Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis (UPT) di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P).

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mempunyai tugas melaksanakan pencegahan

masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah (PHEIC), surveilans

epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,

kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara.1

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diklasifikasikan menjadi empat kelas,

yaitu kelas I, II, III, dan IV. Wilayah Pekanbaru termasuk bagian KKP Kelas II.

KKP Kelas II terdiri dari:2

a. Kepala KKP

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Pengendalian Karantina Surveilans Epidemiologi

d. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan

e. Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah

f. Instalasi

5
6

g. Wilayah kerja

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

Wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru memiliki 7 wilayah kerja yang

terbagi menjadi 6 wilayah kerja pelabuhan laut dan sungai serta 1 wilayah kerja

bandar udara. Wilayah kerja tersebut terdiri atas:5

a. Wilayah kerja BSSK (Bandara Sultan Syarif Kasim II)

b. Wilayah kerja Buatan

c. Wilayah kerja Kampung Dalam

d. Wilayah kerja Selat Panjang

e. Wilayah kerja Siak Sri Indrapura

f. Wilayah kerja Kampung Dalam

g. Wilayah kerja Tanjung Buton


7

2.2 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan berperan penting pada pintu masuk Negara

Indonesia. Pintu masuk adalah tempat masuk dan keluarnya alat angkut, orang,

dan/atau barang, baik pelabuhan, bandara, maupun pos lintas batas darat negara.

Adapun tugas pokok KKP antara lain mencegah masuk dan keluarnya penyakit,

penyakit potensial wabah atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang

Meresahkan Dunia disebut Public Health Emergency of International (PHEIC),

surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Surveilans Obat, Makanan,

Kosmetik, Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA) serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali atau Penyakit Infeksi

New-Emerging dan Re-Emerging (PINERE), bioterorisme, unsur biologi, kimia

dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat

negara.3

2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan menjalankan fungsinya berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2020 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan terdiri 17 fungsi, yaitu:4

a. Pelaksanaan kekarantinaan;

b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;

c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat negara;

d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit

baru, dan penyakit yang muncul kembali;


8

e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi,

dan kimia;

f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai

penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan

internasional;

g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan

penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang

kesehatan serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan

haji dan perpindahan penduduk;

h. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika,

dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan

mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;

j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan;


9

o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat negara;

p. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.

2.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

2.4.1 Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)

Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan, Karantina merupakan pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan

seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau

sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, Alat Angkut,

atau Barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau Barang yang

mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk

mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau Barang di sekitarnya.7

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai

tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang

kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah

serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut

dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta

pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.5,6

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi

menyelenggarakan fungsi: 5,6


10

a. Kekarantinaan surveilans epidemiologi penyakit dan potensial wabah serta

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali;

b. Kesiapsiagaan, pengkajian, serta advokasi penanggulangan KLB dan

bencana/pasca bencana bidang kesehatan;

c. Pengawasan lalu lintas OMKABA ekspor dan impor serta alat angkut,

termasuk muatannya;

d. Kajian dan diseminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan dan lintas batas darat negara;

e. Pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;

f. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang kekarantinaan;

g. Pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

h. Penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans

epidemiologi.

2.4.2 Kekarantinaan Kesehatan

Kekarantinaan kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau

masuknya penyakit dan/atau risiko kesehatan masyarakat yang menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat. Kekarantinaan kesehatan diselenggarakan

dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan, keadilan, non

diskriminatif, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum dan kedaulatan

negara.3
11

Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan bertujuan untuk :

a. Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan

Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat;

b. Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor

Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat.

c. Meningkatkan ketahanan nasional dibidang kesehatan masyarakat; dan

d. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan

petugas kesehatan.

2.4.3 Upaya Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW)

Bidang UKLW memiliki tugas yaitu melaksanakan perencanaan dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas,

kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi serta pendidikan

dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Fungsi UKLW menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:6

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

c. Pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara

serta penjamah makanan;


12

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional;

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan obat-

obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya;

g. Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan dan lintas wilayah;

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

Pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan terhadap awak dan

penumpang pada moda angkutan laut, udara, dan lintas batas darat serta

masyarakat di lingkungan pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat, baik pada

saat rutin maupun pada kondisi matra terdiri atas:6

a. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

b. Pelayanan skrining kesehatan tertentu yang berhubungan dengan PHEIC

c. Pelayanan gawat darurat medik tindakan pelayanan medik dan asuhan

keperawatan

d. Tindakan rujukan berupa pemindahan penderita atau beberapa penderita

atas dasar indikasi medik dari instalasi poliklinik dan instalasi isolasi,

maupun di lapangan

e. Pelayanan penunjang medik berupa pemeriksaan laboratorium diagnosis

sederhana, pemberian alat bantu, dan berbagai peralatan yang diperlukan

untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan


13

f. Pelayanan atau pengawasan kesehatan kerja berupa pemeriksaan dan

penyampaian saran perbaikan terhadap kondisi atau status kesehatan

pekerja dan lingkungan.

