Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

RENDAHNYA CAKUPAN TEMPAT SAMPAH SEHAT DI RUMAH


TANGGA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAK II

Disusun oleh :
Ahmad Mustafid Alwi G4A018052

Pembimbing Lapangan :
dr. Kuntoro

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2019
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
D. Manfaat........................................................................................................... 3
II. ANALISIS SITUASI ................................................................................... 5
A. Gambaran Umum Puskesmas Tambak II....................................................... 5
1. Keadaan Geografi ................................................................................... 5
2. Keadaan Demografi ................................................................................ 5
3. Petugas Kesehatan .................................................................................. 6
4. Sarana Kesehatan ................................................................................... 8
5. Pembiayaan Kesehatan .......................................................................... 8
6. Capaian program dan Derajat Kesehatan Masyarakat ........................... 8
III. ANALISIS SISTEM DAN INDENTIFIKASI ISU STRATEGIS......... 14
A. Analisis Sistem ............................................................................................. 14
B. Analisis Strengyh Weakness, Opportunitym Threat (SWOT) ...................... 19
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH ........................................................................................................ 24
A.Pembahasan Isu Strategis ............................................................................... 24
B.Alternatif Pemecahan Masalah ...................................................................... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 28
A.Kesimpulan..................................................................................................... 28
B.Saran ............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Pengaturan kesehatan lingkungan ditujukan dalam rangka
terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat, melalui upaya pencegahan
penyakit dan gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di
pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih menjadi
masalah utama pada kesehatan masyarakat, antara lain malaria pada tahun 2012
sebanyak 417.819 kasus, demam berdarah dengue pada tahun 2012 sebanyak
90.245 kasus dengan jumlah kematian 816, penemuan pneumonia balita pada
tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %, serta angka kesakitan diare pada semua
umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006
menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010 (Permenkes RI, 2015).
Salah satu permasalahan terkait lingkungan adalah mengenai sampah
rumah tangga. Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Pola
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah
yang semakin beragam antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan atau
sulit diurai oleh proses alam. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
berpengaruh terhadap lingkungan kesehatan masyarakat disekitarnya
(Permenkes RI, 2008).
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2016,
total sampah yang dihasilkan oleh Indonesia sebesar 38,5 juta ton/tahun.
Sedangkan pulau Jawa menghasilkan total sampah 21,2 juta ton/tahun. Produksi
sampah juga semakin meningkat dari tahun ke tahun di Kabupaten Banyumas.
Pada tahun 2005, produksi sampah mencapai 700m³ per hari, lima tahun
kemudian yaitu tahun 2010 meningkat menjadi 1.100m³ per hari. Tahun 2011,

1
2

jumlah perkiraan total timbunan sampah jenis rumah tangga di Kabupaten


Banyumas mencapai 3,374 m³ per hari, dengan asumsi produksi sampah kurang
lebih 2,064 liter/hari/orang dikalikan dengan jumlah penduduk 1,553,902.
Sehingga dalam setahun mencapai 1,214,640 m³ (BPS Kabupaten Banyumas,
2014). Tahun 2018 penduduk banyumas bisa memproduksi sampah 600 ton per
hari. 600 ton sampah yang dihasilkan tersebut hanya 270 ton sampah yang
diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Selain yang di angkut ke TPA,
sampah dibanyumas juga masuk ke industri daur ulang atau pengepul melalui
bank sampah atau masyarakat langsung sebesar 60 ton per hari. Sedangkan yang
diolah menjadi pupuk kompos sekitar 30 ton per hari. Sisanya masih sekitar 200
tin sampah yang terbuang ke lingkungan yang kemungkinan bisa menyebabkan
permasalahan kesehatan pada masyarakat (BPS Kabupaten Banyumas, 2018).
Pihak pemerintah telah menetapkan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat
terutama karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan serta untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam
pengaturan puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat
yang bersifat esensial adalah berupa pelayanan kesehatan lingkungan
(Permenkes RI, 2015).
Salah satu program Puskesmas Tambak II dalam bidang kesehatan
lingkungan adalah program tempat sampah sehat di rumah tangga. Hingga saat
ini, masih terdapat permasalahan pada program tersebut. Permasalahan yang
muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi secara maksimal pada tahun
2018 sebesar 4,90%. Angka tersebut tidak mencapai standar pelayanan minimal
Puskesmas Tambak II sebesar 76%. Berdasarkan masalah diatas maka perlu
dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program
puskesmas terutama program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Memenuhi
Syarat.
3

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini antara lain:
1. Bagaimana cakupan dan target program tempat sampah sehat di rumah tangga
di Puskesmas Tambak II.
2. Apa saja kendala yang dihadapi pada program tempat sampah sehat di rumah
tangga di Puskesmas Tambak II?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan mencari metode pemecahan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum tentang keadaan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan tempat sampah sehat di
rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
c. Mengetahui secara umum hambatan dan cara mengatasi masalah yang
timbul pada proses program tempat sampah sehat di rumah di wilayah
kerja Puskesmas Tambak II.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program tempat sampah sehat
di rumah di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program tempat
sampah sehat di rumah di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk memperbaiki
kekurangan yang masih ada.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
kinerja program tempat sampah sehat di rumah, guna perbaikan program
serta mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4

c. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program tempat


sampah sehat di rumah.
d. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja tempat sampah sehat di
rumah ke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan
kepada masyarakat dan individu di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana pembelajaran dalam menganalisis suatu permasalahan
kesehatan di masyarakat.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan di masyarakat.
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografi
Puskesmas Tambak II merupakan wilayah timur jauh (tenggara) dari
Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar 1,1% dari
luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas Tambak II terdiri dari 5 desa
yaitu: Purwodadi, Karangpucung, Prembun, Purwodadi dan Buniayu. Desa
yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha, sedangkan desa yang
wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung yaitu sekitar 220 ha.
Wilayah Puskesmas Tambak II terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
a. Disebelah utara : Desa Watuagung
b. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
c. Sebelah Selatan : Desa Gebangsari
d. Sebelah Barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.
Wilayah Puskesmas Tambak II terletak pada ketinggian sekitar 15
mdpl – 35 mdpl. Dengan suhu udara rata – rata sekitar 27 derajat celcius
dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah adalah
daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-lain.

