Dwi Rifiani
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Malang
rifizenrif@yahoo.com
Abstrak
Early marriage is a social phenomenon that commonly happens in all places. This sort of
marriage is like iceberg phenomenon which emerges a litle bit in the surface, it is rarely
exposed, but it is commonly practiced in wider community. If we trace the historical root of
early marriage practice in Indonesia, particularly in Javanese island, it has been practiced
by the ancestors. In their context, there is a negative stigma for a woman if she marries in
the late age among the community. This article will discuss the phenomenon in Islamic law
perspective.
Pernikahan dini merupakan fenomena sosial yang banyak terjadi di berbagai wilayah.
Fenomena pernikahan dini bagai fenomena gunung es yang hanya tampak sebagian
kecil di permukaan, sangat sedikit terekspos di ranah publik, tetapi kenyataannya begitu
banyak terjadi di kalangan masyarakat luas. Ketika kita menelusuri akar sejarah tentang
pernikahan dini di Indinesia, khususnya di pulau Jawa sebenarnya sudah menjadi sesuatu
yang lumrah dilakukan oleh kakek dan nenek moyang kita. Pada konteks mereka, terdapat
stigma negative jika seorang perempuan menikah di usia matang dalam komunitas mereka.
Tulisan ini akan mendiskusikan fenomena pernikahan dini dalam konteks hukum Islam.
125
126 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
ngaŧur tentang pernikahan tertuang dalam Pernikahan dini berdampak pada kese
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang me haŧan reproduksi anak perempuan. Anak
nyaŧakan bahwa pernikahan adalah ikatan la perempuan berusia 10-14 tahun memiliki ke
hir batin antara seorang pria dengan seorang mungkinan meninggal lima kali lebih besar
wanita sebagai seorang suami istri dengan dibanding perempuan yang berusia antara
tujuan membentuk keluarga yang bahagia 20-25 tahun. Sementara anak yang berusia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Ma 15-19 tahun kemungkinannya dua kali lebih
ha Esa. Adapun batas usia pernikahan dalam besar. Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, seorang
Undang-Undang Perkawinan bab II Pasal 7 psikiater menyatakan bahwa secara Psi
ayat 1 disebutkan bahwa pernikahan hanya kologis dan biologis, seseorang matang ber
diijinkan jika pihak pria mencapai umur 19 produksi dan bertanggung jawab sebagai ibu
tahun dan pihak perempuan sudah men rumah tangga antara usia 20-25 tahun bagi
capai umur enam belas tahun. Kebijakan pe perempuan atau 25 sampai 30 tahun bagi laki-
merintah dalam menetapkan batasan usia laki. Sebelum usia tersebut dianggap terlalu
minimal pernikahan ini tentunya sudah me cepat yang disebutnya dengan istilah pre-cocks
lalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal
ini dimaksudkan agar kedua belah pihak yaitu matang sebelum waktunya.2 Kondisi
benar-benar siap dan matang dari aspek yang berkembang memberikan gambaran
fisik, psikis, dan mental. konkret bahwa pernikahan yang dilakukan
Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 6 tanpa kesiapan dan pertimbangan yang ma
ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tang dari satu sisi dapat mengindikasikan
bahwa untuk melangsungkan pernikahan sikap tidak apresiatif terhadap makna nikah
seseorang yang belum mencapai usia 21 dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pele
tahun harus mendapat ijin dari kedua cehan terhadap pernikahan itu sendiri sela
orang tuanya. Namun dalam prakteknya ma ini dianggap sakral oleh agama.
