Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya TBC antara lain:
Kontak dengan Penderita TBC, Daya Tahan Tubuh yang Lemah, Kondisi Kesehatan
Umum: Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit ginjal, atau kanker dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terkena TBC, Kondisi Lingkungan:
Faktor-faktor lingkungan, seperti kepadatan penduduk, sanitasi yang buruk, dan
kurangnya akses ke layanan kesehatan, dapat mempengaruhi penyebaran TBC, Umur,
Kurangnya Vaksinasi: Kurangnya vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin), yang dapat
melindungi terhadap TBC, dapat meningkatkan risiko terjadinya TB paru, Kebiasaan
Hidup dan Gaya Hidup: Kebiasaan hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan,
dan malnutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
terkena TBC Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh yang lainnya.
Untuk kota Medan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan, hingga Juni
2023, terdapat 4.000 kasus tuberculosis (TBC) di Kota Medan. Jumlah ini meningkat dari
tahun sebelumnya, Dimana pada tahun 2022 terdapat 10.000 kasus tuberculosis. Dari
jumlah tersebut, 50% di antaranya adalah kasus tuberculosis paru, sedangkan sisanya
adalah tuberkulosis ekstra paru. Tingkat kesembuhan kasus tuberkulosis di Kota Medan
masih rendah, yaitu sekitar 70%. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
kurangnya kesadaran Masyarakat akan pentingnya pengobatan tuberkulosis secara
lengkap, serta masih adanya stigma negative terhadap penyakit TBC. Untuk itu perlu
dilakukan survei data tentang TBC.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk Melatih pengidentifikasian gejala klinis umum
TBC, seperti batuk berkepanjangan, demam, penurunan berat badan, dan sesak napas.
Pelaporan dan Pemantauan Kasus yaitu pelaporan kasus TBC kepada otoritas kesehatan
terkait. Pembuatan laporan kasus yaitu pembuatan laporan kasus TBC. Praktikum ini juga
bertujuan untuk pengembangan keterampilan wawancara. Mengajarkan teknik
wawancara yang efektif untuk mendapatkan informasi dari individu terkait dengan
kemungkinan paparan atau infeksi TBC.
C. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB
sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namun bakteri
ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti
pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.
2. Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebar dari orang ke orang
melalui droplet udara. Penularan ini bisa terjadi ketika seseorang dengan tuberkulosis
aktif dan tidak ditangani batuk atau bersin, dan juga saat orang tersebut tertawa,
meludah, menyanyi, dan sebagainya. Setiap orang bisa terinfeksi oleh tuberkulosis.
Namun ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang penularan, seperti:
a) Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada orang dengan HIV/AIDS, diabetes,
jenis kanker tertentu, pengobatan kanker seperti kemoterapi, gizi buruk, dan lain-lain.
b) Penggunaan narkoba ilegal.
c) Penggunaan tembakau.
d) Akses kesehatan yang kurang.
e) Tinggal di tempat dengan tingkat kepadatan tinggi atau ventilasi kurang.
f) Perjalanan ke tempat dengan tingkat kejadian tuberkulosis tinggi.
3. Gejala Tuberkulosis
Penularan atau infeksi terjadi saat kuman TB yang berada dan bertebaran di udara
terhirup oleh orang lain. Saat penderita TB batuk atau bersin tanpa menutup mulut,
bakteri akan tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet. Sekali batuk
dapat mengeluarkan 3000 percikan dahak yang mengandung sampai 3500 kuman M.
tuberculosis.Sedangkan sekali bersin mengeluarkan 4500 - 1 juta kuman M. tuberculosis.
Bakteri masuk ke saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi 6-14 minggu setelah infeksi. Lesi
umumnya sembuh total namun kuman dapat tetap hidup dalam lesi tersebut dalam
keadaan dormant dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung pada daya tahan tubuh.
5. Patofisiologi
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
6. Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan untuk tuberkulosis biasanya memerlukan konsumsi antibiotik dalam
jangka waktu yang lama, biasanya selama enam bulan atau lebih. Beberapa obat yang
biasanya digunakan dalam pengobatan tuberkulosis meliputi:
a) Isoniazid
b) Rifampin (Rifadin, Rimactane)
c) Ethambutol (Myambutol)
d) Pyrazinamide
Untuk memastikan bakteri telah sepenuhnya hilang, penting untuk mengambil semua
obat yang diresepkan dan untuk tidak berhenti minum obat lebih awal meski gejala telah
membaik. Jika pengobatan tidak diikuti dengan benar, bakteri tuberkulosis bisa menjadi
resisten terhadap obat, sehingga pengobatan menjadi lebih sulit.
7. Pencegahan Tuberkulosis
D. Metode Praktikum
A. Metode
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara langsung.
C. Tempat :
Rumah pasien, Jln. Asoka I GG fahmi LK IV
Hasil Mela
Hasil Skrining pemeriksaa kuka
N Nama Alamat Um L/P
Nik n n
ur Batuk Sesak Berkeri Demam fasya Sak Tidak peng
O napas ngat di dan nkes it TBC obat
malam meriang TB an
hari C
1 Sabar Jln. 1271 61 L - Puske
sitangga Asoka I 2105 smas
ng GG 0620 padan
fahmi 0007 g
LK IV bulan
Dari data di atas, pasien (Sabar sitanggang), berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Padang Bulan, telah melakukan pemeriksaaan di Puskesmas Padang Bulan pada 31
Juli 2023. Pasien saat ini sedang menjalani proses pengobatan, dengan keluhan pasien adalah
sesak sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak selama lebih 1 bulan juga disertai oyong dan juga
demam. Saat dinyatakan mengidap penyakit TBC keluarga pasien juga melakukan pemeriksaan
sputum dan ternyata tidak tertular TBC. Usia yang hampir mendekati lansia dan kebiasaan pasien
yang merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit Tuberculosis pada pasien.
Gambar 1. Kuesioner data investigasi kontak pasien Sangkot
DAFTAR PUSTAKA
https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/UMUM_PNPK_revisi.pdf
https://www.scribd.com/doc/162995042/133192422-TB-paru
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/infeksi-pernapasan--tb/tuberkulosis-
sensitif-obat#
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/infeksi-pernapasan--tb/tuberkulosis#