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas Tambak II tahun 2018
berdasarkan data yang dari BPS adalah 20.437 jiwa. Terdiri dari 10.173
jiwa (49,77%) laki-laki dan 10.264 jiwa (50,23%) perempuan. Jumlah
keluarga 6.835 KK dan kepadatan penduduk 1.392 jiwa/km². bila
dibandingkan dengan tahun 2017 jumlah jiwa dalam wilayah Puskesmas
Tambak II mengalami penurunan.

5
6

b. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2018 yang paling banyak adalah Desa
Pesantren sebesar 6.364 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.701
jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa
Pesantren sebesar 2.731 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.241 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas Tambak II adalah 1.392
jiwa/km2. Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai dari daerah yang
dekat jalan raya sampai ke daerah.

3. Petugas kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas Tambak II adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas Tambak II ada 2 (dua) orang dokter umum yang bekerja di
wilayah Puskesmas Tambak II atau dengan rasio sebesar 9,78/100.000
penduduk.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi sebanyak 1 (satu)orang atau rasio terhadap 100.000 penduduk
sebesar 4,89 dan untukStandar IIS 2010, 11/100.000 penduduk.
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas Tambak II sebanyak 1 (satu) orang atau
rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 4,89 dan untuk standar IIS 2010,
10/100.000 penduduk.
e. Tenaga Bidan
Tenaga Kebidanan jumlahnya 11 orang.Berarti ratio tenaga bidan adalah
53,82/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan.
7

f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas Tambak II lulusan
SPK ada 4 orang dan D-III Keperawatan 6 orang, jumlah seluruhnya ada
10 orang perawat (ratio 48,93/100.000 jumlah penduduk). Standar IIS
tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas Tambak II jumlahnya1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,8202/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga kesehatan masyarakat ada 1 (satu) orang dengan ratio
4,791/100.000 penduduk dan untuk tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan
pendidikan D-III dengan ratio4,89/100.000 penduduk. Standar IIS 2010,
40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
Tabel 2.1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di
Puskesmas Tambak II, tahun 2018.

Jumlah Ratio per Target IIS per


No Jenis Tenaga
Tenaga Kesh 100.000 pddk 100.000 pddk

1. Dokter Umum 2 9,7862 40


2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 1 4,89 11
4. Farmasi 1 4,89 10
5. Bidan 11 53,82 100
6. Perawat 10 48,93 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,89 22
8. Sanitasi 1 4,89 40
9. Kesh. Masy 2 9,78 40
Sumber: Data Primer Puskesmas Tambak II
8

B. Sarana Kesehatan
a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas Tambak II satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas Tambak II.
b. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
c. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas Tambak II hanya ada di
Puskesmas.

C. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari operasional
umum, BPJS, Jamkesmas, Jamkesda dan dana BOK. Semua anggaran ini
tujuannya adalah agar semua program kesehatan di puskesmas bisa berjalan
sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai target target yang telah ditentukan.
Oleh karena itu semua anggaran ini saling melengkapi satu sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun
2018 berasal dari APBD KAB/KOTA yaitu belanja langsung (BLUD) sebesar
1.128.568.606 dan dari penambahan operasional sebesar 252.271.000 dan dari
APBN (Dana Alokasi Khusus) sebesar 520.000.000 (lima ratus dua puluh juta
rupiah).

D. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di wilayah
Puskesmas Tambak II, dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka
kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
1. Mortalitas
Angka kematian dapat dipergunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat diwilayah tertentu dalam waktu tertentu.Disamping untuk
mengetahui derajat kesehatan, juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
untuk menilai tingkat keberhasilan dari program pembangunan kesehatan
9

dan pelayanan kesehatan di suatu wilyah tertentu. Angka kematian


berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber dipaparkan sebegai
berikut dibawah ini.
a. Angka Kematian Bayi
Angka kelahiran hidup di wilayah Puskesmas Tambak II tahun 2018
adalah 305 (156 laki-laki dan149 perempuan). Sedangkan kasus bayi
mati ada ditemukan 2 bayi. Berarti angka kematian bayi (AKB) di
wilayah Puskesmas Tambak II adalah 6,8per 1.000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas Tambak II tahun lalu
yaitu 13,4/1.000 kelahiran maka terjadi kenaikan 1,3/1.000 kelahiran
hidup. Dan jika dibandingkan dengan target Millenium Development
Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup maka AKB
di Puskesmas Tambak II termasuk baik karena telah melampaui target.
16
15
14

12

10 9,7
9,5
8
6,8
6 6,1

0
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 2.1. Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran


Hidup Di Puskesmas Tambak II Tahun 2014 – 2018
10

b. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi pada ibu
karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas.Pada tabel 6
dapat dilihat bahwa angka kematian ibu (AKI) tahun 2018 terdapat 2
kasus, tahun 2017 tidak ada kasus, sedangkan tahun 2016 terdapat 1
kasus, pada tahun 2015 terdapat 1 kasus, Tahun 2014 tidak ada kasus.
c. Angka Kematian Balita
Dilihat dari tabel 5 angka kematian balitapada tahun 2018 terdapat
1 kasus, pada tahun 2017 terdapat 2 kasus sedangkan tahun 2016 ada
5,pada tahun 2015 ada 3, tahun 2014ada 3.Ini menunjukan adanya
penurunan angka kematian balita di wilayah puskesmas Tambak II.
2. Morbiditas
a. Malaria
Pada tahun 2018ditemukan kasus malaria positif maupun
malaria klinis sebanyak 1 kasus di desa Buniayu. Sedangkan pada tahun
2017 ada 1 kasus, pada tahun2016 ada 1 kasus, tahun 2014 dan 2015
tidak ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun 2010
ditemukan malaria klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk.
Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 pddk) atau 9 % dari jumlah malaria
klinis dan semua mendapatkan pengobatan.
Walau angkanya termasuk kecil, dan tidak menunjukan endemis
malaria namun demikian perlu diwaspadai karena semua kasus malaria
disini adalah eksodan dari luar jawa.
b. TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2018 sebanyak
10 kasus atau CNR 48,93/100.000 penduduk.Kasus TB Paru BTA
positif diobati 10, sembuh 5, pengobatan lengkap 1. Dengan angka
kesuksesan (seccess rate/sr) 60%.Tahun 2017 sebanyak 8 kasus atau
CNR 38,56/100.000 penduduk, Tahun 2016 sebanyak 4 kasus atau
CDR 38,33/100.000 penduduk, 2015 adalah 6 kasus atau CDR
11

28/100.000 penduduk, tahun 2014adalah sebanyak 6 kasus atau CDR


35/100.000 penduduk.
c. HIV/AIDS
Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah
kerja atau tidak pernah ada kasus positif HIV.Hal ini tidak bisa
menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa
dimungkinkan ada kasus tetapi tidak karena pemeriksaan laborat untuk
penderita HIV sementara baru dilakukan pada klinik VCT atau di PMI
pada waktu donor darah.Dan Puskesmas selaku yang mempunyai
wilayah belum pernah mendapatkan tembusan hasil pemeriksaan
laborat dari klinik VCT maupun PMI karena laporan langsung ke
tingkat kabupaten.
d. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Tidak ditemukan kasus AFP dalam wilayah kerja Puskesmas
Tambak II tahun 2018 maupun tahun sebelumnya. Hal ini dapat
dijadikan indikator keberhasilan program, baik program immunisasi
polio maupun program penemuan penderita AFP. Namun demikian
kita harus tetap waspada akan terjadinya AFP.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dari tabel 21 yaitu kasus DBD pada tahun 2018 tidak ditemukan
kasus DBD, pada tahun 2017 ditemukan 3 kasus atau 14,5/100.000
penduduk sedangkan pada tahun 2016 ditemukan 7 kasus atau
33/100.000 penduduk. Pada tahun 2015ditemukan 3 kasus
(14,4/100.000 pddk), pada tahun 2014 ditemukan4 kasus (21,2/100.000
pddk), Hal ini menunjukan terjadinya penurunan kasus DBD pada tahun
2018.Ini perlu diwaspadai terutama masalah penularan penyakit DBD
ini terkait erat dengan masalah lingkungan. Program pemberantasan
sarang nyamuk tentunya perlu ditingkatan lagi selain dilakukan fogging
apabila terjadi kasus DBD di wilayah tertentu.
12

40
33,7
35

30

25
21,2
20
14,4 14,5
15

10

5
0
0
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 2.2. Grafik Kasus DBD Per 100.000 Penduduk Di Puskesmas


Tambak II Tahun 2014-2018
f. Penyakit Tidak Menular
Kasus penyakit tidak menular yang terbanyak adalah Hipertensi,
kemudian diikuti oleh Diabetes Militus (DM), sedangkan peringkat
ketiga asma bronkhiale dan sebagainya. Kalau dianalisa maka
kebanyakan penyakit tidak menular disebabkan oleh pola hidup yang
kurang sehat. Mulai dari pola makan, pola olahraga dan istirahat yang
tidak baik yang bisa memicu timbulnya penyakit tidak menular ini.
g. Hipertensi
Angka kejadian hipertensi di Puskesmas Tambak II pada tahun
2011 mencapai 366 kasus, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
380 kasus dan pada tahun 2013 didapatkan 406 kasus, Pada tahun 2014
dari bulan januari sampai oktober 2014, jumlah kasus hipertensi
mencapai 679 kasus, dimana jumlah tersebut selalu meningkat dari
tahun sebelumnya.
3. Status Gizi
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui
penimbangan rutin tahun 2018, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Jumlah balita yang ada : 1.336 anak
2. Jumlah balita ditimbang :1050 anak (78,59%)
13

