“Kanker Serviks”
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Mardiana Kobandaha
Pratiwi Hanafi
Novianti Biya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberika Rahmat serta Karunia –
Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulilah tepat pada waktunya
yang berjudul “MAKALAH KANKER SERVIKS”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bahayanya
kanker serviks. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita, Aamin.
Penyusun
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000
penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi
utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya
kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk
dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. sementara itu di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita
dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh
Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di Negara
berkembang hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini
mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini
pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa
modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih
belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih
mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan
pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi
baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya
penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah klasifikasi dan
gejala klinis dari kanker serviks?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuH wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker
leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi
progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, dysplasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher Rahim, apabila telah memasuki
tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.
Gejala klinis tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas,
baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik),fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan setelah sanggama (Post Coital Bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu,
bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
2. Faktor Resiko
c. Merokok
Beberapa peneitian menunjukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker
serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variable konfounding seperti pola hubungan
seksual. Penemuan lain memperhatikan ditemukan nikotin pada cairan serviks wanita
perokok bahan ini bersifat sebagai karsinogen dan bersama – sama dengan kasinogen
yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,
1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian
kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi
daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh
peritz dkk menyimpulkan bahwa aktivitas seksual merupakan confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral
dengan risko terjadinya kanker serviks menyimpulkan bahwa sulit untuk
menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontrasepsi
oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam
mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera
serviks, sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok
tersebut. Diperlukan kehati- hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor
confounding.
e. Efisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten
dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap
displasia ringan dan sedang.. Namun sampai saat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan
defisensi gizi tersebut akan menurunkan resiko
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang
rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang
dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.
1. Sitologi
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes pap sangat bermanfaat
untuk mendetaksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen
ektoserviks dan endoserviks.
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear
Gambar
5.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal dibagian yang telah dilakukan kolposkopi.
Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.
b
2. Terapi Penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker infasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel – sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi, yaitu :
Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5 – 6
minggu.
Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 – 3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1 – 2 minggu .
Efek samping dari terapi penyinaran :
Iritasi rectum dan vagina
Kerusakan kandung kemih dan rectum
Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani
kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat – obatan untuk membunuh sel – sel kanker.
Obat anti – kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi
dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan pemulihan, begiti
seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat – zat untuk memperbaiki system kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang
bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang
untuk menghindari diri dari factor – factor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker
serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup sehat untuk
mengurangi atau menghindari factor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda
dan lain – lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imunisasi HPV
pada kelompok masyarakat.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining
kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus – kasus kanker serviks secara dini
sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks
memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10
tahun lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mendeteksi karsinoma pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive
mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnose kasus pada fase invasive
hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksa
sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara – Negara maju.
Pencegahan dengan Pap smear terbukti mampu menurunkan tingkat kematian akibat
kanker serviks 50 – 60% dalam kurun waktu 20 tahun (WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker
serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1). Kampanye dan kesadaran masyarakat
2). Program pendidikan kesehatan masyarakat
3). Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1). Intervensi sumber keterpaparan
2). Kemopreventif
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan – perlahan dan mengambil waktu bertahun – tahun. HPV (Human Papiloma
Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret
telah ditemukan sebagai penyebab juga.
B. Saran
Berhati – hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah daripada
mengobati. Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai.2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003 – 2007. FKM Universitas
Sumatera Utara Medan.
Satyadeng. 2010. Kanker leher Rahim (kanker serviks). Diakses tanggal 5 februari 2011.
• Trust / percaya
• Prioritas permintaan
Pengkajian Fisik
• Riwayat kesehatan
• Riwayat keluarga
• Mobilisasi
• Seksualitas
Pengkajian Psikologis
• Tingkat emosi : cemas, sedih , terkejut ,marah, menolak, tawarmenawar ,menerima, depresi,
menarik diri.
• Pola koping Normal : problem solving Abnormal : agresif ,pendiam ,perilaku addiksi,
perasaan berdosa, hopelessness, powerlessness dan psikosis
• Kebutuhan informasi :
• Tingkat kebutuhan pemeriksaan/kontrol: Sangat tinggi, tinggi,sedang, rendah , tidak ada atau
ingin memutuskan.
Pengkajian Sosial
• Lifestyle
• Kehilangan relasi
• Masalah ekonomi
• Perubahan pekerjaan
Pengkajian Spiritual
• Hayalan ramalan/kepastian
• Harapan masa depan
• Kepercayaan / keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi ginekologis dan
prognosis yang tidak menentu
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (Proses penyakit)
C. PERENCANAAN
D. IMPLEMENTASI
1. Symptom / gejala
2. Psycho Sosial
3. Spiritual
Fisik : symptom / gejala
• Nyeri
• Gangguan Eliminasi
• Mual / muntah
• Luka baring
Nyeri
Perdarahan
Mual / Muntah
• Observasi penyebab
• Relaksasi, imagery
Luka tekan
• Mobilisasi
Psikososial
• Mempersiapkan pasien dan keluarga : memberikan informasi dengan tepat dan jujur
• Memastikan lokasi utama dirumah yang nyaman bagi pasien dan keluarga
Spiritual
• Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap peran nya
mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran