Anda di halaman 1dari 41

DAMPAK DARI MARAKNYA PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP

EKONOMI KELUARGA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG


EKONOMI ISLAM ( STUDI PADA PASANGAN KELUARGA MUDA DI
SENYERANG, JAMBI)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Metedologi Penelitian Jurusan Ekonomi Islam Pada Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN STS JAMBI

DISUSUSUN OLEH :
Amirul (501210050)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk diciptakan berpasang pasangan untuk saling menyayangi dan
mengasihi. Ungkapan ini menunjukkan bahwa hal ini akan terjadi dengan baik
melalui hubungan pernikahan, dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah,
mawadah, dan rahmah. Untuk membentuk suatu keluarga harus dipersiapkan
dengan matang antara dua belah pihak, baik dari pihak laki-laki dan perempuan.1
Pernikahan dini merupakan pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun
yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga
merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia muda).
Dikalangan remaja pernikahan dini dianggap sebagai jalan keluar untuk
menghindari dosa yaitu seks bebas. Ada juga yang melakukannya karena terpaksa
dan hamil diluar nikah. Fenomena tersebut sering kita dengar di masyarakat, namun
bukan kah pernikahan itu tidak hanya sekedar ijab qabul dan menghalalkan yang
haram. Melainkan kesiapan moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi
apapun kepada pasangan tercinta.
Pernikahan usia dini juga merupakan pernikahan anak yang selama ini terjadi
tidak sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan oleh UU di Indonosia ini.
Pernikahan usia dini hal yang sudah biasa terjadi, bahkan kebanyakan dari orang
tua mereka menginginkan putra putri mereka untuk segera menikah di usia yang
masih muda. Meskipun usia remaja yang masih dini untuk menikah tidak menjadi
permasalahan bagi keluarga, karena budaya masyarakat yang menerima pernikahan
usia dini. Dari penelitian yang saya lakukan, terdapat sebuah upaya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap maraknya pernikahan usia dini yang

1
Shufiyah, F. (2018). Pernikahan Dini Menurut Hadis dan Dampaknya. Jurnal Living
Hadis, 3(1), 47-70.

2
terjadi di perdesaan yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang dampak
pernikahan usia dini
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang pengertian
perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan), yang mengatur segala sesuatu
berkaitan dengan pelaksanaan perkawinan memberikan pengertian tentang
perkawinan yaitu: Ikatan lahir batin antara laki-laki dengan perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan sudah menjadi tradisi
dan budaya yang sudah tak dapat lagi dianut masyarakat yang bersangkutan. Di
Indonesia perbedaan suku bangsa, budaya dan kewarganegaraan antara laki-laki
dan perempuan yang melangsungkan perkawinan bukanlah masalah.
Persyaratan untuk menikah diatur dalam Undang-Undang Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1), perkawinan hanya diizinkan apabila pria
dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun, apabila belum
mencukupi maka harus ada surat izin dari orang tua. Dalam Undang-undang
Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 juga disebutkan bahwa perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun. Namun, dalam pandangan hukum Indonesia, kisaranusia 20-25 tahun bagi
wanita tidak masuk dalam lingkup usia dini untuk menikah.2
Menurut ilmu kedokteran usia matang seseorang jika sudah mencapai usia 20
bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki (tinjauan psikologi dan biologi).
Organ reproduksi sudah berkembang dengan sempurna sehingga bisa menekan
tingkat kegagalan dalam menjalani biduk rumah tangga.3
Salah satu masalah kependudukan saat ini adalah maraknya pernikahan usia
muda, namum tidak diikuti dengan persiapan mental yang memadai. Akibatnya

2
Kahfi, R. A. (2023). Tinjauan Pernikahan Dini Menurut Undang-Undang Perkawinan Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga. Jurnal Hukum dan HAM Wara Sains, 2(01), 67-79.
3
Kunratih, R. (2019). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Keberlangsungan Rumah Tangga (Studi
Kasus di Kecamatan Gemawang). Jurnal Ilmiah Citra Ilmu: Kajian Kebudayaan dan
Keislaman, 15(30), 11-26.

3
terjadi fenomena meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran
untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri.
Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung jawab.
Adapun tujuan dari perkawinan yang lain adalah untuk memperoleh keturunan yang
baik. Dalam literature yang menjelaskan remaja secara psikologis, mendefenisikan
remaja sebagai anak yang pada masa peralihan dari masa anakanak menuju usia
dewasa pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam
segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dari segi bentuk badan, sikap, pola berfikir,
dan bertindak mereka bukan lagi anak-anak. Laju perkawinan usia dini harus
ditekan karena dapat mengakibatkan permasalahan lebih komploks mulai dari
masalah sosial, ekonomi, kesehatan dan masalah lainnya.
Berdasarkan dalam kehidupan ekonomi masyarakat saat ini, bisa dikatakan
bahwa kita berada di zaman modern dimana pengetahuan berkembang begitu pesat.
Di zaman modern ini, kita tetap perlu mengubah pola fikir sebagian masyarakat
yang masih berpedoman pada nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Berbicara masalah pernikahan di usia dini, secara otomatis timbul berbagai
asumsi yang cenderung berupa pandangan negatif, tidak terlepas dari maraknya tren
pernikahan di usia dini yang dengan perceraian. Hal tersebut mengesankan semakin
berkurangnya nilai kesakralan perkawinan. Akan tetapi faktanya dalam kehidupan
masyarakatnya melakukan pernikahan usia dini.4
Sedangkan pernikahan dalam islam adalah suatu ikatan suci antara laki-laki
dan perempuan untuk hidup bersama membangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan warahmah agar bisa mempertahankan hidup serta memperoleh
keturunan sesuai tuntutan syariah. Islam tidak melarang adanya pernikahan dini
namun bukan berarti bahwa Islam membuka jalan selebar-lebarnya dan

4
Prijanto, T. (2021). Tinjauan Dan Pandangan Hukum Terhadap Perkawinan Yang Tidak
Tercatat Pemerintah Serta Dampaknya Secara Ekonomi. Jurnal Ilmiah
Edunomika, 5(02), 702-708.

4
membolehkan umatnya melakukan pernikahan dini. Beberapa faktor penyebab
terjadinya pernikahan usia dini yang biasa ditemui di masyarakat yaitu :
1. Faktor Ekonomi
Pernikahan usia dini bisa terjadi pada keluarga yang dianggap kurang
mampu, sehingga untuk meringankan beban orangtuanya dinikahkanlah anak
perempuannya dengan laki-laki yang dianggap mampu dari segi ekonomi agar
bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Faktor Pendidikan
Penyebab dari kecenderungan menikahkan anak yang belum cukup umur
adalah tingkat pendidikan yang rendah serta pengetahuan orangtua, anak serta
masyarakat
3. Faktor Pekerjaan
Apabila seseorang tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan maka
cenderung untuk mengambil keputusan untuk menikah muda, agar tidak
menjadi beban keluarga.
4. Faktor Daerah
Tempat Tinggal Tempat tinggal merupakan faktor yang bisa
mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk menikah muda.
Khusunya mereka yang bertempat tinggal di pedesaan cenderung memiliki
pengetahuan yang sempit.
5. Faktor media massa dan Internet
Disadari atau tidak, anak zaman sekarang sangat mudah mengakses
segala sesuatu yang berhubungan dengan seks dan semacamnya.
6. Faktor Hamil Diluar Nikah
Hamil diluar nikah bukan hanya kecelakaan, tapi bisa juga karena
diperkosa sehingga terjadilah hamil diluar nikah. Orang tua yang

5
dihadapkan pada situasi tersebut pastilahakan menikahkan anak
gadisnya.5
Islam memang tidak melarang umatnya untuk melaksanakan pernikahan
umur dini, akan tetapi bukan berarti kalau Islam membuka jalur selebar-lebarnya
untuk melaksanakan perkawinan serta mengizinkan umatnya melaksanakan
perkawinan semaunya kapan dan dimana saja. Islam memberi batasan- batasan
khusus dimana antara calon suami serta istri dibolehkan melaksanakan perkawinan
ketika calon suami serta istri telah baligh. Supaya tujuan perkawinan bisa berhasil
ialah untuk memperoleh keturunan yang legal, menghindari terbentuknya maksiat
bisa membina rumah tangga yang rukun, serta menempuh kehidupan bersama
dengan rasa tentram serta kasi cinta.6

Hal ini searah dengan Firman Allah SWT dalam Qur’an ar- Ruum (30) ayat
21:

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.”

5
Yuva, S. P. (2023). Faktor–Faktor yang Menyebabkan Pernikahan Dini pada Remaja di Nagari
Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 7(2), 4654-4662.

6
Setiawan, H. (2020). Pernikahan Usia Dini Menurut Pandangan Hukum Islam. Borneo. Journal
Of Islamic Studies, 3(2), 59-74.

6
Adapun Penentuan batas minimum usia pernikahan dapat berpengaruh pada
kualitas berrumah tangga. Kehiudpan rumah tangga yang damai, tentram
merupakan dambaan bagi setiap orang. Setiap orang yang akan melakukan
perkawinan berangan-angan kalau keluarga ialah surga dunia yang bisa
mendinginkan batin, tidak hanya itu dalam perkawinan ada akad yang begitu suci.
Untuk pria bukan hanya psikologis yang wajib di persiapkan, tetapi juga raga.
Maksudnya seseorang pria wajib lebih sedia dibandingkan wanita, sebab pria
dituntut buat memenuhi keinginan istri serta anak-anaknya, baik dari segi sandang,
pangan, kediaman serta jadi penjaga keluarga. Alangkah besarnya tanggung jawab
rumah tangga, hingga suami istri butuh kedewasan dalam berkeluarga baik raga
ataupun pisikis. Kasus rumah tangga tidak akan bisa diatasi hanya dengan angan-
angan tetapi juga perlu kedewasaan.
Dari permasalahan yang dipaparkan diatas menjadi dasar penulis untuk
mengangkat judul berikut sebagai bahan penelitian “Dampak Dari Maraknya
Pernikahan Usia Dini Terhadap Ekonomi Keluarga Ditinjau Dari Sudut
Pandang Ekonomi Islam (Studi Pada Pasangan Keluarga Muda Di Desa.Sungai
Landak, Jambi)”7
B. Identifikas Masalah
Dari beberapa uraian pada latar belakang diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. pernikahan dini: Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan
cenderung menikahkan anaknya pada usia muda untuk melakukan
pernikahan dini.
2. Pengaruh pada remaja: Pernikahan dini dapat mempengaruhi remaja anak,
terutama bagi anak perempuan, yang menjadi korban dalam sebuah
pernikahan dini.

7
Tarigan, R. A. (2023). FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA DINI
PEREMPUAN PADA MASYARAKAT HINTERLAND DI KOTA BATAM. JUBIDA-
Jurnal Kebidanan, 2(1), 1-10.

7
3. Timbulnya kecemasan dan stres: Pernikahan dini juga dapat menyebabkan
kecemasan dan stres pada remaja, yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental dan emosional mereka.
4. Pengaruh pada kehidupan sosial: Pernikahan dini dapat menyebabkan
pergeseran sosial terhadap institusi pernikahan, sehingga mengakibatkan
menikah menjadi pilihan hidup pribadi individu.
5. Pengaruh pada pendidikan: Pernikahan dini juga dapat mempengaruhi
pendidikan anak, karena anak yang menikah dini mungkin tidak
mendapatkan peluang untuk melengkapi pendidikan mereka.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak meluas dari pembahasan yang
dimaksudkan, maka penelitian ini membataskan ruang lingkup penelitian kepada
dampak dari pernikahan usia dini bagi ekonomi keluarga.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
a. Apa yang menyebakan terjadinya Pernikahan Usia Dini di Desa
Je‟nemadinging Kabupaten Gowa?
b. Bagaimana dampak ekonomi dalam prespektif islam Pernikahan Usia Dini
di Desa Je‟nemadinging Kabupaten Gowa?

E. Tujuan Penelitian
Dalam setiap kegiatan yang di lakukan oleh manusia mengacu kepada tujuan,
Sebab akan menjadi sia-sia sebuah kegiatan yang di lakukan tanpa tujuan. Oleh
karena itu, yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah :

a. Mengatehui apa yang menjadi sebab pernikahan usia dini di kec. Senyerang
Jambi
b. Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi Pernikahan Usia Dini di Kec.
Senyerang, Jambi

8
F. Keguanaan Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi dan gagasan
yang bisa memberi wawasan dalam meningkatkan pengetahuan terutama
pada bidang Ekonomi Islam tentang pernikahan usia dini di tinjau dari sudut
pandang ekonomi. Penelitian ini juga diharapakan dapat bermanfaat bagi
peneliti-peneliti selanjutnya dengan topik serupa baik yang bersifat
melengkapi ataupun lanjutan.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir skripsi
sebagai persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penelitian ini juga
dapat menambah pengetahuan khususnya menyangkut Pernikahan usia
dini di tinjau dari sudut pandang ekonomi.
2) Bagi Masyarakat
Manfaat yang diperoleh masyarakat dengan adanya penelitian ini,
agar mampu memberi wawasan kepada masyarakat mengenai UU
pernikahan, sehingga pernikahan nantinya bisa sesuai dengan UU No. 1
tahun 1974.

9
BAB 11
TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori
a. Pengertian pernikahan dini
Pernikahan dini merupakan berasal dari kata “kawin” yang menurut Bahasa
berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin
atau persetubuhan. Berasal dari kata an -nikah yang menurut Bahasa berarti
mengumpulkan, saling memasukkan, dan wathi bersetubuh. Perkawinan
merupakan “satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik
manusia, maupun tumbuhan”
Adapun menurut pasal Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki- laki
dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.8
Sedangkan pernikahan dini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pagi sekali (mengawinkan anak dibawah umur). Pernikahan dini adalah
pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang masih berusia di bawah umur
sesuai dengan undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan
bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19
(Sembilan belas) tahun dan pihak perempuan seudah mencapai umur 16 (enam
belas) tahun.
Jadi dapat kita disimpulkan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilkukan oleh mereka yang masih di bawah umur seusai dengan ketetapanP
Undang-undang.

8
Salmah, Syarifah. "Pernikahan dini ditinjau dari sudut pandang sosial dan pendidikan." Al-Hiwar:
Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah 4.1 (2017).

