Anda di halaman 1dari 15

Intizar

Vol. 27 No. 1 (2021)


DOI: https://doi.org/10.19109/intizar.v27i1.8435
Copyright © 2021 Intizar

Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini pada Remaja


Etnis Melayu di Kota Palembang

Desliana1, Duski Ibrahim1, Muhammad Adil1


1
UIN Raden Fatah Palembang, Indonesia

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gejala pernikahan usia dini, pandangan tokoh
pada etnis Melayu Palembang serta pemecahan masalahnya. Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan dalam ranah budaya dengan pendekatan fenomonelogi. Dalam menjaring data digunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Data ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan
studi dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa pertama, angka pernikahan dini di Kota
Palembang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang disebabkan berbagai faktor di
antaranya ekonomi rendah dan terjadinya kehamilan di luar pernikahan. Kedua, tokoh masyarakat
berpandangan bahwa pernikahan merupakan perintah Allah Swt. dan perintah Rasul. Dalam Islam,
batas usia diperbolehkannya menikah tidak dijelaskan secara rinci tetapi Islam menyaratkan adanya
kesiapan fisik dan mental. Dan ketiga, dengan pembinaan nilai-nilai moral dan optimalisasi fungsi
kekerabatan melalui fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta, perlindungan, reproduksi, sosialisasi
dan pendidikan, ekonomi, dan bina lingkungan diharapkan dapat mencegah terjadinya pernikahan
dini. Selanjutnya upaya pemerintah untuk mengurangi pernikahan usia muda sangat ditentukan oleh
penguatan kerjasama dengan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta melibatkan partisipasi
masyarakat, media dan dunia usaha secara terstruktur, holistik, dan integratif di Indonesia.

Kata Kunci: pernikahan dini, etnis melayu, nilai keislaman

Abstract: This study aims to analyze the symptoms of early marriage, the views of figures on the
Palembang Malay ethnicity and solving the problem. This research is a field research in the cultural
realm with a phenomonological approach. In collecting data, a qualitative descriptive approach was
used. This data was collected by means of observation, interviews and documentation studies. This
study found that first, the number of early marriages in the city of Palembang continues to increase
from year to year due to various factors including the low economy and the occurrence of
pregnancies outside of marriage. Second, community leaders are of the view that marriage is an
order from Allah SWT. and the Prophet's orders. In Islam, the age limit for marriage is not explained
in detail, but Islam requires physical and mental readiness. And third, by fostering moral values and
optimizing the function of kinship through religious, socio-cultural, love, protection, reproduction,
socialization and education, economic and environmental functions, it is hoped that early marriage
can be prevented. Furthermore, the government's efforts to reduce early marriage are largely
determined by strengthening cooperation with legislative, executive, and judicial institutions, as well
as involving the participation of the public, media and business in a structured, holistic, and
integrative way in Indonesia.

Keywords: early marriage, Malay ethnicity, Islamic value


Corresponding Author: Desliana (desliana1021@gmail.com). UIN Raden Fatah Palembang, Indonesia

p-ISSN 1412-1697; e-ISSN 2477-3816


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar 17
Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

Pendahuluan sunah Rasulullah Saw., diikuti oleh kaum


muslimin. Rasulullah Saw. sangat menganjurkan
Pernikahan dini merupakan fenomena sosial
pernikahan bagi seorang telah mampu
yang terjadi di banyak daerah. Fenomena
melaksanakannya, dan barang siapa yang tidak
pernikahan dini ibarat gunung es yang hanya
melaksanakan pernikahan, sedang ia telah mampu
muncul di sebagian kecil di permukaan, sangat
secara lahir dan batin, berarti ia telah mengabaikan
sedikit terekspos di ruang publik, namun nyatanya
sunah Rasulullah Saw. Sebagaimana Hadis yang
banyak terjadi di masyarakat luas. Bila kita
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
menelusuri akar sejarah pernikahan dini di
Muslim bahwa generasi muda yang telah mampu
Indonesia, khususnya di pulau Jawa, sebenarnya
berkeluarga maka menikahlah karena menikah
sudah menjadi hal yang biasa dilakukan nenek
dapat menundukkan pandangan dan memelihara
moyang kita. Dalam konteksnya, terdapat stigma
kemaluan. Jika belum mampu, maka hendaknya
negatif jika seorang perempuan terlambat menikah.
berpuasa.
Wacana pernikahan dini sebenarnya
Hadis tersebut menegaskan bahwa Islam
bukanlah hal baru untuk dibahas. Isu ini kerap
menganjurkan seseorang untuk berumah tangga,
diangkat menjadi topik utama dalam berbagai
karena dari aspek batin orang dapat mencapainya
diskusi. Meski begitu, masalah ini selalu menarik
keinginan anak muda untuk lebih mendalami melalui berkeluarga yang baik. Apabila seseorang
ingin melaksanakan pernikahan berarti ia sudah
tentang apa dan bagaimana pernikahan dini. Istilah
siap menerima dalam segala hal, baik fisik maupun
pernikahan dini adalah istilah yang relatif
mental untuk menjalani bahtera rumah tangga,
kontemporer. Dini biasanya dikaitkan dengan
Dalam hukum islam tidak terdapat kaidah-kaidah
waktu, yang merupakan permulaan. Kebalikannya
yang sifatnya menentukan batas umur pernikahan.
adalah pernikahan yang berakhir. Bagi masyarakat
Jadi berdasakan umur Islam pada dasarnya semua
yang hidup di awal abad ke-20 atau lebih awal,
tindakan umur dapat melakukan ikatan pernikahan,
pernikahan dini merupakan hal yang lumrah, bukan
hal ini sesuai dengan tindakan Nabi Muhammad
sesuatu yang dianggap tabu dan tidak penting untuk
Saw yang telah menikahi Aisyah pada umur 6 tahun
dimunculkan. Seiring dengan perkembangan
zaman, image yang berkembang di masyarakat dan tinggal bersama Nabi saat Aisyah berusia 9
tahun.
justru sebaliknya. Arus globalisasi yang berjalan
sangat cepat telah merubah paradigma berpikir Dalam hukum adat pada umumnya tidak
masyarakat luas. Pernikahan di usia yang masih mengatur tentang batas umur untuk melaksanakan
sangat muda dianggap tabu, karena dinilai memiliki pernikahan, hal ini berarti hukum adat
banyak dampak negatif, terutama bagi perempuan. membolehkan pernikahan untuk semua umur asal
Meski begitu, fenomena pernikahan dini masih sudah dewasa. Kedewasaan seseorang menurut
sering terjadi, terutama di wilayah yang tingkat hukum adat diukur dengantanda tanda fisik yaitu
kesadaran pendidikannya mayoritas masih apabila wanita sudah haid (datang bulan), buah
tergolong rendah. dada menonjol berarti sudah dewasa, sedang bagi
pria ukurannya dapat dilihat dari perubahan suara,
Dalam Hukum Islam tujuan pernikahan telah
parubahan fisik, sudah mengeluarkan air mani atau
tertera dengan jelas sebagaimana dalam surat an-
sudah mempunyai nafsu seks.
Nisa ayat dan al-Rum ayat 21. Pernikahan adalah

