Anda di halaman 1dari 10

STANDAR PEMERIKSAAN

MEDICAL CHECK UP PERUSAHAAN

RS SHEILA MEDIKA SIDOARJO


SIDOARJO 2023
Medical Check Up Karyawan

Medical check up karyawan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan


terhadap karyawan atau calon karyawan di tempat kerja.
Pemeriksaan kesehatan ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan kesehatan
akibat aktivitas dalam pekerjaan atau yang dapat memengaruhi kemampuan
dalam menjalani pekerjaan.
Medical check up karyawan merupakan salah satu program kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) yang perlu dilakukan oleh tiap perusahaan untuk mengetahui kondisi terkini
dari kesehatan karyawan atau calon karyawannya.

Hal ini penting agar perusahaan dapat menentukan kemampuan karyawan dalam
melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kondisi kesehatannya, sekaligus mencegah
penyakit atau kecelakaan yang mungkin ditimbulkan akibat bahaya atau kondisi
tertentu pada lingkungan kerja.
Terjaminnya kesehatan karyawan yang didukung dengan lingkungan kerja yang aman
tidak hanya memengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan, tapi juga memengaruhi
produktivitas dan reputasi perusahaan secara keseluruhan.
Indikasi Medical Check Up Karyawan
Dengan diketahuinya kondisi kesehatan karyawan, manfaat yang dapat diperoleh
karyawan dan perusahaan itu sendiri antara lain:
 Menentukan kemampuan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga
dapat mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
 Mengantisipasi secara dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi sebagai
risiko dari pekerjaan dan mencegahnya berkembang lebih lanjut
 Mengetahui secara dini tanda dari gangguan kesehatan umum, sehingga dapat
mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan menentukan langkah penanganan
selanjutnya
 Meningkatkan kesadaran karyawan untuk menerapkan gaya hidup sehat, serta
selalu mematuhi peraturan K3 di suatu perusahaan, seperti menggunakan alat
pelindung diri (APD)
 Membantu perusahaan untuk mengevaluasi peraturan K3 yang sudah ada dan
memperbaiki yang kurang
Potensi Bahaya dan Risiko Lingkungan Kerja
Tiap lingkungan pekerjaan memiliki potensi bahaya dan risiko tersendiri. Bentuk
potensi bahaya dan tingkat risikonya bisa beragam dan berbeda-beda di setiap
perusahaan. Potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, di
antaranya:
Bahaya faktor kimia
Beberapa bahan kimia yang terdapat pada lingkungan kerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau kerusakan organ tubuh. Bahan kimia ini dapat masuk ke
dalam tubuh manusia dengan berbagai cara, mulai dari terhirup, tertelan, hingga
terserap ke dalam kulit.
Bahaya faktor fisik
Contoh bahaya dari faktor fisik adalah:
 Kebisingan
Pada tingkat suara dan waktu tertentu (biasanya jangka panjang), kebisingan
dapat menyebabkan rusaknya saraf di telinga sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran secara permanen.
 Penerangan
Penerangan di tempat kerja yang kurang mencukupi, dalam jangka panjang
dapat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan postur tubuh, karena
pekerja harus membungkuk untuk memfokuskan penglihatan.
 Getaran
Jika pekerja terlalu sering mengoperasikan alat atau mesin yang bergetar, ada
kemungkinan getaran dari mesin menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
dan sirkulasi darah di tangan.
 Iklim kerja
Tiap lingkungan kerja sebaiknya memiliki iklim kerja yang sesuai. Iklim kerja
adalah perpaduan dari suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara. Lingkungan kerja
yang terlalu panas atau dingin, lembab, dan kurang ventilasi dapat meningkatkan
risiko penyebaran infeksi.
 Gelombang elektromagnet
Radiasi gelombang elektromagnet, seperti sinar-X, ultraviolet, atau inframerah,
dapat menyebabkan gangguan pada kulit serta mata.
Bahaya faktor biologi
Virus, bakteri, jamur, dan parasit dapat tersebar di lingkungan pekerjaan atau
ditularkan dari seorang pekerja ke pekerja lainnya. Tiap mikroorganisme tersebut
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbeda, beberapa di antaranya bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Bahaya faktor ergonomi
Secara tidak langsung, faktor ergonomi, seperti penyusunan tempat kerja dan
pengaturan posisi duduk, dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan, seperti