di masyarakat secara umum masih banyak Secara umum, sebagian masyarakat yang
yang melangsungkan pernikahan di melangsungkan pernikahan pada usia mu
usia muda atau di bawah umur. Secara da dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
nasional pernikahan dini dengan usia di (1) Pernikahan dini terjadi karena keadaan
bawah 16 tahun sebanyak 26,95%. Bah ekonomi keluarga yang berada di bawah
kan berdasarkan temuan dari Bappenas ta garis kemiskinan, sehingga dengan me
hun 2008 menyatakan bahwa 34,5% dari nikahkan salah satu anak perempuannya
2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah sekalipun masih sangat belia, akan cukup
pernikahan anak di bawah umur. 1 Padahal meringankan beban orang tuanya khu
usia pernikahan yang ideal bagi perempuan susnya dari sisi ekonomi; (2) Orang tua,
adalah 21-25 tahun, sedangkan bagi laki-laki anak, dan masyarakat dengan tingkat ke
adalah 25-28 tahun. Karena pada usia terse sadaran pendidikan yang rendah umur;
but organ reproduksi pada perempuan su (3) Ada kekhawatiran dikalangan orang
dah berkembang dengan baik dan kuat, serta tua akan mendapatkan aib karena anak pe
secara psikologis sudah dianggap matang rempuannya sudah berpacaran dengan
untuk menjadi calon orang tua bagi anak- laki-laki segera menikahkannya; (4) Gen
anaknya. Sementara kondisi fisik dan psikis carnya media massa baik cetak maupun
laki-laki pada usia tersebut juga sudah kuat elekŧronik khususnya internet yang belum
sehingga mampu menopang kehidupan bisa dikendalikan dalam batas aman untuk
keluarga dan melindunginya baik secara psi dikonsumsi publik yang mengekspos por
kis emosional, ekonomi, dan sosial. nografi dan adegan-adegan yang tidak la
1
yak dipertontonkan secara umum menye
htp://www.wikiberita.net/health/168032. Dampak
negatif pernikahan dini.html 2
http://www.wahdah.or.id/wahdah-Wahdah
Islamiyah
Dwi Rifiani, Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam... | 127
babkan remaja modern kian banyak yang wab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan
terjerembab dalam lingkup “permissive melindungi anak, (c) Undang-Undang No. 21
society” yang membolehkan pola hidup yang tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
bagaimanapun yang mereka inginkan; (5) Pidana Perdagangan Orang.
Perkawinan usia muda terjadi karena orang Amanat undang-undang tersebut ber
tua takut anaknya menjadi perawan tua jika tujuan untuk melindungi anak agar tetap
tidak segera menerima pinangan dari laki- memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh,
laki yang melamarnya.3 berkembang serta terlindungi dari perbuatan
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi5.
Pernikahan Dini Melanggar Hak Anak
Bebarapa waktu yang lalu kita banyak Dampak Biologis dan Psikologis
mendengar dan menyaksikan di berbagai Secara biologis, organ-organ reproduksi
media tentang seorang yang sekaligus pe anak yang baru menginjak akil baligh masih
ngasuh sebuah pesantren, Syekh Puji alias berada pada proses menuju kematangan se
Pujiono Cahyo Widianto usia 43 tahun yang hingga belum siap untuk melakukan hubu
menikahi gadis belia Lutviana Ulfah yang ngan seks dengan lawan jenisnya, apalagi
berumur 12 tahun. Berita ini menarik per jika sampai hamil dan melahirkan. Jika di
hatian khalayak karena dianggap peristiwa paksakan yang terjadi justru malah sebuah
yang tidak lazim di masa sekarang ini. Pe trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang
risŧiwa ini banyak mengundang reaksi keras akan membahayakan organ reproduksinya
terutama dari Komnas Perlindungan Anak. 4 sampai membahayakan jiwa anak. Patut di
Bahkan banyak pengamat yang berlomba pertanyakan apakah hubungan seks yang de
untuk memberikan opini dengan berbagai mikian atas dasar kesetaraan dalam hak re
versi. Padahal pernikahan dini dengan ala produksi antara istri dan suami atau adanya
san apapun ditinjau dari berbagai aspek sa kekerasan seksual dan pemaksaan terhadap
ngat merugikan kepentingan anak dan akan seorang anak.
sangat membahayakan kesehatan anak.
Secara psikis anak belum siap dan be
Adapun dampak dari pernikahan dini dapat
lum mengerti tentang hubungan seks, se
dinilai dari berbagai pendekatan sudut pan
hingga akan menimbulkan trauma psikis
dang, yaitu:
berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit
disembuhkan.
Dampak Terhadap Hukum
Pernikahan dini apabila dilakukan berarti Dampak Sosial dan Perilaku Seksual
telah mengabaikan beberapa hukum yang
Fenomena sosial ini berkaitan dengan
telah ditetapkan, antara lain: (a) Undang-
faktor sosial budaya dalam masyarakat yang
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Per
cenderung memposisikan wanita sebagai
kawinan “Perkawinan hanya diijinkan jika
pelengkap kehidupan laki-laki saja. Kon
pihak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak
disi ini hanya akan melestarikan budaya
wanita sudah berusia 16 tahun” (Pasal 7 ayat
paŧriarkhi yang kebanyakan hanya akan
1). “Untuk melangsungkan perkawinan seorang
melahirkan kekerasan dan menyisakan ke
yang belum mencapai umur 21 tahun harus
pedihan bagi perempuan.