3. Jumlah balita yang naik BB-nya : 802anak (76,38%)


4. Jumlah BGM :11 anak (1,3%)
5. Jumlah Gizi buruk : 1 anak (0,07%).
Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa balita yang
ditimbang pada tahun 2018 mencapai 78,59%. Ini menunjukan
penurunanapabila dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 78,93%. Angka
balita yang naik berat badanya mencapai 76,38%, ini menunjukan terjadi
kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 77,94%.
Angka BGM mencapai 1,3%dan baik karena masih jauh dari angka 15%
sebagai angka batasan maksimal BGM. Hal ini menunjukan bahwa
program gizi sudah cukup berhasil, namun demikian perlu ditingkatkan
kinerja posyandu terutama untuk mengaktifkan peran serta untuk
meningkatkan angka kehadiran balita di masing-masing posyandu.
III. ANALISIS SISTEM DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem
1. Input
a. Man (Tenga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan sebuah indikator penting dalam
mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan dalam wilayah kerja Puskesmas Tambak II adalah sebagai
berikut :
1) Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas Tambak II ada 3 (tiga) orang, yaitu dua dokter
umum dan satu dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Tambak II,
sedangkan dokter spesialis belum ada. Menurut standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan
rawat inap minimal memiliki 2 dokter dan 1 dokter gigi sehingga
Puskesmas Tambak II sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
2) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas Tambak II sebanyak 1 (satu)
orang. Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014
puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga
kefarmasian sehingga Puskesmas Tambak II belum memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
3) Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan di Puskesmas Tambak II jumlahnya 11 orang.
Menurut standar Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas
kawasan pedesaan rawat inap minimal memiliki 7 bidan sehingga
Puskesmas Tambak II sudah memenuhi standar ketenagaan
puskesmas.

14
15

4) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas Tambak II
jumlahnya ada 10 orang. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75
tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal
memiliki 8 perawat sehingga Puskesmas Tambak II sudah memenuhi
standar ketenagaan puskesmas.
5) Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Tambak II jumlahnya 1 orang. Standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan
rawat inap minimal memiliki 2 tenaga gizi sehingga Puskesmas
Tambak II belum memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tenaga kesehatan lingkungan ada 2 orang. Standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan
rawat inap minimal memiliki 1 tenaga kesehatan lingkungan sehingga
Puskesmas Tambak II sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
Setiap program pokok UKM Puskesmas Tambak II dikoordinasi
oleh pemegang program. Program kesehatan lingkungan dikoordinasi oleh
Pak Marino dan dibantu staf Dipta, A.Md.K.L. STBM menjadi salah satu
prioritas yang sedang dilakukan program kesehatan lingkungan, dan pilar
keempat yakni pengelolaan sampah di rumah tangga dimana di dalamnya
terdapat program tempat sampah sehat di rumah tangga telah dikoordinasi
secara menyeluruh semenjak tahun 2015 oleh pemegang program saat ini.
Menurut pengakuan pemegang program, sumber daya kesehatan yang
menjalankan program hanya 2 orang dari bagian kesehatan lingkungan.

b. Money (Pembiayaan kesehatan)


Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari
operasional umum, BPJS, Jamkesmas, Jamkesda dan dana BOK. Semua
anggaran ini tujuannya adalah agar semua program kesehatan di
16

puskesmas bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai target
target yang telah ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran ini saling
melengkapi satu sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran
tahun 2018 berasal dari APBD KAB/KOTA yaitu belanja langsung
(BLUD) sebesar 1.128.568.606 dan dari penambahan operasional sebesar
252.271.000 dan dari APBN (Dana Alokasi Khusus) sebesar 520.000.000
(lima ratus dua puluh juta rupiah). Jumlah anggaran BOK yang digunakan
untuk program pemicuan STBM sebesar 6.000.000

c. Material (Sarana Kesehatan)


Puskesmas Tambak II memiliki 2 ambulans yang dapat digunakan
untuk home visite atau transportasi yang menunjang dalam kegiatan
program tempat sampah sehat di rumah tangga yang memenuhi syarat.
Selain itu, material yang digunakan untuk program kesehatan lingkungan
termasuk program tempat sampah sehat di rumah tangga dibagi menjadi 2
yaitu material yang digunakan untuk penyuluhan dan material yang
digunakan untuk praktik. Material yang digunakan untuk penyuluhan
berupa laptop, proyektor, materi dalam bentuk power point dan konsumsi
ringan untuk warga desa, sedangkan untuk praktik lapangan menggunakan
contoh tempat sampah yang memenuhi syarat sehat. Selain itu
menggunakan peraga sampah yang ada di rumah tangga baik itu sampah
organik maupun sampah anorganik.
d. Method
Metode yang digunakan berupa penyuluhan yang dilakukan oleh
pemegang program atau oleh petugas Dinas Kesehatan. Penyuluhan
dilakukan saat ada rapat bulana warga di setiap desa. Selain penyuluhan,
metode lain berupa praktik lapangan untuk meninjau tempat sampah yang
berada di rumah warga untuk menilai apakah sudah sesuai dengan standar
17

tempat sampah sehat atau belum. Setelah itu praktik menggunakan alat
peraga yang telah disiapkan.
e. Minute
Secara umum program tempat sampah sehat di rumah tangga di
puskesmas Tambak II berjalan setiap tahun dengan alokasi waktu kegiatan
yang fleksibel. Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kerja (RPK) program
kesehatan lingkungan tahun 2019, frekuensi pelaksanaan program
dilakukan minimal 10 kali dalam setahun. Setiap desa mendapatkan
penyuluhan minimal 1 kali dalam setahun. Waktu yang dibutuhkan untuk
1 kali penyuluhan dan praktik lapangan sekitar 3-4 jam sehari.
f. Market
Sasaran kegiatan penyuluhan dan praktik lapangan meliputi seluruh
masyarakat di wilayah Puskesmas Tambak II baik yang sudah maupun
yang belum melaksanakan program tempat sampah sehat. Khususnya yang
belum melaksanakan program tempat sampah sehat.

