditetapkan.

19

Anda mungkin juga menyukai