Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SANITASI DASAR DI BTN PERUMNAS POASIA”

NAMA : YENI SASKIA NABILA

NIM :KL20201049

KELAS :A3

PROGRAM STUDI DIII SANITASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYAH

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam saya sampaikan
hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW sehingga karenanya saya dapat menyelesaikan
tugas Makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan Dosen Bapak Ir. Tajuddin ,ST., M. Si, CSE. pada mata kuliah SANITASI PEMUKIMAN
Dalam proses penyusunan makalah ini akhirnya saya dapat menyelesaikan dengan cukup baik, oleh
karena itu melalui kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih dan penghargan setinggi – tingginya.

Meskipun begitu tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak saya harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan saya
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Kendari ,19 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULIAN……………………………………………………….

A.Latar Belakang…………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….

B.Tujuan…………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

A.pengertian Sanitasi Dasar……………………………………………………

B. Data Pengamatan……………………………………………………..

C.Sanitasi Dasar Di BTN PERUMNAS POASIA.........

D. Dokumentasi.....................

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….

A.Kesimpulan …………………………………………………………..

B.Saran……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULIAN

A.Latar belakang

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, menurut
Hendrik L. Blum dikelompokkan menjadi empat berdasarkan urutan besarnya atau pengaruh
terhadap kesehatan yaitu (1) lingkungan yang mencakup lingkungan (fisik, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan sebagainya), (2) perilaku, (3) pelayanan kesehatan, dan (4)
keturunan .Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari host, baik benda tidak hidup,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-
elemen tersebut, termasuk host yang lain. Lingkungan mempunyai peranan penting dalam
kesehatan atau terjadinya penyakit yakni berperan sebagai media transmisi. Lingkungan dapat
mendukung terjadinya penyakit apabila media/lingkungan itu dapat membawa atau mendekatkan
agent pada host.Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan dan
merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Akses sanitasi yang rendah dapat
menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar serta merugikan pertumbuhan ekonomi
dan potensi sumber daya manusia.

Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap
keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Ruang lingkup sanitasi dasar antara lain
mencakup Sarana Air Bersih(SAB), Sarana Jamban Keluarga (JAGA), Sarana Pembuangan
Sampah, dan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).Secara global 19% kematian diakibatkan
penyakit-penyakit infeksi yang berkaitan dengan sanitasi dasar dan faktor-faktor risiko
kebersihan/perilaku yang tidak hygienis. Angka tersebut berjumlah 3,4 juta kematian tiap tahun,
dimana dua per tiganya disebabkan karena diare. Disamping diare, kurangnya akses terhadap
sanitasi dasar serta perilaku yang tidak hygienis sangat berisiko terhadap terjadinya penyakit-
penyakit lain seperti hepatitis, typhoid, trachoma, dan penyakit-penyakit kecacingan.

Untuk Indonesia, kesehatan lingkungan masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi


di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit
menular di masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakitnya sudah bergeser menjadi penyakit
degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus Diare, ISPA, Kusta, serta penyakit-penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang seakan tidak ada habisnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sanitasi Dasar?


2. Bagaimana data pengamatan sanitasi di BTN PERUMNAS POASIA?
3. Bagaimana sanitasi Dasar Di BTN PERUMNAS POASIA?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sanitasi pemukiman


2. Untuk mengetahui data pengamatan
3. Untuk mengetahui sanitasi dasar di btn perumnas poasia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan
sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Salah satu sarana sanitasi dasar yang
dimaksudkan adalah jamban sehat. Hasil studi ISSDP pada tahun 2006 menunjukkan angka
masyarakat Indonesia yang masih berperilaku buang air besar selain ke jamban sehat diantaranya
ke sungai, sawah, kolam, kebun dan lingkungan terbuka sebesar 47% Proporsi dalam populasi
dunia, Indonesia menduduki tingkat teratas kedua setelah India yaitu sebanyak 58.000.000 orang
yang masih melakukan perilaku open defecation (WHO, 2010). Grafik pencapaian desa ODF di
Indonesia menunjukkan persentase angka desa yang belum berstatus ODF sebesar 87% atau
sebanyak 50.533 desa (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan suatu kebijakan dalam menyikapi masalah lingkungan yang terjadi dan berpotensi
menyebabkan penyakit. Kebijakan tersebut merupakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sebagai upaya intervensi terpadu melalui
pendekatan sanitasi total.

Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk
menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare,
serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.STBM
dibangun oleh lima pilar dalam pencapaian tujuannya. Kelima pilar tersebut meliputi Stop Buang
Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengolahan Air Minum dan
Makanan Tingkat Rumah Tangga (PAMM-RT, pengamanan sampah rumah tangga, dan
pengamanan limbah cair rumah tangga. Fokus pertama dilakukan pada pilar pertama yaitu stop
BABS yang merupakan pintu masuk menuju sanitasi total serta sebagai upaya untuk memutus
rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum,, makanan dan tanah. Program ini
lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan metode pemicuan.
Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki
keadaan sanitasi di lingkungan hingga mencapai kondisi ODF. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 163 ayat (1), (2) dan
(3), pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan lingkungan sehat, salah satunya
adalah pada lingkungan pemukiman. Lingkungan sehat merupakan suatu kondisi terbebas dari
air dan makanan yang terkontaminasi yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu
kegiatan yang dapat menimbulkan kontaminasi air dan makanan pada lingkungan pemukiman
adalah perilaku BABS warga. Kegiatan Open Defecation Free atau BAB hanya di jamban sehat
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
pemrintah dalam menyediakan lingkungan sehat di lingkungan pemukiman melalui program
sanitasi total. Tujuan tersebut yaitu peningkatan perilaku sanitasi lingkungan di masyarakat
secara keseluruhan dari BAB sembarangan menuju masyarakat memiliki dan bererilaku BAB
hanya di jamban sehat. Suatu desa atau kelurahan dikatakan berstatus Open Defecation Free
(ODF) apabila seluruh keluarga yang ada di desa atau kelurahan tersebut sudah mengakses ke
jamban yang sehat. Hal ini sejalan dengan target pemerintah dalam RPJMN tahun 2010-2014
yaitu peningkatan angka stop BABS menjadi 100% dan presentase penduduk menggunakan
jamban sehat sebesar 75% di tahun 2014 (Direktorat Jendral Penyehatan Lingkungan, 2013).
Apabila suatu desa atau kelurahan belum mampu mencapai status ODF, hal tersebut dapat
memungkinkan terjadinya kontaminasi tinja manusia pada air, tanah, makanan serta
perkembangbiakan lalat. Kontaminasi tinja manusia tersebut sangatlah berpotensi untuk
menimbulkan terjadinya penyakit di masyarakat.

A. Data Pengamatan
Blok: A

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah penyediaan air bersih anda berasal dari sumur


bor?

2. Apakah pembuangan kotoran manusia (tinja) terpusat? ü

3. Apakah pengelolaan pembungan sampah di buang ke ü


TPS?

4. Apakah pembungan air limbah tertutup? ü

5. Apakah fentilasi dirumah anda memenuhi syarat? ü

6. Apakah ada vektor di lingkungan rumah anda? ü

Blok: C

No Pertanyaan YA TIDAK
1. Apakah penyediaan air bersih anda berasal dari sumur ü
bor?

2. Apakah pembuangan kotoran manusia (tinja) terpusat? ü

3. Apakah pengelolaan pembungan sampah di buang ke ü


TPS?

4. Apakah pembungan air limbah tertutup? ü

5. Apakah fentilasi dirumah anda memenuhi syarat? ü

6. Apakah ada vektor di lingkungan rumah anda? ü

Blok: E

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah penyediaan air bersih anda berasal dari sumur ü


bor?

2. Apakah pembuangan kotoran manusia (tinja) terpusat? ü

3. Apakah pengelolaan pembungan sampah di buang ke ü


TPS?

4. Apakah pembungan air limbah tertutup? ü

5. Apakah fentilasi dirumah anda memenuhi syarat? ü

6. Apakah ada vektor di lingkungan rumah anda? ü

Blok: G

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah penyediaan air bersih anda berasal dari sumur ü


bor?
2. Apakah pembuangan kotoran manusia (tinja) terpusat? ü

3. Apakah pengelolaan pembungan sampah di buang ke ü


TPS?

4. Apakah pembungan air limbah tertutup? ü

5. Apakah fentilasi dirumah anda memenuhi syarat? ü

6. Apakah ada vektor di lingkungan rumah anda? ü

Blok: I

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah penyediaan air bersih anda berasal dari sumur ü


bor?