2. Proses
a. Perencanaan
Tahap perencanaan program tempat sampah sehat pada rumah
tangga diawali dengan mengadakan rapat tahunan yang diadakan setiap
awal dan akhir tahun. Rapat dilaksanakan di Kabupaten untuk membahas
rencana program termasuk penyuluhan dan praktek lapangan. Kemudian
setiap 3 bulan diadakan loka karya mini untuk mengetahui sudah sejauh
mana capaian target dan menduskusikan masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan program.
b. Pengorganisasian
Pemegang program bekerjasama dengan perangkat desa, Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan serta lintas program untuk dapat
melaksanakan penyuluhan serta praktik lapangan.
18

c. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program melibatkan kerjasama antara pemegang
program dengan lintas sektoral. Kegiatan penyuluhan dan praktik lapangan
dilaksanakan di tiap desa. Pemegang program berkoordinasi dengan
Kepala Dusun dan juga kader untuk menentukan waktu pelaksanaan
kegiatan dan untuk mengumpulkan warga. Penyuluhan dan praktik
lapangan dilakukan bersamaan dengan program pemicuan STBM yang
lainnya. Materi yang disampaikan untuk penyuluhan telah disiapkan dalam
bentuk power point yang memuat materi seperti cara pemilihan tepat
sampah yang sesuai standar sehat, materi pengolahan sampah rumah
tangga, penyusunan strategi pengolahan sampah rumah tangga,
pengorganisasian pengolahan dan pembuangan sampah rumah tangga,
serta dampak yang akan ditimbulkan apabila sampah tidak dikelola dengan
baik. Selanjutnya, dilakukan sesi tanya jawab setelah penyuluhan selesai.
Kegiatan dilanjutkan dengan praktik lapangan pemilahan sampah rumah
tangga dan memberikan contoh tempat sampah yang sehat. Kegiatan
praktik bertujuan untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kebersihan lingkungan terutama pentingnya pembuatan tempat
sampah sehat. Satu kegiatan termasuk didalamnya penyuluhan dan praktik
lapangan umumnya berlangsung sekitar 3-4 jam.
d. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan.
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap program
dilakukan Penilaian untuk keberhasilan kegiatan penyuluhan dan praktik
lapangan dilakukan dengan metode monitoring dan survei yang dilakukan
oleh pemegang program kepada masyarakat. Survei dilakukan secara
keseluruhan tentang kesehatan lingkungan dengan menggunakan form
yang digunakan untuk menilai apakah rumah warga sudah memiliki
tempat sampah yang sehat atau belum. Tempat sampah sehat dinilai
memenuhi syarat apabila dalam rumah tangga memiliki tempat sampah
yang kedap air, kokoh, tertutup, dipisah antara organik dan anorganik,
serta mudak dipindahkan.
19

3. Output
Pada tahun 2017, capaian target tempat sampah sehat di rumah
tangga hanya 4,6% dari 314 target minimal yaitu 76%. Sekitar dari 6835
total KK yang telah melaksanakan program dengan baik. Sedangkan pada
tahun 2018 capaian dari Januari-Desember hanya 4,9% dari target minimal
yaitu 76%. Sekitar 335 rumah dari 6835 yang telah melaksanakan program
dengan baik.
Tempat sampah ehat pada masing-masing rumah tangga dihitung
dengan membagi total kepala keluarga yang memiliki tempat sampah sehat
dengan total kepala keluarga pada desa tersebut.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡


𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝐾 𝑑𝑖 𝐷𝑒𝑠𝑎

Yang dimaksud dengan tempat sampah sehat tiap kepala keluarga adalah
tempat sampah yang kedap air, kokoh, tertutup, dipisah antara sampah
organik dan anorganik, dan mudah dipindahkan, sesuai Permenkes 3 Tahun
2014.

4. Outcome
Dampak yang diharapkan dari pelaksanaan program adalah
terciptanya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan
lingkungan melalui tempat sampah sehat pada rumah tangga. Dampak yang
akan terjadi apabila tempat sampah tidak sesuai standar sehat dan sampah
tidak dikelola dengan baik adalah timbulnya penyakit-penyakit terkait
kualitas lingkungan seperti diare yang masih menempati 10 besar penyakit
di Puskesmas Tambak II
20

5. Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Secara umum, seluruh desa berada dalam geografi dataran
rendah, akses jalan yang sebagian besar beraspal, dan jarak rumah
yang tidak begitu berjauhan.

Dana Desa berasal dari APBN sebesar 1 miliar rupiah untuk


setiap desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Berdasarkan Kepmenkes No. 52 Tahun 2015 tentang Renstra
Kemenkes 2015-2019, direkomendasikan bahwa minimal 10% dari
total Dana Desa dialokasikan untuk usaha kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM), dan beberapa dapat digunakan untuk
mengupayakan pembangunan jamban sehat di desa, pembuatan
kebijakan, dan lain-lain.
b. Lingkungan Non Fisik
Jumlah kader dapat dikatakan lebih dari cukup setiap desa
minimal memilik 5 kader. Kader biasanya bekerjasama dengan
bidan dalam program posyandu balita. Selain itu terdapat kader
lansia yang bekerjasama dengan perawat dalam program posyandu
landia dan posbindu. Kader bisa dijadikan sebagai tambahan tenaga
program kesehatan lingkungan, terutama program tempat sampah
sehat di rumah tangga. Namun, sampai saat ini kader belum di
arahka untuk membantu program kesehatan lingkungan.
Keterlibatan bidan desa untuk mengoordinir penyelenggaran
pemicuan masih belum ada, dibuktikan dari setiap pemicuan yang
hanya dimediasi staf kesehatan lingkungan atau promosi.
Keterlibatan tokoh masyarakt juga masih minim. Keterlibatan
pemerintah desa masih kurang. Hanya 1 dari 5 desa yang
menyediakan bantuan pembuatan Tempat Sampah Sementara (TPS)
dan membantu pengadaan tempat sampah yang di sehat di beberapa
21

tempat di desa. Selain itu juga tidak ada upaya pembuatan peraturan
desa tentang kesehatan lingkungan.
6. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik dilakukan mengadakan rapat koordinasi serta
lokakarya mini yang dilaksanakan setiap bulan yang dihadiri oleh seluruh
karyawan terutama pemegang program. Dalam rapat tersebut, pemegang
program akan menjelaskan capaian sementara serta kendala yang dihadapi
untuk dilakukan evaluasi serta penyelesaian masalahnya.