mendapat ijin kedua orang tuanya” (Pasal 6 ayat
Adanya perilaku seksual berupa perilaku
2), (b) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
gemar berhubungan seksual dengan
tenŧang Perlindungan Anak (Pasal 26 ayat 1)
anak-anak yang dikenal dengan sebutan
“Orang tua berkewajiban dan bertanggung ja
pedofilia. Perbuatan ini tidak sesuai dengan
3
htp://alfiyah 23.student.umm.ac.id Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
4
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
5
Pernikahan Dini dalam Perspektif Agama dan Negara htp://alfiyah 23. Student.umm.ac.id
128 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
kasus perceraian. Kondisi psikologis pa bat pernikahan anak di bawah umur kepa
sangan yang belum matang menjadi faktor da masyarakat. Diharapkan dengan upaya
utama penyebab persoalan ini. Menurut tersebut masyarakat tahu dan sadar bahwa
perspektif psikologis, pernikahan dini da pernikahan dini adalah sesuatu yang sa
pat menyebabkan disharmoni keluarga. Dis lah dan harus dihindari. Sinergi antara pe
harmoni bisa terjadi karena emosi pasangan merintah dan masyarakat merupakan jurus
yang masih labil dan cara berpikir yang masih terampuh untuk saat ini agar pernikahan
setengah matang. Disamping itu, pernikahan dini dapat terhindarkan sehingga ke depan
dini juga berkorelasi cukup signifikan dengan diharapkan tidak ada lagi anak yang menjadi
tingkat kematian ibu hamil atau melahirkan, korban akibat pernikahan dini sehingga calon
aborsi, perdagangan manusia, jumlah anak generasi bangsa bisa lebih optimis menatap
terlantar, dan pengangguran. Bahkan seca masa depannya kelak.
ra psikologis ketika anak melakukan perni Satu permasalahan yang tidak bisa kita na
kahan dini tidak dapat beradaptasi dengan fikan adalah kenyataan yang saat ini menjadi
lingkungan dan situasi barunya maka dapat gaya hidup remaja, yaitu pacaran. Seakan-
mengakibatkan timbulnya stress yang ber akan sudah menjadi sesuatu yang biasa saja
dampak tidak baik bagi dirinya maupun ba ketika seorang remaja berpacaran dengan
yi yang dikandungnya. lawan jenisnya karena hal itu dianggap oleh
Bertolak dari beberapa kasus yang dipa sebagian pihak sebagai sebuah kebutuhan
parkan di atas, Country Director Plan, John dan tahapan yang harus dilalui oleh kaum
Mc Donough menyatakan keprihatinannya remaja. Sepertinya, kalau tidak melakukan
terhadap angka pernikahan dini di Indonesia. hal itu dianggap kuno. Kondisi seperti inilah
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan yang melatarbelakangi berkembangnya seks
untuk mencegah terjadinya pernikahan bebas di kalangan kawula muda di berbagai
di bawah umur ini yaitu dengan program Negara, termasuk para remaja di Indonesia.
pemberdayaan anak perempuan meliputi Data yang diperoleh PBB mengatakan bah
pemberdayaan yang ada hubungannya wa lebih dari 80% siswa SMA di Cina per
dengan ekonomi keluarga, advokasi, pen nah melakukan seks bebas.9 Bahkan hasil
didikan dan penelitian tentang pernikahan penelitian di kota Malang beberapa tahun
dini, serta kampanye pemberdayaan dan yang lalu menunjukkan bahwa lebih dari
parŧisipasi anak perempuan. Program-pro 50% mahasiswa di Malang sudah pernah
gram ini akan berhasil secara optimal tentu melakukan seks bebas.
saja juga harus melibatkan laki-laki dewasa Fenomena itu memang sangat mem
seperti ayah, saudara laki-laki, dan suami.8 prihatinkan, sekalipun hasil penelitian ini
Selain hal di atas pemerintah juga harus masih perlu dipertanyakan lagi validitas
serius dalam menegakkan hukum yang ber daŧanya. Dengan demikian jika ada yang
laku terkait pernikahan anak di bawah umur mempertanyakan mengapa menikah diper
sehingga pihak-pihak yang ingin melakukan sulit, bergaul bebas dipermudah. Kadang-
pernikahan dengan anak yang masih di kadang terasa adanya keanomalian dalam
bawah umur akan berpikir dua kali sebelum kasus ini. Nikah yang jelas ada syariatnya
melakukannya. Di samping itu pemerintah dipersulit dengan keharusan mengurus ke
juga harus semakin giat mensosialisasikan administrasian, selain adanya peraturan pe
undang-undang terkait pernikahan anak merintah akan adanya batasan usia untuk
di bawah umur berikut sanksi-sanksi bila seseorang boleh melangsungkan pernikahan.
