Anda di halaman 1dari 8

SOSIALISASI PENTINGNYA PEMAHAMAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR DI

ERA MODERNISASI BAGI REMAJA MASJID BAITULLAH, KECAMATAN


WONOKROMO SURABAYA

Syahla Martak, Edy Setiawan, Eliya Amirhotul Fauziah, dan Mifta Mardhiyyah Sari
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstrak: Kehidupan manusia selalu berputar, akan ada saatnya melangsungkan


pernikahan dan akhirnya memiliki keturunan. Pernikahan yang dilakukan atas saling cinta
dan menyayangi adalah salah satu sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. tetapi banyak
juga yang melakukan pernikahan yang belum pantas dan tidak sesuai dengan standar usia
negara, khususnya Indonesia. Di negara Indonesia sendiri sudah banyak orang melakukan
pernikahan tetapi banyak juga yang merasa tidak cocok dengan pasangan mereka. Pernikahan
tidak hanya sekedar menyatukan dua insan, lelaki dan perempuan, melainkan juga
menyatukan kedua keluarga dari masing-masing orang. Tidak mudah, untuk memulai
hubungan pernikahan, karena pasti banyak rintangan dan cobaan sebelum suatu hal yang
sakral dan suci ini dilaksanakan. Setiap daerah pasti memiliki adat istiadat dan tradisi sendiri
untuk melangsungkan hari bahagia ini. Terdapat adat jawa, sunda, betawi, dan lain
sebagainya. Disitulah letak keunikan pernikahan yang ada di Indonesia. Jenis penelitian yang
dilakukan yakni kualitatif deskriptif. Sasarannya adalah remaja-remaja Masjid Baitullah
yakni Perintis Raya Surabaya yang rata-rata usianya 14-16 tahun, jumlah informannya
sebanyak 16 orang. Teknik pengumpulan data yang di gunakan yaitu observasi, diskusi,
dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif tipe deskriptif melalui tiga tahap yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
salah satu bentuk pemahaman dari adanya pernikahan di bawah umur, karena banyaknya
dampak negatif dari pernikahan yang dilakukan di bawah umur. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah dengan memberikan sosialisasi, setidaknya sudah ada pencegahan dan pemahaman
kepada anak-anak di bawah umur bahwa di Indonesia usia legal untuk menikah adalah 19
tahun.
Kata Kunci: Pernikahan, Di Bawah Umur, Modernisasi, Remaja
Pendahuluan
Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang ingin
diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah

1
tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan
bahwa perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu
saja. Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang
pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota.
Usia perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian
karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi
suami-istri. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No.
I tahun 74, yaitu perkawian hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita sudak mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak
kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur, padahal perkawianan yang
sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental untuk bisa
mewujudkan garapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.
Pembaruan selanjutnya yang terdapat dalam KHI dapat dilihat pada ketentuan usia
minimal yang diperbolehkan kawin, yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi
wanita(Pasal 15 ayat (1) KHI) serta kedua calon mempelai yang belum mencapai umur 21
tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua masing-masing karena dianggap belum
mandiri secara hukum (Pasal 15 ayat (2) KHI). Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan bila
pria mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16
(enam belas) Tahun”. Adapun perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada
Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa ”Perkawinan hanya dapat diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun.Para ulama fiqh tidak menentukan
batas usia minimal bagi sah dan dapat dilangsungkannya perkawinan. Mereka juga tidak
mensyaratkan dewasa (baligh) sebagai syarat sah dan dapat dilangsungkannya perkawinan.
Bahkan, mereka memandang bahwa nikahnya anak perempuan yang masih kecil dengan anak
laki-laki yang masih kecil adalah sah. Pembatasan umur pernikahan dalam KHI dimaksudkan
agar tujuan dari pernikahan dapat tercapai. Selain itu, hal yang belum dibahas dalam kitab
fiqh klasik adalah ketentuan mengenai status anak yang lahir dari rahim istrinya, tetapi hasil
dari pembuahan di luar rahim melalui proses.
Peranan orang tua sangat besar artinya bagi psikologis anak-anaknya. Mengingat
keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga dengan
dewasa maka pola asuh anak dalam perlu disebar luaskan pada setiap keluarga.
Metode