B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)


Analisis masalah pada program kesehatan puskesmas dilakukan
berdasarkan pendekatan sistem. Sistem terdiri dari input (masukan), proses dan
output (luaran). Analisis masalah pada program kesehatan puskesmas dilakukan
dengan mengetahui masalah pada output kemudian dilakukan analisis penyebab
masalah pada input dan proses program kesehatan puskesmas tersebut.

1. Strength
a. Input
1) Man
Puskesmas Tambak II memiliki 2 orang sanitarian yang berfokus
pada program kesehatan lingkungan. Pemegang program
mendapatkan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan
ilmu terkait dengan kesehatan lingkungan. Pemegang program
memiliki tanggungjawab yang baik dan semangat dalam
menjalankan program.

2) Money
Pembiayaan program tempat sampah sehat di rumah tangga
berasal dari dana BOK yang dilakukan untuk penyuluhan serta
praktik lapangan yang dilaksanakan minimal 1 kali setiap desa.
22

3) Material
Material yang digunakan untuk keberlangsungan program sudah
cukup memadai. Materi untuk penyuluhan dan praktik lapangan
sudah disediakan dengan baik. Pemilihan topik yang akan
disampaikan telah ditentukan dan disesuaikan dengan tema
kegiatan.
4) Method
Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan sesi tanya jawab sehingga
mempermudah masyarakat untuk memahami materi yang
disampaikan. Kegiatan praktik lapangan yang melibatkan peran
masyarakat secara langsung diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan.
5) Minute
Kegiatan membutuhkan waktu yang cukup singkat sekitar 3-4
jam sehingga tidak terlalu menyita waktu masyarakat dan tenaga
kesehatan lain.

b. Process
1) Perencanaan
Perencanaan program diadakan setiap tahun dan membahas
mengenai pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan praktik
lapangan.
2) Penggerakan dan Pelaksanaan Program
Setiap desa mendapatkan kesempatan minimal 1 kali untuk
mendapatkan penyuluhan dan praktik lapangan. Pelaksanaan
kegiatan cukup menarik dengan adanya praktik langsung
pengelompokan sampah. Pelaksanaan program di targetkan
sebanyak 10 kali dalam setahun. Pelaksanaan program
mengikuti jadwal rapat rutin warga sehingga target sasaran
warga yang datang tinggi. Sudah ada beberapa desa yang
23

membantu pengadaan tempat sampah yang sehat di lingkungan


warga.
3) Pengorganisasian
Terdapat kerjasama antara pemegang program dengan perangkat
desa berjalan kegiatan penyuluhan program.
4) Pengawasan, pengendalian, dan penelitian, (P3) untuk
kelancaran kegiatan.
Kegiatan evaluasi diadakan secara rutin setiap 3 bulan.
Hambatan serta kekurangan dalam program akan disampaikan
pada rapat dan lokakarya mini. Monitoring hasi pemicuan dan
penyuluhan dilaksanakan sekitar 1 minggu setelah kegiatan
penyuluhan.
2. Weakness
a. Input
1) Man
Program ini membuthkan kerjasama lintas sektoral. Karena
pemegang program dari puskesmas hanya 2 orang tanpa bantuan
dari tenaga kesehatan yang lain. Instasi lain misal pemerintah
desa kurang dapat bekerjasama dalam penjagaan masyarakat
sehingga capaian program masih rendah.
2) Money
Pembiayaan pengadaan tempat sampah sehat berasal dari
masing-masing rumah tangga. Masih banyak rumah tangga yang
belum mengalokasikan uangnya untuk membeli tempat sampah
yang sesuai standar. Selain itu untuk penyediaan tempat
pembuangan sampah (TPS) di desa juga belum di alokasikan di
rencana anggaran biaya (RAB) desa.
24

b. Process
1) Perencanaan
Jadwal pelaksanaan program penyuluhan tidak tentu karena
mengikuti kegiatan rapat warga.
2) Penggerakan dan Pelaksanaan Program
a) Realisasi penyediaan tempat sampah sehat di lingkungan
warga oleh desa masih belum sesuai dengan standar
tempat sampah sehat.
b) Tidak semua desa menyediakan dana untuk tempat
sampah sehat dan dana pembuatan TPS
c) Belum ada pelopor pembuatan tempat sampah sehat di
lingkungan masyarakat.
d) Belum ada tempat pembuangan sampah sementara di
desa, Sehingga membuat masyarakat bingung untuk
kelanjutan dari pengolahan sampah yang sudah
dikumpulkan di tempat sampah.
3) Pengorganisasian
a) Kerjasama antara pemegang program dengan lintas
sektoral tidak bertahan lama. hanya terjadi ketika acara
penyuluhan. Setelah acara penyuluhan komitmen lintas
sektoral untuk menyelesaikan permasalahan sampah
berkurang.
4) Pengawasan, pengendalian, dan penelitian, (P3) untuk
kelancaran kegiatan.
a) Waktu pelaksanaan survei tempat sampah sehat belum
terstruktur dan terjadwal dengan baik. Selama ini waktu
pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan program lain
diluar kesehatan lingkungan seperti promosi kesehatan.
Terkadang
25