melakukan pelanggaran dan menjelaskan Di sisi lain, sarana untuk bergaul bebas di
risiko-risiko terburuk yang bisa terjadi aki permudah mengaksesnya dan disediakan
8
htp://metrotvnews.com/read/news , Minggu, fasilitas yang sangat gampang dijangkau oleh
25 September 2011 9
htp://alfiyah
130 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
siapa saja termasuk mereka yang berkantong kan kemaslahatan sosial bagi manusia baik
tipis. di masa sekarang maupun di masa yang
Kenyataan bahwa ada beberapa kendala akan datang. Hukum Islam bersifat luas
seperti masalah biaya dan kesiapan mental dan luwes, humanis, dan selalu membawa
ketika seseorang ingin melegalkan hubungan rahmat bagi seluruh manusia di alam ini. 10
yang dirajutnya baik legal menurut agama Termasuk dalam ranah pemikiran tentang
maupun menurut hukum nasional. Tidaklah hal ini adalah ayat-ayat dan hadis-hadis
mengherankan jika mereka mencari solusi Nabi yang mengupas masalah pernikahan,
yang bisa ditempuhnya untuk menyalurkan karena pada prinsipnya semua perbuatan
naluri biologis yang sulit dijinakkan terse orang muslim yang sudah akil baligh tidak
but, sehingga mereka melakukan seks bebas. bisa terlepas dari hukum syara’ sebagaimana
Bahkan yang cukup membuat hati kita ber terumuskan dalam kaidah syara’ al ashlu fi al
gidik adalah keyakinan mereka bahwa Married ’af’aal at-taqayyudu bi al-hukmi al-syar’iyy.11
By Accident (MBA), suatu istilah bagi sepasang Pada mulanya hukum menikah adalah sun
muda mudi yang menikah disebabkan sang nah sesuai dengan Al-Qur’an Surat An-Nisa’
perempuan telah diberi ‘down payment” ayat 3:
terlebih dahulu dianggap sebagai jalan terbaik
ketika mereka kebablasan berpacaran. Bukan
tidak mungkin seseorang sengaja menghamili
pacarnya bila hubungan mereka tak direstui
oleh orang tuanya. Mereka beranggapan kalau
pacarnya “kecelakaan” (hamil) pasti mereka
akhirnya dinikahkan juga.
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
Dalam kondisi yang sudah sedemikian
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana
parah, penulis beranggapan bahwa perni kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita
kahan dini layak diberi tempat sebagai salah (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
satu alternatif yang aman, baik secara agama kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku
maupun hukum Negara, dari pada dengan adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
membiarkan mereka terperosok ke dalam yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.”
lembah kenistaan yang lebih kelam. Langkah
ini tentu saja tidak boleh mengesampingkan Perintah untuk menikah pada ayat di
dan harus tetap memperhatikan hal-hal ur atas merupakan tuntutan untuk melakukan
gen yang akan berakibat fatal apabila tidak pernikahan (thalabul fi’li), namun tuntutan
mendapatkan perhatian secara baik. Karena tersebut bersifat sunnah, bukan sebuah ke
dengan menutup sama sekali celah dan ke harusan karena adanya kebolehan memilih
sempatan yang membolehkan pernikahan anŧara kawin dan pemilikan budak. Namun
dini, maka dekadensi moral yang terjadi di hukum asal sunnah ini dapat berubah men
kalangan remaja akan semakin merajalela. jadi wajib, haram, maupun makruh, jika se
Bahkan bukan tidak mungkin kita juga akan seorang tidak bisa menjaga kesucian diri dan
ikut berdosa jika hal semacam ini kita abai akhlaknya kecuali dengan menikah, maka
kan tanpa merasa ikut bertanggung jawab menikah menjadi wajib baginya. Sebab men
bagaimana memperbaiki kondisi yang sudah jaga kesucian dan akhlak hukumnya wa
carut marut ini. jib bagi setiap muslim. Adapun menikah
dini, yaitu menikah pada usia remaja atau
Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam muda, bukan usia tua, hukumnya sunnah
Substansi hukum Islam adalah mencipŧa
10
Imam Syathibi, Al-Muwafaqat, (Beirut, Libanon:
Darul Kutub Ilmiah) h. 220
11
Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-
Islamiyah Juz III, 1953. h. 19
Dwi Rifiani, Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam... | 131
atau mandub, demikian menurut Imam yang menunjukkan bahwa lebih baik ia ti
Taqiyuddin An-Nabhani dengan berlandas dak menikah pada usia dini. terdapat be
kan pada hadis Nabi yang artinya: “Wahai berapa ketentuan yang perlu diperhatikan
para pemuda, barang siapa yang telah mampu, dalam sebuah pernikahan dini agar tidak
hendaklah menikah, sebab dengan menikah itu mengakibatkan efek negatif sebagaimana di
akan lebih menundukkan pandangan dan akan lansir oleh banyak kalangan yang mayoritas
lebih menjaga kehormatan. Kalau belum mampu, berpandangan bahwa pernikahan dini selalu
hendaklah berpuasa, sebab puasa akan menjadi berkonotasi tidak baik.
