DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
DOSEN PEMBIMBING:
Puji dan syukur Kami ucapkan atas kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Kami bisa Menyelesaikan makalah
Pelayanan Kesling dan penanggulangan bencana ini. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan Kesling dan penanggulangan bencana dan juga
untuk menambah wawasan tentang “Tindakan Sanitasi Pesawat Sesuai Peraturan Kesehatan
Internasional (IHR 2005) ”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesawat udara merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar biasa bagi dunia.
Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini
masyarakat sudah mulai mempertimbangkan memilih menggunakan transportasi udara
dari pada transportasi umum lainnya dengan alasan cepat serta faktor keselamatan dan
keamanan yang diterapkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pesawat udara merupakan transportasi udara yang
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia saat ini.
Khusus bagi Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, pesawat udara mampu
menghubungkan beberapa pulau yang ada di Indonesia. Setiap orang mampu berpindah
dari satu pulau ke pulau lain hanya dengan menghabiskan waktu yang relatif cepat. Hal ini
membuat pesawat udara menjadi salah satu transportasi yang sangat dibutuhkan dan
dihandalkan oleh masyarakat Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat dibidang penerbangan telah mampu meningkatkan mutu pelayanan penerbangan dan
juga mampu menciptakan alat-alat penerbangan canggih dan beraneka ragam.
Perkembangan teknologi penerbangan mempunyai dampak yang positif terhadap
keselamatan penerbangan dalam dan luar negeri.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/124/Vl/2009,
bandara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi, yang dilengkapi denganfasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan, bandara berwawasan
lingkungan (eco-airport) adalah bandara yang telah dilakukan pengukuran yang terukur
terhadap beberapa komponen yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan
untuk menciptakan lingkungan yang sehat di bandar udara dan sekitarnya. Maka dari itu,
dalam setiap kegiatan pelaksanaan dan pengembangan pembangunan bandara harus
memperhatikan eco-airport sehingga bandara dapat berfungsi secara efektif dan efisien
tidak hanya di tinjau dari aspek teknis tapi juga dari aspek lingkungan.
Disinseksi adalah pembasmian serangga yang menjadi vector penularan penyakit dengan
menggunkan bahan kimia/pestisida/insektisida. Dibidang kesehatan serangga atau vector
yang sudah dikenal antara lain berbagai spesies nyamuk, lalat, kecoa, pinjal, kutu.
Serangga atau vector harus di waspadai terutama pada alat transportasi yang bergerak antar
Negara ataupun antar wilayah karena dapat terbawa dan menyebar di wilayah lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan International Health Regulations (IHR) 2005 ?
2. Apa saja pemeriksaan sanitasi pada pesawat ?
3. Apa saja prosedur pemeriksaan pesawat udara ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan International Health Regulations (IHR)
2005
2. Untuk mengetahaui apa saja pemeriksaan sanitasi pesawat
3. Untuk mengetahui apa saja prosedur pemeriksaan pesawat udara
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan sanitasi pada pesawat udara yakni berupa kebersihan pesawat, pengawasan
persediaan makan dan air, pemeriksaan keberadaan serangga dan vektor. indikator penilaian
bandara sehat adalah pemeriksaan sanitasi pesawat. Hal ini merupakan kegiatan observasi
untuk melihat kondisi semua bagian dalam pesawat udara sehingga layak untuk mengangkut,
dan ditinggali pengguna jasa tersebut. pemeriksaan pada pesawat udara dapat dilakukan
melalui pemeriksaaan rutin, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus yang diperlukan.
Penting sosialisasi digelar untuk mempengaruhi lintas sektor untuk mengetahui
penyelenggaraan sanitasi pesawat agar berjalan baik. Sosialisasi dibutuhkan juga untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sanitasi di pesawat dan mencegah
penyakit berbahaya (PHEIC).
Kebijakan pemerintah pusat tentang pedoman kedatangan pesawat dari luar negeri
tertuang dalam SK Menkes RI Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman
penyelenggaraan karantina kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan, prosedur dan tahap
pemeriksaan pesawat udara sebagai berikut :
A. Tahap persiapan
1. Petugas karantina kesehatan mendapat informasi kedatangan pesawat dari petugas Air
Lines atau Air Traffic Control (ATC).
2. Petugas karantina kesehatan melakukan boarding (naik ke pesawat) untuk melakukan
pemeriksaan status kesehatan baik kepada crew naupun penumpang. Bagi penumpang
atau crew yang diduga sakit dilakukan karantina sedangkan penumpang sehat
diberikan Health Alert card (HAC) dan dipersilahkan turun.
3. Sebelum penumpang turun untuk mencegah masuknya serangga penular penyakit dari
negara lain dilakukan desinseksi sesuai standar termasuk kargo.
4. Pada saat pesawat dalam keadaan kosong sebelum berangkat dilakukan desinseksi
sesuai standar.
5. Penumpang atau crew saat keluar dari pesawat diharuskan melewati thermalscaner.
6. Penumpang yang diketahui terjaring thermoscaner dipersilahkan masuk ruangan
pelayanan karantina untuk dilakukan pemeriksaan konfirmasi.