3. Opportunity
a. Terdapat satu desa di wilayah kerja Puskesmas Tambak II yang sudah
bersedia mensukseskan program tempat sampah sehat dengan cara
dibangun TPS dan ada mesin pencacah sampah. Desa ini bisa menjadi
percontohan desa lainnya agar kedepannya warga desa dan perangkat
desa lain bisa termotivasi dan ikut mensukseskan program tempat
sampah sehat.
b. Masyarakat antusias dalam mengikuti penyuluhan tentang tempat
sampah sehat dirumah tangga.
c. Terdapat dana desa yang dapat dialokasikan untuk pelatihan dan
pembuatan kader. Dana desa juga dapat dialokasikan untuk kegiatan
tempat sampha sehat di rumah tangga.
d. Terdapat rapat rutin di lingkungan masyarakat yang bisa dijadikan
sarana sosialisasi program.
e. Jarak antar desa berdekatan.
4. Threat
a. Latar belakang pendidikan masyarakat yang beragam dan mayoritas
masih rendah sehingga mempengaruhi kemampuan menyerap informasi
penting tentang tempat sampah sehat di rumah tangga.
b. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan masih terjadi
pada sebagian masyarakat desa. Biasanya sampah pada rumah tangga
dibakar di sekitar rumah.
c. Pengaruh orang tua yang turun temurun atau anggota keluarga lain yang
masih belum peduli tentang pembuatan tempat sampah sehat di rumah
tangga.
d. Kurangnya kebijakan dan andil pemerintah desa terhadap program
tempat sampah sehat di rumah tangga.
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Berdasarkan data Puskesmas Tambak II, menunjukan bahwa
presentasi tercapainya program tempat sampah sehat di rumah tangga
memenuhi syarat pada tahun 2018 sekitar 4,90% dari target yang sebesar
76%. Hal tersebut menunjukan bahwa target terlaksananya program masih
belum tercapai. Angka yang belum memenuhi target merupakan salah satu
masalah yang terdapat di Puskesmas Tambak II. Untuk mendapatkan
alternatif dari pemecahan masalah, sebelumnya telah dilakukan analisa
penyebab masalah dari segi strenght (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman).
Berdasarkan analisis, terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan
dalam program pengelolaan sampah rumah tangga di Puskesmas Tambak
II. Beberapa kelemahan terdiri dari segi man/tenaga kesehatan yaitu
Program ini membutuhkan kerjasama lintas sektoral. Karena pemegang
program dari puskesmas hanya 2 orang. Butuh instasi lain misal perangkat
desa untuk ikut menjalankan program kegiatan dan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi aktif. Akan tetapi pada realitanya semangat dari
intstansi terkait untuk menjalankan program ini masih kurang. Sehingga
beban program masih berada pada pemegang program dari puskesmas.
Selain itu, dalam proses pelaksanaan program ditemukan beberapa
kelemahan seperti belum terbentuknya jadwal yang pasti mengenai
pelaksanaan kegiatan dan juga survei lingkungan. Kemudian pelaksanaan
praktik lapangan belum terlalu fokus pada cara pengelolaan sampah yang
baik dan benar. Pengelolaan sampah termasuk pilar ke 4 dalam 5 pilar
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang terdiri dari Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBS), cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air
minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga
serta pengamanan limbah cair rumah tangga. Pelaksanaan program STBM

24
25

saat ini lebih difokuskan pada pilar 1 dan pilar 2 sehingga belum
terlalu difokuskan pada pengelolaan sampah rumah tangga (Kemenkes RI,
2015).
Peluang atau opportunity dalam program tersebut adalah adanya
satu desa yang sudah peduli tentang pembuatan tempat sampah sehat di
rumah warga. Perangkat desa dan warga berkomitmen untuk menyelesaikan
masalah sampah. Selain itu desa tersebut juga sudah menyediakan mesin
pengolah sampah. Desa tersbut juga sedang mempersiapkan TPS. Hal ini
bisa dijadikan percontohan bagi desa yang belum peduli terhadap
penyediaan tempat sampah sehat di rumah. Selain itu sebenarnya
masyarakat juga antusias mengikuti penyuluhan tentang tempat sampah
sehat di rumah tangga. Terbukti dengan mereka bersedia meluangkan waktu
dalam setiap kegiatan rapat RW atau RT untuk ditambahi dengan
penyuluhan dari pemegang program tempat sampah sehat.
Ancaman dalam program tersebut adalah kurangnya pengetahuan
sebagian masyarakat mengenai pentingnya penyediaan tempat sampah
sehat di rumah tangga yang memenuhi syarat serta kebiasaan masyarakat
yang membuang sampah sembarangan masih terjadi pada sebagian
masyarakat desa dan membakar sampah di sekitar rumah.
26