2. Apakah pembuangan kotoran manusia (tinja) terpusat? ü

3. Apakah pengelolaan pembungan sampah di buang ke ü


TPS?

4. Apakah pembungan air limbah tertutup? ü

5. Apakah fentilasi dirumah anda memenuhi syarat? ü

6. Apakah ada vektor di lingkungan rumah anda? ü

C. SANITASI DASAR DI BTN PERUMNAS POASIA

Masyarakat di btn perumnas poasia mengelolah sampah dengan cara mengumpulkan sampah dalam
tempat sampah terbuka. Tempat sampah yang digunakan masyarakat berupa tempat Sampah plastik tanpa
penutup, bekas kaleng cat. Bahan yang digunakan untuk tempat sampah merupakan bahan yang kuat dan
mudah dibersihkan. Tempat sampah yang digunakan masyarakat tidak memiliki penutup, apabila sampah
sudah penuh maka sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik Dan membuangnya ke TPS.
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan terutama dari vektor-
vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat. Vektor tersebut mencari makan dan
berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit. Vektor merupakan serangga
penyebar penyakit sehingga keberadaannya sangat mengganggu bagi manusia. Salah satu penyakit yang
dapat disebabkan oleh vektor adalah disentri yang disebabkan oleh S. Shigae yang dibawa oleh lalat
Musca Domestica, Pest yang disebabkan oleh PasteurellaPestis yang dibawa oleh pinjal tikus X. Cheopis,
dan masih banyak lagi.Pengelolaan sampah yang tidak baik juga dapat menggangu estetika serta
kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan
sampah oleh mikroorganisme. Bila terjadi proses Pengelolaan sampah harus memperhatikan karakteristik
dan kandungan yang terdapat di dalam limbah padat tersebut. Sampah organik dapat membusuk dengan
adanya aktivitas mikroorganisme pengurai. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan,
baik dalam pengumpulan maupun dalam pemusnahannya.Sampah anorganik seperti plastik serta
penggunaan deterjen, sampo, cairan pemutih, pewangi dan bahan kimia lainnya relatif lebih sulit untuk
dihancurkan. Jika kuantitas dan Intensitas limbah domestik ini masih dalam batas normal, alam masih
mampu melakukan proses kimia, fisika, dan biologi secara alami. Namun, peningkatan populasi manusia
telah menyebabkan peningkatan kuantitas dan intensitas pembuangan sampah sehingga membuat proses
penguraian sampah secara alami menjadi tidak seimbang.

Masyarakat sudah memiliki jamban pribadi dengan bentuk kloset leher angsa, salah satu cara
pengelolaan tinja manusia adalah dengan menggunakan tangki septik (septic tank) dan resapannya.
Dengan cara ini maka buangan yang masuk ke dalam bejana/tangki akan mengendap, terpisah antara
benda cair dengan benda padatannya. Benda padatan yang mengendap di dasar tangki dalam keadaan
tanpa udara, akan diproses secara anaerobic oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan
terurai. Akibatnya, setelah kurun waktu tertentu, umumnya kalau tangki septic tersebut sudah penuh dan
isinya dikeluarkan, maka sisa padatan sudah tidak berbau lagi, seperti halnya kalau kotoran/tinja tersebut
dibiarkan di luar tangki septik. Yang tetap menjadi masalah adalah untuk benda cairan setelah padatannya
dipisahkan, karena di dalam cairan tersebut masih akan terkandung sejumlah mikroba, yang mungkin
masih bersifat patogen (dapat menyebabkan penyakit). Karenanya salah satu cara pemecahan yang
banyak digunakan adalah dengan menggunakan resapan, untuk mengalirkan benda cairan setelah benda
padatnya mengendap. Cara resapan yang digunakan adalah dengan membuat lapisan yang terdiri dari batu
kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresap masih mendapatkan suplai oksigen (aerobik), sehingga
mikrobapathogen akhirnya akan terbunuh.

