Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEMAJUAN AKSES SANITASI DAN KEMAJUAN ODF DI KABUPATEN PANGANDARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari SIK/SIM/Teknologi Informasi Kesehatan
Dosen Pengampu : Deden Supardan, SKM.., MKM

DISUSUN OLEH :
DHANTI MEGA YASHINTA (CMR0190044)
SEMESTER V/TINGKAT III
REGULER B

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2021 - 2022
Jl. Lingkar Kadugede No.2 Kuningan Jawa Barat (0232) 875 847 fax :
(0232) 875 123
Website : Stikku ac.id email : info@stikeskuningan.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenahanya dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya penulis
bisa menyusun makalah dengan judul “Laporan Kemajuan Akses Sanitasi dan Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran” ini tepat
pada waktunya.

Saya selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susunini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah
pengetahuan terutama dalam hal pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekuranganyang membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukanserta kritikan dari para
pembaca.

Kuningan, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR……………………………………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………………………………………….1


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………………………………….....2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah STBM………………………………………………………………………………………………………………....3
B. Pengertian STBM………………………………………………………………………………………………………….…..4
C. Profil Kemajuan Akses Sanitasi dan ODF di Kabupaten Pangandaran………………………………………………….....….5
D. Tabel Kemajuan Akses Sanitasi dan ODF di Kabupaten Pangandaran………………………………………………….…….7
E. Grafik Kemajuan Akses Sanitasi dan ODF di Kabupaten Pangandaran……………………………………………………...11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………..…………….…15
B. Saran………………………………………………………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat,mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
meningkatkan kemampuanmasyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untukmeningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals(MDGs) tahun 2015, perlu disusunStrategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat yang ditetapkan denganKeputusan Menteri Kesehatan. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air
minum,higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan
47% masyarakatmasih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services
(BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar12%, (ii) setelah membersihkan
tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkanmakanan 6 %. Sementara
studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan airminum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan airminum, tetapi
47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare diIndonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional
pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalamiKejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensiterpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal
ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat Kualitas santasi
di ligkungan rumah tangga warga Kabupaten Pangandaran masih rendah. Salah satu masalah yang disoroti, dari 93 desa yang ada di Kabupaten
Pangandaran, belum ada satupun yang bebas buang air besar (BAB) sembarangan. Maka dibuuthkan pendekatan STBM, karena deengan
pendekatan STBM, masyarakat Kabupaten Pangandaran mau berubah bahkan membuat fasilitas sanitasinya dengan biayanya sendiri. Penyadaran
untuk melakukan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat juga sangat dibutuhkan dikawasan urban atau perkotaan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah STBM ?
2. Apa yang dimaksud dengan STBM ?
3. Apa profil akses sanitasi dan kemajuan ODF di Kabupaten Pangnadaran ?
4. Bagaimana tabel kemajuan akses sanitasi dan ODF di Kabupaten Pangandaran ?
5. Bagaimana grafik kemajuan akses sanitasi dan kemajuan ODF di Kabupaten Pangadaran ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejarah STBM
2. Memahami pengertian STBM
3. Mengerti profil akses sanitasi dan kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran
4. Memahami tabel kemajuan akses sanitasi dan Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran
5. Mengetahui grafik kemajuan akses sanitasi dan kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah STBM
STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total dengan menerapkan model CLTS. Pendekatan CLTS sendiri
diperkenalkan oleh Kamal Kar dari India pada tahun 2004. Di tahun yang sama, Pemerintah Indonesia melakukan studi banding ke India dan
Bangladesh. Penerapannya dimulai pertengahan tahun 2005, ketika pemerintah meluncurkan penggunaan metode ini di 6 Universitas
Sumatera Utara desa yang terletak di 6 provinsi. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi
nasional untuk program sanitasi. Pada september 2006, program WSLIC memutuskan untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai pengganti
pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program 36 kabupaten. Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini.
Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten.
Program ini mengadopsi pendekatan CLTS dalam rancangannya Percik, Desember 2008. Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting
bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek
yang mengadopsi pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing TSSM atau Sanitasi Total dan pemasaran
sanitasi SToPS, dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis masyarakat STBM sebagai strategi nasional Kepmenkes RI No.
852MENKESSKIX2008. STBM yang tertuang dalam kepmenkes tersebut menekankan pada perubahan prilaku masyarakat untuk
membangunan sarana sanitasi dasar dengan melalui upaya sanitasi meliputi tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola
air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman. Ciri utama dari
pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur jamban keluarga, dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan
dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya program STBM ini adalah Universitas Sumatera Utara “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan
masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.
3
B. Pengertian STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikatoroutcome STBM yaitu menurunnya
kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikatoroutput
STBM adalah sebagai berikut :
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari
buang air di sembarang tempat (ODF).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar,
terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui
Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008. Dengan demikian, strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait
dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat. Pada tahun 2014,
naungan hukum pelaksanaan STBM diperkuat dengan dikeluarkannya PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Dengan demikian, secara otomatis Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008 telah tidak berlaku lagi sejak terbitnya
PERMENKES ini.