10
Dilihat dari sudut pandang ekonomi juga ikut mempengaruhi dari
perkawinan dini ini, mereka yang mengawinkan anaknya di usia dini
menganggap bahwa anak merupakan beban bagi ekonomi keluarga mereka
ketika sudah beranjak dewasa, kewajiban keluarga untuk menyekolahkan
mereka, membuat beban ekonomi semakin bertambah, sehingga jalan satu-
satunya adalah dengan mengawinkan anak mereka dengan pria yang sudah
memiliki kemampuan ekonomi sehingga beban keluarga menjadi berkurang,
Karena anaknya sudah menjadi tanggung jawab laki-laki yang menikahinya.9
Pernikahan dini menurut hukum Islam, Islam telah memerintahkan bahkan
menganjurkan kaum muslimin untuk melangsungkan pernikahan. Namum
dalam Islam tidak ada batasan usia dimana seseorang harus menikah, tetapi
yang ditentukan adalah kesiapan dalam membina rumah tangga, kesiapan disini
dibidang ilmu,metal, dan ekonomi. Perkawinan dini dalam fiqih disebut nikah
ash shaghir/shaghirah secara literature berarti kecil. Akan tetapi yang dimaksud
dengan shaghir adalah laki-laki atau perempuan yang belum baliq.
Hukum umum tersebut yang terpenting adalah kewajiban memenuhi syarat-
syarat sebagai persiapan sebuah pernikahan.
Kesiapan nikah dalam tinjaun fiqih paling tidak diukur dengan 3 (tiga) hal:
1. Kesiapan ilmu, yaitu kesiapan pemahaman hukum-hukum fiqih yang
berkaitan dengan urusan pernikahan, baik hukum sebelum menikahi, seperti
hukum khitbah (melamar), pada saat menikah, seperti syarat dan rukun aqad
nikah, maupun sesudah nikah, seperti hukum nafkaf, thalak, dan ruju‟.
Syarat pertama ini didasarkan pada prinsip bahwa fardhu ain hukumnya
bagi seorang muslim mengetahui hukum-hukum perbuatan yang sehari-hari
dilakukannya atau akan segera dilaksanakannya.
2. Kesiapan materi/harta. Yang dimaksud harta di sini ada dua macam, yaitu
harta sebagai mahar (mas kawin) dan harta sebagai nafkah suami kepada

9
Friyadi, Arif, and Fulaifah Azzahra. "Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hadis." MINARET
JOURNAL OF RELIGIOUS STUDIES 1.1 (2023).

11
isterinya untuk memenuhi kebutuhan pokok/primer bagi isteri yang berupa
sandang, pangan, dan papan Menganai mahar, sebenarnya tidak mutlak
harus berupa harta secara materiil, namum bisa juga berupa manfaat, yang
diberikan suami kepada isterinya. Adapun kebutuhan primer, wajib
diberikan dalam kadar yang layak yaitu setara dengan kadar nafkah yang
diberikan kepada perepempuan lain semisal isteri seseorang dalam sebuah
masyarakat.
Sesuai dengan firman Allah dalam QS.An-nisa (3): 9

Artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
Maksud dari ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara
langsung menunjuk kepernikahan akan tetapi dalam suatu pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan menikah muda akan menghasilkan keturunan yang
menghasilkan kesejahteraannya karena ketika menikah kewajiban suami
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta kebutuhan istri dan anak-
anaknya masih diragukan apakah dapat terpenuhi atau tidak.
3. Kesiapan fisik/kesehatan khususnya bagi laki-laki, yaitu maksudnya
mampu menjalani tugasnya sebagai laki-laki, keharusan kesiapan fisik ini
sebelum menikah. Ini adalah kesiapan menikah yang berlaku umum baik
untuk yang menikah dini maupun yang tidak dini.10
B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Dini

10
Setiawan, H. (2020). Pernikahan Usia Dini Menurut Pandangan Hukum Islam. Borneo: Journal
Of Islamic Studies, 3(2), 59-74.

12
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda dari
segi ekonomi yang sering dijumpai dilingkungan masyarakat kita yaitu:
1. Rendahnya Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan mayarakat, menyebabkan adanya kecendrungan mengawinkan
anaknya yang masih dibawah umur dan diberangi dengan pemikiran
yang panjang tentang akibat dan dampak permasalahan yang dihadapi.
Seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat bekerja
sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor
kemampuan yang dimilikinya.
2. Ekonomi Orang Tua
Rendahnya tingkah ekonomi keluarga mendorong anak untuk
menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang
tuannya. Dengan anak menikah bukan lagi menjadi tanggung jawab
orang tuanya (terutama untuk anak perempuan), belum lagi suami
anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka
anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.
Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua
untuk cepat-cepat menikahkan anaknya dengan harapan beban keluarga
akan berkurang karena anak sudah nikah menjadi tanggungan suami.
Untuk sekedar memenuhi kebutuhan atau kekurangan pembiayaan
hidup orang tuanya, khususnya orang tua mempelai wanita. Sebab
menyelenggarakan perkawinan anak-anaknya dalam usia muda ini, akan
diterima sumbangan-sumbangan berupa barang, bahan, ataupun
sejumlah uang dari handai taulannya yang dapat dipergunakan
selanjutnya untuk menutup biaya kebutuhan hidup sehari-hari untuk
beberapa waktu lamanya.
3. Untuk Menjamin Kelestarian Usaha Orang Tua
Untuk menjamin kelestarian ataupun perluasan usaha orang tua
mempelai laki-laki dan orang tua mempelai perempuan sebab dengan

13
diselenggarakannya perkawinan anaknya dalam usia muda
dimaksudkan agar kelak si anak kedua belah pihak itu yang sudah
menjadi suami istri, dapat menajamin kelesatarian serta perkembangan
usaha dari kedua orang tuanya, dimana usaha-usaha tersebut merupakan
cabang usaha yang saling melengkapi. Bahkan setelah perkawinan usia
muda tersebut, lazimnya langkah-langkah pendekatan sudah mulai
diambil sedemikian rupa sehingga kedua cabang usaha tersebut
berkembang menjadi satu usaha yang lebih besar.
4. Ketergantungan Ekonomi Anak Perempuan
Perempuan masih menghadapi persoalan dalam pembagian peran
dalam rumah tangga. Hingga kini tugas utama perempuan masih
dipandang sebagai pengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki adalah
pencari nafkah, sehingga muncul ketidakseimbangan status ekonomi,
dan membentuk kecendrungan lakilaki sebagai pemberi dan perempuan
sebagai penerima. Dalam unit keluarga misalnya, akan menyebabkan
adanya ketergantungan ekonomi dan istri kepada suami.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan untuk menghindari dampak
ketergantungan ekonomi adalah perempuan mandiri secara ekonomi.
Kemandirian ekonomi perempuan bisa tercipta salah satunya ketika
perempuan memiliki sumber pendapatan sendiri.11
C. Rukun, Syarat dan Hukum Pernikahan
Syarat sahnya pernikahan apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang dan hukum Islam. Dalam pasal 2 ayat 1
undang-umdang tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah
sah apabila dilkukan menurut hukum masing-masing. Dalam hukum

11
Khaparistia, E., & Edward, E. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda
Studi Kasus di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat
The Factors That Cause The Young Age Of Marriage In The Village Of Case Studies
Across The Sawit Seberang Sub-Dis. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 14(1).