ketegangan otot dan kelelahan yang berlebihan.
Bahaya faktor pribadi dan psikososial
Lingkungan kerja yang tidak memiliki manajemen dan organisasi kerja yang baik dapat
menyebabkan tekanan pada diri pekerja dan berakhir pada stres.
Stres terkait pekerjaan berpotensi memengaruhi kesehatan psikologis dan fisik pekerja,
serta produktivitas perusahaan. Masalah kesehatan mental dan gangguan terkait stres
dianggap sebagai salah satu penyebab utama pensiun dini, gangguan kesehatan secara
keseluruhan, dan produktivitas yang rendah.
Jenis Medical Check Up Karyawan
Berikut ini adalah beberapa jenis medical check up karyawan:
1. Medical check up sebelum kerja (pre-employment medical check up)
Medical check up sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
calon pekerja diterima sebagai karyawan. Medical check up ini meliputi pemeriksaan
fisik lengkap, foto Rontgen paru-paru, dan laboratorium rutin.
2. Medical check up berkala (regular medical check up)
Medical check up berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala,
sesuai dengan potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja. Medical check up secara
berkala dilakukan sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
Pemeriksaan yang dilakukan sama dengan medical check up sebelum kerja, tapi bisa
ditambah dengan pemeriksaan lain sesuai dengan keluhan yang mungkin ada atau
pertimbangan dokter.
3. Medical check up khusus
Medical check up khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
mendeteksi pengaruh pekerjaan terhadap pekerja atau golongan pekerja tertentu.
Medical check up ini dilakukan terhadap:
 Pekerja yang mengalami kecelakaan atau menderita penyakit yang
membutuhkan perawatan lebih dari 2 minggu
 Pekerja berusia di atas 40 tahun, serta pekerja yang memiliki disabilitas
 Pekerja yang diduga memiliki gangguan kesehatan tertentu dan perlu dilakukan
pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan
 Golongan pekerja tertentu, seperti OGUK untuk pekerja offshore, MedEx untuk
pilot, atau untuk commercial driver
Peringatan Medical Check Up Karyawan
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum melakukan medical check up karyawan,
yaitu:
 Beri tahu dokter tentang obat-obatan, termasuk suplemen dan produk herbal
yang sedang dikonsumsi, karena dikhawatirkan dapat memengaruhi hasil
medical check up.
 Hindari mengonsumsi air dingin dan berolahraga sebelum menjalani EKG. Air
dingin dan olahraga dapat memengaruhi hasil EKG.
 Untuk wanita hamil, hindari jenis pemeriksaan yang menggunakan X-ray, karena
radiasi X-ray berisiko membahayakan janin.
 Untuk wanita, hindari melakukan tes urine 7 hari sebelum atau sesudah
menstruasi, karena darah menstruasi dapat mengontaminasi urine dan
memengaruhi hasil pemeriksaan.
 Hindari mengonsumsi alkohol setidaknya 24 jam sebelum medical check up,
karena dapat memengaruhi hasil tes.
 Bagi perokok, hindari rokok setidaknya satu jam sebelum menjalani tes fungsi
paru (spirometri), karena akan mengganggu hasil pemeriksaan.
Sebelum Medical Check Up Karyawan
Sebelum menjalani medical check up, ada beberapa hal yang perlu dilakukan karyawan
atau calon karyawan, yaitu:
 Puasa selama 8–12 jam, tergantung jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Tidur cukup setidaknya 6 jam, karena kurang tidur dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan terhadap tekanan darah, denyut jantung, dan suhu tubuh menjadi
kurang baik.
 Gunakan baju lengan pendek, sehingga memudahkan dokter untuk mengakses
lengan bagian atas guna mengambil sampel darah.
 Jika pernah atau sedang menderita gangguan kesehatan, dianjurkan untuk
membawa hasil pemeriksaan sebelumnya, seperti hasil pemeriksaan
laboratorium atau foto Rontgen.
Prosedur Medical Check Up Karyawan
Medical check up karyawan terdiri atas serangkaian prosedur pemeriksaan. Jenis
pemeriksaan umumnya akan disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
dan kondisi kesehatan karyawan. Prosedur medical check up karyawan dapat meliputi:
Pemeriksaan riwayat kesehatan
Pemeriksaan riwayat kesehatan merupakan tahap paling awal dalam proses medical
check up. Pada tahap ini, dokter akan menanyakan beberapa hal kepada pasien, seperti:
 Keluhan kesehatan yang mungkin dialami oleh pasien
 Riwayat kesehatan pasien, termasuk gangguan kesehatan yang pernah diderita
baru-baru ini atau pada masa lalu
 Riwayat operasi yang pernah dijalani pasien
 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
 Alergi terhadap obat atau makanan tertentu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Gaya hidup yang dijalani pasien saat ini
Pemeriksaan tanda vital
Beberapa tanda vital pasien yang akan diperiksa dokter dalam tahap ini adalah:
 Frekuensi denyut jantung
Denyut jantung normal adalah 60–100 kali per menit.
 Frekuensi pernapasan
Pernapasan normal berkisar antara 12–20 kali per menit.
 Suhu tubuh
Rata-rata suhu tubuh normal adalah 36–37o
1. Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah pasien
menderita hipertensi atau hipotensi. Tekanan darah normal adalah 90/60 mmHg
hingga 120/80 mmHg.
Pemeriksaan fisik
Dokter akan mengawali pemeriksaan fisik dengan menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan
terhadap sejumlah bagian tubuh, yang meliputi:
 Pemeriksaan kepala dan leher
Pasien akan diminta membuka mulut dengan lebar agar dokter dapat memeriksa
kondisi tenggorokan dan amandel. Dokter juga akan memeriksa kondisi gigi dan
gusi, telinga, hidung, mata, kelenjar getah bening, dan kelenjar tiroid.
 Pemeriksaan paru
Dokter akan menggunakan stetoskop untuk mememeriksa suara abnormal yang
mungkin terjadi di organ paru.
 Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa detak jantung yang tidak beraturan
atau tanda lain yang menunjukkan adanya gangguan pada jantung dengan
menggunakan stetoskop.
 Pemeriksaan perut
Pada pemeriksaan ini, dokter akan menekan perut pasien untuk memeriksa
ukuran hati dan keberadaan cairan perut, serta mendengarkan bunyi usus
dengan menggunakan stetoskop.
 Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan pada
kulit dan kuku.
 Pemeriksaan saraf
Tujuan pemeriksaan saraf adalah untuk mengukur kekuatan otot, refleks tubuh,
serta keseimbangan yang mungkin terganggu.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik tambahan kepada pasien jika dirasa
perlu. Pemeriksaan fisik tambahan yang dilakukan akan sesuai dengan keluhan pasien.
Pemeriksaan mental
Pemeriksaan mental dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan umum dan
spesifik terkait kesehatan mental karyawan, seperti:
 Maksud melamar kerja dan tujuan bila diterima kerja
 Kepuasan mengenai diri dan lingkungan kerja
 Motivasi untuk bekerja
Pemeriksaan penunjang
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang
dalam medical check up karyawan, yaitu:
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan mengambil sampel darah, urine,
atau tinja. Ketiga sampel ini akan dinilai berdasarkan penampilan fisik, zat kimia
yang terkandung, dan secara mikroskopik dengan bantuan mikroskop. Berikut
adalah penjelasannya:
o Tes darah
Tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah, zat kimia
penanda fungsi organ, gula darah, kolesterol, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
o Tes urine (urinalisis)
Tes urine bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan atau infeksi
saluran kemih. Tes urine juga dapat digunakan untuk mendeteksi
penyakit lain, seperti diabetes.
o Tes tinja
Feses atau tinja mengandung bakteri dan zat lain yang ada di dalam
sistem percernaan. Melalui analisis kadar zat dan bakteri dalam tinja,
kondisi sistem percernaan pasien dapat diketahui. Hal ini dapat
membantu dokter mendiagnosis penyakit, seperti gastroentritis dan
radang usus.
 Foto Rontgen dan USG
Foto Rontgen dan USG dapat menghasilkan gambar bagian dalam tubuh secara
detail. Hasil Rontgen dapat menunjukkan dengan jelas kondisi tulang dan sendi
serta menunjukkan gambaran umum kondisi jantung, paru-paru, dan usus.
Sementara itu, USG biasanya dilakukan untuk melihat kondisi organ dengan
lebih detail, seperti hati, ginjal, pankreas, usus, dan kandung kemih. USG juga
dapat mendeteksi infeksi atau peradangan yang mungkin terjadi pada organ
tubuh.
 Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk melihat aktivitas listrik pada jantung dan
mendeteksi gangguan jantung. Dokter akan menempelkan setidaknya 10
elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien.
Selama pemeriksaan, pasien akan dibaringkan di atas meja, sementara mesin
EKG akan merekam aktivitas jantung pasien. EKG terkadang juga dilakukan
ketika pasien melakukan aktivitas, seperti berjalan atau berlari di atas
 Spirometri
Spirometri adalah tes untuk memeriksa fungsi paru menggunakan alat