4
• 5 Pilar STBM
1. Tidak buang air besar sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Mengelola air minum dan makanan dengan aman
4. Mengelola sampah dengan aman
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
• Strategi Nasional STBM
Dalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga)
komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);
3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement)

Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal. Tiga strategi
ini disebut Komponen Sanitasi Total.

C. Profil Kemajuan Akses Sanitasi dan Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran


• Gambaran Geografis dan Administrasi
Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu Kota Kabupaten yang terletak
di Kecamatan Parigi. Kabupaten Pangandaran dengan luas wilayah keseluruhan sebesar + 1.010 km2, dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi JawaBarat. Berdasarkan letak astronomis,
Kabupaten Pangandaran terletak pada 108°8’0” sampai dengan 108°50’0” Bujur Timur dan 7°24’0” sampai dengan 7°54’20” Lintang
Selatan.
5
Sedangkan secara administratif, Kabupaten Pangandaran berbatasan dengan wilayah berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciulu, Desa Pasawahan, Desa Cikupa Kecamatan Banjarsari, Desa Sidarahayu Kecamatan
Purwadadi, Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis dan Desa Citalahab Kecamatan Karangjaya, Desa Cisarua
Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Sidanegara, Desa Rejamulya Kecamatan Kedungreja, Desa Sidamukti,
Desa Patimuan, Desa Rawaapu, Desa Cinyawang, Desa Purwodadi Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasangrahan Kecamatan Cikatomas, Desa Neglasari, Desa Tawang, Desa Panca Wangi, Desa
Mekarsari Kecamatan Pancatengah, Desa Cimanuk Kecamatan Cikalong, Desa Mulyasari Kecamatan Salopa Kabupaten
Tasikmalaya. Berikut ini merupakan peta wilayah administratif Kabupaten Pangandaran
• Kemajuan Akses Sanitasi di Kabupaten Pangandaran
Kualitas santasi di ligkungan rumah tangga warga Kabupaten Pangandaran masih rendah. Salah satu masalah yang disoroti, dari 93
desa yang ada di Kabupaten Pangandaran, belum ada satupun yang bebas buang air besar (BAB) sembarangan. Kepala Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran akan mendorong percotohan di tiga desa yang relatif lebih baik dalam
urusan sanitasi.
Ketiga desa masing-masing di wilayah Puskesmas Sindangwangi, Kecamatan Padaherang, dan di wilayah Puskesmas Cimerak dan
Legok Jawa di Kecamatan Cimerak. Kampanye jamban sehat merupakan bagian dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau
STBM. Tahun ini, STBM yang merupakan program sosialisasi dan persuasi perilaku hidup bersih dan sehat, akan dilakukan 40 kali di
berbagai desa di Kabupaten Pangandaran.