18 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

Sesungguhnya, “amat sulit menentukan yang belum berusia 21 tahun harus mendapat izin
umur berapa sebaiknya seseorang menikah atau dari kedua orang tua. Namun dalam praktiknya, di
berapa batas umur untuk dapat di sebut sudah masyarakat secara umum masih banyak yang
matang atau cukup dewasa untuk berkeluarga” menikah di usia muda atau di bawah umur”.
(Supriyadi, 2011). Setiap anak yang puber atau Data statistik secara nasional menunjukkan
yang sudah matang adalah tidak sama dengan bahwa, pernikahan dini pada 2018, dari total 267
kematangan usia berbeda satu dengan lainnya yang juta penduduk Indonesia, 11.2 persen wanita
mana pada kebiasaannya dalam hal kecepatan menikah di umur 20-24 tahun. Sebaliknya
waktu dewasa dan kelambatan masa pernikahan wanita yang berumur kurang dari 17
pendewasaannya yang disebabkan oleh kondisi tahun sebesar 4,8 persen. Pernikahan anak di dasar
rumah dimana berada dan lingkungan sekitarnya, umur 16 tahun dekat 1,8 persen serta persentase
juga disebabkan oleh faktor finansial, pendidikan
pernikahan anak berumur kurang dari 15 tahun
dan sosial rumah tangga. Batasan pubertas dalam beberapa 0,6 persen. Secara garis besar, satu dari 9
Islam juga tidak bisa dikatakan “dewasa” tetapi anak wanita umur kurang dari 18 tahun menikah
merupakan awal dari kedewasaan.
muda. Bagi informasi Tubuh Pusat Statistik,
Sementara itu hukum positif yang mengatur pernikahan anak berumur 17 tahun ke dasar sangat
tentang pernikahan tertuang dalam Undang- besar ditemui di Kalimantan Selatan, ialah sebesar
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 27,82 persen.
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Berdasarkan informasi Badan
Tahun 1974 tentang Pernikahan. Adapun batas usia Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
pernikahan diatur dalam Pasal 7, pernikahanhanya (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai Musi Rawas ialah wilayah paling tinggi yang
umur 19 (sembilan belas) tahun. Dalam hal terjadi melaksanakan pernikahan umur dini. Di
penyimpangan terhadap ketentuan umur Palembang masih ditemui pernikahan dini, dalam 2
sebagaimana dimaksud di atas, orang tua pihak pria
tahun terakhir ini rata- rata terjadi pernikahan dini
dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta sebanyak 10 (sepuluh) pasang yang melakukan
dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat pernikahan dini sesama anak yang masih sekolah
mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang yang mempunyai permasalahan pernikahan dini
cukup. Pemberian dispensasi oleh Pengadilan (Hadjar, 2020). Dari permasalahan tersebut berarti
sebagaimana dimaksud di atas wajib ada 60 (enam puluh) orang yang menpunyai
mendengarkan pendapat kedua belah calon permasalahan diakibatkan pernikahan ini, kenapa
mempelai yang akan melangsungkan pernikahan. demikian, dapat diuraikan bahwa setiap anak yang
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan mempunyai masalah, secara langsung melibatkan
batas usia minimal untuk menikah tentunya telah orang tua masing–masing yaitu ayah dan ibu anak
melalui berbagai proses dan pertimbangan. Hal ini perempuan, begitu juga dengan ayah dan ibu anak
agar kedua belah pihak benar-benar siap dan laki–laki yang melakukan pernikahan dini.
matang dari segi fisik, psikis dan mental. Lebih Dikenal angka pernikahan dini di Sumsel masih
lanjut dijelaskan dalam Pasal 6 ayat 2 UU besar, dari 1. 000 kelahiran balita, sebanyak 22, 3%
Pernikahan “bahwa untuk menikah dengan orang merupakan balita yang dilahirkan dari perempuan

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 19


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

yang melakukan pernikahan di umur 15- 19 tahun meringankan. beban orang tuanya. terutama dari
(Rahmawati, 2020). sisi ekonomi. Para orang tua, anak-anak, dan orang-
orang dengan tingkat kesadaran pendidikan yang
Padahal, usia ideal bagi perempuan untuk
rendah dikhawatirkan akan mendapat aib karena
menikah adalah 21-25 tahun, sedangkan untuk laki-
anak perempuannya sudah berpacaran dengan laki-
laki adalah 25-28 tahun. Karena pada usia tersebut
laki jika tidak segera dinikahinya. Gencarnya media
organ-organ dalam diri seorang wanita sudah
massa, baik cetak maupun elektronik, khususnya
berkembang dengan baik dan kuat, serta dianggap
internet yang tidak dapat dikendalikan dalam batas
matang secara psikologis untuk menjadi calon
yang aman untuk konsumsi publik yang
orang tua bagi anaknya. Sedangkan kondisi fisik
mengekspos pornografi dan adegan-adegan yang
dan psikologis laki-laki pada usia tersebut cukup
tidak pantas untuk ditayangkan secara umum,
kuat untuk dapat menopang kehidupan keluarga
menyebabkan semakin banyaknya remaja modern
dan melindunginya secara psikologis, emosional,
yang terjerumus ke dalam ruang lingkup
ekonomi dan sosial.
“masyarakat permisif” bagaimanapun yang mereka
Pernikahan dini berdampak pada kesehatan inginkan dan pernikahan di usia muda terjadi
reproduksi anak perempuan. Gadis berusia 10-14 karena orang tua takut anak-anaknya akan menjadi
tahun lima kali lebih mungkin meninggal perawan tua jika mereka tidak segera menerima
dibandingkan wanita berusia 20-25 tahun. lamaran dari pria yang melamarnya (Rifiani, 2011).
Sedangkan anak usia 15-19 tahun dua kali lipatnya.
Dampak pernikahan dini dapat dinilai dari
Dadang Hawari, seorang psikiater menyatakan
berbagai sudut pandang, yaitu: dampak terhadap
bahwa secara psikologis dan biologis, seseorang
hukum pernikahan dini jika dilakukan berarti
sudah dewasa untuk berproduksi dan bertanggung
mengabaikan beberapa hukum yang telah
jawab sebagai ibu rumah tangga antara usia 20-25
ditetapkan yang terdapat pada Undang- Undang
tahun untuk wanita atau 25 hingga 30 tahun untuk
No. 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan pasal 7 ayat
pria. Sebelum usia tersebut, dianggap terlalu cepat,
1 dan pasal 16 ayat 2. Ditinjau dari dampak biologis
yang disebutnya precock, yaitu matang sebelum
dan psikologis yang dapat kita ketahui secara
waktunya (Rifiani, 2011). Kondisi yang
berkembang memberikan gambaran konkrit bahwa umum, secara biologis organ reproduksi anak yang
baru mencapai pubertas masih dalam proses
pernikahan yang dilaksanakan tanpa kesiapan dan
mencapai kematangan sehingga belum siap untuk
pertimbangan yang matang dari satu sisi dapat
menunjukkan sikap tidak menghargai makna berhubungan seks dengan lawan jenis. seks,
terutama jika mereka hamil dan melahirkan. Jika
pernikahan bahkan lebih jauh dapat merupakan
penyalahgunaan pernikahan itu sendiri selama itu dipaksakan, yang terjadi justru akan menjadi
trauma, robekan yang parah dan infeksi yang akan
terjadi. dianggap suci oleh agama.
membahayakan organ reproduksi hingga
Secara umum beberapa orang yang menikah membahayakan nyawa anak. Perlu dipertanyakan
di usia muda dipengaruhi oleh beberapa faktor, apakah hubungan seksual tersebut didasarkan pada
yaitu: Pernikahan dini terjadi karena keadaan persamaan hak reproduksi antara istri dan suami
ekonomi keluarga yang berada di bawah garis atau apakah ada kekerasan seksual dan pemaksaan
kemiskinan, sehingga jika seorang anak perempuan terhadap anak.
masih sangat muda sudah cukup untuk