2
Jenis penelitian yang dilakukan yakni kualitatif deskriptif. Sasarannya adalah remaja-
remaja yang rata-rata usianya 14-16 tahun, jumlah informannya sebanyak 16 orang. Teknik
pengumpulan data yang di gunakan yaitu observasi, diskusi, dokumentasi. Teknik analisis
data kualitatif tipe deskriptif melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Kegiatan yang dilakukan kami ialah menggunakan metode dalam bentuk sosialisasi
melalui diskusi dan tanya jawab tentang pentingnya pernikahan di bawah umur yang sasaran
dari kegiatan kami tersebut ialah remaja masjid Baitullah kecamatan wonokromo, Surabaya
pada hari sabtu pada tanggal 24 Juni 2023, dan pada saat itu juga para remaja juga ada
kegiatan rutin mengaji bersama dengan ustadznya. Adapun tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut selama satu hari. Pertama, mengumpulkan beberapa remaja
masjid Baitullah. Kemudian setelah beberapa berkumpul remaja masjid Baitullah yang terdiri
dari beberapa laki laki dan juga perempuan, selanjutnya kami memulai kegiatan
sosialisasinya dengan diskusi terlebih dahulu dimana kami selaku yang melakukan kegiatan
tersebut memaparkan beberapa power point terlebih dahulu sebagai bahan diskusi yang
nantinya juga akan ada tanya jawab antara remaja masjid Baitullah dengan kita selaku yang
memiliki kegiatan tersebut. Setelah diskusi dilakukan kemudian kita melangsungkan tanya
jawab kepada para remaja tersebut setelah sebelumnya dilakukan diskusi. Setelah
berlangsungnya sesi diskusi kemudian kita menutup dan mengakhirinya dengan kesimpulan
dari beberapa pertanyaan yang telah diajukan oleh para remaja masjid dan juga foto bersama
sebagai bukti dari adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh kita selaku yang
melakukan kegiatan.
Hasil
Setelah kami mengetahui permasalahan atau kasus yang sedang terjadi disana, kami
melakukan kegiatan sosialisasi kepada remaja masjid di Masjid Baitullah yang berlokasi di Jl.
Peristis Raya No.12 Surabaya pada hari Sabtu tanggal 24 Juni 2003 dengan memberikan
sebuah arahan kepada mereka terkait pentingnya pengetahuan pernikahan dibawah umur
yang sedang marak terjadi di Indonesia kini. Mulai dari ba`da magrib hingga isya` dengan
waktu kurang lebih 60 menit, kami bercengkerama kepada remaja masjid tersebut untuk
berkonsultasi terkait permasalahan pernikahan dini yang sedang terjadi di lingkungan mereka
maupun tidak.
Menggunakan model pembicaraan yang santai dan juga pemaparan materi
menggunakan Power Point kepada 16 remaja masjid tersebut, membuat mereka lebih aktif
dan tertarik kepada topik permasalahan yang sedang kami bahas bersama. Terkait

3
permasalahan yang dibahas, kami juga memberikan sebuah pengetahuan terkait batasan umur
yang lazim untuk seseorang melakukan pernikahan yang sah. Oleh maka dari itu, kami
memperkenalkan kepada mereka tentang UU No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas UU
No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yakni “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 (Sembilan Belas) tahun.”.
Melihat dari UU No. 16 Tahun 2019 tersebut, kami mengajak para remaja masjid
Baitullah untuk membahas pernikahan yang terjadi apabila dilakukan oleh remaja yang masih
di bawah umur, dan hasil nya adalah banyak di lingkungan mereka yakni di daerah Perintis
Raya, Surabaya tersebut yang melakukan pernikahan dibawah umur. Alasan dibalik
terjadinya hal tersebut didasari oleh berbagai faktor, yakni seperti faktor budaya, ekonomi,
kemaslahatan, ataupun kecelakaan. Sehingga, kami menemukan sebuah faktor dimana
pernikahan dini di daerah tersebut sangat marak terjadi yakni karena kecelakaan (Hamil di
luar nikah) dan juga karena faktor sosial budaya (Perjodohan).
Oleh maka dari itu menanggapi permasalahan pernikahan dibawah umur yang marak
terjadi di daerah Masjid Baitullah yakni Perintis Raya Surabaya, kami memberikan sosialisasi
juga kepada mereka tentang pencegahan dan dampak akibat terjadinya pernikahan dibawah
umur. Menggunakan pembicaraan yang to the point kepada mereka terkait pencegahan agar
tidak terjadi sebuah kecelakaan (Kehamilan diluar nikah) yang mana menyebabkan sebuah
pernikahan dibawah umur tersebut, kami membahas yakni pencegahan yang pertama adalah
tentang pergaulan. Karena pergaulan adalah salah satu kunci dari seorang anak untuk
menentukan tindak perilaku sehari-hari nya. Seperti yang sudah di riwayatkan pada satu
hadis:

‫َأح ُد ُك ْم َم ْن خُيَالِ ْل‬ ِِ ِ ِ ِ


َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال الْ َم ْرءُ َعلَى دي ِن َخليله َف ْلَيْنظُْر‬
َ ِّ ‫َع ْن َأيِب ُهَرْيَرَة َع ْن النَّيِب‬
(‫)رواه أمحد‬
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Seseorang
tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat
siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. Ahmad (no.8065), at-Tirmidzi (no.2387),
ia berkata : Hadits ini Hasan Shahih. Dan Abu Dawud (no.4833), Syaikh al-Albani berkata :
Hasan).
Pencegahan yang kedua adalah tentang pendidikan. Kami memberikan sebuah
penalaran kecil terkait pernikahan dini di era modernisasi kini, yakni pentingnya peran
pendidikan yang dapat memperbaiki mindset (polah pikir) terhadap para remaja di seluruh
Indonesia terlebih lagi remja Masjid Baitullah. Karena jika remaja telah memahami

4
pernikahan dini memiliki sisi negatif lebih banyak daripada positifnya maka, mungkin ia
tidak akan melakukan pernikahan dini tersebut. Sebaliknya, apabila seorang remaja tersebut
tidak menerima pendidikan yang baik dan juga memiliki sebuah pergaulan yang bebas maka,
risiko terjadinya pernikahan dini sangat luas.
Setelah memberikan sebuah sosialisasi terkait pencegahan pernikahan dibawah umur,
kami juga memberikan sebuah contoh dampak yang terjadi apabila hal tersebut dilakukan.
Yakni seperti gangguan kesehatan, pernikahan tidak harmonis, pemicu KDRT (Kekerasan
Dalam Rumah Tangga) lebih besar, kemiskina, dan juga apabila terjadi kecelakaan (hamil
diluar nikah) maka bayi beresiko stunting hingga meninggal.
Pernikahan memang bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam penerapannya, tentu saja
pernikahan bukanlah jenis hubungan yang kompleks. Ada berbagai keterkaitan dan sebab
akibat yang ditimbulkan oleh sebuah pernikahan. Belum lagi, dengan peralihan status dari
seorang gadis biasa menjadi seorang isteri, maka akan timbul suatu tanggung jawab baru.
Pernikahan tidak selamanya indah seperti pada novel atau kisah drama. Apalagi bagi seorang
wanita, dengan memutuskan menikah, maka ia menyerahkan seluruh kehidupannya pada
suami nya. Karena dalam agama islam, seorang isteri harus menaati segala macam ketentuan
suami. Tidak boleh melanggar peraturan dari suami, kecuali bila apa yang diperintahkan oleh
suami, bersifat melanggar perintah allah. Maka dengan demikian, tentu saja kehidupan pada
saat pasca pernikahan seorang isteri berkewajiban mematuhi suami nya. Namun, dibalik
semua kesulitan, pernikahan adalah sebuah gerbang jebaikan. Dengan pernikahan, seseorang
akan mendapatkan banyak barokah. Karena inti dari pernikahan sendiri adalah untuk
menyempurnakan agama.
Namun, Dengan adanya pengaruh arus globalisasi, budaya berpacaran tanpa adanya
menikah perlahan masuk, menjadi sebuah kebiasaan baru. Hal ini, kemudian menjadi sebuah
trend center tersendiri bagi, remaja Indonesia. Masalahnya, sebuah dalil yang shohih
menyatakan bahwa; diantara dua orang laki-laki dan perempuan yang tengah berduaan maka
yang ketiga nya adalah syaitan. Pada kenyataan nya, jika menilik langsung kehidupan sehari-
hari maka, banyak kita temukan gaya berpacaran remaja zaman sekarang yang sangat tidak
sehat. Adanya kecenderungan perilaku yang menggunakan bahasa tubuh untuk
mengungkapkan perasaan, menjadikan seseorang, kemudian mulai mencoba untuk
mengekspresikan perasaan nya melalui bahasa tubuh. Di sinilah, eksistensi setan dalam
menggoda manusia, mulai berperan. Maka, tidak dapat di ayal lagi, fenomena anak yang lahir
diluar nikah, mulai banyak ditemukan di masyarakat. Memang memiliki nafsu adaalh sebuah

5
hal yang wajar, akan tetapi hendaknya seoarng manusia mengendalikan hawa nafsunya. Atau,
paling tidak dapat menimalisir terjadinya oerbuatan zina.
Wacana soal pernikahan dini, memang banyak menimbulkan pro kontra. Dalam sebuah
pernikahan dini, wanita dianggap tidak lagi bebas. Angan dan cita-cita nya, harus pupus
seiring dengan adanya pernikahan. Belum lagi, soal kematangan usia. Dengan kondisi usai
yang beia, pernikahan dini seringkali dikhawatirkan malah menjadi sebuah permasalahan
tersendiri bagi kedua pasangan suami isteri. Maka, dengan begitu, tidak jarang adanya KDRT
yang terjadi. Kurangnya kecakapan dalam hal mengurus anak, juga menjadi sebuah
permasalahan tersendiri. Dengan demikian, pernikahan dini, kadang menjadi sebuah momok
terseram, bagi sebagian kalangan. Tidak jarang, beberapa masyarakat usia cukup, bahkan
tidak melakukan pernikahan. Mereka memilih untuk hidup bebas dengan gaya berpacaran
tidak karuan. Sebab, pada kenyataannya, pernikahan kadang membawa sebuah presepsi
kelam.
Banyak sekali, contoh pernikahan gagal yang berujung diruang sidang. Adanya
kebolehan untuk melakukan cerai, membuat sebagian pasangan memilih untuk mengakhiri
ikatan, ketimbang malah hidup sengsara tidak bahagia. Yang demikian ini juga, membuat
masyarakat semakin takut dalam menghadapi pernikahan. Belum lagi, soal tuntutan memiliki
momongan pada kaum hawa, seakan-akan, jika tidak segera mengandung, maka sama halnya
dengan mandul. Praktik para mertua yang seringkali semena-mena, juga menjadi bayang-
bayang lainnya.
Namun, dengan melakukan pernikahan dini, seseorang akan terhindar dari segala
macam pintu zina. Sebab, pada keduanya telah terjadi ijab sah, yang menjadikan sebab, halal
diri masing-masing kepada pasangan nya. Apalagi dengan melakukan pernikahan dini, segala
hal yang mulanya haram, menjadi halal bahkan berpahala. Jika dipandang, melalui prepektif
agama, pernikahan dini, memanglah sesuatu yang baik. Bahkan, dalam agama islam,
dianjurkan untuk menyegarkan pernikahan, karena pernikahan sendiri adalah sebuah upaya
untuk menyempurnakan agama.
Diskusi
Dalam kegiatan yang diadakan untuk anak remaja masjid baitullah Surabaya, topik
yang diangkat adalah tentang pentingnya penjelasan dan pemahaman tentang pernikahan di
bawah umur di era modernisasi bagi remaja masjid baitullah. Salah satu strategi yang
digunakan adalah dengan sosialisasi dan berdiskusi tentang apa itu pernikahan di bawah
umur, dampak positif dan negatif dari pernikahan di bawah umur, bahkan termasuk
berdiskusi tentang betapa pentingnya untuk menikah dicukup umur atau cakap hukum. Dalam