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Strategi alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan
adalah sebagai berikut
1. Strength-Opportunity
a. Pada saat penyuluhan desa atau warga yang sudah menyediakan tempat
sampah sehat dirumah ikut serta memberikan motivasi kepada warga lain
b. Pelaksanaan penyuluhan bisa dilakukan bersama dengan rapat rutin
warga
c. Pemerintah desa menganggarkan penyediaan tempat sampah sementara
untuk penampungan sampah warga.
d. Jika warga tidak mampu membeli tempat sampah yang sehat, pemerintah
desa bisa membantu pendanaan atau pemerintah bisa meminjamkan uang
kepada warga.
e. Memberikan penghargaan bagi warga yang sudah menyediakan tempat
sampah sehat dan juga sudah dapat mengelola sampah dengan baik.
f. Puskesmas memiliki tenaga kesehatan bidang kesehatan lingkungan
yang sudah berpengalaman maka bisa diadakan pembentukan kader
pemberantasan sampah yang bekerjasama dengan warga untuk
memantau dan mengawasi penyediaan tempat sampah sehat serta
pengolahan sampah di rumah warga.
g. Sampah yang berada di rumah warga bisa di daur ulang. Sampah dapur
bisa diuraikan menggunakan mikroorganisme. Hal ini cukup efektif
karena bahan dan alat yang dibutuhkan cukup murah. Selain itu hasilnya
sampah bisa dijadikan kompos tanaman
2. Weakness-Opportunity
a. Pendataan rumah yang sudah memiliki tempat sampah sehat bisa dibantu
oleh warga dan perangkat desa
b. Membuat kelompok swadaya masyarakat yang bertugas untuk
mengumpulkan sampah dari rumah warga dan mengangkut ke tempat
27

pembuangan sementara. Sumber pendanaan untuk pelaksaanaan bisa


berasal dari iuran warga.
c. Jadwal monitoring dan evaluasi penyediaan tempat sampah sehat
ditingkatkan serta pendataan diperbaiki
3. Strength-Threat
a. Pelaksanaan penyuluhan lebih di tekankan pada teori yang aplikatif
b. Permasalahan sampah berkaitan dengan kebiasan masayarakat, oleh
karena itu pemegang program dan tokoh masyarakat setempat harus lebih
berusaha lagi mengajak masyarakat untuk menyediakan tempat sampah
yang sehat. Pemegang program bisa memberian alternatif tempat sampah
sehat yang mudah serta terjangkau bagi masyarakat.
4. Weakness-Threat
a. Memprioritaskan perogram tempat sampah sehat dan pengolahan
sampah disamping program STBM yang lainnya. Hal ini bisa dilakukan
ketika penyuluhan lebih ditekankan materi tentang sampah. Selain itu di
tingkatkan lagi untuk survei tempat sampah yang ada pada rumah warga
b. Pemerintah desa harusnya dapat mengupayakan pendanaan program
tempat sampah sehat dan pengelolaan sampah di desa Karena sesuai
amanat permenkes no.3 tahun 2014. Selain itu pemerintah daerah juga
sudah mengalokasikan 10% APBD untuk kesehatan.
c. Bekerjasama dengan Kepala Dusun agar dilaksanakan kegiatan tentang
kebersihan lingkungan yang rutin diadakan di desa seperti kerja bakti
agar semakin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan
lingkungan terutama dalam pengelolaan sampah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pemilihan program tempat sampah sehat sehat di rumah tangga sebagai
salah satu masalah dalam program Puskesmas Tambak II karena angka
keberhasilan cakupan yang belum mencapai target. Angkat cakupan yang
didapatkan sebera 4,90% sedangkan target yang diharapkan 76%
2. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program tempat
sampah sehat di rumah tangga Puskesmas Tambak II adalah :
a. Kurangnya support dari instansi lain dalam penjagaan berjalannya
program
b. Belum ada dana bantuan untuk pengadaan tempat sampah sehat di
rumah dan pengelolaan sampah di masyarakat
c. Sebagian warga belum memiliki inisiatif untuk menyediakan tempat
sampah sehat di rumah
d. Belum ada pelopor dan penggerak pembuatan dan pengolahan
tempat sampah sehat di rumah tangga
e. Belum ada tempat pembuangan sampah sementara di lingkungan
warga
f. Kerjasama antara pemegang program dengan lintas sektoral lain
kurang tidak bertahan lama
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan program tempat
sampah sehat di rumah tangga adalah:
a. Membuat komitmen bersama antara pemegang program, instansi terkait
seperti pemerintahan desa, dan masyarakat untuk menjalankan program
b. Perlu disiapkan anggaran untuk membantu warga dalam pembuatan
tempat samhap sehat, pembuatan TPS, dan pengelolaan sampah di
lingkungan warga
c. Harapannya penyuluhan tentang program tempat sampah sehat
ditingkatkan lagi

28
29

B. Saran
1. Puskemas Tambak II harus bisa mempertahankan capaian yang didapatkan
saat ini, akan tetapi harus terus berupaya meningkatkan capaian agar dapat
memenuhi target
2. Puskesmas harus lebih aktif dalam penyuluhan tentang program tempat
sampah sehat di rumah tangga, agar masyarakt sadar untuk menyediakan
tempat sampah yang sehat di rumah.
3. Masyarakat harus berperan aktif dalam menjalankan program ini, karena
kuncinya pada kesadaran setiap masyarakat tentang pentingnya tempat
sampah yang sehat dirumah.
4. Diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak dari dinas lingkungan,
peemrintah desa, dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan cakupan
tempat sampah sehat di rumah tangga
30

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas


Tambak II Tahun 2018. Banyumas : Dinkes Kab. Banyumas

Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2017. Semarang : Dinkes Prov. Jawa Tengah

BPS Kabupaten Banyumas. 2018. BPS KAB. Banyumas, Hasil Penduduk.


http://banyumaskab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/83.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat. Jakarta: kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008.


Pengelolaan Sampah. 2008. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes RI). 2015. Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014.


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

Anda mungkin juga menyukai