14
perkawinan Islam yang dijadikan atau tidaknya perkawinan itu adalah
dipenuhinya syarat dan rukun pernikahan berdasarkan hukum agama Islam.
Adapun rukun pernikahan yaitu:
1) Adanya kedua mempelai
2) Adanya wali dari pihak calon mempelai wanita
3) Adanya dua orang saksi
4) Adanya shigot akad nikah atau ijab Kabul
5) Mahar atau mas kawin
Islam membedakan antara syarat dan rukun. Syarat adalah sesuatu
yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan, seperti
menutup aurat pada saat shalat.12
Adapun syarat pernikahan menurut merupakan dasar bagi sahnya
perkawinan sedangkan rukun adalah bagian dari hakikat pernikahan itu
sendiri dan jika tidak terpenuhi maka pernikahan itu tidak akan terjadi.
Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan
menimbulkan hak dan kewajiban sebagai suami istri.
Syarat-syarat perkawinan yaitu :
a. Calon mempelai laki-laki, syarat-syaratnya :
1) Tidak dipaksa atau terpaksa
2) Laki-laki
3) Tidak dalam ihram atau umrah
4) Dapat memberikan persetujuan
5) Tidak terdapat halangan perkawinan
6) Islam apabila kawin dengan orang Islam
b. Calon mempelai perempuan, syarat-syaratnya :
1) Tidak sedang dalam iddah
2) Perempuan

12
Demak, R. P. K. (2018). Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut Hukum Islam di Indonesia. Lex
Privatum, 6(6).

15
3) Antara laki-laki dan perempuan bukan merupakan muhrim
4) Tidak terdapat halangan perkawinan
5) Tidak dalam ihram atau umrah
c. Wali nikah syarat-syaratnya :
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Mempunyai hak perwalian
4) Tidak terdapat terhalang perwalian
d. Saksi nikah, syarat-syaratnya :
1) Minimal 2 orang laki-laki
2) Hadir dalam ijab qabul
3) Dapat mengerti maksud aqad
4) Islam
5) Dewasa
e. Ijab Qabul, syarat-syaratnya :
1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki
3) Menggunakan kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata nikah atau
tazwij
4) Antara Ijab dan Qabul bersambung
5) Antara Ijab dan Qabul jelas maksudnya
6) Orang yang berkaitan dengan ijab qabul tidak dalam ikhram, haji atau
umrah
7) Majelis ijab qabul itu harus dihadiri minimal 4 orang yaitu : calon
mempelai
laki-laki ataupun walinya, wali dari mempelai perempuan atau
wakilnya
dan dua orang saksi.
Sedangkan hukum perkawinan yaitu:
1. Wajib Nikah

16
Sekiranya seseorang sudah merasa mampu membiayai rumah
tangga, ada keinginan untuk berkeluarga dan takut terjerumus ke dalam
perbuatan zina, maka kepada orang tersebut diwajibkan nikah.
2. Sunnah Nikah
Sekiranya seseorang telah mampu mebiayai rumah tangga dan ada
juga keinginan berumah tangga, tetapi keinginan nikah itu tidak
dikhawatirkan menjurus kepada perbuatan zina (haram), maka sunnat
baginya untuk menikah dan supaya lebih tenang lagi beribadah dan
berusaha
3. Haram Nikah
Seseorang yang belum mampu membiaya rumah tangga, atau
diperkirakan tidak dapat memenuhi nafkah lahir dan batin, haram
baginya menikah, sebab akan menyakiti perasaan wanita yang akan
dinikahinya. Demikan juga diharamkan menikah, apabila ada tersirat
niat menipu wanita itu atau menyakitinya.
4. Makruh Nikah
Orang yang tidak dapat memenuhi nafkah lahir dan batin, tetapi
tidak sampai menyusahkan wanita, kalau dai orang berada dan
kebutuhan biologis pun tidak begitu menjadi tuntutan, maka terhadap
orang itu dimakruhkan menikah. Sebab, walaupun bagaimana nafkah
lahir batin menjadi kewajiban suami, diminta atau tidak oleh istri.
5. Mubah (Boleh)
Menikah Pada dasarnya hukum nikah itu adalah mubah (boleh),
karena tidak ada dorongan atau larangan untuk menikah.13
D. Pandangan Islam Terhadap Pernikahan Dini
Islam memang tidak melarang umatnya melakukan pernikahan
dibawah umur, mengingat Nabi Muhammad saw sendiri menikah dengan

13
Jaya, D. P. (2017). Nikah Siri Dan Problematikanya Dalam Hukum Islam. Jurnal Hukum
Sehasen, 1(2).

17
Aisyah ketika Aisyah baru berumur 6 tahun dan baru dicampuri serta tinggal
bersama Rasulullah sewaktu ia berumur 9 tahun. Akan tetapi itu bukan
berarti bahwa Islam membuka jalan selebar-lebarnya untuk melakukan
pernikahan dan membolehkan umatnya melakukan pernikahan dini.
Islam memberikan batasan-batasan tertentu dimana antara calon
suami dan istri diperbolehkan memenuhi kewajiban separuh agamanya
yaitu melaksanakan pernikahan. Batasan-batasan tertentu itu di antaranya
adalah setiap calon suami dan istri harus balig agar tujuan pernikahan dapat
tercapai yaitu untuk mendapatkan keturunan yang sah, untuk mencegah
terjadinya ma‟siat dan dapat membina rumah tangga yang damai dan
teratur.14
Pernikahan dikalangan manusia tidak semata mata untuk memenuhi
kebutuhan biologis semata, akan tetapi pernikahan yang diajarkan Islam
mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Fungsi Keagamaan
2. Fungsi Sosial Budaya
3. Fungsi Cinta Kasih
4. Fungsi Perlindungan
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Pendidikan
7. Fungsi Ekonomi
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan.
a. Fungsi Keagamaan
Keluarga harus dibangun atas fondasi yang kokoh, tidak ada fondasi
yang lebih kokoh untuk kehidupan bersaama melebihi nilai-nilai agama.
Karena melalui keluargalah nilai-nilai agama dapat diajarkan dan
diterapkan kepada anak cucu.

14
Umah, H. N. (2020). Fenomena Pernikahan Dini Di Indonesia Perspektif Hukum-Keluarga-
Islam. Jurnal Al Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam, 5(2).

18
b. Fungsi Sosial Budaya
Ketahanan bangsa dan kelestarian budaya, hanya dapat tercapai
melalui ketahanan keluarga yang antara lain diwujudkan dengan upaya
semua anggotanya menegakkan ma‟aruf, mempertahankan nilai-nilai
luhur masyarakat serta kemampuan untuk menyeleksi yang terbaik dari
apa yang dating dari masyarakat lain. Ajaran Islam mendukung secara
tegas setiap hal yang dinilai oleh masyarakat sebagai suatu yang baik
dan sejalan dengan nilai-nilai agama.
c. Fungsi Cinta Kasih
Salah satu fungsi pernikahan adalah menumbuhkan cinta
kasih,karena inilah yang menjamin kelestariannya. Pembinaan cinta
kasih, tidak hanya terbatas antara suami dan istri tetapi seluruh keluarga
d. Fungsi Perlindungan
Seorang perempuan yang bersedia menikah dengan seorang laki-
laki, berarti telah bersedia untuk meninggalkan orang tua dan saudara
saudaranya, dia yakin bahwa perlindungan dan pembelaannya yang
akan diterima dari suami tidak kalah besar daripada pembelaan orang
tua dan saudara-saudaranya
e. Fungsi Reproduksi
Mendapatkan keturunan yang baik hanya dapat diperoleh melalui
perkawinan yang baik pula. Melalui perkawinan inilah diharapkan
lahirnya keturunan yang dapat di jamin orisinalitasnya. Menjaga
keturunan adalah sesuatu yang daruri (sangat esensial). Hal ini karena,
ketiadaannya dapat menciptakan krisis kemanusiaan, suatu malapetaka
yang sangat besar merusak sendi-sendi kemanusiaan. Sehingga,
reproduksi di luar ketentuan nikah tditentang keras oleh agama Islam.
Selain tidak sesuai dengan etika kemanusiaan dapat pula mengacaukan
nasab (keturunan), menghasilkan generasi yang syubhat (samarsamar)
f. Fungsi Pendidikan

