Anda di halaman 1dari 4

RESUME

SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

DEMAN BERDARAH DENGUE (DBD)

DISUSUN OLEH :

N AMA : JUWAIRIYAH DZAKIYYAH

NIM : 201011011

PRODI : D-III SANITASI

JURUSAN : KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN AJARAN

2021/2022
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) DBD

Definisi DBD

Penyakit DBD adalah suatu penyakit menular yang penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, yang dapat menyerang
semua umur, terutama anak-anak. (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2003).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya
adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-
2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di
negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda. (Suharti, 2002).

Pengertian Surveilans DBD

Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan, pengolahan,


analisis dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak.instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi DBD dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan secara efektif dan efisien. (Ditjen
PPM & PL Depkes RI, 2003).

Pada tahun 2002 WHO mengembangkan suatu panduan untuk menanggulangi masalah
penyakit DBD ini yaitu dengan beberapa pokok kegiatan diantaranya adalah:

1. Kewaspadaan dini penyakit DBD


2. Penanggulangan Kasus
3. Bulan Bakti gerakan 3M pada saat sebelum musim penularan dan kemitraan
4. Pemberantasan Vektor
5. Penanggulangan KLB
6. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia
Sumber data surveilans dapat diperoleh dari:
1. Laporan puskesmas
2. Laporan rumah sakit
3. Puskesmas sentinel
4. Survey atau studi kasus
5. Pusat-pusat penelitian kesehatan masyarakat
6. Laporan laboratorium

Determinan Pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Adapun determinan dari pelaksanaan


Sistem Kewaspadaan Dini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Surveilans Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Dirjen PP dan PL Depkes
RI, 2011 variabel data yang memiliki keterkaitan dengan pengendalian DBD yaitu : data
kesakitan dan kematian berdasarkan umur dan jenis kelamin, kasus DD, DBD, SSD dari
unit pelayanan kesehatan; data penduduk menurut kelompok umur tahunan; data desa,
kecamatan, kabupaten, provinsi yang terdapat kasus DD, DBD, SSD bulanan; data ABJ
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hasil dari pengamatan jentik. Data-data tersebut
diperoleh dari: laporan rutin DBD, laporan KLB, laporan laboratorium, laporan hasil
penyelidikan kasus perorangan, laporan penyelidikan KLB dan survei khusus, laporan data
demografi, laporan data vektor serta laporan BMKG kabupaten maupun provinsi (Dirjen
PP dan PL Depkes RI, 2011).
2. Pemeriksaan Jentik Berkala Pemeriksaan Jenrik Berkala (PJB) dilakukan tiap tiga bulan
sekali di setiap kelurahan/ desa yang endemis pada 100 rumah/ bangunan dipilih secara
acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang sudah
dilaksanakan masyarakat.
3. Pelaksanaan Sensus Harian Penyakit Sensus harian adalah teknik yang dilakukan sebagai
upaya mencari jumlah pasien yang masuk serta keluar dari pelayanan kesehatan dengan
tindakan perawatan, lahir atau meninggal dan peralihan pasien antar ruangan, daya
tampung TT yang tersedia serta jumlah yang terisi di suatu rumah sakit. Sensus harian
merupakan kegiatan harian yang dilakukan rumah sakit sebagai dasar dalam pembuatan
laporan yang dihitung mulai jam 00.00 sampai dengan 24.00 .
4. Inpeksi Sanitasi dan Pemantauan Lingkungan Menurut WHO (2001), aspek ketersediaan
air bersih, pengaturan sampah serta pembaharuan disain rumah memiliki peran yang
penting terhadap ikhtiar pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyediaan air bersih dan pengelolaan yang merupakan bagian dari aspek sanitasi yang
berhubungan dalam pengendalian vektor, khususnya ae. agypti. Kepadatan vektor akan
dipengaruhi secara langsung oleh sistem penyediaan air pada tingkat rumah tangga. Sistem
ini dapat mengurangi tempat penampungan air, seperti pemanfaatan pipa air dapat
mengurangi tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangan telur, larva,
pupa Aedes sehingga menurunkan kepadatan vektor.
5. Pelaksanaan Pemantauan Kasus Tahunan Indonesia memiliki periode terjadinya
peningkatan penyakit DBD, yaitu terjadi pada bulan Januari (pertengahan musim
penghujan), dan akan mengalami penurunan pada bulan februari sampai akhir tahun
Instrumen dan cara pengumpulan data Peralatan yang diperlukan untuk survei telur nyamuk
sebagai berikut:

1. Perangkap telur (ovitrap), yaitu sebuah kontainer yang beisi air bersih untuk tempat
bertelur nyamuk. Ovitrap ini di letakkan pada tempat yang agak tersembunyi seperti di
sudut ruangan.
2. Padel, yaitu batang tempat peletakan telur
3. Kantong plastik untuk tempat dan membawa padel

Anda mungkin juga menyukai