spirometer. Alat ini akan mencatat jumlah udara yang dihirup dan diembuskan,
serta mengukur kecepatan napas pasien. Spirometri dapat mendeteksi kondisi,
seperti asma, COPD, dan penyakit paru restriktif (misalnya fibrosis paru
interstisial).
 Tes buta warna
Metode Ishihara adalah jenis tes buta warna yang paling umum digunakan. Pada
metode ini, pasien akan diminta untuk menyebutkan angka berwarna yang
disisipkan di antara titik-titik warna. Jika pasien salah melihat, kesulitan, atau
tidak dapat melihat angka tersebut, ada kemungkinan pasien menderita buta
warna.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jenis pemeriksaan yang dilakukan pada
karyawan akan disesuaikan dengan usia, jenis pekerjaan, dan risiko atau bahaya yang
ada ada di lingkungan kerjanya.
Contohnya, bagi karyawan yang bekerja di lingkungan yang bising, dapat dilakukan
pemeriksaan pendengaran secara berkala dengan tes pendengaran (audiometri).
Sementara, bagi karyawan yang bekerja dengan zat kimia tertentu, dapat dilakukan
monitoring kadar zat kimia tersebut dalam darah.
Tak hanya jenis pemeriksaan, seberapa sering medical check up dilakukan juga
ditentukan oleh bahaya yang ada di lingkungan kerja dan usia dari karyawan itu sendiri.
Setelah Medical Check Up Karyawan
Setelah medical check up, umumnya karyawan akan diperbolehkan untuk melakukan
aktivitas seperti biasa. Hasil dari medical check up kemudian akan dievaluasi oleh
dokter.
Ada beberapa kriteria yang dibuat untuk menentukan status kesehatan pekerja, yaitu:
 Fit to work/Fit for the job
Karyawan dinyatakan dalam keadaan sehat dan aman untuk melakukan
pekerjaannya.
 Fit with restriction
Karyawan dinyatakan dalam kondisi sehat untuk melakukan suatu pekerjaan,
tetapi terdapat batasan-batasan dalam pekerjaan yang ditentukan oleh
perusahaan agar tidak memengaruhi kesehatannya.
 Temporary unfit
Karyawan dinyatakan memiliki gangguan kesehatan yang berisiko memengaruhi
pekerjaannya, tetapi masih dapat membaik bila ditangani.
 Permanent unfit
Karyawan dinyatakan tidak dapat melakukan pekerjaan karena berisiko
menimbulkan bahaya, baik bagi diri karyawan itu sendiri atau bagi pekerja lain
di lingkungan kerjanya.
Contoh Medical Check Up Karyawan
Golongan pekerjaan yang berisiko tinggi memiliki standar tertentu dalam menentukan
layak (fit) atau tidaknya seorang pekerja untuk melakukan pekerjaannya. Beberapa
contoh standar medical check up karyawan yang digunakan pada golongan pekerjaan
ini adalah:
OGUK medical untuk pekerja offshore (lepas pantai)
OGUK medical dilakukan 2 tahun sekali untuk menentukan aman atau tidaknya seorang
karyawan bekerja di lingkungan offshore. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
 Pemeriksaan riwayat kesehatan
 Pemeriksaan tanda vital
 Pemeriksaan indeks massa tubuh (IMT) dengan menghitung berat dan tinggi
badan
 Pemeriksaan penglihatan jarak dekat dan jauh (visus), serta tes buta warna
 Tes fungsi paru (spirometri)
 Tes pendengaran (audiometri)
 Tes urine
MedEx untuk pilot
Untuk menentukan seorang pilot layak terbang atau tidak berdasarkan kondisi
kesehatannya, perlu dilakukan medical check up dengan standar MedEx yang dilakukan
di Balai Kesehatan Penerbangan (Balai Hatpen). Pemeriksaan yang termasuk di
dalamnya, antara lain:
 Pemeriksaan riwayat kesehatan
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan gigi
 Pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah dan urine
 Foto Rontgen paru-paru
 Tes fungsi paru (spirometri)
 Pemeriksaan EKG dan EKG treadmill
 Pemeriksaan pendengaran (audiometri)
 Pemeriksaan aktivitas listrik otak (elektroensefalografi/EEG)
Sertifikat untuk commercial driver
Mengacu pada US Department of Transportation, commercial driver, seperti supir truk
pengangkut barang dan supir bus pariwisata, wajib melakukan medical check up paling
tidak 2 tahun sekali untuk mendapatkan sertifikat layak kerja. Pemeriksaan yang
dilakukan, antara lain:
 Pemeriksaan riwayat kesehatan
 Pemeriksaan tanda vital
 Pemeriksaan fisik secara umum, dari kepala sampai dengan kaki, termasuk
pemeriksaan saraf
 Pemeriksaan penglihatan, dilakukan pemeriksaan visus dengan snellen chart
 Pemeriksaan pendengaran, dengan tes berbisik dan audiometri
 Pemeriksaan laboratorium darah dan urine, termasuk gula darah dan protein
dalam urine
 Pemeriksaan tekanan darah dan detak jantung

Anda mungkin juga menyukai