Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERKAWINAN/ PERNIKHANAN USIA DINI

DISUSUN OLEH
VINSENSIUS ERIN
NPM. 191110013509105
NOPIANI
NPM. 191110013509058
RENITA
NPM. 191110013509117

PROGRAM STUDY ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945 SAMARINDA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah NYA sehingga dapat terselesaikan makalah ini
yang berjudul Perkawinan/ Pernikhan Usia Dini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang pengertian perkawinan/ pernikahan usia dini, faktor
penyebab perkawinan/pernikahan dini dan lain sebagainya.
Saya menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak kekurang dan
jauh dari kata sempurna.tapi kiranya makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua
terimakasih.

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

Bab I : Pendahuluan .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2

Bab II : Pembahasan .................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pernikahan dan pernikahan Usia Muda ......................................... 3

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini ................................................. 3

2.3 Dampak Positif dan Negatif dari Pernikahan Dini ........................................... 6

2.4 Resiko Kesehatan Pernikahan Dini .................................................................. 9

Bab III : Penutup .......................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12

3.2 Saran ................................................................................................................. 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak yang dipaksa menikah atau karena kondisi tertentu harus menikah dibawah
usia 18 tahun akan memiliki kerentanan yang lebih besar baik secara akses pendidikan,
kualitas kesehatan, potensi mengalami tindak kekerasan, serta hidup dalam kemiskinan.
Dampak perkawinan anak tidak hanya akan di alami oleh anak yang di nikahkan, namun
juga akan berdampak pada anak yang dilahirkan, misalnya stanting, premature, berat lahir
rendah.
Kesadaran banyak pihak tentang bahaya perkawinana anak telah mulai terlihat,
yang tercermin dari banyaknya upaya pencegahan perkawinan anak yang diinisiasi oleh
berbagai stakeholder. Pemerintah Indonesia menunjukan komitmennya melalui penetapan
target penurunan perkawinan anak secara nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN)2020-2024 dari 11,2 persen di tahun 2018 menjadi 8,74 di
tahun 2024.
Usia perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus
perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan
berumah tangga bagi suami-istri.Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam
pasal 7 ayat (1) UU No. I tahun 74, yaitu perkawian hanya diijinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudak mencapai umur 16 tahun. Namun dalam
prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur,
padahal perkawianan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik
maupun mental untuk bisa mewujudkan garapan yang ideal dalam kehidupan berumah
tangga.
Peranan orang tua sangat besar artinya bagi psikologis anak-anaknya. Mengingat
keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga
dengan dewasa maka pola asuh anak dalam perlu disebar luaskan pada setiap keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pernikahan dini ?

1
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya pernikahan dini ?
3. Apa saja dampak dari pernikahan dini ?
4. Apa saja cara penanganan pernikahan dini ?
5. Apa saja resiko pernikahan dini ?

1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan dini
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
3. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini
4. Untuk mengetahui cara penanganan pernikahan dini.
5. Untuk mengetahui resiko pernikahan dini

1.1 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian pernikahan usia muda
2. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
3. Dapat mengetahui dampak dari pernikahan dini
4. Dapat mengetahui cara penanganan pernikahan dini
5. Dapat mengetahui resiko pernikahan dini.
a.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pernikahan dan pernikahan usia muda


Pernikahan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang
laki-laki dan perempuan (dalam masyarakat tradisional hal itu juga merupakan perjanjian
antar keluarga) atas dasar hak dan kewajiban yang setara antara kedua belah
pihak.Penyerahan diri total seorang perempuan kepada laki-laki.Peristiwa saat seorang
ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki untuk “dipakai”
sesuka hati laki-laki itu.
Tujuan Pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan. untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban
masing-masing termasuk di dalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya
poligami. Untuk pendataan dan kepentingan demografi.
Kriteria keberhasilan suatu pernikahan, kebahagiaan suami isteri, hubungan yang
baik antara orang tua dan anak, penyesuaian yang baik antara anak-anak, kemampuan
untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang
baik dalam masalah keuangan, penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.
Pernikahan adalah hubungan (akad) antara laki-laki dan perempuan dengan
maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain (istimtaa’) dan untuk membentuk
keluarga yang sakinah dan membangun masyarakat yang bersih (Utsaimin, 2009).
Pernikahan Usia Muda (Dini) adalah Pernikahan yang dilakukan oleh remaja di
bawah umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun
psikologis, karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran
agama yang salah, pendidikan, dan akibat pergaulan bebas. Individu yang menikah pada
usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional.

Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan
jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap
untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).

3
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pernikahan dini adalah sebuah bentuk
ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau
sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut
pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun
(masih berusia remaja). Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 18 tahun.
Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada
masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih
stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih
ingin bertualang menemukan jati dirinya.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini


Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu
sebab dari anak dan dari luar anak.
1. Sebab dari Anak
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika
seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu
dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga
merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur.
Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya
melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di
luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti
ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan
hal ini menjadi aib.

4
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, hal ini
sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-
anak. Ibarat anak sudah melakukan suatu kesalahan yang besar, bukan
memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada
suatu kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di kemudian
hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik.
c. Hamil sebelum menikah
Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang
tua cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus,
walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon
menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa
orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat
terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin.
Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis,
orang tua bahkan hakim yang menyidangkan. Karena dengan kondisi seperti
ini, jelas-jelas perkawinan yang akan dilaksanakan bukan lagi sebagaimana
perkawinan sebagaimana yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah
terbayang di hadapan mata, kelak rona perkawinan anak gadis ini kelak.
Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta saja kemungkinan di
kemudian hari bisa goyah, apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan
keterpaksaan.

2. Sebab dari luar Anak


a. Faktor Pemahaman Agama.
Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan
sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera
menikahkan anak-anak tersebut.

5
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh
karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera
menikahkan. Saat mejelis hakim menanyakan anak wanita yang belum
berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika
menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang
tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa
perbuatan anak yang saling suka sama suka dengan anak laki-laki adalah
merupakan “zinah”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab
membiarkan anak tetap berzinah.
b. Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit hutang
yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit
hutang tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan
sebagai “alat pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut
dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah
dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak
tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak
perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak
tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia
minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU. (Ahmad, 2009).

2.3 Dampak Positif dan Negatif dari Pernikahan Dini


2.3.1 Dampak Positif
Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur dapat
dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dukungan emosional: Dengan dukungan emosional maka dapat melatih
kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap pasangan (ESQ).

6
b. Dukungan keuangan: Dengan menikah di usia dini dapat meringankan beban
ekonomi menjadi lebih menghemat.
c. Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka
bebas melakukan hal sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara
finansial dan emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda yang waktu masa
sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil dikarenakan ada orang tua
mereka, disini mereka harus dapat mengatur urusan mereka tanpa bergantung
pada orang tua.
e. Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.

2.3.2 Dampak Negative


Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur dapat
dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dampak biologis  
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru
akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan
apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak
reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan
(penggagahan) terhadap seorang anak.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya.
Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh

7
pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta
hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
c. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah
dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam (Rahmatan lil
Alamin) yang sangat menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang akan melahirkan kekerasan terhadap
perempuan.
d. Dampak perilaku seksual menyimpang
Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar
berhubungan seks dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia.
Perbuatan ini jelas merupakan tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun
dikemas dengan perkawinan seakan-akan menjadi legal. Hal ini bertentangan
dengan UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya pasal 81,
ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum 3 tahun dan pidana
denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta rupiah. Apabila tidak diambil
tindakan hukum terhadap orang yang menggunakan seksualitas anak secara
ilegal akan menyebabkan tidak ada efek jera dari pelaku bahkan akan menjadi
contoh bagi yang lain.
e. Dampak terhadap suami
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang telah
melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memnuhi atau tidak
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul
dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung
keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.
f. Dampak terhadap anak-anaknya
Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau di
bawah umur akan membawa dampak. Selain berdampak pada pasangan yang
melangsungkan perkawinan pada usia muda, perkawinan usia muda juga

8
berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang melangsungkan
perkawinan di bawah umur 20 tahun, bila hamil akan mengalami gangguan pada
kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan anak yang
prematur.
g. Dampak terhadap masing-masing keluarga
Selain berdampak pada pasagan suami-istri dan anak-anaknya perkawinan
di usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-masing keluarganya.
Apabila perkawinan di antarta anak-anak mereka lancar, sudah barang tentu
akan menguntungkan orang tuanya masing-masing. Namun apabila sebaliknya
keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya akan terjadi
perceraian. Hal ini akan mengkibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan
yang palinng parah lagi akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua
belah pihak.