19
Ayah dan ibu diberikan tanggung jawab oleh Allah Swt untuk
mendidik anaknya agar menjadi anak yang mengerti terhadap agama.
Dengan pendidikan pula orang tua harus dapat menyiapkan anaknya
agar mampu hidup menghadapi segala tantangan masa depan. Karena
Allah Swt menghendaki agar setiap anak lahir dan besar dalam bentuk
fisik dan fisikis yang kuat yakni sehat
g. Fungsi Ekonomi
Al-Qur‟an membebani suami dengan kewajiban memenuhi
kebutuhan hidupnya serta kebutuhan istri dan anak-anaknya. Jika
pernikahan telah terlaksana, maka demi kelanggengan rumah tangga,
istri hendaknya tidak lepas tangan sama sekali. Kerjasama antara suami
itri harus terus dikembangkan15.
Pandangan ahli hukum Islam (Fuqaha) terhadap perkawianan di
bawah umur. Dalam keputusan Ijtima, Ulama Komisi Fatwa Se
Indonesia III Tahun 2009 dinyatakan bahwa dalam literatur fikih Islam,
tidak terdapat ketentuan secara tegas mengenai batas usia perkawinan,
baik batas usia minimal maupun maksimal. Walupun demikian, hikmah
dalam perkawinan menurut Khaeron Sirin Hikmah dalam perkawinan
adalah menciptakan keluarga yang sakinah, serta dalam rangka
memperoleh keturunan dan hal ini bisa tercapai pada usia Dimana calon
mempelai telah sempurna akal pikirannya serta siap melakukan proses
reproduksi.
Hukum Islam mengenai perkawinan di bawah umur pendapat dari
para fuqaha dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Pandangan jumhur fuqaha, yang membolehkan pernikahan usia dini
walaupun demikian kebolehan pernikahan dini ini tidak serta merta

15
SABRI, K. (2020). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upaya Keutuhan Keluarga dalam
Pernikahan Dini (Studi Kasus Di Desa Koto Perambahan Kecamatan Kampa Kabupaten
Kampar) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU).

20
membolehkan adanya hubungan badan. Jika hubungan badan akan
mengakibatkan adanya keraguan atau tipuan maka hal itu terlarang,
baik pernikahan dini maupun pernikahan dewasa.
2. Pandangan Ibnu Syubrumah dan Abu Bakr al-Asham, menyatakan
bahwa pernikahan di bawah umur hukumya terlarang secara mutlak.
3. Pandangan Ibnu Hazm, beliau memilih antara pernikahan anak
lelaki kecil dengan anak perempuan kecil. Pernikahan anak
perempuan yang masih kecil oleh Bapaknya dibolehkan, sedangkan
anak lelaki yang masih kecil dilarang.
Fikih tidak menentukan kaidah yang sifatnya menentukan batas usia
kawin. Karenanya, menurut fikih semua tingkatan umur dapat
melangsungkan perkawinan dengan dasar bahwa telah mampu secara
fisik, biologis dan mental.16
E. Dampak Pernikahan Usia Dini
Permasalahan yang ada dalam pernikahan usia dini terdapat banyak
pro dan kontra di masyarakat, sebagian dari mereka memandang pernikahan
dini terdapat banyak kerugian dari pada manfaatnya, mereka berpendapat
pernikahan dini terdampak negatif.
Hidup berkeluarga memberi jaiminan kepada pelakunya
terhindardari perbuatan maksiat, baik maksiat mata karena lawan jenis
pasangan sahnya, maksiat tangan karena bermesraan dengan wanita atau
pria lain, maupun maksiatmaksiat lainnya, karena syahwat yang bergejolak
telah mendapat salurannya yang sah pada suami dan istrinya
Pernikahan di usia dini tentu saja memiliki dampak, baik positif
maupun negatif, berikut dampak dari pernikahan dini:
1. Dampak tehadap masing-masing keluarga

16
Musdhalifah, M., & Syamsuri, S. (2022). BATAS USIA PERKAWINAN DALAM
PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER (Studi Analisis Praktik
Perkawinan Dibawah Umur Masyarakat Kampung Nelayan Desa Saletreng Kabupaten
Situbondo). HAKAM: Jurnal Kajian Hukum Islam dan Hukum Ekonomi Islam, 6(2).

21
Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya
perkawinan di usia dini juga akan membawa dampak terhadap masing-
masing keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak merka
lancer, sydah barang tertentu akan menguntungkan orang tuanya
masing-masing. Namum, apabila keadaan rumah tangga meraka tidak
bahagai dan akhirnya terjadi perceraian, maka akan mengkibatkan
bertambahnya biaya hidup mereka dan yang paling parah lagi akan
memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah pihak.
2. Dampak Bagi Ekonomi Keluarga
Salah satu sorotan dalam pernikah usia dini adalah faktor ekonomi.
Kondisi ekonomi yang belum mapan dapat menimbulkan permasalahan.
Setelah menikah laki-laki mempunyai tanggung jawab penuh untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Faktor ekonomi menjadi sangat
penting karena itulah yang membuat tetap menjalani kehidupan
terutama kehidupan rumah tangga.
3. Emosional Yang Belum Stabil
Pernikahan di usia muda sangat rentan ditimpa masalah karena
tingkat Pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah perkawinan
akan dijumpai berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan
dalam penanganannya sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang
sebagai kesiapan materi belaka, tetapi juga kesiapan mental dan
kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya kondisi dimana pasangan
yang tidak sanggup menyelesaikan serta menanggulangi permasalahan
yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya yang dapat
mengarah pada perceraian keluarga.
4. Tingginya Perceraian Dini
Pernikahan yang berakhir dengan sebuah perceraian banyak juga
dialami oleh pasangan suami-isteri yang secara usia masih terbilang
muda, dan dalam usia pernikahannya yang masih sangat muda pula
(masih hitungan bulan). Perkawinan pada usia dini, dimana seseorang

22
belum siap mental maupun fisik, sering menimbulkan masalah di
kemudian hari, bahkan tidak sedikit berantakan ditengah jalan, dan
akhirnya berakhir dengan perceraian dini.
5. Dari Segi Pendidikan
Seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang
masih muda, tentu akan membawa berbagai dampak, terutama dalam
dunia pendidikan. Dapat diambil contoh, jika seseorang yang
melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA, tentu
keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi atau menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai atau tidak akan
terwujud. Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar yang
dimiliki seseorang tersebut akan mulai mengendur karena banyaknya
tugas yang harus mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain,
pernikahan dini merupakan faktor menghambat terjadinya proses
pendidikan dan pembelajaran.17
F. Pengertian Ekonomi Keluarga
Istilah ekonomi keluarga harus dengan penjelasan tentang konsep
ekonomi. Pengertian menurut Abdullah Zaky Al-Kaaf Ekonomi secara
epsytemologi, berasal dari oikonomia (greek atau Yunani), kata oikonomia
berasal dari dua kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos berarti
aturan. Jadi ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, yang dalam
Bahasa Inggris disebut sebagai economics.18
Sementara dalam Bahasa Arab menurut Ahmad Muhammad Al-
Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim Bahasa Arab dinamakan mu‟amalah
Maddiyah, ialah aturan-aturan tentang pergaulan-pergaulan dan
perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya, lebih tepat lagi