Kondisi atau penyakit yang perlu penilaian medik adalah penyakit yang

diperberat dengan perjalanan udara (penyakit jantung, DM, THT, dll), penyakit

menular, penderita yang mengganggu penumpang lain (penderita penyakit

kejiwaan) dan kondisi yang memerlukan penilaian medik khusus (kehamilan,

bayi, lanjut usia, Jetlag, dll). Ruang lingkup upaya kesehatan penerbangan dan

pemeriksaan kelayakan terbang dalam regulasi kementerian kesehatan, di

antaranya:5,6

a. Penetapan Kelayakan Terbang Penumpang Pesawat Udara

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan Umrah

c. Pemeriksaan Kesehatan Awak Penerbangan

2.4.4 Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Tugas dari bidang PRL adalah melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pengendalian vektor dan binatang

penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian

dan pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian

risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara. Fungsi PRL adalah sebagai berikut:6

a. Pengawasan penyediaan air bersih serta pengamanan makanan dan

minuman;

b. Hygiene dan sanitasi lingkungan gedung atau bangunan;

c. Pengawasan pencemaran udara, air dan tanah


14

d. Pemeriksaan dan pengawasan hygiene dan sanitasi kapal/pesawat/alat

transportasi lainnya di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara;

e. Pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

f. Kajian dan pengembangan teknologi di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

g. Pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat dan negara

h. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. Penyusunan laporan di bidang pengendalian risiko lingkungan.

2.4.5 Sub Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, pelaporan, urusan tata

usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan

dan rumah tangga dan memiliki fungsi pelaksanaan koordinasi dan penyusunan

program serta pelaporan, pelaksanaan urusan keuangan, pelaksanaan urusan

kepegawaian, pelaksanaan urusan umum dan koordinasi penyiapan pelatihan.5,6

2.5 Karantina pada Kapal dan Pesawat

2.5.1 Karantina pada Kapal

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2018 Bab

VI tentang Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di pintu masuk

menyebutkan bahwa, setiap kapal yang datang dari luar negeri, dari pelabuhan
15

wilayah terjangkit di dalam negeri atau mengambil orang dan/atau barang dari

kapal maka berada dalam status karantina. Nahkoda pada kapal wajib

memberikan Deklarasi Kesehatan Maritim (Maritime Declaration of Health)

kepada Pejabat Karantina Kesehatan pada saat kedatangan kapal. Pejabat

Kekarantinaan Kesehatan akan melakukan pengawasan kekarantinaan kesehatan

pada kapal tersebut untuk memperoleh persetujuan Karantina Kesehatan, sehingga

nahkoda kapal dilarang menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang

sebelum dilakukan pengawasan kekarantinaan kesehatan.7

Pengawasan Karantina Kesehatan dilakukan untuk memperoleh

Persetujuan Karantina Kesehatan, terdapat 2 jenis Persetujuan Karantina

Kesehatan:7

a. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit dan/atau

faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan dinyatakan lengkap

dan berlaku.

b. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau

faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat dan/atau dokumen karantina kesehatan dinyatakan tidak

lengkap dan tidak berlaku. Kapal yang memperoleh persetujuan terbatas

harus dilakukan tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau penerbitan

atau pembaruan Dokumen Karantina Kesehatan.

Kapal yang hendak berangkat wajib melengkapi Dokumen Karantina

Kesehatan yang masih berlaku. Persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:8
16

a. Deratting Exemption Certificate (DEC) atau Deratting Certificate (DC)

yang masih berlaku

b. Buku kesehatan kapal yang valid

c. Sertifikat Sanitasi Kapal

d. Sertifikat Obat P3K

e. Sertifikat air bersih

f. Sertifikat uji kesehatan ABK/Nakhoda

Dokumen yang telah dinyatakan lengkap oleh Pejabat Karantina

Kesehatan serta tidak ditemukan adanya indikasi faktor risiko kesehatan

masyarakat maka kepada nakhoda dapat diberikan Surat Persetujuan Berlayar

Karantina Kesehatan (Port Health Quarantine Clearance). 7 Pengawasan Karantina

Kesehatan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan

di Kantor Kesehatan Pelabuhan. Prosedur pengawasan dan pemeriksaan

kekarantinaan kapal adalah sebagai berikut:8

1. Tahap Persiapan

a. Kapal mengajukan permohonan untuk memperoleh izin karantina; kapal

mengibarkan bendera kuning pada siang hari atau lampu merah putih di

atas kabin atas berjarak 1,8 m pada malam hari.

