“”
Oleh :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa pula kita lantunkan kata
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa umat
manusia dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang.
Adapun penulis menyusun makalah ini yang berjudul “ ”, penulis menyusun makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi dan survei kesehatan lingkungan yang
diselengarakan oleh pihak perguruan tinggi swasta yaitu Stikkes Kuningan.
Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang turut ikut
serta dalam proses penyusunan makalah ini baik itu dalam segi materi maupun dalam segi-
segi yang lain, terutama kepada dosen pembimbing yang telah memberikan gambaran dan
memberikan masukan demi kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Harapan penulis dari makalah ini ialah makalah ini dapat dipergunakan dan
difungsikan sebagaimana mestinya, agar dapat memperluas gagasan dan wawasan para
pembaca makalah ini.
Akhir kata mohon maaf atas segala kekurangan karena sebaik-baik manusia tiada
manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran ataupun kritik yang
membangun agar tercapainya kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa balita merupakan kelompok yang rentan mengalami kurang gizi salah satunya
adalah stunting (Heryanto M L, 2021.). Stunting merupakan salah satu target Sustainable
Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2
yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
akumulasi dari ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan
(2018), “Stunting merupakan kondisi pada anak dengan gagal tumbuh atau terlambat
bertumbuh karena kekurangan gizi kronis yang dimulai sejak dalam kandungan ibu
Balita Pendek atau stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau
TB/U di mana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran
Dampak jangka panjang dari stunting yaitu otak tidak berkembang dengan baik, IQ yang
lebih rendah dari anak yang lain, kekebalan tubuh melemah, dan memiliki risiko lebih
besar terhadap penyakit diabetes militus dan kanker (Kirana dkk., 2021). Generasi yang
tumbuh optimal alias tidak stunting memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik, akan
memberikan daya saing yang baik dibidang pembangunan dan ekonomi (Saputri A R,
2019).
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO)
tingkat stunting mencapai 30,8% pada 2018 dan 27,7% pada tahun 2019. Walaupun
mengalami penurunan, Indonesia menduduki peringkat 108 dari 132 negara dengan
prevalensi stunting terbesar di dunia (Vinci dkk., 2022). Diketahui sebanyak 10 provinsi
termasuk dalam kategori berat, dan 5 besar diantaranya adalah provinsi Sulawesi Selatan,
disusul Aceh, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes, 2018.). Di provinsi
Jawa Barat, kondisi stunting juga menunjukan angka yang cukup tinggi di mana prevalensi
di tahun 2017 menvapai 29,2%. Di tahun 2019 angka prevalensi stunting mengalami
penurunan menjadi 26,21%. Akan tetapi angka prevalensi tersebut masih jauh dari target.
kejadian stunting tertinggi di Jawa Barat dengan persentase kejadian sebesar 9,6% (terdiri
Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia
air bersih untuk kebutuhan sehari- hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang
sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi saat pertumbuhan (Katona dan Apte, 2008).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran setiap individu
maupun kelompok. Anggota keluaga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan
menolong masyarakat yang lain (Depkes RI, 2007). Tujuan PHBS merupakan upaya
suasana, dan gerakan masyarakat, sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan
untukmencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta
mertaterjadi, tetapi harus senantiasa kita upayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang
sehatserta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan
pola pikirsehat yang menjadi tanggung jawab kita kepada masyarakat dan harus dimulai dan
diusahakanoleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya sebagai satu investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif. Dalammengupayakan perilaku ini dibutuhkan komitmen bersama-
sama saling mendukung dalammeningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
keluarga sehingga pembangunankesehatan dapat tercapai maksimal.
BAB III
Tota
30 100,0 100,0
l
Tota
30 100,0 100,0
l
Pendidikan ayah
B31
Pendidikan ibu
B32
Pekerjaan ayah
B41
Pekerjaan ibu
B42
B5
Tota
30 100,0 100,0
l
B6
Tota
30 100,0 100,0
l
B7
Tota
30 100,0 100,0
l
Usia balita
C22
Tota
30 100,0 100,0
l
D1
Tota
30 100,0 100,0
l
D2
Tota
30 100,0 100,0
l
Jenis kelamin balita
C3
Tota
30 100,0 100,0
l
D31
Vali Perna
4 13,3 13,3 13,3
d h
D32
202
4 13,3 13,3 100,0
1
Tota
30 100,0 100,0
l
D4
Vali Perna
2 6,7 6,7 6,7
d h
E1
Vali selalu
30 100,0 100,0 100,0
d
E2
E3
E4
Vali selalu
30 100,0 100,0 100,0
d
E5
E6
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
E7
E8
E9
E11
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
E12
Vali selalu
30 100,0 100,0 100,0
d
E13
E14