17
Maâ, S., & Muhaimin, T. (2019). Dampak Pernikahan Usia Dini di Wilayah Pedesaan A
Systematic Review. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences
Journal, 10(1), 18-27.
18
Abdullah Zaky Al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, (Cet.I ; Bandung : CV.Pustaka Setia,
2002), h. 19

23
dinamakan iqtishad. Iqtishad ialah mengatur soal-soal penghidupan
manusia dengan sehemat-hematnya dan secermatcermatnya.
Ekonomi adalah salah satu bidang ilmu social yang membahas dan
mempelajari tentang kegiatan manusia berkaitan langsung dengan
distribusi, konsumsi dan produksi pada barang dan jasa. Ekonomi juga biasa
di artikan sebagai ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan
menggunakan segala fasilitas yang berhubungan dan usaha dilakukannya
kegiatan dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan atau
kemakmuran19.
Ahli ekonomi memberikan pengertian tentang ekonomi yang
berbeda-beda tetapi pada dasarnya pengertian itu mengandung makna yang
sama. Pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang
berkaitan dengan upaya manusia perseorangan (pribadi), kelompok
(keluarga, suku bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang
tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.
2. Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat (dapat
berbentuk badan hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk
penguasaan atau pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan hidup baik
kebutuhan material maupun spiritual (jasmani dan rohani) dimana
kebutuhan tersebut cenderung mengarah menjadi tidak terbatas,
sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan tersebut sangat terbatas.
3. Ekonomi adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan kebutuhan
manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya (ilmu yang membahas

19
Alghifari, A., Sofiana, A., & Mas’ari, A. (2020). Faktor Ekonomi Dan Dampaknya Terhadap
Kasus Perceraian Era Pandemi Covid-19 Dalam Tinjauan Tafsir Hukum Keluarga
Islam. El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law, 1(2).

24
tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana menentukan dan
memperbaiki saranaprasarananya).20
Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen
keluarga bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam
bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku
kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan,
keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Sedangkan keluarga
diartikan sebagai suatu masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat. Hubungan antara individu dengan
kelompok disebut primary group. Kelompok yang melahirkan individu
dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat dan
fungsi keluarga tidak hanya sebagai penerus keturanan. Namum masih
banyak hal mengenai kepribadian yang dapat diruntut dari keluarga.
Keluarga biasanya terdiri dari seorang diri (suami) dan individu lainnya
(istri dan anak-anaknya) yang selalu mejaga rasa aman dan kententraman
ketika menghadapi segala rasa baik suka maupun duka dalam kehidupan
dimana menjadikan keeratan dalam sebuah ikatan luhur hidup bersama.
Keutuhan atau ketahanan keluarga dipengaruhi oleh faktor ekonomi
dalam pengambilan keputusan keluarga, seiring arus modernisasi dan
informasi yang cepat, kebutuhan konsumsi keluarga yang makin tinggi
mendorong keinginan keluarga untuk meningkatkan daya beli dan
mengurangi beban tekanan ekonomi.21
G. Studi Relevan

20
Lutfi, M. (2020). Strategi Ekonomi Islam Dalam Membangun Ketahanan Ekonomi
Keluarga Muslim. Syar'ie: Jurnal Pemikiran Ekonomi Islam, 3(2), 186-197.
21
Agoes Parera, S. E., SH, M., & MH, A. (2021). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bumi
Aksara.

25
Adapun kajian pustaka peneliti telah memperoleh 5 penelitian yang
telah ada. Kelima jurnal penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian
di antaranya:
Sunarsih, I. S. (2016, ) Kehidupan Pernikahan Dini Dan
Dampaknya Terhadap Aspek Ekonomi Dan Sosial Di Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo. terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya
pernikahan dini antara lain: faktor ekonomi dimana karena kondisi
ekonomi yang memprihatinkan membuat pelaku pernikahan dini
memutuskan untuk menikah. Selain itu juga terdapat faktor sosial atau
faktor lingkungan dan factor Pendidikan
Agus Mahfudin; (2016) Pernikahan Dini dan Pengaruhnya
terhadap Keluarga di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Adapun faktor-
faktor penyebab pernikahan dini serta masalah yang dialami dari
perkawinan dini tersebut antara lain, Rentannya putus
sekolah. Kemiskinan. Meningkatkan peluang penularan penyakit seksual.
Zulham Hamidan Lubis (2020) Pengaruh Pernikahan Usia Dini
Terhadap Pola Asuh Orang Tua. Kesimpulan penelitian ini membahas
tentang Orang tua mempunyai peran yang penting dan pertama dalam
mengasuh anak. Pernikahan dini selain menambah jumlah fertilitas,
membuat IPM (Indeks Pembangungan Manusia) menjadi rendah. Selain itu,
pernikahan dini memiliki pola asuh yang permisif dan otoriter, walaupun
hal yang paling sering dilakukan adalah pola asuh permisif. Pola asuh
permisif dan otoriter mengakibatkan anak menunjukkan sikap impulsif,
suka memberontak, suka mendominasi, dan agresif yang mana hal tersebut
berdampak negatif kepada teman temannya.
Annisa Zafa Safitri (2023) Dampak Pernikahan Usia Muda
Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan, yaitu:1) faktor yang menyebabkan
terjadinya pernikahan usia muda di Kelurahan Gunung Jati Kota Kendari

26
adalah faktor ekonomi dan faktor kecelakaan, pernikahan usia muda
memberikan dampak terhadap sosial ekonomi Dampak terhadap sosial
yaitu rendahnya tingkat pendidikan pasangan usia muda karena
setelah menikah mereka tidak melanjutkan pendidikan. Dampak
terhadap ekonomi yaitu sulitnya mendapatkan pekerjaan yang tetap
dengan penghasilan yang besar karena rendahnya pendidikan.
Khaerani, S. N. (2019). Faktor ekonomi dalam pernikahan dini pada
masyarakat Sasak Lombok. Adapun objek dari penelitian ini yaitu, faktor
penyebab terjadinya pernikahan diniantara lain : faktor ekonomi dimana
karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan membuat pelaku
pernikahan dini memutuskan untuk menikah.
terdapat beberapa Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi
perkawinan Usia dini, antara lain: pada beberapa tokoh masyarakat dan
kadus berembuk (ketemu) untuk mencegah terjadinya pernikahan dini,
dengan bertemu beberapa kali dalam sebulan, kemudian tidak menjamin
adanya buku nikah; Berikutnya di salah satu sekolah yaitu pihak sekolah
bekerja sama dengan komite akan memberikan sanksi berupa denda
dalam bentuk uang kepada pelaku pernikahan dini.

Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Nama dan Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
1 Sunarsih, I. terdapat beberapa Berdasarkan Perbedaannya
S. (2016, ).
faktor penyebab persamaannya yaitu tempat
Kehidupan
Pernikahan terjadinya yaitu, sama yang ingin
Dini Dan
pernikahan dini sama dituju serta
Dampaknya
Terhadap antara lain: faktor membahas pokok
Aspek
ekonomi dimana tentang pembahannya
Ekonomi

27
Dan Sosial karena kondisi faktor-faktor peneliti lebih
Di
ekonomi yang penyebab terfokus pada
Kecamatan
Pulung memprihatinkan terjadinya dampaknya
Kabupaten
membuat pelaku pernikahan bagi ekonomi
Ponorogo.
pernikahan dini dini keluarga
memutuskan untuk
menikah. Selain itu
juga terdapat faktor
sosial atau faktor
lingkungan dan
factor pendidikan
2 Agus Penelitian ini Berdasarkan Perbedaannya
Mahfudin; membahas tentang persamaannya yaitu tempat
(2016) faktor-faktor yaitu, sama yang ingin
Pernikahan penyebab sama dituju serta
Dini dan pernikahan dini membahas penelitian oleh
Pengaruhnya serta masalah yang tentang peniliti tidak
terhadap dialami dari faktor-faktor terfokus pada
Keluarga di perkawinan dini penyebab masalah-
Kabupaten tersebut terjadinya masalah yang
Sumenep pernikahan dialami dari
Jawa Timur dini pernikahan
usia dini
3 Zulham Hasil dari Persamaan Perbedaan dari
Hamidan penelitian ini dari penelitian ini
Lubis (2020) membahas tentang penelitian ini yaitu pada
Pengaruh Orang tua yaitu, sama - penelitian ini
Pernikahan mempunyai peran sama membahas
Usia Dini yang penting dan membahas tentang akibat

28
Terhadap pertama dalam tentang dari
Pola Asuh mengasuh anak. pernikahan pernikahan
Orang Tua Pernikahan dini usia dini dini membuat
selain menambah memiliki pola
jumlah fertilitas, asuh yang
membuat IPM permisif dan
(Indeks otoriter,
Pembangungan walaupun hal
Manusia) menjadi yang paling
rendah. Selain itu, sering
pernikahan dini dilakukan
memiliki pola asuh adalah pola
yang permisif dan asuh permisif.
otoriter, walaupun Pola asuh
hal yang paling permisif dan
sering dilakukan otoriter
adalah pola asuh mengakibatkan
permisif. Pola asuh anak
permisif dan menunjukkan
otoriter sikap impulsif,
mengakibatkan suka
anak menunjukkan memberontak,
sikap impulsif, suka
suka memberontak, mendominasi,
suka mendominasi, dan agresif
dan agresif yang yang mana itu
mana hal tersebut membuat
berdampak negatif dampak
negative bagi

29
kepada teman teman-
temannya. temannya,
serta peran
pernikahan
dini yang
mengakibatkan
menambahnya
jumlah IPM
menjadi lebih
rendah.
Sedangkan
pada penelitan
peneliti lebih
terfokus pada
dampaknya
bagi ekonomi
keluarga
4 Annisa Zafa Berdasarkan hasil Adapun Perbedaan
Safitri penelitian dan persamaannya dalam
(2023) pembahasan yang yaitu tentang penelitian ini
Dampak telah diuraikan, faktor-faktor yaitu pada
Pernikahan yaitu:1) faktor penyebab penelitian ini
Usia Muda yang menyebabkan terjadinya lebih
Terhadap terjadinya pernikahan terfokuskan
Sosial pernikahan usia dini dan kan pada
Ekonomi muda di dampaknya terhadap social
Keluarga Kelurahan bagi ekonomi ekonomi
Gunung Jati Kota setelah
Kendari adalah menikah

30
faktor ekonomi dan sedangkan
faktor kecelakaan, pada penelitian
pernikahan usia peniliti tidak
muda memberikan terfokuskan
dampak terhadap pada hal itu
sosial ekonomi
Dampak
terhadap sosial
yaitu rendahnya
tingkat
pendidikan
pasangan usia
muda karena
setelah menikah
mereka tidak
melanjutkan
pendidikan.
Dampak terhadap
ekonomi yaitu
sulitnya
mendapatkan
pekerjaan yang
tetap dengan
penghasilan yang
besar karena
rendahnya
pendidikan.
5 Khaerani, S. Hasil dari Adapun Perbedaannya
N. (2019). penelitian tersebut persamaan adalah

31
Faktor yaitu, faktor yang terdapat objek/tempat
ekonomi penyebab dari penelitian yang berbeda
dalam terjadinya ini yaitu, selain itu pada
pernikahan pernikahan sama -sama penelitian
dini pada diniantara lain: membahas lebih
masyarakat faktor ekonomi tentang mengaraah
Sasak dimana karena pernikahan pada Upaya-
Lombok kondisi ekonomi usia dini serta upaya yang
yang faktor-faktor dilakukan
memprihatinkan penyebab untuk
membuat pelaku pernikakhan mengurangi
pernikahan dini dini pernikahan
memutuskan untuk dini.
menikah. Sedangkan,
terdapat beberapa pada penelitian
Upaya-upaya yang peniliti lebih
dilakukan untuk terbaru karena
mengurangi adanya
perkawinan Usia tambahan
dini, antara lain: dengan adanya
pada beberapa dampak bagi
tokoh masyarakat ekonomi
dan kadus keluarga pada
berembuk (ketemu) pernikahan
untuk mencegah dini
terjadinya
pernikahan dini,
dengan bertemu
beberapa kali

32
dalam sebulan,
kemudian tidak
menjamin adanya
buku nikah;
Berikutnya di
salah satu sekolah
yaitu pihak
sekolah bekerja
sama dengan
komite akan
memberikan
sanksi berupa
denda dalam
bentuk uang
kepada pelaku
pernikahan dini

BAB III
METODE PENELIITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu peneltian yang
menghasilkan produser analaisis yang tidak menggunakan produser analisis
statistik atau acara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial
dari sudut pandang atau interpertasi individu (informasi) dalam latar alamiah.

33
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Senyerang Jambi. Alasan penliti memilih
tempat ini karena berdasarkan fakta yang ada banyaknya yang melakukan
pernikahan usia dini.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pendekatan Sosiologis yaitu pendekatan dengan melihat aspek gejala sosial
masyarakat yang ada diwilayah Kec. Senyerang Jambi terhadap
pelaksanaan pernikahan usia sdini dan ini dimaksudkan untuk mengetahui
analisis pernikahan usia dini ditinjau dari sudut pandang ekonomi.
2. Pendekatan yuridis Pendekatan ini berguna untuk mengetahui masalah yang
ada diteliti yang berdasar pada perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia (hukum positif) yakni Undang-Undang Perkawinan.
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Data
merupakan hasil pencatatan baik berupa fakta dan angka yang dijadikan beban
untuk menyusun informasi.
Berdasarkan pengertian diatas, subjek peneltian adalah sumber data utama
penelitian yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek
penelitian dimana sunjek tersebut akan diambil datanya dan selanjutnya akan
diambil kesimpulannya atau sejumlah subjek yang akan diteliti dalam suatu
penelitian. Adapun Subjek yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
ditinjau dari sudut pandang ekonomi dan pernikahan usia dini.
Penulis menggunakan beberapa sumber data, baik data primer dn sekunder,
adapun yang dimaksud dengan sumber data primer dan sekunder adalah:
1. Sumber data primer
Data Primer adalah data biasanya diperoleh dengan survei lapangan
yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Data yang
diperoleh dengan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
dalam pernikahan dini. Data sekunder.
2. Sumber data sekunder

34
Data sekunder merupakan data pendukung yang tidak diambil
langsung dari informan akan tetapi melalui dokumen atau buku literatiur
untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Diperoleh
peneliti dari berbagai sumber tertulis yang memungkinkan dapat
dimanfaatkan dalam penelitian ini misalnya, buku, majalah ilmiah, serta
website-website yang memberikan infotmasi.
D. Jenis Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam
yaitu :
1. Penelitian pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan
mengkaji literature, karya-karya yang memuat informasi ilmiah yang
berkaitan dengan pembahasan skripsi ini dan mengutip pendapat para ahli
dengan dua cara, yaitu:
a. Kutipan langsung, yaitu mengutip pendapat secara lansung dari berbagai
pendapat literature seperti buku dal lain-lainnya
b. Kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengutip ide atau maksud buku
atau karangan kemudian menuangkan dalam skripsi dengan redaksi
penulis sendiri.
Adapun kutipan tidak lansung ini dibagi pada dua bagian, yaitu :
1). Ulasan, yaitu menggapai kata atau pendapat yang diambil dari buku-
buku yang memiliki kaitan dengan judul skripsi penulis.
2). Ikhtiar, yaitu menanggapi pendapat atau kata dalam buku dengan
cara menyimpulkan dan meringkas suatu pendapat yang diperoleh
2. Penelitian lapangan (field research) yaitu suatu bentuk yang dilakukan
dilapangan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara
b. Dokumentasi
E. Teknik Pengumpulan Data