b. Surat permohonan izin karantina diajukan oleh agen/perusahaan pelayaran

pada KKP paling cepat 3 jam dan paling lambat 1 jam sebelum kapal tiba

di wilayah Pelabuhan.

c. Petugas KKP menerima, menganalisa permohonan, memilah asal kapal

dan selanjutnya mengisi dan menyerahkan tanda bukti penerimaan


17

permohonan. Petugas KKP dapat menolak atau meminta permohonan

ulang apabila terdapat kesalahan dalam mekanisme permohonannya.

2. Tahap Pemeriksaan atau pengawasan

a. Tahap ini sebaiknya dilakukan melalui kontak radio namun apabila hal

tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka petugas dapat mengunjungi kapal

untuk berkomunikasi dengan nakhoda. Komunikasi ditujukan terhadap

hal-hal yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan dalam MDH.

b. Kapal yang berasal dari pelabuhan luar negeri sehat, dapat diberikan izin

bebas karantina (radio pratique atau free pratique) saat itu juga. Kapal

kemudian dapat menuju wilayah berlabuh dan menurunkan bendera

kuning.

c. Bila dari jawaban mengenai MDH petugas KKP mencurigai adanya

permasalahan penyakit karantina yang dapat membahayakan kesehatan

dalam negeri, meskipun kapal berasal dari Pelabuhan luar negeri sehat,

maka kapal tersebut tidak diberikan izin bebas karantina dan kapal tersebut

diminta untuk menurunkan jangkar di luar wilayah berlabuh untuk

pemeriksaan lanjutan.

d. Kapal yang berasal dari pelabuhan luar negeri tersangka/terjangkit

penyakit tidak diberikan izin bebas karantina dan diminta untuk

menurunkan jangkar di luar wilayah berlabuh untuk pemeriksaan lanjutan.

3. Tahap Tindak Lanjut

a. Bila dalam pemeriksaan kapal dan perorangan tidak ditemukan hal-hal

yang membahayakan atau dapat menularkan penyakit karantina, kapal


18

tersebut diberikan izin bebas karantina oleh petugas KKP dan kemudian

dapat berlabuh.

b. Bila dalam pemeriksaan kapal dan pemeriksaan perorangan terdapat hal-

hal yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit karantina, petugas

KKP melakukan tindakan kesehatan untuk penyehatan kapal dan sesudah

itu kapal dapat diberikan izin bebas karantina dan dapat berlabuh.

c. Untuk kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri tersangka/terjangkit

penyakit karantina, kapal tersebut dilakukan pemeriksaan dan bila perlu

dilakukan tindakan kesehatan. Setelah pemeriksaan selesai, kapal tersebut

diberikan izin bebas karantina dan kemudian dapat berlabuh.

d. Untuk kapal yang telah diberikan radio pratique setelah kapal bersandar,

petugas KKP dengan membawa surat tugas mendatangi nakhoda untuk

konfirmasi pemberian radio pratique dan memeriksa kesehatan kapal ‘bila

perlu’, menyerahkan rekam (copy) free pratique

e. Tindakan terhadap pelanggaran terhadap proses penyelenggaran free

pratique dapat dikenai sanksi hukum berdasarkan perundang-undangan

melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Nakhoda dapat menyampaikan permohonan untuk memperoleh Persetujuan

Karantina Kesehatan atau memberitahukan suatu keadaan di kapal dengan

memakai isyarat sebagai berikut:7

a. Pada siang hari berupa:

1. Bendera Q, yang berarti kapal saya sehat atau saya minta Persetujuan

Karantina Kesehatan;
19

2. Bendera Q di atas panji pengganti kesatu, yang berarti Kapal saya

tersangka; dan

3. Bendera Q di atas bendera L, yang berarti kapal saya terjangkit

b. Pada malam hari berupa lampu merah di atas lampu putih dengan jarak

maksimum 1,80 (satu koma delapan nol) meter, yang berarti saya belum

mendapat Persetujuan Karantina Kesehatan.

Persetujuan Karantina Kesehatan dapat dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku, apabila dalam waktu berlakunya timbul suatu kematian atau

penyakit yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat dan kapal tersebut wajib menuju ke suatu Zona Karantina

untuk mendapat tindakan Kekarantinaan Kesehatan.