2.4 Resiko Kesehatan Pernikahan Dini


Resiko kesehatan terutama terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami
kehamilan dan persalinan. Kehamilan mempunyai dampak negative terhadap
kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya ia belum siap mental untuk hamil, namun
karena keadaan ia terpaksa, menerima kehamilan resiko tinggi.
Berikut ini beberepa resiko tinggi kehamilan dan persalinan yang dapat di alami
oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun):
1. Kurang darah (Anemi) pada masa kehamilan dangan akibat yang buruk bagi janin
yang di kandungnya seperti pertumbuhan janin yang terlambat, kelahiran
premature(tidak cukup bulan).
2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan
biologois dan kecerdasan janin terhambat. Bayi lahir dengan berat badan rendah.
3. Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan persalinan lama.
4. Keracunan kehamilan, yang di tandai bengkak teruta,ma di kaki dan tangan serta
tekanan darah tinggi. Bila ini tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka
keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat membawa
maut baik pada bayi maupun ibunya.

9
5. Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya ini akan
menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar maka
keadaan ini akan menyebabkan kematian ibu maupun janinya.
6. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cenderung untuk mencoba
melakukan pengguguran kandungan (Aborsi) yang dapat berakibat kematian bagi
wanita.
7. Karena kurang pengetahuan dan perawatan kesehatan reproduksi, pernikahan dini
beresiko tinggi untuk tertular penyakit menular seksual, seperti keputihan yang tidak
normal, kencing sakit dll.
8. Kemungkinan terjadinya kanker serviks (kanker dari leher Rahim wanita) pada
perkawinan usia muda lebih besar dari pada mereka yang kawin pada usia kira-kira
dua kali lipat untuk mendapatkan kanker di bandingkan dengan wanita yang menikah
pada umur yang lebih tua.
9. Resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan 2-4 kali lebih tinggi dari
persalinan wanita usia 20 sampai 35 tahun.
10. Anak-anak yang di lahirkan oleh ibu remaja mengalami beberapa masalah antara
lain: Perkembangan yang terhambat, premature (berat badan lahir rendah). Hal ini
selanjutnya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental anak.

3 Penanganan Pernikahan Dini


Penanganan Pernikahan Usia Muda
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga kehamilan
pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan
kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak membantu keluarga muda baik
dukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga,
sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.

10
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi
bagi istri yang mengalami kurang gizi.
e. Ikut dalam ekskul
f. Menyibukkan diri dengan belajar
g. Memilih teman sepermainan yang baik
h. Membatasi waktu anak keluar rumah
i. Lingkungan
j. Orangtua lebih akrab dengan anak

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada berbagai penyebab pernikahan dini contohnya adalah karena hamil diluar nikah
(kecelakaan), ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga paksaan dari orangtua.
Pernikahan dini diperbolehkan dalam agama hal itu karena apabila si remaja tidak bisa
menahan nafsu, jadi lebih baik dia menikah.
Ada berbagai dampak yang disebabkan oleh pernikahan dini. Dampak biologis,
Dampak psikologis, Dampak sosial, Dampak perilaku seksual menyimpang, Dampak
terhadap suami, Dampak terhadap anak-anaknya, Dampak terhadap masing-masing
keluarga.
Pada dasarnya, Rumah tangga dibangun oleh komitmen bersama dan merupakan
pertemuan dua pribadi berbeda namun hal ini sulit dilakukan pada usia remaja. Hal
tersebut memacu konflik yang bias berakibat pisah rumah atau perceraian itu semua
karena emosi remaja masih labil terkadang masalah-masalah rumah tangga juga bisa
menyebabkan neoritis depresi sehingga remaja mengalami kebingungan dalam
memikirkan kehidupan keluarga. Remaja tidak bisa membagi waktu antara sekolah dan
keluarga, sehingga menjadi depresi berat.

3.2 Saran
Salah satu upaya dalam mencegah perkawinan anak yaitu dengan mengoptimalkan
peran dan fungsi layanan kesehatan yang ada di masyarakat salah satunya melalui
puskesmas. Puskesmas berperan penting dalam mencegah perkawinan anak, hal ini juga
turut mendukung upaya percepatan penurunan stanting serta resiko kesehatan lainnya.
Adapun peran dan fungsi puskesmas yang dapat di optimalkan yaitu melakukan edukasi,
sosialisasi dan konseling terkait kesehatan reproduksi.

12

Anda mungkin juga menyukai