sumber penyediaan air bersih berasal dari sumur bor dan dari PDAM. Tersedianya sarana air bersih
akan membuat sanitasi dasar menjadi lebih baik. Dengan adanya sarana air bersih maka masyarakat tidak
perlu khawatir terhadap penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Selain memperhatikan sumber
penyediaan air bersih perlu diperhatikan juga kebersihan dari tempat penampungan air bersih yang akan
digunakan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air,syarat air bersih yaitu memenuhi syarat kesehatan serta memiliki kadar
maksimum yang diperbolehkan meliputi persyaratan mikrobiologi, meliputi air bebas dari kuman yang
dapat mengganggu kesehatan kemudian lebih baik jika jauh dari sumber pencemar yang mengandung
banyak kuman penyakit seperti saluran septic tank. Kedua yaitu syarat fisika, meliputi air yang tidak
berwarna, berbau dan berasa. Ketiga yaitu syarat kimia, meliputi air bebas dari bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan. Dan yang terakhir syarat radioaktif, meliputi kadar radioaktif yang
diperbolehkan bagi air bersih adalah Gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan Gross beta activity (1 Bq/L).
Dalam penyediaan sarana air bersih juga perlu diperhatikan sumber penyediaan air bersihnya.

Pembuangan air limbah menggunakan penampungan terbuka di pekarangan, dan ditampung diluar
pekarangan. Sarana pembuangan limbah cair di rumah tangga meliputi pembuangan air bekas buangan
dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan. Air limbah yang berasal dari industri rumah tangga pada
umumnya mengandung banyak zat yang berbahaya bagi manusia sehingga jika tidak dibuang dan diolah
secara benar dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat di sekitarnya. Selain berbahaya bagi manusia
zat tersebut juga dapat berbahaya pada lingkungannya. Oleh sebab itu,diperlukan saluran pembuangan air
limbah (SPAL) yang berupa perpipaan atau lainnya guna menjadi tempat pembuangan air buangan dari
sumbernya ke tempat pengelolaan. Berdasarkan hasil penelitian, air buangan belum memiliki SPAL yang
sesuai sehingga masih mencemari lingkungan serta menimbulkan bau dan merusak pemandangan yang
ada di lingkungan. Warga membuang air bekas dengan cara dibuang langsung ke halaman sekitar
rumahnya atau dialirkan ke got tanpa diolah terlebih dahulu. Alasan warga membuang limbah cair di
sekitar rumahnya karena belum adanya saluran khusus yang dibuatkan untuk pembuangan limbah cair.
Dengan metode pembuangan limbah seperti itu berisiko terjadinya penyakit, antara lain diare. Limbah
cair yang menggenang di tanah kemudian meresap ke dalam tanah, maka limbah tersebut akan
mempengaruhi kondisi air yang berada di bawah tanah.

D. Dokumentasi
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Di btn perumnas poasia sudah memiliki penyediaan air bersih, sehingga tidak ada masalah yang
ditimbulkan oleh air bersih karena air bersih sudah sangat mudah didapatkan. Pada aspek pembuangan
limbah cair masih ada yang belum memiliki SPAL yang sesuai standar. Sejumlah masyarakat membuang
sampah ke Tps dan menyediakan sarana pembuangan sampah di dalam maupun di luar rumah. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana pembuangan limbah cair belum terlaksana
dengan baik, hal tersebut berisiko besar terhadap adanya penyakit yang disebabkan pembuangan
limbah yang terbuka, dapat memicu terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui air dan
pencemaran lingkungan.

B. SARAN

Selalu memperhatikan sanitasi Dasar seperti sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kualitas air
bersih sebaiknya melakukan pengolahan air bersih dulu sebelum digunakan, membuat sarana saluran
pembuangan limbah agar limbah tidak menyebabkan penyakit oada masyarakat,menyediakan sarana
pembuangan sampah di dalam rumah dengan kriteria kuat mudah dibersihkan, terpisah antara sampah
kering dan basah dan tertutup, membuat jamban dengan kriteria leher angsa dan memiliki tempat
penampungan tinja jika jamban belum memenuhi syarat

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1996. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Dampak Sampah
(Aspek Kesehatan Lingkungan). Jakarta: Pusat Kesehatan Lingkungan Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Peran Kesehatan Masyarakat Nasional. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan Depkes RI.

Depkes RI, 1995. Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Ditjen
PPM & PLP, Jakarta

Dwiyatmo, K. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Pe.nanganannya. Jogjakarta: PT. Citra Aji Pratama.

Anda mungkin juga menyukai