6
• Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran
Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak
buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan. Di Kabupaten Pangandaran masih adanya masyarakat buang air besar (BABS) lantaran wilayah yang dinyatakan bebas
dari perilaku buang air besar sembarangan atau ODF (Open Defecation Free) di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dari 93 Desa
ternyata baru 23 Desa yang sudah ODF. Artinya sekitar 24 persen Desa yang sudah mandiri dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), maka diharapkan target 100 persen ODF bisa tercapai pada tahun 2022 yang berarti seluruh kabupaten Pangandaran
sudah ODF dengan berpedoman pada Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
D. Tabel Kemajuan Akses Sanitasi dan Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran

Identitas Data
(Data aktual ter-entry / Baseline Kemajuan
Data di BPS)
Nama Status
Nama
Kecamatan Data
Kabupaten JSP JSSP Sharing BABS % JSP JSSP Sharing BABS %
Jumlah
Jumlah Desa/Kel Akses Akses
KK
KK KK KK KK Jamban KK KK KK KK Jamban

1 PANGANDARAN PADAHERANG 14/14 26.644/21.152 11.413 3.117 978 3.201 84.49 20.762 3.758 1.619 505 98.32 1001000100

2 PANGANDARAN MANGUNJAYA 5/5 11.751/9.990 5.455 5.161 78 1.153 90.34 6.461 4.129 302 859 92.94 1001000100

3 PANGANDARAN PARIGI 10/10 15.979/14.543 3.079 8.771 417 3.473 82.35 5.408 7.978 1.336 1.257 92.14 1001000100

4 PANGANDARAN PANGANDARAN 8/8 18.867/17.209 7.051 6.715 212 3.052 78.73 9.751 6.083 2.150 883 90.58 1001000100

5 PANGANDARAN SIDAMULIH 7/7 10.557/9.350 995 5.886 276 2.235 74.75 2.994 5.417 722 1.424 85.17 1001000100
Identitas Data
(Data aktual ter-entry / Baseline Kemajuan
Data di BPS)
Nama Status
Nama
Kecamatan Data
Kabupaten JSP JSSP Sharing BABS % JSP JSSP Sharing BABS %
Jumlah
Jumlah Desa/Kel Akses Akses
KK
KK KK KK KK Jamban KK KK KK KK Jamban

6 PANGANDARAN CIJULANG 7/7 10.341/10.096 0 6.119 17 2.873 67.89 1.336 6.189 961 1.855 80.93 1001000100

7 PANGANDARAN CIMERAK 11/11 16.376/14.269 1.231 8.251 949 5.194 65.40 2.815 7.879 1.919 3.763 74.85 1001000100

8 PANGANDARAN KALIPUCANG 9/9 10.328/11.807 0 7.092 666 2.570 73.69 0 7.092 666 2.570 73.69 1001000100

9 PANGANDARAN LANGKAPLANCAR 14/14 14.792/15.217 5.022 3.296 736 5.717 63.86 5.654 2.735 974 5.429 65.52 1001000100

10 PANGANDARAN CIGUGUR 7/7 8.139/7.063 2.932 1.077 77 2.963 57.08 4.060 1.218 127 2.734 64.82 1001000100

Total : 92/92 143.774/130.696 37.178 55.485 4.406 32.431 73.51 59.241 52.478 10.776 21.279 81.60

Keterangan :

JSP = Akses Jamban Sehat Permanen Sharing = Masih Numpang ke Jamban Sehat

JSSP = Akses Jamban Sehat Semi Permanen BABS = Masih Buang Air Besar Sembarangan

*) = Data Aktual / Data BPS

9
Berdasarkan tabel diatas tercatat sekitar 4.406 penduduk Kabupaten Pangandaran menurut KK masih meghadapi persoalan Buang
Air Sembarangan (BABS). Persoalan ini mestinya menjadi perhatian Pemerintah Daerah agar kesehatan masyarakat lebih terjamin. Dalam
mendorong kebiasaan hidup bersih dan sehat, Puskesmas Sindangwangi, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, terus
melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan langsung mensosialisasikan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan target
setiap tahun lingkungan Open Defecation Free (ODF) atau kondisi dimana masyarakat tidak membuang kotoran (BAB) sembarangan
yang diharapkan masyarakat harus sadar akan kebersihan lingkungan seperti cuci tangan menggunakan sabun, tidak BAB sembarangan,
masyarakat bisa membuang sampah pada tempatnya dan minimalnya mereka punya tempat sampah sendiri.

