Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, penyusunan rencana kesehatan sering dilakukan
dengan mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah. Setiap orang seharusnya
memiliki skala prioritas yang memang dijalankan dengan baik. Skala prioritas
merupakan daftar yang dibuat oleh seseorang dari hal yang paling mendesak sampai
hal yang sebaliknya. Skala prioritas membantu kita menentukan, mana yang harus
dikerjakan lebih dulu.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menular, yang mempengaruhi
paru-paru. TB merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui mempengaruhi
manusia menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Tuberculosis paru (TB paru atau biasa disebut TBC) merupakan salah satu
penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. TB paru merupakan
penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan
dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menularka nmelalui
percikan ludah, bersin dan batuk yang ditularkan melalui udara. Penyakit TB paru
biasanya menyerang paru akan tetapi dapat pula menyerang organ tubuh lain (Depkes
RI, 2008)
Menurut World Health Organization (WHO) sejak tahun 2010 hingga Maret
2011, tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000
(WHO, 2012). Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina
dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah klien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap
tahunnya (Riskesdas, 2013). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2014), merujuk
pada hasil survei terakhir tahun 2014 tentang prevalensi penyakit TB paru didapatkan
angka 165 per 100.000 penduduk (Dinkes Jatim, 2014).
Penyakit Tubercolusis bila tidak diobati akan menjadi sumber penularan, bagi
keluarga, masyarakat, terutama anak-anak yang sangat rentan terjadi penularan
berkaitan dengan daya tahan tubuh, bagi klien akan berdampak seperti Batuk Darah
(=Hemoptysis, Hemoptoe), TB Larings, Pleuritis Eksudatif, Pnemotoraks,
Hidropnemotoraks, Empiema/Piotoraks, dan Pnemotoraks, Abses Paru, Cor
Pulmonale (Danusantoso, 2000). Gejala Tubercolusis yaitu batuk berdahak lebih dari
2 minggu, batuk darah, nyeri dada, badan panas sampai menggigil, keringat malam
hari tanpa aktifitas, gangguan mentruasi, anoreksia dan lemah badan (Mukty, 2014)

B. Tujuan
Untuk mengetahui prioritas permasalahan kesehatan TBC

C. Manfaat
Agar mengetahui prioritas permasalahan kesehatan TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013)
Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah
sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal
di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan
kerusakan tulang vertebra otak yang khas TBC dari kerangka yang digali di
Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari
mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 – 4000 SM.
Hipokrates telah memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari bahasa
Yunani yang menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo dkk, 2010).

B. Penularan tuberkulosis
Menurut Dikjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) cara
penularan penyakit Tuberkulosis adalah
1. Sumber penularan adalah pasien TBC BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TBC dengan hasil
pemeriksaanBTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal
tersebut bisa saja terjadioleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/ccdahak sehingga sulit dideteksi melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung.
2. Pasien TBC dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkanpenyakit TBC. Tingkat penularan pasien TBC BTA positif adalah
65%, pasien TBC BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TBC dengan hasilkultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%.
3. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renikdahak yang infeksius tersebut.
4. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentukpercikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar3000 percikan dahak.

Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara, atau
bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam.
Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan penderita
TBC, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan toilet, berbagi
sikat gigi, bahkan berciuman (Anindyajati, 2017). . Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang
didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) (Sudoyo dkk, 2010)

C. Gejala tuberkulosis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yangtimbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik (Werdhani, 2009)
1. Gejala sistemik atau umum:
a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Terkadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2. Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertaidengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dandisebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demamtinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

D. Pencegahan tuberkulosis
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masayarakat dan petugas
kesehatan.
1. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan
a. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk
dan membuang dahak tidak disembarangan tempat.
b. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap
bayi harus diberikan vaksinasi BCG (Bacillus Calmete Guerin).
c. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
TBC yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang
ditimbulkannya.
d. Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan
khusus TBC. Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita
yang kategori berat yang memerlukan pengembangan program
pengobatannya yang karena alasan – alasan sosial ekonomi dan medis
untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
e. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat,
perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur,
pakaian) ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f. Imunisasi orang–orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang
sangat dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan
lainnya yang terindikasinya dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi
yang positif tertular.
g. Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota
keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini
negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu
penyelidikan intensif.
h. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang
tepat obat–obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum
dengan tekun dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai
adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaaan penyelidikan oleh
dokter.
2. Tindakan pencegahan
a. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
b. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
c. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH (Isoniazid) sebagai
pencegahan.
d. BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
e. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi
dan pasteurisasi air susu sapi
f. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
g. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
h. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang–orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
i. Pemeriksaan foto rontgen pada orang–orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin tes (Hiswani, 2004).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berikut ini perhitungan menggunakan metoda Matematik ini dijelaskan sebagai
berikut :

Masalah Magnitude Severity Vulnerability Comm/ Afforadibility Final


political skore
concern
TBC 4 4 3 2 3 288
Tabel 1 Simulasi penentuan prioritas TBC

Dari tabel ini didapatkan TBC nilai skor adalah 288 yang merupakan paling
prioritas tertinggi.

Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama


penentuan nilai terhadap metode tersebut. Pertama penentuan nilai skor sebetulnya
didasarkan pada penilaian kualitatif atau kelimuan oleh para pakar yang bisa saja
tidak objektif, kedua masih kurang spesifiknya kriteria penentuan pakar tersebut.
Kelebihan cara ini adalah mudah dilakukan dan bisa dilakukan dalam tempo relatif
cepat. Disamping itu dengan metode ini beberapa kriteria penting sekaligus bisa
dimasukan dalam pertimbangan penentuan prioritas.

B. Pembahasan
Hasil dari tabel penentuan prioritas masalah yang kami dapatkan dengan
menggunakan matematik, didapatkan bahwa banyak penduduk yang terkena masalah
dari penyakit Tuberkulosis dikarenakan penyakit tersebut dapat menular dengan cepat
kepada masyarakat yang melalui udara dan sumber penularannya pada pasien TB
yang berdahaknya mengandung kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Hal ini dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat terkait cara penularan penyakit TB tergolong masih kurang terkait
kebiasaan atau perilaku yang mudah menularkan TB.
TBC paru termasuk penyakit yang paling banyak menyerang usia produktif.
Penderita TBC BTA positif dapat menularkan TBC pada segala kelompok usia.
Presentase TBC paru semua tipe pada orang berjenis kelamin laki-laki lebih besar
daripada orang berjenis kelamin perempuan dikarenakan laki-laki kurang
memperhatikan pemeliharaan kesehatan diri sendiri serta laki-laki sering kontak
dengan faktor risiko dibandingkan dengan perempuan.
Laki-laki lebih banyak memiliki kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol,
kebiasaan tersebut dapat menurunkan imunitas tubuh dan akan mudah tertular TBC
paru. Faktor risiko terduga TBC paru adalah orang yang menetap satu atap rumah
dengan penderita TBC paru, pendidikan, merokok, lingkungan fisik rumah, daya
tahan tubuh, perilaku penderita TBC paru yaitu kebiasaan membuang dahak
sembarangan dan tidak menutup mulut ketika batuk atau bersin, kepadatan hunian
yaitu perbandingan antara luas rumah dengan jumlah anggota keluarga.
Upaya untuk pencegahan dengan pengawasan penderita, kontak dan
lingkungan yaitu : penderita menutup mulut sewaktu batuk dan berdahak tidak
sembarangan, vaksinasi BCG, penyuluhan tentang penyakit TB, isolasi, desinfeksi,
imunisasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai