DEPARTEMEN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Indonesia sendiri menempati peringkat
ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil
Survey Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal
karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru
TB (3,3 juta diantaranya perempuan) (Depkes, 2018). Penyakit TB paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi
pleura, empiema, laryngitis dan TB usus. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit TBC . Untuk itu sebagai seorang tenaga
kesehatan kita harus lebih memahami lebih lanjut tentang penyakit TBC.
2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian TB Paru
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab TB Paru
c. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi TB Paru
d. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala TB Paru
e. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang TB Paru
f. Mahasiswa mampu mengetahui pathway TB Paru
g. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada pasien TB Paru
h. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
TB Paru
i. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi untuk pasien TB Paru
BAB II
ISI
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar
kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh
lainnya (Depkes, 2017). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ
tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian,
selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal
TBC (Chandra, 2016).
Menurut Depkes (2018), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”),
dan atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih
dan alat kelamin.
2. Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
infeksi kuman (basil) Mycobacterium tuberculosis. Basil tuberkulosis
berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung,
dengan ukuran panjang 2 μm-4 μm dan lebar 0,2 μm–0,5 μm. Organisme ini
tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai
akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler. Sebagian besar basil
tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain.
Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam.
Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan pertumbuhan pada
media kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010).
Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada
suhu 60ºC akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan
terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet.
hipertermi
mual
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
sewaktu-pagisewaktu (SPS).
1) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua
2) P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi hari.
Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
mikroskopis biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen
dan pemeriksaan mikroskopis fluoresens di mana `pewarnaannya dilakukan
dengan auramin-rhodamin (khususnya untuk penapisan)
Chandra. B., 2017, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas, EGC, Jakarta.
Putra, A.K. 2018. Kejadian Tuberkulosis Pada Anggota Keluarga Yang Tinggal
Serumah dengan Penderita TB Paru BTA Positif. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan.
Somantri, I., 2019, Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gangguan Sistem Pernafasan, Salemba Medika, Jakarta.
Ulfa, N.M., 2019, Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : TB Paru Di Ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali,
Tugas Akhir, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Widagdo, 2016, Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak, Sagung Seto,
Jakarta.