2.5.2 Karantina pada Pesawat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

425/Menkes/SK/IV/2007, identifikasi faktor resiko penyakit karantina dan

penyakit menular potensial wabah di pelabuhan adalah upaya yang dilakukan

melalui kegiatan pengamatan, penyelidikan epidemiologi, pencatatan dan

pelaporan terhadap semua faktor risiko terjadinya penularan penyakit karantina

dan penyakit menular potensi wabah. Secara operasional penyelenggaraan

identifikasi faktor risiko penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah

meliputi: alat angkut (kapal laut dan pesawat), manusia (ABK/crew,penumpang)

dan muatannya (termasuk kontainer atau cargo).


20

Pedoman Kedatangan Pesawat dari Luar Negeri

Kebijakan pemerintah pusat tentang pedoman kedatangan pesawat dari

luar negeri tertuang dalam SK Menkes RI Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007

tentang pedoman penyelenggaraan karantina kesehatan di Kantor Kesehatan

Pelabuhan, prosedur dan tahap pemeriksaan pesawat udara sebagai berikut:

Tahap persiapan

1. Petugas karantina kesehatan memperoleh jadwal kedatangan harian

pesawat.

2. Petugas karantina kesehatan menerima informasi kedatangan pesawat dari

Air Lines atau dari Air Traffic Control (ATC) melalui Officer In Charge

(OIC), kemudian diteruskan ke perwira jaga karantina kesehatan.

3. Petugas jaga meregistrasi setiap informasi kedatangan pesawat untuk

dilakukan pengamatan kedatangan pesawat dari negara sehat dan atau

terjangkit.

4. Apabila pesawat datang dari negara sehat petugas karantina kesehatan

melakukan prosedur operasional tahap pelaksanaan penanganan pesawat

dari negara sehat.

5. Apabila pesawat datang dari negara terjangkit petugas karantina kesehatan

melakukan prosedur operasional tahap pelaksanaan penanganan pesawat

dari negara terjangkit.

Tahap pelaksanaan penanganan pesawat dari negara sehat

1. Setelah pesawat datang, agen menyerahkan General Declaration (Gendec)

dan passenger list kepada petugas karantina.


21

2. Pejabat karantina meneliti penjelasan pilot/crew pada bagian kesehatan

(Declaration of Health) dari Gendec tersebut.

3. Dalam Gendec bagian kesehatan tersebut tertera penjelasan ada tidaknya

crew atau penumpang sakit beserta penjelasannya.

4. Apabila tidak terdapat crew atau penumpang sakit, petugas karantina

kesehatan memberikan izin karantina. Izin karantina disampaikan dalam

bentuk lisan atau tertulis.

5. Setiap kedatangan pesawat dari luar negeri untuk mencegah masuknya

serangga penular penyakit dari negara lain, sebelum penumpang turun

dilakukan disinseksi (insektisida aerosol) sesuai standar (termasuk kargo).

6. Kepada penumpang pesawat yang sehat dipersilahkan keluar dari pesawat.

7. Kepada penumpang atau crew yang sakit dibawah ke ruangan karantina

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

8. Penumpang atau crew yang sakit dan ternyata tidak menderita penyakit

menular, maka kepadanya diberikan pengobatan atau dirujuk ke rumah

sakit pilihan pasien.

9. Penumpang atau crew yang sakit ternyata menderita penyakit menular,

maka dilakukan prosedur penanganan.

10. Apabila terdapat penumpang atau crew yang meninggal di atas pesawat,

maka petugas karantina melakukan penanganan sebagaimana prosedur

yang berlaku.

Tahap pelaksanaan penanganan pesawat dari negara terjangkit

1. Petugas karantina kesehatan mendapat informasi kedatangan pesawat dari

petugas Airlines atau Air Traffic Control (ATC).


22

2. Petugas karantina kesehatan melakukan boarding (naik ke pesawat) untuk

melakukan pemeriksaan status kesehatan baik kepada crew maupun

penumpang. Bagi penumpang atau crew yang diduga sakit dilakukan

karantina sedangkan penumpang sehat diberikan Health Alert card (HAC)

dan dipersilahkan turun.

3. Sebelum penumpang turun untuk mencegah masuknya serangga penular

penyakit dari negara lain dilakukan disinseksi sesuai standar termasuk

kargo.

4. Pada saat pesawat dalam keadaan kosong sebelum berangkat dilakukan

disinseksi sesuai standar.

5. Penumpang atau crew saat keluar dari pesawat diharuskan melewati

thermoscanner.