20 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

Secara psikologis anak belum siap dan Palembang menggunakan dialek “o” pada akhir
kurang memahami hubungan seksual, sehingga setiap kata mirip dengan Bahasa Melayu Jambi
akan menimbulkan trauma psikologis yang dengan Suku Melayu Bengkulu. Suku Melayu
berkepanjangan pada jiwa anak yang sulit Palembang banyak menganut agama Islam,
disembuhkan. Dampak sosial dan perilaku seksual, Islam menjadi agama yang dianut sebagaian besar
fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial orang Palembang. Sondok piyogo atau dalam
budaya dalam masyarakatyang cenderung bahasa Indonesia berarti “Adat dipangku, syariat
memposisikan wanita sebagai pelengkap dijunjung” merupakan semboyan yang dipegang
kehidupan laki-laki saja. Kondisi ini hanya akan teguh oleh suku Palembang. Semboyan tersebut
melestarikan budaya patriarkhi yang kebanyakan bermakna bahwa meskipun mereka sudah
hanya akan melahirkan kekerasan dan menyisakan mengecap pendidikan tinggi, mereka tetap
kepedihan bagi perempuan. mempertahankan adat kebiasaan suku Palembang
sisanya beragama Budha. Tetapi masih ada juga
Dari uraian di atas, walaupun jumlah
pernikahan usia dini di Palembang cukup sedikit, yang beragama animisme, Beberapa kalangan
berpendapat bahwa suku Palembang merupakan
namun sangat menarik untuk dikaji mengingat
hasil dari peleburan bangsa Arab, Tionghoa, suku
bahwa Palembang merupakan rumpun etnis
Melayu. Sebelumnya telah dilakukan beberapa Jawa dan kelompok-kelompok suku lainnya di
Indonesia. Dari 1,2 juta penduduk kota Palembang,
penelitian seperti yang dilakukan Jeki Sepriady
40-50% adalah suku Palembang mereka juga hidup
(2018), Yosi Malasar dan Cecep Darmawan
secara berdamping-dampingan dan damai (Pedia,
(2017), Iwan, Agus dan Supriadi (2015), Asmidar
2019). Banyak orang Palembang yang masih
dan Yoskar Kadarisman (2015), dan Muhammad
tinggal di rumah yang didirikan di atas air. Rumah
Alif (2020).
limas menjadi model arsitektur rumah khas
Etnis Melayu Palembang atau yang lebih Palembang yang kebanyakan didirikan di atas
dikenal dengan “Suku Palembang” adalah salah panggung di atas air untuk melindungi dari banjir
satu suku Melayu yang berdomisili di kota (Wikiwand, 2020).
Palembang dan sekitarnya. Selain berdomisili di
Kota Palembang, penyebaran Melayu Palembang Metode
terdapat pada Kaum kerabat Ogan, Lubai, Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Rambang, Cambai, Pegagan, Lembak, Lintang, lapangan dan menggunakan metode penelitian
Kikim, Gumay, Besemah, Enim, Semende, Kisam kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
dan Lematang (Pedia, 2019) Dipilihnya pendekatan fenomenologi dalam
Etnis Melayu Palembang di Palembang penelitian ini karena fenomena pernikahan dini
semakin lama semakin berkurang, tetapi di masih terjadi di kota palembang, dalam hal ini
Tepian Sungai Musi masih banyak ditemukan suku melalui tokoh masyarakat akan memberikan solusi,
Palembang. Dalam kesehariannya, suku sehingga tingkat pernikahan dini pada remaja etnis
Palembang berbicara dalam bahasa Palembang. melayu dapat teratasi. Pengumpulan data dilakukan
Bahasa Palembang sendiri merupakan bagian atau melalui observasi partisipasi, wawancara
varian dari bahasa Melayu atau sering disebut mendalam, dan studi dokumentasi. Kemudian yang
sebagai bahasa Melayu Palembang. Bahasa terakhir teknik analisis data yang digunakan dalam

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 21


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

penelitian ini mengacu pada konsep Miles and 267 juta penduduk Indonesia, 11,2 persen wanita
Huberman interactive model, adapun model menikah di umur 20-24 tahun. Sebaliknya
interaktif yaitu: pengumpulan data, reduksi data, pernikahan wanita yang berumur kurang dari 17
penyajian data dan penarikan kesimpulan. tahun sebesar 4,8 persen. Pernikahan anak di bawah
umur 16 tahun sekitar 1,8 persen serta persentase
Hasil dan Pembahasan pernikahan anak berumur kurang dari 15 tahun
sejumlah 0,6 persen. Secara akumulasi, satu dari 9
Fenomena Pernikahan Dini pada Remaja Etnis anak wanita umur kurang dari 18 tahun menikah
Melayu di Kota Palembang muda (Rahmawati, 2020).
Masalah pernikahan usia dini di saat ini telah Persentase pernikahan umur muda (dini) di
jadi kasus dunia. Informasi UNICEF menampilkan
Indonesia bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS)
lebih dari 700 juta wanita menikah di kala umur merilis angka 15,66% buat persentase pernikahan
kanak-kanak apalagi 1 dari 3 di antara wanita yang dini di Indonesia pada 2018. Angka tersebut
menikah usia dini menikah pada umur saat sebelum bertambah dari 14,18% pada 2017. Peningkatan
15 tahun (Statistik & UNICEF, 2016). Data persentase pernikahan dini tersebut ialah catatan
BKKBN 2014 menujukkan kalau jumlah anak
tertentu untuk pemerintah yang tengah berupaya
muda di Indonesia telah mencapai 74 juta jiwa, dari membetulkan Indeks Pembangunan Manusia
jumlah tersebut, 59% berusia 15-19 tahun telah (IPM) (Indonesia baik, 2020).
menikah (Guilbert, 2013). Pernikahan dini di
Indonesia menduduki peringkat ke 37 di dunia pada Pernikahan dini di beberapa negara dianggap
tahun 2010, perihal ini berarti Indonesia tercantum sebagai solusi alternatif untuk masalah kemiskinan
sebagai negeri dengan presentase pernikahan dini keluarga. Keluarga miskin dinilai dapat terbantu
tinggi di dunia. Informasi SDKI (2012) mengatakan ketika anak perempuannya menikah dini sehingga
kalau 340.000 anak wanita menikah pada umur dini dapat membantu meringankan beban ekonomi
tiap tahunnya. keluarga. Purnomo mengatakan bahwa selain motif
ekonomi, pernikahan dini telah dicoba dengan
The United Nations Childrens Fund
motif hubungan yang sangat erat antara perempuan
(UNICEF) pada tahun 2013, Indonesia jadi negeri dan teman laki-laki, juga memiliki hubungan intim
dengan angka pernikahan anak paling tinggi
(seksual), terbentuknya kehamilan pranikah,
ketujuh di dunia. Berikutnya, informasi dari Survei kekhawatiran seperti perawan tua, dan kemudahan
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015, berpacaran. Akses ke konten media seksualitas
melaporkan kalau sebanyak 1 dari 4 anak wanita di (Satriyandari & Utami, 2020).
dasar umur 18 tahun sempat menikah. Pada tahun
2017, sebanyak 2 dari 5 anak wanita umur 10 Fenomena tersebut juga terjadi pada remaja
sampai 17 tahun sempat menikah. Sesuai angka etnis Melayu di Palembang di antaranya kecamatan
tersebut, menampilkan kalau Indonesia masih Seberang Ulu I pada tahun 2017 terdapat 139 kasus
butuh menaruh atensi lebih pada permasalahan dari 1160, tahun 2018 terdapat 197 kasus dari 1229
pernikahan usia dini. “Angka pernikahan anak di (Triningsi, 2020). Sedangkan di kecamatan Ilir
Indonesia ini masih sangat memprihatinkan. Dari Timur II pada tahun 2017 terdapat 65 kasus dari
segala negeri anggota ASEAN, Indonesia terdapat 1092 dan pada tahun 2018 terdapat 81 kasus dari
di peringkat 2” (Leny, 2020), Pada 2018, dari total 1111 (Rospita, 2020). Di kecamatan Sukarami pada

22 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

tahun 2017 terdapat 83 kasus dari 1040 dan tahun Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Palembang
2018 terdapat 104 kasus dari 1258 (Yuhanis, peristiwa nikah dini sekitar 10%, serta terdapat
2020). Di Palembang masih ditemui pernikahan sekitar 30% masalah pernikahan isbat dari tahun ke
dini, walaupun jumlahnya sedikit. Bersumber pada tahun, perihal ini dibuktikan dengan pengajuan
datanya, sudah terjalin 2-4 pernikahan dini yang masalah (perkara) pernikahan, permohonan akad
terjadi pada kanak-kanak di Palembang dalam nikah diperuntukan buat meminta supaya
setahun. Sebaliknya dalam 2 tahun terakhir, pernikahannya dilegalkan sebab pernikahan dini
jumlahnya masih tidak lebih dari 10 permasalahan tanpa pencatatan ataupun tanpa catatan administrasi
pernikahan dini” (Hadjar, 2020). oleh seseorang pencatat pernikahan.
Berikutnya Kepala Dinas Perlindungan Permohonan nikah ini dibuat untuk
Perempuan, Perlindungan Anak serta mengajukan gugatan cerai, karena perceraian hanya
Pemberdayaan Manusia (PPPAPM) Palembang bisa dilakukan jika bisa menunjukkan buku akta
menyatakan pernikahan dini, lebih banyak didera nikah yang sah, sedangkan pasangan yang
oleh kanak-kanak putus sekolah. Sebab itu, Forum mengajukan dispensasi nikah dalam tiga tahun
Anak Palembang melaksanakan sosialisasi kepada terakhir tidak banyak kasus yang terjadi tiap
golongan kanak-kanak yang hendak berperan tahunnya. mulai 2017-2019 (Irfan, 2019). Adapun
bagaikan pelapor sekalian pelopor untuk program rekapitulasi jumlah pernikahan menurut kelompok
komunikasi, edukasi dan informasi tentang umur dapat dilihat pada tabel 1, 2, dan 3.
pernikahan dini. Sosialisasi hendak mengaitkan Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Pernikahan Menurut
kanak- kanak sebagai media pendidikan bersama di Kelompok Umur di Kecamatan Ilir Timur II
golongan mereka (anak-anak). Rata- rata temuan
permasalahan pernikahan dini terjadi sebab anak Tahun Kelompok Umur Jumlah
< 20 20 s/d > 30
perempuannya telah berbadan dua (hamil).
Tahun 30 Tahun
Keadaan ini memanglah susah serta memang wajib
Tahun
dinikahkan, sebab pihak keluarga berkeinginan 2017 65 789 29 1092
terdapatnya tanggungjawab atas keadaan tersebut, 2018 81 821 09 1111
temuan kanak-kanak yang hadapi pernikahan dini
lebih banyak pada keluarga dengan ekonomi Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Pernikahan Menurut
menengah ke bawah. Perluasan informasi akan Kelompok Umur di Kecamatan Sukarame
sangat dibutuhkan guna menjelaskan adanya
Tahun Kelompok Umur Jumlah
dampak pernikahan dini paling utama dari sisi
< 20 20 s/d > 30
kesehatan wanita. Pernikahan dini akan rentan pada
Tahun 30 Tahun
kesehatan reproduksi anak perempuan. Dikala Tahun
pilihannya supaya dinikahkan, pihak keluarga pula 2017 83 898 159 1140
mengingat keselamatan balita serta ibunya, 2018 104 967 188 1259
termasuk sisi agama kala anak harus digugurkan
(Hadjar, 2020).
Hasil penelusuran informasi dari dinas
ataupun instansi dalam 3 tahun terakhir ialah di

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 23


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Pernikahan Menurut terjadi di Kota Palembang dalam 3 tahun terakhir,
Kelompok Umur di Kecamatan Seberang Ulu I pada tahun 2017, bersumber pada rekapitulasi
Tahun Kelompok Umur Jumlah perkara yang diterima di Pengadilan Agama
< 20 20 s/d 30 > 30 Palembang di wilayah tersebut. Pengadilan Tinggi
Tahun Tahun Tahun Agama Kota Palembang periode Januari-Desember
2017 139 794 227 1160 2017. 174 gugatan cerai pria serta 372 gugatan cerai
2018 197 814 218 1229 wanita, 28 perkara gugatan nikah, sebaliknya tahun
2018 terdapat 211 masalah cerai serta 435
Berdasarkan data di atas, jumlah tertinggi yang perceraian, 9 perkara gugatan cerai, Sebaliknya
melakukan pernikahan di bawah Usia 20 tahun pesan dakwaan pernikahan dari Januari sampai Juli
pada 3 (tiga) Kecamatan di Kota Palembang Tahun sebanyak 296 permasalahan perceraian, baik
2017 dan 2018 dapat dilihat pada tabel 4. gugatan cerai ataupun cerai (Hadjar, 2020).
Tabel 4. Pernikahan Di Bawah Usia 20 Tahun Berikutnya ada 30% pelaku masalah
pada 3 (tiga) Kecamatan di Kota Palembang pernikahan dini tidak melapor serta tidak membuat
Kecamatan Tahun pencatatan cocok umur sesungguhnya sehingga
2017 2018 tidak dilaporkan. tercatat bagaikan pernikahan di
SU I 139 197 bawah usia sebab meningkat usia ataupun
Sukarame 83 104 meningkat tua, hasil pernikahan tidak bisa ditunda
Ilir Timur II 65 81 sebab mereka berbadan dua dulu, serta fenomena
Sesuai data di atas jelas terlihat kecamatan ini telah jadi rahasia universal serta pemicu
yang paling tinggi penduduknya yang melakukan perceraian mereka pada biasanya merupakan tidak
pernikahan di bawah usia 20 tahun yaitu terdapatnya tanggung jawab pria., pelecehan berat
Kecamatan Seberang Ulu I, ini sesuai dengan serta kecemburuan serta apalagi poligami yang
jumlah penduduk yang sebagian besar adalah tidak sehat (Irfan, 2019).
penduduk asli Etnis Melayu dan juga kepadatan Maraknya pernikahan di dasar usia bisa
penduduk yang cukup tinggi, dari data diatas dilihat pada permohonan dispensasi nikah sebab
terdapat persentase kenaikan sekitar 5 persen, suatu calon pengantin wanita berbadan dua saat sebelum
kenaikan yang cukup signifikan. menikah. Apalagi informasi BPS sendiri
Pada dasarnya fenomena pernikahan dini mengatakan kalau 21,75% anak wanita di
yang terjadi di Kota Palembang lebih banyak yang perkotaan menikah pada umur di bawah 16 tahun,
tidak tercatat. Daripada hasil penelusuran di Kantor serta 47,79% di kawasan pedesaan. Tidak hanya itu,
Urusan Agama (KUA) ataupun petugas pencatatan perihal ini bisa dilihat pada budaya warga yang
nikah serta di kantor pengadilan agama serta kantor memiliki kecenderungan buat menikah pada umur
kelurahan, pada kantor kelurahan ataupun di kantor dini sebab terdapatnya rasa malu untuk orang tua
pengadilan, sebab rata- rata permasalahan tersebut bila anak perempuannya yang telah dikira berusia
dituntaskan secara adat, baru setelah itu timbul walaupun belum lumayan usia tidak lekas menikah.
permasalahan bila terjalin perceraian. Pergeseran budaya tampaknya telah terjadi di
Fenomena pernikahan muda terpaut erat Palembang. Ketentuan tidak tertulis yang ditaati
dengan tingginya angka perceraian, seperti yang dengan kuat sekarang tampak lebih longgar. Saat

24 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

ini, warga seakan sudah terbiasa melihat pasangan jika belum sanggup dalam membiyayai hingga
lawan jenis bergandengan tangan, menunggang dianjurkan buat berpuasa (Kalsum, 2020).
kuda, apalagi bermesraan di depan umum. Tidak
Selaras dengan penuturan di atas kalau
jarang hal-hal tersebut dicoba oleh anak-anak mengacu kepada Al-Qur’an, bila seorang
berseragam sekolah. Jika hal ini terjadi terus berkeinginan untuk menikah serta telah sanggup
menerus hingga ingin mengarah pada pergaulan baik secara raga ataupun psikis, hingga
bebas dan kehamilan di luar nikah, yang berlanjut pernikahannya tidak dipermasalahkan walaupun
pada pernikahan dini (Iskandar, 2021). dia masih di bawah batas usia yang ditentukan oleh
undang-undang, serta kesiapan ekonomi bagi dia
Pernikahan Usia Dini Perspektif Tokoh Agama
(yang menikah) bila telah menjalani kehidupan
pada Etnis Melayu di Palembang
setelah pernikahan.
Pada kenyataan di kota Palembang, proses
pernikahan berdasarkan usia mengedepankan Pernikahan dini mengacu sesuai dengan surat
an-Nisa ayat 59. Kalimat ulil amri tersebut
aspek agama yang belum dipahami secara
mengenakan penyambung huruf wawu bukan
menyeluruh, sehingga menimbulkan banyak
perdebatan di segala aspek, termasuk keterangan athi’u ulil amri, dalam teori bahasa huruf wawu itu
huruf ‘athof menjajaki kepada kalimat athi’ullah
beberapa tokoh masyarakat.
wa athi’urrasul, jadi prioritas utama merupakan
Mengacu pada Al-Qur’an serta hadis. Syarat taat kepada Allah taat, kepada rasul, dan ulil amri
usia tidaklah sesuatu perihal yang absolut, dalam (pemerintah) wajib menjajaki. Hukum positif ialah
Islam tidak terdapat syarat tentang batas usia dalam produk ulil amri sedangkan hukum Allah serta
pernikahan. Tetapi yang butuh dicermati rasulnya ialah manistatho’a (sanggup) jadi kala
merupakan kata “sanggup”. Kemampuan raga seseorang pria serta wanita di dasar usia sanggup
ataupun kesiapan mental, kesiapan jasmani ataupun menikah walaupun tanpa terdapat aspek ataupun
kesiapan rohani. Bila kesiapan jasmani dalam indikasi negatif di tingkat sosial serta moral hingga
perihal ini merupakan kesiapan ekonomi belum sah-sah saja, sebab mereka telah merasa siap/
dapat dipadati, hingga hendaknya dia berpuasa. sanggup raga serta psikis. Bersumber pada kepada
Pernikahan dini menurut hukum Islam hadits fankihu ma thoba serta manistatho‟a
merujuk surat An-Nisa ayat1 dan hadis yang minkum. Maksudnya, kita senantiasa mengacu
diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim kepada orientasi agama. Al-Qur’an pula
serta hadis lainnya yang menerangkan tentang mengatakan dalam pesan an-Nur ayat 32 bahwa
pernikahan dengan tujuan pernikahan tersebut ayat tersebut tidak terdapat batas usia terhadap
cocok dengan apa yang diajarkan oleh hadis serta pernikahan yang berarti terdapat hasrat buat
Al-Qur’an. Permasalahan pernikahan di dasar usia menikah cocok dengan ketentuan serta syarat
bagi kitab- kitab fikih diperbolehkan walaupun syariat Islam (Kalsum, 2020).
belum baligh yang terutama terdapat walinya ialah Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh di atas
wali mujbir, kembali pada iktikad hadis Rasulullah menjelaskan bahwa dalam Islam usia yang
ialah seorang yang hendak menikah wajib berusia diperbolehkan dalam penerapan nikah tidak
serta memiliki kesiapan baik persiapan raga serta disebutkan secara detail, tetapi Islam mensyaratkan
mental maupun persiapan pembiayaan dalam artian adanya kesiapan, baik kesiapan fisik maupun