perisai bagimu” (HR. Bukhari dan Muslim). Pertama, perempuan harus sudah siap
Satu hal yang perlu digaris bawahi dari secara fisik, karena banyak perempuan yang
hadits di atas adalah perintah menikah bagi sudah baligh namun belum siap untuk me
para pemuda dengan syarat jika ia telah nikah karena kondisi tubuhnya yang lemah
mampu, maksudnya adalah siap untuk me atau penyakit yang membuatnya tidak me
nikah. Kesiapan menikah dalam tinjauan hu miliki fisik yang prima sehingga tidak mampu
kum Islam meliputi 3 hal, yaitu: (a) Kesiapan menjalankan tugasnya sebagai istri. Kedua,
ilmu, yaitu kesiapan pemahaman hukum- perempuan tersebut sudah matang secara
hukum fikih yang ada hubungannya dengan mental dan terdidik untuk dapat memenuhi
masalah pernikahan, baik hukum sebelum tanggung jawab. Ini bukan berarti ia harus
menikah, seperti khitbah (melamar), pada saat mengetahui seluk beluk kehidupan berumah
menikah seperti syarat dan rukun akad nikah, tangga secara sempurna ketika berinteraksi
maupun sesudah menikah seperti hukum dengan suami, mengasuh anak, dan lain se
menafahi keluarga, thalak, rujuk. Syarat bagainya. Kedua poin tersebut pantas men
pertama ini didasarkan pada prinsip bahwa dapat perhatian lebih berdasar hadis Nabi
fardu ‘ain hukumnya bagi seorang muslim bahwa beliau tidak menyuruh menikah ke
untuk mengetahui hukum perbuatan sehari- pada seluruh pemuda tanpa terkecuali bagi
hari yang dilakukannya atau yang akan mereka yang dianggap mempunyai al-bâ’ah,
dilakukannya; (b) Kesiapan harta atau materi, yaitu kemampuan memberi nafah.
yang dimaksud dengan harta di sini ada dua Ketiga, pada pernikahan perempuan yang
macam yaitu harta sebagai mahar dan harta masih sangat belia, lebih utama kalau dia dan
sebagai nafah suami kepada istrinya untuk calon suaminya tidak terpaut jauh usianya,
memenuhi kebutuhan pokok (al-hajat al- kecuali untuk maksud yang dibenarkan.
asasiyyah) bagi istri berupa sandang, pangan, Imam An-Nasa’i telah mengeluarkan sebuah
dan papan yang wajib diberikan dalam kadar riwayat di dalam Sunan-nya, demikian pula
yang layak (bil ma’ruf); (c) Kesiapan fisik atau Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, serta Al-
kesehatan khususnya bagi laki-laki, yaitu Hakim di dalam Al-Mustadraknya, dan ia
mampu menjalani tugasnya sebagai suami, menilai shahih riwayat tersebut berdasarkan
tidak impoten. Khalifah Umar bin Khaththab syarat Bukhari dan Muslim yang disepakati
pernah memberi penangguhan selama satu olehAdz-Dzahabi dari Buraidah,menyatakan
tahun kepada seorang laki-laki (suami) yang bahwa Abu Bakar dan Umar melamar Fa
impoten untuk berobat. Ini menunjukkan thimah, namun Rasulullah saw kemudian
bahwa kesiapan “fisik” yang satu ini perlu menikahkan Fathimah dengan Ali. Dari
mendapat perhatian serius. hadis tersebut dapat diambil kesimpulan
Sekalipun dikatakan bahwa pernikahan bahwa usia calon suami perlu diperhatikan,
dini hukum asalnya diperbolehkan menu yaitu sebaiknya tidak jauh dengan usia pe
rut syariat Islam, tetapi tidak berarti ia dibo rempuan. Karena kedekatan jarak usia ini
lehkan secara mutlak bagi semua perempuan diharapkan akan lebih dapat melahirkan
dalam semua keadaan. Sebab pada sebagian keserasian diantara pasangan suami istri,
perempuan terdapat beberapa kondisi dan lebih dapat melanggengkan pernikahan
132 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134