6
diskusi yang dilakukan banyak sekali pemahaman atau penjelasan yang belum mereka
ketahui bahkan melenceng tentang konsep pernikahan di bawah umur yang akan kita bahas,
seperti yang dikatakan oleh mereka bahwa menikah di bawah umur itu hanya karna
terjadinya hamil diluar nikah atau kata mereka anak haram karna lahir diluar pernikahan,
bahkan ada yang bilang menikah di bawah umur karna biar bisa enak-enak atau romantis-
romantisan dengan suami yang sangat dicinta tanpa tau konsekuensi dibelakangnya. Jadi
akhirnya kita mulai menilai dan meneliti serta meluruskan tentang pemahaman bahkan
menjelaskan secara lebih rinci kembali agar nantinya tidak terjadi salah pemahaman dan
salah penjelasan dari mulut ke mulut tentang apa itu pernikahan di usia muda atau sering
disebut dengan pernikahan dini.
Kita juga memotivasi mereka untuk belajar hingga bisa menggapai cita-cita mereka
setinggi apapun itu mimpi mereka harus diraih supaya nyaman dan mampu bahkan mapan
dikemudian hari untuk siap dengan kata membina rumah tangga. Jika ingin menikah juga
harus siap dengan segalanya, dengan segala rintangan yang ada di dalam rumah tangga, karna
jika kita sudah berumah tangga itu bukan hanya senang-senang saja yang didalamnya pasti
ada suka maupun dukanya makannya harus matang tentang kesiapan secara mental maupun
psikisnya bahkan kesiapan tentang finansial juga, karna banyak anak menikah di usia muda
tetapi finansialnya belum cukup untuk menghidupi keluarganya akhirnya banyak
pertengkaran bahkan sampai kekerasan fisik sehingga berakhir kepada perceraian, lalu kita
juga membahas tentang dampak positif dan negatif jika menikah di bawah umur walaupun
kita juga sudah memberitahu dan menjelaskan dengan secara rinci bahwasannya menikah
dibawah umur itu terlalu banyak sisi negatifnya. Sampailah disesi tanya jawab dan mereka
bertanya:
Apa saja sih dampak positif dari pernikahan di bawah umur? Dampak positif dari
pernikahan dini adalah menghindari zina, menghindari kecelakaan yang tak terduga seperti
hamil diluar nikah. Lalu kembali ada yang bertanya, apa yang menjadikan pernikahan
dini tersebut dilaksanakan atau bahkan masih dilakukan hingga saat ini dimana zaman
yang sudah semakin maju? yang mempengaruhi masih sering terjadinya pernikahan dini
adalah salah satunya menjaga hubungan baik antar relasi bisnis atau menjaga marga supaya
tidak terputus, seperti yang dilakukan oleh para syarifah dan sayid bahkan para habaib. Lalu
pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dimaksud dengan bayi stunting dan mengapa itu
bisa terjadi? Pengaruh bayi stunting itu banyak salah satunya adalah kekurangan gizi
selama didalam kandungan si ibu atau tidak cukupya gizi yang dikonsumsi oleh si ibu, lalu
bayi stunting itu bayi yang tumbuh kembangnya terlambat, seperti terlambat berbicara,

7
terlambat berjalan dan sebagainya. Dan pertanyaan atau diskusi terakhir ini ditutup dengan
pertanyaan yang cukup menakjubkan yakni apa arti dari preeklamsia dan mengapa itu bisa
terjadi lalu jika itu terjadi apa yang akan dialami oleh si ibu dan si bayi? Preeklamsia
sendiri bisa terjadi karna banyaknya pikiran si ibu dan itu membuat menaiknya tekanan
darah si ibu dan bisa merembet kemana-mana jika sudah terjadi preeklamsia dan jika
sampai salah menangani bisa membuat si ibu dan si bayi tidak selamat atau meninggal
keduanya, karna sejatinya ibu hamil itu tidak boleh terlalu banyak fikiran supaya tidak
terjadi preeklamsia tersebut.
Dengan pertanyaan yang diskusikan diatas kurang lebih anak remaja masjid baitullah
jadi tau dan paham sesuai dengan pemahaman yang benar dan yang berlandaskan hukum di
Indonesia yang mana itu harus cakap hukum terlebih dulu jika ingin menikah dan dengan
syariat islam sendiri, agar tidak terjadi buntut yang jelek dikalangan remaja sekarang yang
lebih suka dengar atau menguping dari orang-orang atau dari ibu-ibu yang suka bergosip
sana-sini tanpa tau dengan jelas pemahaman yang sebenarnya bagaimana dan mengapa.
Kesimpulan
Kegiatan sosialisasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa masih banyak remaja-remaja yang
tidak memikirkan dan tidak cukup mengetahui bahwa menikah di bawah umur
tanggungannya, keadaan reproduksi dan lain sebagainya akan sangat mempengaruh dalam
kehidupan berumah tangga. Dengan memberikan sosialisasi, setidaknya sudah ada
pencegahan dan pemahaman kepada anak-anak di bawah umur bahwa di Indonesia usia legal
untuk menikah adalah 19 tahun. Secara agama, memang diperbolehkan untuk menikah di
bawah umur jika sekiranya ia tidak mampu menahan hawa nafsunya dan dikhawatirkan untuk
melakukan perzinaan, tetapi ia juga harus sudah siap secara fisik, mental, finansial, dan
sebagainya. Serta memiliki rasa tanggung jawab secara penuh dan utuh terhadap keluarga
kecilnya kelak. Jika memang mampu menahan nafsunya dari perbuatan zina, maka tidak
perlu tergesa-gesa untuk menikah, tunggulah waktu atau umur yang sekiranya cukup dan
mapan untuk menikah. Tetapi, di dalam negara Indonesia sudah ditetapkan UU Perkawinan
tersebut dan kita sebagai warga negara harus menaati aturan yang berada dalam suatu negara.
Terakhir, semua kembali kepada masing-masing orang atau keluarga kita hanya bisa
mengedukasi tetapi tidak dengan paksaan.

Anda mungkin juga menyukai