7. Dilakukan isolasi kepada penumpang atau crew yang dicurigai menderita penyekait
karantina/penyakit menular potensial wabah, untuk selanjutnya dikirim ke Rumah
Sakit rujukan dengan menggunakan mobil evakuasi.
a. Desinseksi Pesawat
Kegiatan Desinseksi Pesawat dilakukan sejauh kondisi sebagai berikut :
1. Jika pesawat udara datang dari negara terjangkit penyakit menular yang ditularkan
oleh vektor dan tidak mempunyai sertifikat sertifikat hapus serangga;
2. Jika berdasarkan laporan pilot di dalam pesawat ada penumpang yang
suspect/tersangka yang ditularkan oleh serangga/vektor;
3. Jika dari hasil pemeriksaan pesawat ditemukan adanya kehidupan serangga vektor
penular penyakit;
4. Apermintaan sendiri dari perusahaan penerbangan.
b. Standar Operasional Prosedur Lalu Lintas Pesawat
Standar dalam melaksanankan pengawasan dan pemeriksaan pesawat crew dan
penumpang antara lain mengikuti SOP berikut :
1. Kedatangan Pesawat Dalam Karantina dari Luar Negeri (Bandara Sehat)
2.5 Prosedur Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat Udara Pada Keadaan Tidak
Normal / dari Bandar Udara Terjangkit / Wabah
1. Setiap pesawat udara yang datang dari bandar udara wilayah yang terjangkit atau terdapat
orang hidup atau mati yang diduga terjangkit berdasarkan deklarasi umum (General
Déclaration) pesawat udara atau terdapat orang/barang diduga terpapar di dalam pesawat
oleh Kapten Penerbang dikenakan status karantina.
2. Kapten Penerbang pesawat udara wajib segera melaporkan mengenai keadaan
sebagaimana dimaksud pada butir 1 kepada petugas lalu lintas udara yang bertugas untuk
diteruskan kepada petugas karantina kesehatan di bandar udara kedatangan dengan
menggunakan teknologi telekomunikasi.
3. Pesawat udara yang berada dalam kondisi sebagaimana dimaksud pada butir 1 diberikan
tempat pendaratan dan ditempatkan ke dalam daerah isolasi atau karantina yang telah
disediakan oleh penyelenggara bandar udara dan petugas karantina kesehatan untuk
dilakukan pemeriksaan karantina kesehatan.
4. Terhadap pesawat udara yang ditempatkan ke dalam daerah isolasi atau karantina
sebagaimana dimaksud pada butir 3 pejabat karantina kesehatan memberikan persetujuan
karantina kesehatan setelah dilakukan pemeriksaan kekarantinaan kesehatan berupa
pemeriksaan dokumen karantina kesehatan, pemeriksaan faktor risiko kesehatan
masyarakat, dan pemeriksaan kesehatan terhadap orang.
5. Setiap pesawat yang berada dalam status karantina yang memiliki faktor risiko kesehatan
masyarakat, petugas karantina kesehatan melakukan tindakan kekarantinaan kesehatan
dengan berkoordinasi dengan pihak terkait, berupa ;
a. karantina, isolasi, pemberian vaksinasi/profilaksis, rujukan, disinfeksi, dan/atau
dekontaminasi terhadap orang sesuai indikasi;
b. pembatasan sosial;
c. disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau deratisasi terhadap alat angkut dan
barang; dan / atau
d. penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terhadap media lingkungan.
6. Yang dimaksud dengan “pihak terkait” sebagaimana dimaksud pada butir 5 antara lain
pejabat bea cukai, imigrasi, karantina tumbuhan dan hewan, karantina ikan, otoritas pintu
masuk, dan pihak keamanan, serta kementerian yang membawahi bidang transportasi
untuk penyelenggaran di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat Negara.
7. Petugas Karantina Kesehatan masuk ke dalam pesawat untuk melakukan pemeriksaan
status kesehatan kru dan penumpang. Bagi kru dan penumpang yang diduga sakit akan
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui perlu tidaknya tindakan karantina,
sedangkan penumpang lainnya yang sehat akan diberikan Health Alert Card dan
dipersilakan turun.
8. Sebelum penumpang turun, untuk mencegah masuknya serangga penular penyakit dari
negara lain dilakukan disinseksi sesuai standar termasuk kargo.
9. Pada saat pesawat dalam keadaan kosong, sebelum berangkat dilakukan disinseksi sesuai
standar.
10. Penumpang dan awak pesawat udara keluar dari pesawat untuk selanjutnya diharuskan
melewati alat pemindai suhu tubuh.
11. Penumpang atau awak pesawat udara yang diketahui terjaring alat pemindai suhu tubuh
dipersilakan memasuki ruang wawancara khusus untuk dilakukan pemeriksaan
konfirmasi
12. Penumpang atau awak pesawat udara yang dicurigai menderita penyakit menular
potensial wabah diisolasi dikirim ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan mobil
evakuasi untuk selanjutnya diisolasi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setiap agen pemilik pesawat hendaknya selalu memperhatikan kondisi sanitasi pesawat,
karena apabila kondisi sanitasi pesawat yang buruk dan berisiko tinggi bisa mengakibatkan
sumber penularan penyakit. Agar pemilik pesawat menyediakan SOP sanitasi pesawat
sebagai pedoman kepada pilot dalam menjaga kebersihan pesawat serta mengawasinya dalam
penerapannya.