Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS)

Dosen Pengampu:
1. Bambang Supraptono, M. Kes (Epid), MPH
2. Ani Hermilestari, B. Sc, S.P.d, M.Pd

Instruktur:
1. Heni Citrawati, S.ST
2. Triyana Nurhayati

Disusun Oleh: Kelompok 4


Maufirrotur Rachma 191011016
Dayang Siska Walfida 201011004
Gloria Freicellina Oroh 201011009
Juwairiyah Dzakiyyah 201011011
Tegar Kresna 201011025
Virda Alvika 201011027

PRODI SANITASI
PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya yang telah
memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah yang
membahas promosi kesehatan tepat pada waktunya.

Dengan terselesaikannya laporan ini, perkenankan pula kami untuk mengucapkan


terima kasih kepada:

1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Ibu Nurul Amaliyah, S.K.M, M.Kes selaku Ketuia Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Bapak Dr. Malik Saepudin, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Bambang Supraptono, M. Kes (Epid), MPH selaku dosen mata kuliah Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Ani Hermilestari, B. Sc, S.P.d, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh teman-teman sekalian yang telah banyak membantu, serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan bekerja sama dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini disadari penulis masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan, khususnya mahasiswa/i dari Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Pontianak, 13 September 2022

2
Kelompok 4

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5

C. Tujuan................................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

A. Buang Air Besar Sembarangan (BABS)...........................................................................6

B. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)...................................................................8

C. Pelaksanaan Program.........................................................................................................9

BAB III....................................................................................................................................13

PENUTUP...............................................................................................................................13

A. Kesimpulan......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buang air besar sembarangan merupakan suatu tindakan membuang tinja di
ladang, hutan, sungai maupun area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara, dan air.
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) masih menjadi masalah di negara kita
yaitu Indonesia. Yang dapat menjadi permasalahan bagi kesehatan lingkungan dapat
menyebabkan berbagai penyakit, sehingga perilaku buang air besar sembarangan
harus dihentikan. Perilaku BAB (Buang Air Besar) di area terbuka seperti sungai
ataupun kebun, memang telah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan oleh
masyarakat. Kebiasaan buang air besar sembarangan (open defecation), yang
berakibatkan terkontaminasinya sumber air minum serta terjadinya pencemaran ulang
(rekontaminasi) pada sumber air dan makanan yang disantap di rumah secara
langsung maupun tidak langsung.
Masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah atau buang air
besar sembarangan. Masyarakat belum mengetahui bahwa buruknya perilaku terkait
sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat lainnya.
Perilaku masyarakat dalam melakukan BAB yang masih sembarang dapat
dipicu karena beberapa hal, seperti anggapan membangun jamban mahal, lebih
nyaman di sungai, ladang, sawah, atau parit, serta anggapan masyarakat bahwa
kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dahulu dari mulai masa kanak-kanak hingga
sekarang tetapi tidak pernah mengalami masalah kesehatan apapun. Hal ini juga
ditunjukkan oleh hasil peneltian Solichah (2014) yang menunjukkan bahwa sebagian
besar keluarga yang sudah memiliki jamban melakukan buang air besar di jamban,
sedangkan pada keluarga yang tidak memiliki jamban sebagian besar melakukan
buang air besar di sungai atau parit.
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) yang merupakan salah satu
kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu program
pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dimana kegiatannya diarahkan pada

4
perbuatan perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) menuju pada suatu
tempat tertentu (jamban/kakus) sekalipun hanya dalam bentuk yang paling sederhana.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ?
2. Apakah pengertian dari Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan program Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
2. Untuk mengetahui pengertian dari Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS).
3. Untuk mengetahui pelaksanaan program Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBABS).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Buang Air Besar Sembarangan (BABS)


Perilaku BABS (open defecation) termasuk salah satu contoh perilaku yang
tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di tempat
terbuka : ladang, hitan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan
jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, tanah, udara, air serta
menimbulkan penyakit (Murwati, 2012).
Buruknya kondisi sanitasi tersebut dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu
sendiri, perilaku masyarakat tersebut berkaitan erat dengan beberapa faktor mulai dari
tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan kebijakan lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan
tempat yang digunakan sebagai berikut:
1. Buang Air Besar di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat dan
dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja di tangki septic yang
digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu. Buang air besar di tangki septic juga
digolongkan menjadi:
a. Buang Air Besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar
menggunakan jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan
penularan penyakit akibat tinja.
b. Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan
menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian rupa
sehingga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan.
c. Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air
besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada di
bawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh ke dalam
tangki septic.
2. Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang
Air Besar tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air
besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi

6
kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak menggunakan jamban dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Buang Air Besar di sungai atau di laut : Buang Air Besar di sungai atau di laut
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau
makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Buang air besar di
sungai atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat
ditularkan melalui tinja.
b. Buang Air Besar di sawah atau di kolam : Buang Air Besar di sawah atau
kolam dapat menimbulkan keracunan pada padi karena urea yang panas dari
tinja. Hal ini akan menyebakan padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat
menimbulkan gagal panen.
c. Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka, buang air besar di Pantai atau
tanah terbuka dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb
yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat
terbuka juga dapat menjadi sebab pencemaran udara sekitar dan mengganggu
estetika lingkungan.

Tinja memiliki pengaruh bagi kesehatan manusia. Tinja manusia ialah


buangan padat dan kotor dan bau juga menjadi media penularan penyakit bagi
masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air,
makanan, lalat menjadi penyakit seperti salmonella, vibriokolera, disentri, diare dan
lainnya. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi masuk saluran pencernaan
(Warsito, 1996 dalam Tarigan, 2008).

Menurut Tarigan (2008) penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia


dapat digolongkan yaitu :

1. Penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.


2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infetiosa.
3. Infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilostomiasis.

Tinja merupakan sumber beberapa penyakit tertentu, terutama penyakit yang


berbasis saluran alat cerna (Sarudji, 2010) seperti : tifus, kolera, disentri, hepatitis A,
polio, dan diare.

7
B. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Stop BABS adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak
BABS. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan penyakit (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Perilaku stop BABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter
berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi
standar dan persyaratan kesehatan yaitu :
1. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang
berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya.

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di
dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

1. Bangunan atas jamban (dinding atau atap)


Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya.
2. Bangunan tengah jamabn
Terdaoat 2 bagian bangunan tengah jamban, yaitu :
1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja atau urine) yang saniter dilengkapi
oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang
dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
2) Lantau jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
3. Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang
berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui
vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat
2 macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu :

8
1) Tangki Septik, merupakan suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari
kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian
cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter
untuk mengelola cairan tersebut.
2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan
cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan
limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan
bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk
cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari
longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata,
batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

C. Pelaksanaan Program
Pemicu kepada masyarakat untuk stop BABS pada prinsipnya dapat
dikelompokan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan dan tahap
evaluasi (Kementrian Kesehatan RI, 2009)
1. Pra Pemicuan
a. Pengenalan/identifikasi lingkungan
Kondisi lingkungan suatu daerah yang harus dikenali meliputi lingkungan
geofisik maupun sosial budaya, karena kondisi kedua aspek tersebut
nantinya akan sangat berpengaruh dalam proses pemicuan dan tingkat
keberhasilan.
Aspek sosial-budaya yang perlu diidentifikasi :
1) Tokoh masyarakat misal Uztad, Kyai, Guru Sekolah di desa.
2) Tokoh pemuda, Tokoh perempuan.
3) Organisasi PKK, Organisasi kemasyarakatan, Pramuka, Kelompok
pengajian.
4) Kejadian penyakit diare, kecacingan.
5) Tidak ada proyek atau subsidi pemerintah di desa.
6) Ada solidaritas warga, misal gotong royong, kerja bakti.
7) Nilai sosial-budaya, agama yang mendukung PHBS.

9
8) Dijumpai pengusaha di desa.
9) Saat-saat orang kesawah.
10) Kebiasaan orang berkumpul, bergosip ria.
11) Masyarakat yang homogen.

Aspek Geofisik yang perlu diidentifikasi :

1) Balong-balong, kolam ikan, sungai, dan danau.


2) Air sungai kotor.
3) Kebun kosong yang luas.
4) Kotoran manusia dimana-mana
5) Lahan untuk BAB terbatas, sempit.
6) Lingkungan kumuh, kotor dan bau menyengat.
7) Tanah yang subur, dijumpai kebun kopi, coklat, pisang, dll.
8) Tingkat air taanah tinggi (misal gali 1 meter sudah berair).
9) Banyak dijumpai kakus/jamban di sepanjang sungai.

b. Koordinasi dengan Puskesmas dan Tim Kecamatan


Sebelum pelaksanaan pemicuan dilaksanakan, fasilitator harus sudah
melakukan kontak dengan unit lain yang terkait, terutama Puskesmas
setempat, agar unit tersebut dapat berdampingan dengan fasilitator dalam
pelaksanaan pemucian. Petugas puskesmas diharapkan proses pemicuan
akan lebih terarah dan tepat sasaran, karena petugas Puskersmas akan
mampu memberikan bantuan informasi/penyuluhan tetang masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat khususnya terkait penyakit
berbasis air dan sanitasi.
2. Pelaksanaan pemicuan
a. Bina Sarana
Untuk menghidupkan suasana awal, maka perlu dikembangkan adanya proses
ice breaking lebih dalam, yaitu melalui permainan atau bentuk-bentuk roll
playing diharapkan suasana akan lebih hidup, segar dan peserta lebih intim
dalam membaur. Roll playing juga akan berguna dalam dynamika kelompok,
sehingga nantinya proses pemicuan akan vergulir seperti bola sallju, tapi
penuh dengan kehangatan, hidup dan tidak kaku.
b. Pemetaan perilaku BABS

10
Pemicuan melalui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta
wilayah RT/RW/DUSUN oleh masyarakat itu. Kemudian mengambbar sungai,
masjid, sekolah, dll yang merupakan sarana umum di wilayah tersebut.
c. Transect walk
Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah dalam
suatu RT/RW/Dusun untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga setempat
buang air besar sembarangan. Pemicuan denan melalui transect walk ini lebih
menyentuh ego sesorang, dengan timbulnya rasa malu dan rasa jijik seseorang
dengan melihat secara nyata tinja yang berserakan ditanah terbuka.
d. Pemicuan melalui analisa kuantitatif tinja
Untuk lebih memberi gambaran tentang tingkat besaran tinja yang tersebar
luas secara sembarangan, masyarakat diminta untuk menghitzung berap kg/ton
jumlah tinja yang berhamburan. Berapa jumlah anggotaa keluarga, kemudian
dikalikan dengan jumlah tinja yang dibuag manusia per orang per hari. Cara
perhitungan tersebut, maka dapat dihitung berapa besar tinja yang
berhamburan dalam suatu wilayah, dalam kuru waktu sehari, seminggu,
sebulan, setahun dan seterusnya.
e. Pemicuan melalui sentuhsn aspek berbahaya penyakit.
Penyakit diare merupakan salah stau penyakit yang erat kaitannya dengan air
dan sanitasi. Untuk itu masyarakat diajak melihat bagaimana tinja kotoran
manusia dapat masuk ke dalam mulut manusia itu sendiri dan bahkan
manusian lainnya dan menimbulkan penyakit diare. Dalam hal ini biarkan
masyarakat untuk membuat alur kontaminasi oral fecal.
3. Monitoring dan evaluasi
a. Monitoring adalah suatu kegiatan untuk melihat perkembangan suatu kegiatan,
dalam hal ini kegiatan pembangunan sarana jamban keluarga dan PHBS.
Monitoring dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (monitoring
partisipatif) maupun monitoring yang dilakukan oleh fasilitator atau oleh tim
gabungan lintas kecamatan (external monitoring).
Dalam melaksanakan monitoring, maka peta yang dibuat pada saat proses
pemicuan di atas kertas yang ditempelkan di dinding balai pertemuan atau
balai pertemuan lainnya, akan sangat bermanfaat sebagai alat bantunya.
Dengan melihat peta tersebut maka akan tergambarkan kemajuan kegiatan di

11
lapangan, dan harus selalu diadakan review peta jamban setiap saat (misal
bulanan atau triwulanan).
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan masyarakat
telah berubah perilakunya dari buang air besar sembarangan kearah PHBS
yang lebih baik sesuai dengan kaidah kesehatan masyarakat dibanding pada
saat atau awal kegiatan berjalan.
Seperti halnya kegiatan monitoring, maka dalam kegaiatan evaluasi ini juga
dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (evaluasi partisipatif) maupun
oleh pihak gabungan dari Fasilitator dan Tim tingkat kecamatan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
BABS adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di tempat terbuka :
ladang, hitan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan jika
dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, tanah, udara, air serta
menimbulkan penyakit.
Tinja memiliki pengaruh bagi kesehatan manusia. Tinja manusia ialah
buangan padat dan kotor dan bau juga menjadi media penularan penyakit bagi
masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air,
makanan, lalat menjadi penyakit seperti salmonella, vibriokolera, disentri, diare dan
lainnya. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi masuk saluran pencernaan.
Tinja merupakan sumber beberapa penyakit tertentu, terutama penyakit yang berbasis
saluran alat cerna (Sarudji, 2010) seperti : tifus, kolera, disentri, hepatitis A, polio, dan
diare.
Stop BABS adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak
BABS. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan penyakit (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Pelaksanaan program dengan pemicu kepada masyarakat untuk stop BABS
pada prinsipnya dapat dikelompokan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi (Kementrian Kesehatan RI, 2009).

13
DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 1.


Pengertian perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). (n.d.). Repository
Poltekkes Denpasar. Retrieved September 13, 2022, from http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/219/3/BAB%20II.pdf
Determinan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (Babs) Di Desa Kiritana Kecamatan
Kambera Penelitian Deskriptif Analitik. (n.d.). Determinan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (Babs) Di Desa Kiritana Kecamatan Kambera Penelitian Deskriptif
Analitik. Retrieved September 13, 2022, from
https://repository.unair.ac.id/97321/5/5%20BAB%202%20TINJAUAN
%20TEORI.pdf
MAKALAH ETIKA PROFESI PERAN SANITARIAN DALAM SANITASI PILAR STOP BABS
DI PUSKESMAS. (n.d.). Academia.edu. Retrieved September 13, 2022, from
https://www.academia.edu/44888733/MAKALAH_ETIKA_PROFESI_PERAN_SA
NITARIAN_DALAM_SANITASI_PILAR_STOP_BABS_DI_PUSKESMAS

14

Anda mungkin juga menyukai