Dalam rangka mewujudkan Desa ODF (Open Defecation Free) Tim Kesehatan Kabupaten Pangandaran melakukan pembongkaran
jamban apung. Pembongkaran jamban apung tersebut dilaksanakan di Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten
Pangandaran, Jawa Barat. Pembongkaran dilakukan secara acak pada beberapa lokasi jamban apung milik warga. Selain pelaksanaan
pembongkaran oleh petugas kesehatan, tim dari Puskesmas Padaherang juga memberikan edukasi terhadap masyarakat dalam berprilaku
sehat dan bersih. Kesehatan dan kebersihan jadi salah satu kebutuhan masyarakat, apabila masyarakat masih menggunakan jamban apung,
akan sulit mewujudkan kesehatan lingkungan dasar masyarakat. Tim Kesehatan Kabupaten Pangandaran juga mengajak kepada masyarakat
lakukan buang air besar di jamban yang sehat. Sebagai inisiatip, masyarakat yang belum memiliki jamban sehat diarahkan menggunakan
sarana dan fasilitas MCK di masjid atau mushola, tempat MCK di kantor desa dan sekolah. Selain menggunakan sarana umum, masyarakat
yang belum punya jamban sehat juga bisa ikut ke tetangga atau saudara yang dekat. Bupati Kabupaten Pangandaran Jeje Wiradinata
menargetkan seluruh Desa di Kabupaten Pangandaran Open Defecation Free (ODF). Terdapat 93 desa di Pangandaran yang tersebar di 10
Kecamatan, sampai saat ini wilayah yang dinyatakan sudah ODF baru 23 Desa. Open Defecation Free (ODF) adalah praktek hidup bersih
dan sehat masyarakat yang bebas dari prilaku buang air besar sembarangan. Cara yang tepat untuk mewujudkan ODF dengan membangun
tempat MCK dirumah masing-masing. setidaknya ada 70 Desa yang menjadi target sasaran untuk menempuh status ODF. Apabila semua
desa sudah ODF dengan berpedoman pada Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) maka kesehatan masyarakat bakal terjamin.

10
E. Grafik Akses Sanitasi dan Kemajuan ODF di Kabupaten Pangandaran

11
12
Berdasarkan grafik akses sanitasi dan ODF tersebut adanya kemajuan terkait STBM di Kabupaten Pangandaran karena sudah diadakan
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah menjadi salah satu program andalan nasional (Pemerintah
dan Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan
berbasis masyarakat. Program Pamsimas I yang dimulai pada Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 dan Pamsimas Il dari Tahun 2013 sampai
dengan Tahun 2015 telah berhasil meningkatkan jumlah warga miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum
dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 12.000 desa yang tersebar di 233 kabupaten/kota. Untuk terus
meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap fasilitas air minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian target Akses
Universal Air Minum dan Sanitasi dan target SDGS, Program Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2020 khusus untuk
desa-desa di Kabupaten.

13
Program Pamsimas III dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan
air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, yaitu (1) 100-100, yaitu 100% akses air minum dan 100% akses sanitasi, dan (2) Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Sebagai pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah. Untuk mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam
menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), Program Pamsimas berperan dalam
menyediakan dukungan finansial baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik dalam bentuk
manajemen, dukungan teknis, dan pengembangan kapasitas. Program Pamsimas dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui
keterlibatan masyarakat (perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin, dan lain-lain) dan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

