NIM : CMR0190044
Kelas : Peminatan Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah : Kesehatan Matra
Dosen Pengampu : H. Wartoni, SKM., MPH
Kesehatan Matra Penerbangan Komersil
Banyak orang merasa tidak begitu aman untuk masuk pesawat dan
menempuh perjalanan ribuan meter di atas permukaan bumi. Namun, pesawat
terbang adalah salah satu moda transportasi yang paling aman. Masalah
kesehatan yang sering terjadi di yaitu penyakit menular karena pesawat terbang
terkenal sebagai tempat berkembang biak bakteri. Namun penilaian ini bisa jadi
tidak adil. Meskipun pesawat terbang berkontribusi pada penyebaran epidemi,
penularan penyakit lebih disebabkan oleh perpindahan orang dari satu negara ke
negara lain. Tidak ada bukti bahwa ketika seseorang berada di dalam pesawat,
bahaya terkena infeksi lebih tinggi daripada ketika misalnya berdiri di antrian
kontrol keamanan. Risiko infeksi saat terbang tidaklah lebih tinggi daripada infeksi
di rata-rata gedung perkantoran. Menurut WHO, udara dalam pesawat diganti
sebanyak 20 hingga 30 kali dalam satu jam dengan cara menyedot udara luar yang
segar ke dalam pesawat. Udara yang jenuh kemudian didaur ulang
Kecelakaan pesawat dapat terjadi karena banyak faktor. Namun, secara umum
terdapat tiga faktor umum yang dapat menyebabkan kecelakaan pesawat, yaitu
aircraft, human factor dan environment.
1. Pos Kesehatan
Kesiapsiagaan pelayanan kesehatan di Bandara, diantaranya menyiapkan
pos kesehatan di poliklinik Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di setiap
terminal kedatangan; pos kesehatan yang menjadi bagian dari Posko Terpadu
yang didirikan di halaman didepan gedung SAR; serta penanganan sanitasi
lingkungan dan penyuluhan kesehatan.
Pos kesehatan berfungsi untuk melakukan pengawasan risiko penularan
penyakit dari barang, orang dan alat angkut yang masuk dan keluar bandara.
Petugas pos pelayanan teknis kesehatan atau Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) di pelabuhan udara melakukan pengawasan kesehatan penumpang,
barang, dan alat angkut jika ada yang dicurigai, maka akan dievaluasi dan
melakukan tindakan pencegahan agar tidak membawa bibit penyakit dan
meminimalisir penyebaran penyakit, lintas daerah dan negara.
Fungsi pelayanan kesehatan tidak hanya saat kondisi normal atau tidak
ada kejadian luar biasa akibat wabah yang memerlukan pengawasan ketat,
seperti pada beberapa epidemi penyakit infeksi yang dapat menyebar lintas
negara seperti SARS, MERS CoV, Ebola, Covid-19 dan Zika. Pengawasan
untuk mencegah penyakit tersebut menjadi tugas pokok, terutama di pintu
bandara. Khusus untuk penumpang sendiri, bila penumpang mengalami sakit,
baik dilaporkan sendiri atau oleh pihak penerbangan, pos pelayanan
kesehatan di bandara juga dapat membantu melakukan pemeriksaan dan
pengobatan secara cuma-cuma. Adapun kondisi yang bisa menghalangi
penumpang melanjutkan perjalanan adalah apabila mengalami halangan fisik
dan penyakit tertentu.
2. Peraturan Terbaru Penerbangan Komersil
Berikut aturan terbaru perjalanan dalam negeri termasuk naik pesawat yang
berlaku mulai 19 April 2022:
Pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) dengan moda transportasi udara
antarkota dari dan ke daerah di seluruh Indonesia berlaku ketentuan:
1) PPDN yang telah mendapatkan vaksinasi dosis ketiga (booster) tidak
wajib menunjukan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen.
2) PPDN yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua wajib menunjukkan
hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu
1 x 24 jam atau hasil negatif tes RTPCR yang sampelnya diambil dalam
kurun waktu 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai syarat
perjalanan.
3) PPDN yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama wajib
menunjukan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam
kurun waktu 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai syarat perjalanan
4) PPDN dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang
menyebabkan pelaku perjalanan tidak dapat menerima vaksinasi wajib
menunjukan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam
kurun waktu maksimal 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai
persyaratan perjalanan, dan persyaratan wajib melampirkan surat
keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan bahwa
yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi
Covid-19.
5) PPDN dengan usia dibawah 6 tahun dikecualikan terhadap ketentuan
vaksinasi dan tidak wajib menunjukan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid
test antigen, namun wajib melakukan perjalanan dengan pendamping
perjalanan yang telah memenuhi ketentuan vaksinasi dan pemeriksaan
Covid-19 serta menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
6) PPDN dengan usia 6-17 tahun dan telah menerima vaksin dosis kedua
dikecualikan terhadap kewajiban menunjukkan hasil negatif rapid test
antigen, namun wajib melampirkan kartu/sertifikat vaksin dosis kedua.