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 25


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

kesiapan mental yang artinya kesiapan ekonomi hubungan seksual wajib memperhatikan jenazah,
dan kebutuhan biologis. Kedua poin tersebut adalah sebagaimana dicontohkan Nabi yang dinikahi
makna dari ketentuan nikah bagi Islam. Aisyah sejak usia dini, Nabi tidak langsung bergaul
dengannya melainkan menunggu hingga usianya.
Pernikahan atas dasar usia menurut hukum
Islam, dalam pernikahan ada syarat umur tetapi Tokoh agama lainnya menjelaskan bahwa
tidak dibatasi atau sudah mencapai kedewasaan, jika realitas pernikahan atas dasar usia yang ada
artinya setelah itu perempuan haid dan bagi laki- pada Etnis Melayu di Palembang cenderung
laki ketika sudah mimpi basah, bagaimanapun juga mengabaikan prasyarat mental dan psikis, terutama
dalam Islam, syarat pernikahan tidak hanya usia. baligh dan direstui oleh kiai, maka warga tidak
Harus ada kesiapan. Bagi para ulama terdapat mengindahkan hukum pernikahan karena budaya
perbandingan komentar, ada yang mengatakan lokalnya. Sebuah referensi yang lahir dari
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual, pemikiran yang salah tentang kasus era saat ini
ada yang mengatakan kemampuan memenuhi (Saifurrahman, 2020).
kebutuhan rumah tangga merupakan kebutuhan Tokoh agama Fahrizal (2020) menjelaskan
ekonomi dan biologis, bahkan mempertimbangkan
bahwa tidak ada jaminan dalam pernikahan akan
dalil-dalil yang ada. Umur tidak terbatas tetapi bertahan lama kecuali jika didasarkan pada
dalam amalan yang baik sahabat dan ulama tidak pengetahuan yang cukup tentang rumah tangga
serta merta hanya mendasarkan nikah pada saat
tersebut. Di sisi lain, persyaratan usia 16 tahun yang
dewasa sehingga harus ada kesiapan, nabi sendiri diatur dalam undang-undang pernikahan hanyalah
yang menikah itu berumur 25 tahun walaupun pada batasan fisik karena tidak ada batasan untuk
saat itu beliau belum diangkat menjadi nabi tetapi kedewasaan.
di sejarah teman-teman yang laki-laki, rata-rata
semua perempuan juga. Tapi yang jelas apapun Saifurrahman (2020) menjelaskan bahwa
artinya ada kesiapan, kalaupun misalnya tidak jika terdapat 2 faktor dalam pernikahan yaitu
menjadi catatan utama tapi nabi tidak sama dengan hukum dan hukum, jika pernikahan tersebut
manusia biasa, ada pengecualiannya atau Al- mengarah pada suatu kebutuhan yang melanggar
Qur’an. undang-undang pernikahan dan Komplasi Hukum
Islam mengenai batasan usia, maka dapat ditarik
Para tokoh menjelaskan walaupun dalam dari konsep ushuliyah yang artinya legal.
Islam tidak ditetapkan umur yang tentu, tetapi yang
jadi perihal yang sangat berarti merupakan Mal An Abdullah menyatakan bahwa remaja
mencermati raga calon mempelai perempuan, Etnis Melayu berarti remaja yang beragama Islam
apakah dia siap berhubungan suami istri ataupun atau muslim, karena melayu identik dengan Islam.
belum. Pada dasarnya sah dan boleh saja bila dilakukan
sesuai syariat Islam, karena dalam Islam syarat
Bagi hukum Islam, pernikahan di dasar usia utamanya sudah aqil baligh, aqil baligh bagi orang
dipulangkan lagi kepada hukum fikih ialah legal Indonesia rata–rata pada usia remaja atau belasan
asalkan penuhi ketentuan. Pernikahan dalam tahun, tergantung masa kesuburan seseorang.
pemikiran hukum fikih cuma membagikan Namun negara Indonesia sudah punya aturan
ketentuan mumayyiz/mumazziyah tidak bahwa usia perempuan menikah umur 16 tahun dan
membagikan batas umur, namun dalam melakukan laki-laki umur 19 tahun, dan bila menikah di bawah

26 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

usia 21 tahun pun , harus izin orang tua. Di Kota karena kebutuhan biologis, ketidakstabilan jiwa
Palembang sebenarnya tingkat pengetahuan remaja pun biasanya datang pada seseorang setelah aqil
sudah tinggi, mereka tahu batas usia ideal untuk baligh, jadi menurut agama Islam tuntunan
menikah karena sering mendengar mapun di media menikahpun setelah usia aqil baligh. Ukuran aqil
social serta penyuluhan–penyuluhan yang baligh setiap manusia lain-lain, tergantung
dilakukan institusi terkait. Akan tetapi seiring seseorang mendapatkannya, misalnya bagi
dengan pesatnya teknologi dan masa remaja yang perempuan ditandai dengan mulai menstruasi dan
keingintahuan mereka sangat besar sehingga apa bagi laki–laki dimulai dengan mimpi basah. Pada
yang mereka dapat (pengetahuan tentang umumnya anak perempuan maupun anak laki – laki
seksualitas) ingin coba–coba, dan dipraktikkan tanda aqil baligh didapat pada umur belasan tahun,
sehingga pernikahan dini terjadi, akibat suatu hal dan menurut ajaran Islam mereka boleh menikah
yang coba–coba (hamil di luar nikah) inilah yang dan sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
banyak terjadi di kota Palembang sebagai ibukota mengatur bahwa umur anak perempuan boleh
provinsi yang jelas penduduk remajanya sangat menikah pada usia 16 Tahun, sedangkan laki–laki
banyak. Jadi di Kota Palembang, pernikahan dini berumur 19 tahun, namun di dalam pasal 6
terjadi dikarenakan akibat pergaulan bebas, mengatur bahwa untuk melangsungkan pernikahan
lingkungan yang kurang peduli, dan peran orang tua yang belum mencapai umur 21 tahun harus
yang kurang dominan, maklumlah biasanya di kota mendapat izin orang tua (Idrus, 2018).
besar banyak fasilitas seperti mall, bioskop, dan Apabila calon pengantin melangsungkan
tempat hiburan. Waktu untuk berkumpul di rumah pernikahan di bawah usia yang telah diatur dalam
sangat sedikit. Jadi pernikahan dini di Kota undang-undang pihak KUA tidak dapat langsung
Palembang ini terjadi karena kurang kesadaran atau menikahkan pasangan tersebut, namun bila akibat
kurangnya keimanan dalam diri remaja tersebut pergaulan bebas, misalnya calon pengantin sudah
bukan karena adat budaya (Abdulah, 2020). hamil masih memberikan kemungkinan untuk
Karena kota Palembang ini remajanya sangat menyimpang dengan meminta dispensasi kepada
banyak, pendidikan agama sudah harus tertanam Pengadilan Agama atau pejabat lain yang
sejak usia dini sehingga tidak terjadi pernikahan ini, berkompeten dalam hal ini, sehingga pernikahan
dengan membentengi diri dengan iman yang kuat dapat dilaksanakan (Idrus, 2018).
walaupun Kota Palembang ini metropolis ke Jadi sesuai undang–undang menurut
depannya mudah–mudahan tidak terjadi atau pendapat saya bila pernikahan dilakukan di bawah
menurun jumlahnya, karena rumpun Melayu umur 20 tahun berarti peran orang tua masih ada,
adalah orang yang taat pada ajaran Islam, dan perlu sebaiknya orang tua memberikan edukasi, karena
kepedulian dari semua pihak, orang tua, sekolah, dalam rencana suatu pernikahan peran orangtua
lingkungan dan para tokoh serta kebijakan sangat dominan, selain faktor jodoh dan keinginan
pimpinan daerah (misalnya film yang diputar di anak itu sendiri, jika orang tua telah memberikan
bioskop harus mengandung unsur pendidikan untuk edukasi pada anaknya, hingga anak dapat
remaja) (Abdulah, 2020). memutuskan untk menikah dengan usia yang
Ayik Ali Idrus menjelaskan bahwa seorang matang, tidak perlu izin orang tua lagi.
muslim hendaklah menikah setelah akil balig

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 27


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

Kebijakan Integral Usaha Pendewasaan Usia menolak seks bebas, narkoba, pernikahan dini
Pernikahan pada Remaja Etnis Melayu di Kota (Waleleng & Maitimo, 2018).
Palembang c. Fungsi cinta kasih: Semua anggota keluarga
Mempersiapkan pribadi yang dewasa sangat harus saling memberi dukungan, perhatian dan
diperlukan dalam membangun keluarga yang kasih sayang. Cinta untuk orang lain, terutama
harmonis dan sejahtera, terutama kehidupan terhadap lawan jenis, pasti ada batasnya. Perlu
keluarga yang matang dan mapan yang merupakan batasan untuk mengungkapkan cinta
dambaan setiap pasangan yang membina (Waleleng & Maitimo, 2018).
keluarganya. Dengan pembinaan nilai-nilai moral d. Fungsi Perlindungan: Keluarga merupakan
dan optimalisasi fungsi kekerabatan melalui fungsi tempat berlindung bagi setiap anggota
keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta, keluarga untuk memberikan rasa aman, tenang
fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi dan tentram. Sehingga jika ada masalah,
sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan anggota keluarga bisa saling mendukung untuk
fungsi bina lingkungan diharapkan dapat mencegah dicarikan solusinya. Remaja yang bermasalah
terjadinya pernikahan dini sebagaimana Peraturan
tidak mencari solusi kepada orang lain, yang
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun mungkin memberikan solusi yang salah
1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan (Waleleng & Maitimo, 2018).
Keluarga Sejahtera. Dengan penjelasan sebagai
berikut: e. Fungsi Reproduksi: Salah satu tujuan
pernikahan adalah untuk memiliki keturunan,
a. Fungsi Religi: Keluarga menjadi wadah bagi namun lebih aman melakukan pernikahan
anak untuk mengenal agamanya, di mana nilai- pada usia yang tepat, yaitu di atas 20 tahun
nilai takut akan Tuhan ditanamkan dan untuk wanita dan di atas 25 tahun untuk pria
dikembangkan yang akan mempengaruhi cara (Waleleng & Maitimo, 2018).
anak bergaul dengan teman-temannya,
terutama lawan jenis sehingga tidak terjadi. f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan: Orang tua
mengambil tindakan yang salah dalam memainkan peran penting dalam mendidik
interaksi sosial. Memupuk rasa takut akan remaja tentang risiko pergaulan bebas,
Tuhan harus ditanamkan sejak masa kanak- pernikahan dini dan penggunaan obat-obatan
kanak, agar ketika memasuki usia remaja ada terlarang. Penjelasan tentang fungsi organ
fondasi yang kuat saat bergaul (Waleleng & intim hingga alat kontrasepsi bukan lagi hal
Maitimo, 2018). yang tabu untuk dijelaskan. Penjelasan awal
dari orang tua sebaiknya dilakukan agar remaja
b. Fungsi Sosial Budaya: Sebagai makhluk
mendapatkan ilmu yang benar oleh orang yang
sosial, remaja membutuhkan orang lain untuk tepat (Waleleng & Maitimo, 2018).
berinteraksi, terutama dengan teman
sebayanya. Namun dalam mengembangkan g. Fungsi Ekonomi: Mengatur sumber
sifat sosial dengan orang lain harus ada batasan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan norma dan aturan ketimuran. keluarga. Faktor ekonomi menentukan
Ada batasan dalam bersosialisasi agar tidak keharmonisan keluarga. Pernikahan dini akan
terpengaruh oleh hal-hal negatif. Harus bisa menyebabkan pasangan belum siap secara
ekonomi sehingga kehidupan rumah tangga
28 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)
Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

masih bergantung pada orang lain dan rawan melibatkan berbagai disiplin ilmu serta kenyataan
konflik (Waleleng & Maitimo, 2018). di dalam masyarakat sehingga kebijakan hukum
yang digunakan tidak keluar dari konsep yang lebih
h. Fungsi Lingkungan: Remaja diarahkan untuk
luas yaitu kebijakan sosial. Kebijakan pengendalian
berperan menjaga kebersihan lingkungan
dalam usaha pendewasaan usia pernikahan pada
sekitarnya. Kebiasaan menjaga kebersihan
dasarnya merupakan bagian integral dari politik
lingkungan ini diharapkan sejalan dengan
sosial yang harus mengarah padatercapainya tujuan
kebiasaan menjaga kebersihan diri, terutama
kebijakan sosial yaitu “social welfare” atau untuk
kebersihan organ intim agar terhindar dari
mencapai keseimbangan (equality). Secara
penyakit (Waleleng & Maitimo, 2018).
sederhana tujuan kebijakan usaha pendewasaan
Peran keluarga sebagai unit terkecil dalam usia pernikahan itu sendiri adalah untuk menuju
masyarakat juga ditegaskan dalam RPJMN 2020- kesejahteraan masyarakat (Arief, 2011).
2024, bahwa ketahanan keluarga inilah yang Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.
memungkinkan terciptanya sumber daya manusia
Gambar 1. Kebijakan Pendewasaan Usia
yang berkualitas dan berdaya saing. Sejumlah
Pernikahan
lembaga seperti BKKBN, Kemdikbud,
Kementerian Kesehatan, dan KPPPA melalui
PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga)
memberikan pendidikan bagi keluarga dan orang
tua yang menjangkau masyarakat hingga ke tingkat
desa. Tantangan program yang ditujukan kepada
orang tua antara lain kurangnya partisipasi -
program bersifat sukarela - dan sulitnya
menjangkau orang tua yang bekerja secara intensif
di bidang tersebut. Oleh karena itu, salah satu
strategi bagi orang dewasa juga akan mencakup
penguatan kapasitas dan kesadaran orang dewasa
(orang tua, guru, dan masyarakat/guru agama/adat)
dalam berkomunikasi dengan remaja terkait
Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa
masalah pernikahan dan kesehatan reproduksi, serta
upaya pemerintah untuk mengurangi pernikahan
bersikap berani. Dengan tegas untuk mengingatkan
usia muda sangat ditentukan oleh penguatan
orang agar tidak menikah di usia muda.
kerjasama dengan lembaga legislatif, eksekutif, dan
Kebijakan pengendalian dan pencegahan yudikatif, serta melibatkan partisipasi masyarakat,
pernikahan usia dini adalah dalam rangka untuk media dan dunia usaha. Sinergi antar pemangku
mencapai tujuan akhir dari kebijakan itu kepentingan diharapkan dapat mengurangi praktik
sendiri,yaitu mencapai kesejahteraan bagi pernikahan secara lebih terstruktur, holistik, dan
masyarakat. Masalah kebijakan hukum pernikahan integratif di Indonesia.
tidak hanya sebatas membuat atau menciptakan
Pemerintah telah menyusun Strategi
suatu peraturan perundang-undangan, kebijakan
Nasional Pencegahan Pernikahan di Usia Muda
memerlukan pendekatan yang menyeluruh yang

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 29


Desliana, Duski Ibrahim, Muhammad Adil

yang dapat dijadikan acuan dalam upaya reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi,
percepatan Indonesia Layak Anak (IDOLA) tahun dan bina lingkungan diharapkan dapat mencegah
2020 dan Indonesia Emas tahun 2045, semua terjadinya pernikahan dini. Selanjutnya upaya
program terkait isu pencegahan anak. pernikahan pemerintah untuk mengurangi pernikahan usia
tersedia untuk kementerian lembaga yang muda sangat ditentukan oleh penguatan kerjasama
menargetkan intervensi kesehatan reproduksi, dengan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
remaja, keluarga, dan wanita. Dengan demikian, serta melibatkan partisipasi masyarakat, media dan
KPPPA, Kementerian Agama, BKKBN, dunia usaha secara terstruktur, holistik, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan integratif di Indonesia.
Kementerian Kesehatan menjadi lima
kementerian/lembaga utama yang memiliki Daftar Pustaka
program pencegahan pernikahan anak. Namun, Abdulah, M. A. (2020). Wawancara. Ketua FKUB
dalam strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Palembang.
(KIE) lima kementerian /lembaga terkait kesehatan Alif, M. (2020). Komunikasi antar budaya dalam
tata cara pernikahan adat Minangkabau di
reproduksi, keluarga, dan pernikahan anak, belum Kota Banjarbaru (Studi Kasus Tiga Pasangan
ada bukti yang cukup tentang adanya koordinasi Berbeda Etnis Antara Etnis Minangkabau
atau kolaborasi. dengan Etnis Banjar, dan Jawa). Meta
Communication Jurnal Ilmu Komunikasi.
Kesimpulan Arief, B. N. (2011). Bunga Rampai Kebijakan
Hukum Pidana. Kencana.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, Fahrizal, R. (2020). Wawancara. Tokoh Agama
fenomena pernikahan dini di Indonesia mengalami Kota Palembang.
Guilbert, N. (2013). Early marriage, women
peningkatan dari tahun ke tahun. Secara khusus di empowerment and child mortality: married
kota Palembang, di kecamatan Seberang Ulu I pada too young to be a good mother. Selected Paper
tahun 2018 terdapat 139 kasus dari 1160 Pasangan Presented in the DIAL Development
yang melakukan pernikahan, tahun 2018 terdapat Conference" Institutions and Development"
June 27th-28th.
197 kasus dari 1229 pasangan. Sedangkan di Hadjar, S. (2020). Wawancara. Kepala Dinas
kecamatan Ilir Timur II pada tahun 2017 terdapat PPPAPM Kota Palembang.
65 kasus dari 1092 pasangan, dan pada tahun 2018 Idrus, A. A. (2018). Wawancara. MUI Provinsi
terdapat 81 kasus dari 1111 pasangan, sedangkan di Sumatera Selatan.
Indonesia baik. (2020). Masih Banyak Wanita
kecamatan Sukarame pada tahun 2017 terdapat 83 Indonesia Nikah di Usia Dini.
kasus dari 1040 pasangan dan tahun 2018 terdapat Irfan. (2019). Wawancara. Bimas Kemenag Kota
83 kasus dari 1259 pasangan. Kedua, para tokoh Palembang.
masyarakat berpandangan bahwa pernikahan Iskandar, S. (2021). Wawancara. Tokoh
Masyarakat Palembang.
merupakan perintah Allah Swt. dan perintah Rasul. Jeki, S. (2018). NILAI FAEDAGOGI
Dalam Islam, batas usia diperbolehkannya menikah PERKAWINAN ETNIS MELAYU DI
tidak dijelaskan secara rinci tetapi Islam DESA SAKO KECAMATAN
menyaratkan adanya kesiapan fisik dan mental. RAMBUTAN KABUPATEN
BANYUASIN. Kalpataru: Jurnal Sejarah
Dan ketiga, dengan pembinaan nilai-nilai moral dan Dan Pembelajaran Sejarah, 2(1), 69–78.
optimalisasi fungsi kekerabatan melalui fungsi Kadarisman, Y., & Asmidar, A. (2015). Perubahan
keagamaan, sosial budaya, cinta, perlindungan, Tradisi Perkawinan Etnis Melayu di Desa
Bantayan Hilir Kecamatan Batu Hampar

30 Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021)


Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pernikahan Dini

Kabupaten Rokan Hilir. Riau University.


Kalsum, U. (2020). Wawancara. Pengurus Majelis
Taklim Alhidayah dan Tokoh Persis
Palembang.
Leny. (2020). Percepatan Pembahasan Tindak
Lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi Atas
Perubahan UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974. Seminar Nasional.
Malasari, Y., & Darmawan, C. (2017). Budaya
Adat Pengantin Melayu Riau Dalam
Pengembangan Budaya Kewarganegaraan.
HUMANIKA, 24(1), 11–23.
Pedia, W. (2019). Melayu Palembang.
9789067181, 14927036.
Rahmawati, D. (2020). Pernikahan anak di
Indonesia peringkat dua ASEAN. Lokadata.
Ramadhan, I., & Noor, A. S. (2015). Asimilasi
Perkawinan Arab-melayu Kampung Arab
Kelurahan dalam Bugis Pontianak. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa,
4(4).
Rifiani, D. (2011). Pernikahan Dini Dalam
Perspektif Hukum Islam. Journal de Jure,
3(2), 125–134. https://doi.org/10.18860/j-
fsh.v3i2.2144
Rospita. (2020). Wawancara. Korwil KB IT II.
Saifurrahman. (2020). Wawancara. Tokoh Agama
Kota Palembang.
Satriyandari, Y., & Utami, F. S. (2020). Pernikahan
Dini Usia Remaja. Universitas’ Aisyiyah
Yogyakarta.
Statistik, B. P., & UNICEF. (2016). Kemajuan yang
tertunda: analisis data perkawinan usia anak di
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Supriyadi, D. (2011). Fiqh Munakahat
Perbandingan (dari tekstualitas sampai
legislasi). Bandung: CV Pustaka Setia.
Triningsi, S. P. (2020). Wawancara. Korwil KB SU
I.
Waleleng, G. J., & Maitimo, B. I. (2018). FUNGSI
KELUARGA DALAM MENCEGAH
PERNIKAHAN USIA DINI SEBAGAI
UPAYA MENEKAN TINGKAT
FERTILITAS DI KOTA MANADO. Acta
Diurna Komunikasi, 7(4).
Wikiwand. (2020). Suku Palembang.
Yuhanis, S. (2020). Wawancara. Korwil KB IT II.

Intizar – Vol. 27 No. 1 (2021) 31

Anda mungkin juga menyukai