6. Penumpang yang diketahui terjaring thermoscanner dipersilahkan masuk

ruangan pelayanan karantina untuk dilakukan pemeriksaan konfirmasi.

7. Dilakukan isolasi kepada penumpang atau crew yang dicurigai menderita

penyakit karantina/penyakit menular potensial wabah, untuk selanjutnya

dikirim ke Rumah Sakit rujukan dengan menggunakan mobil evakuasi.

Disinseksi Pesawat

Kegiatan Disinseksi Pesawat dilakukan sejauh kondisi sebagai berikut :

1. Jika pesawat udara datang dari negara terjangkit penyakit menular yang

ditularkan oleh vektor dan tidak mempunyai sertifikat sertifikat hapus

serangga;

2. Jika berdasarkan laporan pilot di dalam pesawat ada penumpang yang

suspect/tersangka yang ditularkan oleh serangga/vektor;


23

3. Jika dari hasil pemeriksaan pesawat ditemukan adanya kehidupan

serangga vektor penular penyakit;

4. Permintaan sendiri dari perusahaan penerbangan.

Standar Operasional Prosedur Lalu Lintas Pesawat

Standar dalam melaksanankan pengawasan dan pemeriksaan pesawat crew dan

penumpang antara lain mengikuti SOP berikut :

Kedatangan Pesawat Dalam Karantina dari Luar Negeri (Bandara Sehat)

1. Petugas Jaga Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandara

memperhatikan jadwal penerbangan dari Angkasa Pura dan

mengkonfirmasi tempat parkir kedatangan pesawat tersebut kepada

Ground Handling.

2. Petugas mencatat kedatangan pesawat di white board dan di buku register.

3. Petugas atau tim menuju tempat pesawat parkir, Setelah pintu pesawat

dibuka petugas KKP memberi salam kepada crew pesawat dan

memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuannya kepada

crew/purser pesawat.

4. Petugas memeriksa dokumen kesehatan pesawat (gendec, sertifikat P3K

dan sertifikat disinseksi dan buku kesehatan) untuk pesawat dalam negeri

serta menanyakan kepada crew pesawat tersebut apakah ada penumpang

yang sakit atau tidak dengan check list boarding. Bila tidak ada

penumpang/crew yang sakit, maka crew tersebut dipersilahkan untuk

menurunkan seluruh penumpangnya.

5. Bila ada penumpang/crew yang sakit, maka petugas KKP (tim)

memberikan pertolongan sesuai Standar evakuasi orang sakit.


24

6. Penumpang di dalam pesawat harus mengisi Health Declaration yang

dikeluarkan oleh Depkes dan diserahkan bersama dengan kartu Imigrasi

(menjadi catatan untuk memasukan kartu kesehatan kedalam kartu

imigrasi). Apabila jawaban Yes, petugas Imigrasi berkoordinasi dengan

petugas KKP untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apabila jawaban

No, penumpang melanjutkan perjalanan.

7. Petugas mengeluarkan Kartu debarkasi Pesawat yang menyatakan

Pesawat, Crew dan penumpang dalam keadaan sehat.

Kedatangan Pesawat Dalam Karantina dari Luar Negeri (Bandara

Terjangkit)

1. Petugas Jaga Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandara

memperhatikan jadwal penerbangan dari Angkasa Pura dan

mengkonfirmasi tempat parkir kedatangan pesawat tersebut kepada

Ground Handling.

2. Petugas mencatat kedatangan pesawat di white board dan di buku register.

3. Petugas menginformasikan kepada Officer In Charge (OIC) bahwa

pesawat berada dalam karantina dan harus parkir di tempat tertentu

/isolated area.

4. Petugas atau tim dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap menuju

pesawat /boarding.

5. Setelah pintu pesawat dibuka petugas KKP memberi salam kepada crew

pesawat dan menjelaskan maksud dan tujuan nya kepada crew/purser

pesawat.
25

6. Petugas melakukan pemeriksaan terhadap gender dan validitas sertifikat

disinseksi pesawat.

7. Bila sertifikat tidak ada/tidak valid dilakukan tindakan

penyehatan faktor resiko disinseksi/desinfeksi dan memeriksa keberadaan

faktor risiko PHEIC.

8. Petugas menanyakan kepada crew pesawat tersebut apakah ada

penumpang yang sakit atau tidak.

9. Apabila terdapat penumpang/crew yang sakit Penderita segera dievakuasi

dan dirujuk ke Rumah Sakit rujukan ssuai standar evakuasi orang sakit

suspect PHEIC.

Anda mungkin juga menyukai