35
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian ini, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penlitian adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara Tanya jawab antara peneliti dengan
informa atau sunjek peneltian.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila pneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil.
Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara
tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas Dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur, peneliti
belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka
peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih
terarah pada satu tujuan.
Melakukan wawancara pewawancara harus memperhatikan tentang
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana harus melakukan wawancara.
2. Dokumentasi

36
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, gambaran, notulen, dan lain sebagainya. Dalam peneltian ini
menggunakan kamera smartphone untuk melakukan dokumentasi.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dan dengan
melengkapi atau mencari data-data yang dipergunakan peneliti dari
literature, referensi, dan yang lainnya.
F. Metode Analisis Data
Analisis data sangat penting dalam pengelolah data yang sudah terkumpul
untuk diperoleh arti dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah untuk
mengetasshui analisis pernikahan usia dini ditinjau dari sudut pandang ekonomi
studi pada Kecamatan Senyerang Jambi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dengan
informan dideskriptifkan secara menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian
ini adalah sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab
masalah penelitian.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan
informan. Setelah wawancara, peneliti membuat hasil wawancara dengan cara
memutar kembali rekaman wawancara kemudian menuliskan kata-kata yang
sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil
wawancara selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi,
yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan
data yang tidak diperlukan.
G. Uji Keabsahan Data
Bentuk pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Teknik
triangulasi, triangulasi lebih banyak menggunakan metode alam level mikro,
seperti bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan
analisis data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan

37
informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Dalam teknik
pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi data dengan sumber
dan triangulasi dengan metode.
1. Triangulasi dengan Sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama yaitu dengan wawancara
secara medalam. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi, membandingan apa yang dikatakan orangorang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,
serta membandingkan hasil wawancara denga isi suatu dokumen yang
berkaitan.
2. Triangulasi dengan Metode
Tringulasi dengan metode yaitu melakukan pengecekan dan
pemerikasaan terhadap hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data
yang berbeda yakni observasi, dokumentasi, dan wawancara sehingga
derajat kepercayaan data dapat sesuai dan valid untuk kemudian dibenarkan
adanya. Tringulasi dengan metode terbagi menjadi dua strategi, yaitu
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

38
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data mengenai efektivitas
kerja sama antara pemilik lahan dan buruh migran maka pengumpulan serta
pengujian data yang diperoleh nantinya dari pihak pemilik lahan dan Buruh
migran merupakan sasaran utama. Sehingga data yang diperoleh tersebut
dapat dikelompokkan atau diorganisasikan untuk kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Shufiyah, F. (2018). Pernikahan Dini Menurut Hadis dan Dampaknya. Jurnal


Living Hadis, 3(1), 47-70.
Kahfi, R. A. (2023). Tinjauan Pernikahan Dini Menurut Undang-Undang
Perkawinan Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga. Jurnal Hukum dan
HAM Wara Sains, 2(01), 67-79.
Kunratih, R. (2019). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Keberlangsungan Rumah
Tangga (Studi Kasus di Kecamatan Gemawang). Jurnal Ilmiah Citra Ilmu:
Kajian Kebudayaan dan Keislaman, 15(30), 11-26.
Prijanto, T. (2021). Tinjauan Dan Pandangan Hukum Terhadap Perkawinan Yang
Tidak Tercatat Pemerintah Serta Dampaknya Secara Ekonomi. Jurnal
Ilmiah Edunomika, 5(02), 702-708.
Yuva, S. P. (2023). Faktor–Faktor yang Menyebabkan Pernikahan Dini pada
Remaja di Nagari Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(2), 4654-4662.
Setiawan, H. (2020). Pernikahan Usia Dini Menurut Pandangan Hukum Islam.
Borneo. Journal Of Islamic Studies, 3(2), 59-74.
Tarigan, R. A. (2023). FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA
DINI PEREMPUAN PADA MASYARAKAT HINTERLAND DI KOTA
BATAM. JUBIDA-Jurnal Kebidanan, 2(1), 1-10.
Tarigan, R. A. (2023). FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA
DINI PEREMPUAN PADA MASYARAKAT HINTERLAND DI KOTA
BATAM. JUBIDA-Jurnal Kebidanan, 2(1), 1-10.
Friyadi, Arif, and Fulaifah Azzahra. "Pernikahan Dini Dalam Perspektif
Hadis." MINARET JOURNAL OF RELIGIOUS STUDIES 1.1 (2023).
Setiawan, H. (2020). Pernikahan Usia Dini Menurut Pandangan Hukum
Islam. Borneo: Journal Of Islamic Studies, 3(2), 59-74.
Khaparistia, E., & Edward, E. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Pernikahan Usia Muda Studi Kasus di Kelurahan Sawit Seberang
Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat The Factors That Cause
The Young Age Of Marriage In The Village Of Case Studies Across The
Sawit Seberang Sub-Dis. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 14(1).
Demak, R. P. K. (2018). Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut Hukum Islam di
Indonesia. Lex Privatum, 6(6).
Jaya, D. P. (2017). Nikah Siri Dan Problematikanya Dalam Hukum Islam. Jurnal
Hukum Sehasen, 1(2).

40
Umah, H. N. (2020). Fenomena Pernikahan Dini Di Indonesia Perspektif Hukum-
Keluarga-Islam. Jurnal Al Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam, 5(2).
SABRI, K. (2020). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upaya Keutuhan Keluarga
dalam Pernikahan Dini (Studi Kasus Di Desa Koto Perambahan
Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).
Musdhalifah, M., & Syamsuri, S. (2022). BATAS USIA PERKAWINAN DALAM
PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER (Studi
Analisis Praktik Perkawinan Dibawah Umur Masyarakat Kampung
Nelayan Desa Saletreng Kabupaten Situbondo). HAKAM: Jurnal Kajian
Hukum Islam dan Hukum Ekonomi Islam, 6(2).
Maâ, S., & Muhaimin, T. (2019). Dampak Pernikahan Usia Dini di Wilayah
Pedesaan A Systematic Review. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada:
Health Sciences Journal, 10(1), 18-27.
Abdullah Zaky Al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, (Cet.I ; Bandung :
CV.Pustaka Setia, 2002), h. 19
Alghifari, A., Sofiana, A., & Mas’ari, A. (2020). Faktor Ekonomi Dan Dampaknya
Terhadap Kasus Perceraian Era Pandemi Covid-19 Dalam Tinjauan Tafsir
Hukum Keluarga Islam. El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and
Islamic Family Law, 1(2).
Lutfi, M. (2020). Strategi Ekonomi Islam Dalam Membangun Ketahanan Ekonomi
Keluarga Muslim. Syar'ie: Jurnal Pemikiran Ekonomi Islam, 3(2), 186-197.
Agoes Parera, S. E., SH, M., & MH, A. (2021). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bumi
Aksara.

41

Anda mungkin juga menyukai