Kabupaten Pangandaran adalah salah satu pelaksana program Pamsimas anggaran APBN 2021 yang di bagi beberapa Desa seperti Desa
Sindangjaya, Karangmulya, Padaherang,Ciganjeng,dan Desa Kersaratu. Dari ke 5 Desa yang sedang melaksanakan program Pamsimas dikelola
masing- masing KKM. Beberapa KKM yang ditemui tim media mengatakan, dengan berbagai penjelasan tentang dukungan dana dari APBDes
minimal sebesar 10% dari nilai RKM untuk kegiatan fisik yang sifatnya pengembangan atau tambahan cakupan pelayanan untuk Desa Baru, Desa
Peningkatan dan Desa Perluasan, namun sampai saat ini belum menerima dana dukungan tersebut, sedangkan Alokasi APBDesa untuk merupakan
bentuk komitmen dari pemerintah desa dalam melayani warganya di bidang air minum dan sanitasi. Kontribusi masyarakat untuk pengembangan
desa regular, minimal sebesar 20% dari total RKM, dalam bentuk tunai (in-cash) minimal 4% dan tenaga kerja/material (in-kind) minimal 16%,
yang merupakan dana pendukung bagi pembiayaan kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, direncanakan oleh masyarakat dan dituangkan di
dalam RKM, itu juga diduga akan sulit didapat, sedangkan Kontribusi masyarakat harus sedapat mungkin menjangkau seluruh warga desa dengan
tujuan pelayanan air minum dan sanitasi menjadi bagian dari tanggung jawab bersama dan membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat desa
serta bukan hanya tanggung jawab warga di wilayah yang terlayani saja (dusun). Dalam hal itu,Kontribusi masyarakat dimaksudkan sebagai
wujud dari komitmen membangun rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatan maupun hasil kegiatan yang dilakukan masyarakat
sendiri.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat ini Kabupaten Pangandaran masih menghadapi tantangan untuk menuntaskan target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2022 yang menetapkan tarcapainya akses universal 100% air minum, 0% pemukiman kumuh dan 100%
stop bebas buang air besar sembarangan (SBS). Berdasarkan data yang dirilis meliputi tabel, grafik dan profil sebanyak 62 juta atau 53%
penduduk perdesaan masih belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. 34 juta diantaranya masih melakukan praktik buang air besar
sembarangan. Diperlukan percepatan 400% untuk mencapai target Kabupaten Pangandaran stop buang air besar sembarangan (SBS) pada
tahun 2022
Target tersebut hanya dapat terlaksana dengan menggerakan para pemimpin daerah untuk berinovasi, menelurkan kebijakan
yang mendukung program STBM, mengalokasikan anggaran untuk mempriortiaskan investasi terhadap program sanitasi serta membangun
sistem dan prasarana monitoring evaluasi untuk mempertahankan keberlanjutan layanan program STBM di daerahnya. Lambatnya
peningkatan akses sanitasi di Kabupaten Pangandaran melalui pendekatan pembangunan sanitasi berbasis kontruksi dan subsidi serta
rendahnya tingkat pemahaman masyarakat untuk menjadikan sanitasi sebagai kebutuhan, memicu reformasi pendekatan pembangunan
sanitasi khususnya di perdesaan. Sejak diadopsinya konsep Community-Led Total Sanitation (CLTS) yang telah dijalankan sejak tahun 2005
oleh Kementerian Kesehatan, pendekatan pembangunan sanitasi di Indonesia perlahan berubah dari pendekatan berbasis subsidi dan
kontruksi menjadi berbasis partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Dari tahun ke tahun adanya kemajuan akses sanitasi dan ODF di
Kabupaten Pangandaran karena sudah terbentuknya tim percepatan ODF dalam melakukan pembongkaran jamban apung yang dilakukan
secara acak pada beberapa lokasi jamban ampung milik warga. Selain pelaksanaan pembongkaran, petugas kesehatan Kabuapaten
Pangandaran juga memberikan edukasi terhadap masyarakat dalam berprilaku sehat dan bersih. Masyarakat yang selama ini melakukan
MCK dan buang air besar di jamban apung diarahkan untuk membangun tempat MCK yang lebih refersentatif.
15
B. Saran
Dalam rangka mewujudkan Desa ODF di Kabupaten Pangandaran maka diharapkan adanya kerjasama antara Bupati, Petugas Kesehatan dan
Masyarakat Kabupaten Pangandaran. Masyarakat sebaiknya menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mampu menciptakan
lingkungan yang sehat dan mencegah penyebaran penyakit dengan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), cuci tangan pakai sabun,
pengolaan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.harapanrakyat.com/2017/03/lewat-stbm-puskesmas-sindangwangi-pangandaran-dorong-hidup-sehat-dan-bersih/amp/

http://stbm.kemkes.go.id/app/news/11900/sosialisasi-germas-dengan-pendekatan-lima-pilar-stbm-ke-masyrakat-untuk-daerah-perairan-di-
kalteng

http://stbm.kemkes.go.id

https://swarapangandaran.com/duh-belum-ada-desa-bebas-bab-sembarangan-di-pangandaran/

https://daerah.sindonews.com/newsread/609653/97/seluruh-desa-di-pangandaran-ditargetkan-open-defecation-free-1637817098

https://amp.timesindonesia.co.id/read/news/382222/wujudkan-desa-odf-tim-kesehatan-pangandaran-bongkar-jamban-apung

Anda mungkin juga menyukai