Anda di halaman 1dari 5

LANGKAH 6

PEMBAHASAN LEARNING OUTCOME

1. Pembinaan Kesehatan Haji on Board


a. Pembinaan di pesawat (PMK no. 442 th 2009):
i. Kebersihan saat di pesawat
Memeriksa vector penyakit dsb.
ii. Higenitas makanan
Makanan yang diberikan ke CJH dan kemungkinan alergi makanan pada
CJH.
iii. Saat terjadi penyakit menular atau KLB
Bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi. Pembinaan ini tidak
diperinci saat di pessawat
b. Materi yang diberikan (PMK no. 15 th 2016):
i. Penggunaan toilet umum
Termasuk penggunaan fasilitas umum di pesawat
ii. Saat terjadi barotrauma
Dengan mengunyah permen, banyak minum, dan stretching saat di
pesawat
iii. Himbauan untuk tidak menahan kencing lebih dari 4 jam
2. Pelayanan Kesehatan on Board
Pelayanan kesehatan adalah wewenang kru pesawat, sehingga mekanisme harus
dikonfirmasi kepada kru pesawat. UU no. 1 tahun 2009 tentang undang-undang
penerbaganan menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan diberikan pelayanan khusus
pada penyandang cacat selama berada di pesawat udara, sarana bantu bagi orang sakit,
fasilitas untuk anak-anak, lanjut usia dan orang sakit, serta buku petunjuk keselamatan
bagi penumpang lanjut usia dan orang sakit. Pelayanan khusus yang diberikan berupa
kursi roda, tempat duduk khusus dekat pintu dan toilet, tandu, dan oksigen.
Medical supplies on Board:
a. First Aid Kit
Perlengkapan dan bahan untuk pertolongan awal. Penggunaan dilakukan oleh
seluruh kru pesawat. Contoh: mild-moderate alangesic, antiemetic, nasal
decongestan, antacid, antihistamin. Jumlah dari perlengkapan yang dibawa
bergantung dari jumlah penumpang pesawat.
b. Medical Emergency Kit
Perlengkapan dan bahan untuk kasus yang lebih berat. Penggunaan dilakukan
oleh tenaga medis. Contoh: epinefrin, antihistamin injeksi, dextrose 50%,
nitrogliserin tab/ spray, major analgesic, sedative anticonvulsant injection,
antiemetic injection, bronchiodilator inhaler, atropine injeksi,
adrenocorticosteroid, diuretic, oral B blocker
c. Universal Precaution Kit
Perlengkapan APD dan peralatan untuk proteksi penyakit menular, seperti gloves,
apron, dll.
Alur Pelayanan:
a. Event detection and notification
Dilakukan dari pramugari/gara  co pilot  tenaga khusus untuk verifikasi.
b. Event verification
Co pilot  tenaga khusus untuk verifikasi.
c. Preliminary Imidiate Arrangement
Co-pilot / pramugara/ri diskusi tindakan yang akan dilakukan (verifikasi dan asesmen).
Keputusan terkait masalah kesehatan ataupun lainnya, co-pilot mengumumkan terkait
ada/tidaknya dokter di pesawat.
d. Risk Assesment
Digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pilot maupun co-pilot untuk memutuskan
tindakan dilakukan maupun harus landing emergency
e. Public Health Respons
Dilakukan oleh tenga professional di pesawat maupun saat landing
f. Monitoring and Evaluation
Hal yang harus diperhatikan:
a. Coordinated and timely respond
Koordinasi seluruh kru baik di pesawat – bandara sekitar. Contoh kasus: zona wakti
b. Effective and Sustainable Measured
Prinsip primum non nosere  jika tidak dapat ditolong di pesawat, landing emergency
c. Minimize Inconfinient to Traveler
Diadopsi oleh Amerika dan Australia untuk menyediakan kursi di dekat jalan penumpang
yang berisiko tinggi kesehatan dan ibu hamil dengan usia kandungan tua. Tidak membuat
suasa panik di pesawat.
d. Rapid Return to Routine Operation as The Emergency Subside
Jika masih dekat di negara asal landing emergency diharapkan tetap di bandara negara
asal. Hal ini terkait dengan koordinasi pelayanan kesehatan yang efisien dan administrasi.
Pelayanan kesehatan on board diatur melalui peraturan Menteri perhubungan no. 1 tahun 2013
tentang harus adanya perlatan kesehatan dan diatur di peraturan Menteri. UU no. 1 tahun 2019
mengatur tentang pencarian dan pertolongan dengan memberi informasi cepat untuk membantu
dan memberikan pertolongan khususnya landing emergency.
Ketika terdapat kejadian yang ada di pesawat harus dilaporkan dalam bentuk laporan
penerbangan. Terkait CJH yang perlu dirujuk segera dilakukan rujukan.
Standar Pelayanan Kesehatan Pesawat:
a. Tempat khusus untuk landing emergency
b. Emergency health respond by post payment airline  pelayanan tidak terkait dengan
pembayaran.
c. Colour Alert:
i. Red : pandemic
ii. Green : di laporan
iii. Yellow : di laporan
Pelayanan yang dilakukan di penerbangan
a. First aid respons kit
b. Cabin crew training: menghubungi medical provider di daratan, mengkonfirmasi
adanya tenaga kesehatan di pesawat. Jika tidak ada, tindakan dilakukan
berdasarkan first aid kit. Setelah dilakukan pelayanan dicatat kondisi pasien untuk
ditentukan penatalaksanaan ketika mendarat.
c. Air to ground communication: ketika tidak ada dokter di pesawat, dapat
menghubungi dokter di daratan
d. AED: pesawat sudah ada AED
e. Telemedicine yang dapat digunakan di pesawat
3. Persepektif kedokteran penerbangan terhadap pelayanan kesehatan on board:
Dilakukan persiapan dan penanganan mulai dari sebelum berangkat, saat di pesawat, dan
setelah landing.
a. Kesehatan dan keselamatan penumpang
i. Layanan konsultasi kesehatan penumpang
ii. Layanan 24/7 untuk penumpang dengan kondisi medis
iii. Menajemen program peralatan medis pesawat terbang (P3K, kit medis
darurat, dan AED)
iv. Investigasi dan peninjauan data saat peristiwa medis (resusitasi dan
kematian) tentang tindakan medis yang dilakukan
v. Syarat tentang kurikulum pertolongan pertama kru
vi. Layanan konsultasi wabah kesehatan masyarakat
b. Layanan perawatan pada penumpang
i. Fitness to flight
ii. Tanggung jawab untuk izin medis (sertifikat medis)
iii. Pedoman umum untuk izin medis, diperlukan jika:
Menderita penyakit menular aktif, membahayakan penumpang lain,
mengganggu penerbangan dan pendaratan yang tidak terjadwal,
membutuhkan bantuan khusus dan terkena dampak buruk.
iv. Layanan special
Layanan khusus terkait dengan nutrisi, kursi roda, tempat duduk khusus,
oksigen, dan tandu
c. Airline medical event
Menyiapkan untuk event medis di pesawat, seperti first aid kit, personal cabin
yang terlatih, AED, telemedicine. Tindakan P3 umum dalam penerbangan: (1)
menghubungi penyedia medis di darat, (2) bantuan tenaga medis yang ada di
pesawat, (3) jika tidak ada mengikuti first aid kit, (4) memeriksa kebutuhan
oksigen, (5) mencatan dan melaporkan medical event termasuk ketika ada
penyakit menular.
Peran dokter penerbangan diatur oleh UU penerbangan. Pemeriksaan kesehatan wajib dilakukan
sebelum penerbangan. Perspektif kedokteran penerbangan:
a. Medical emergency: pilot, co-pilot, pramugari sudah bisa melakukan pertolongan
emergency yang paripurna (tanpa tindakan invasive) dengan guideline dan SOP di
pesawat. Kasus: pandemic, potential hazard (infeksi), landing emergency, personal
emergency health issue
b. Infection Control: bekerjasama dengan sanitarian. Contoh: pemberian desinfektan,
penyemprotan antiserangga, pembersihan pesawat rutin, pertimbangan, perilaku
perlindungan dasar (cuci tangan, APD), menggunakan jaket/selimut untuk dijadikan
pertolongan pertama, pembersihan cairan infeksius, seperti toilet khusus.
4. Tugas pokok dan fungsi TKHI:
a. Selama di pesawat:
i. Memperkenalkan diri ke seluruh kru pesawat
ii. Memeriksa kelengkapan ob at dan alat kesehatan
iii. Penyuluhan CJH terkait penggunaan toilet di pesawat
iv. Memberi pengobatan pada CJH di pesawat dan mencatat di buku
kesehatan
v. Memantau jamaah risti, menginformasikan ke awak pesawat
vi. Mencatat obat dan alat kesehatan yang dipakai
vii. Mencatat CJH yang perlu berobat dan dirujuk ke balai pengobatan di
Jeddah/Madinah
viii. Membantu PPIH dalam mengumpulkan sobekan dapih  diberikan ke kru
pesawat
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan dari tanah embarkasi-debarkasi berdasarkan
undang undang
c. Melaporkan ke PPIH di Arab Saudi
Fungsi:
Melakukan pelayanan medis, penyuluhan, pelaporan, dan tugas administrasi terkait
dengan tugasnya.
LANGKAH 7
PETA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai