Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“Kanker Serviks”

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Diysa Auditri Dasinangon

Humaira Marsanda Ahmad

Sri Yulan Saadulah

Mardiana Kobandaha

Pratiwi Hanafi

Novianti Biya

Kelas : Keperawatan B Semester 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberika Rahmat serta Karunia –
Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulilah tepat pada waktunya
yang berjudul “MAKALAH KANKER SERVIKS”.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bahayanya
kanker serviks. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita, Aamin.

Kotamobagu, 21 November 2020

Penyusun

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….....

A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………

A. Pengertian Kanker Serviks………………………………………………………..


B. Klasifikasi Kanker Serviks……………………………………………………….
C. Gejala Klinis Kanker Serviks…………………………………………………….
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks……………………………
E. Epidemiologi Kanker Serviks ……………………………………………………
F. Patologi Kanker Serviks ………………………………………………………….
G. Penyebaran Kanker Serviks ………………………………………………………
H. Diagnosis Kanker Serviks…………………………………………………………
I. Pengobatan Untuk Kanker Serviks………………………………………………..
J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks……………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000
penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi
utama penyakit ini di masa mendatang.

Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya
kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk
dipahami.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. sementara itu di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita
dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh
Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di Negara
berkembang hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.

Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini
mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini
pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa
modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih
belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih
mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.

Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan
pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi
baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya
penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah klasifikasi dan
gejala klinis dari kanker serviks?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuH wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker
leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi
progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, dysplasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher Rahim, apabila telah memasuki
tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

B. Klasifikasi Kanker Serviks


Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang
dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and Abstetrics) yaitu sebagai
berikut :
Stage 0 : Carsinoma insitu = Ca intraepithelial = preinvasi.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1a : disertai invasi daro stoma (preclinical- Ca) yang hanya diketahui secara
histology.
Stage 1b : semua kasus - kasus lainnya dari 1 stage
Stage 2 : udah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proCimal.
Stage 3 : sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage 4 : sudah mengenai organ- organ yang lain

C. Gejala Klinis Kanker Serviks

Gejala klinis tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas,
baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik),fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan setelah sanggama (Post Coital Bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu,
bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

D. Faktor Penyebab dan faktor Resiko Kanker Serviks


1. Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan


perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung
konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki
perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi
servik selama intercourse. Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan
servikal displasia. National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya
mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin
G atau beta karoten setiap hari.

2. Faktor Resiko

a.Pola hubungan seksual


Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat
seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktivitas seksual yang dimulai pada usia dini
yaitu kurang dari 20 tahun juga dapat dijadikan sebagai faktor resiko terjadinya kanker
serviks. hal ini iuga ada hubungannya dengan belum matangnya derah transformasi pada
sia tesebut bila sering terekspos. frekuensi hubungan seksual juga berpengaruh pada lebih
tingginya resiko pada usia tersebut tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,
1996).
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan.semakin sering
melahirkan maka semain besar resiko terjangkit kanker serviks. Penelitian di Amerika
Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi .

c. Merokok
Beberapa peneitian menunjukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker
serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variable konfounding seperti pola hubungan
seksual. Penemuan lain memperhatikan ditemukan nikotin pada cairan serviks wanita
perokok bahan ini bersifat sebagai karsinogen dan bersama – sama dengan kasinogen
yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah kanker.

d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,
1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian
kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi
daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh
peritz dkk menyimpulkan bahwa aktivitas seksual merupakan confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral
dengan risko terjadinya kanker serviks menyimpulkan bahwa sulit untuk
menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontrasepsi
oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam
mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera
serviks, sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok
tersebut. Diperlukan kehati- hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor
confounding.

e. Efisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten
dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap
displasia ringan dan sedang.. Namun sampai saat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan
defisensi gizi tersebut akan menurunkan resiko

f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan masalah tersebut.

g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang
rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang
dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

E. Epidemiologi Kanker Serviks

1. Distribusi Menurut Umur


Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma
In-Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in - situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru
menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan ,
NIS 2 untuk dysplasia sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in - situ.
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan
seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama dengan ditemukan NIS
adalah 2 - 33 tahun. Untuk Jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata
- rata adalah 12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata- rata 13, 9 tahun dan NIS 2 sampai
NIS 3 rata- rata 11,7 tahun.sedangkan menurut Cuppleson LE dan Brown B (1975)
menyebutkan bahwa NIS akan berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga
NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.
Dari laporan FIGO ( Internasional Federation Of Ginecology and Obstetrics) tahun
1988, kelompok umur 30 – 39 dan kelompok umur 60 – 69 tahun terlihat sama
banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-
39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40 –
49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60 – 69 tahun.
Insiden kanker leher Rahim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR)
penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980 – 1981 menunjukan ASR 27,9 dan
data tahun 1985 – 1989 ASR 24,4. Dibandingkan dengan berbagai daerah luar negeri
angka ini sedikit berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983 –
1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982 – 1983, India menunjukan angka
lebih tinggi yaitu 41, 7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997 – 1998
ditemukan bahwa stadium IB – IIB sering terdapat pada kelompok umur 35 – 44 tahun ,
sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada kelompok umur 45 – 54 tahun. Penelitian
yang dilakukan oleh Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994 –
1999) ditemukan bahwa penderita kanker Rahim yang terbanyak berada pada kelompok
umur 46 – 50 tahun yaitu 17,4%.

2. Distribusi Menurut Tempat


Frekuensi kanker Rahim terbanyak dijumpai pada Negara – Negara berkembang
seperti Indonesia, india, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Di amerika
latin dan afrika selatan frekuensi kanker Rahim juga merupakan penyakit keganasan
terbanyak dari semua penyakit keganasan yang ada lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000) membuktikan
bahwa kanker Rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita minoritas seperti
imigran Vietnam, afrika dan wanita india. Hal ini berkaitan dengan anggapan mereka
bahwa wanita yang tidak melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas) tidak perlu
melakukan Pap smear.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988 – 1994 insiden kanker
leher Rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun, sedangkan proporsi kanker
leher Rahim dari semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi anatomi pada tahun
2000, seperti Surabaya ditemukan sebesar 24,3 % Yogyakarta 25,7%, bandung
sebesar 25,1%, Surakarta sebesar 28,2% dan Medan sebesar 16,9%.

F. Patologi Kanker Serviks


Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, didalam
kanalis serviks tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferative yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung infitratif
membentuk ulkus
3. Ulseratif , mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan
melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami
mengalami metaplasia / erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya.
Dengan masuknya mutagen, portio yang erosive (metaplasia skuamos) yang semula faali
berubah menjadi patologik (diplatik – diskariotik) melalui tingkatan NIS-I,II,III dan KIS
untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.
Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks


Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

G. Penyebaran Kanker Serviks


Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :
a). ke arah fornices dan dinding vagina b). ke arah korpus uterus, dan c). kearah
parapetrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal
dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor
dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran
melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks
umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologic tubuh
penderita KIS akan berkembang menjadi mikro infasif dengan menembus membrane
basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam
pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membarana basalis,
atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah
invasive. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis
belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik
(tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasive , penyebaran secara limfogen
melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices
vagina, korpus uterus, rectum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal
stage) dapat menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke
parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar –
kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis
dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru
– paru, hati, ginjal , tulang, dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan
– perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi
ureter di tempat ureter masuk kedalam kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke
dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara
limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun – stasiun kelenjar
di pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar pada aorta terkena dan baru terjadi
penyebaran hematogen (hepar,tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :
1. Fornices dan dinding vagina
2. Korpus uteri
3. Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe


regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, parasakral,
paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklavila kiri mencapai
paru, hati, ginjal, tulang, serta otak.

H. Diagnosis Kanker Serviks


Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks,
dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam
penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker
serviks.
1. Keputihan, merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak, merupakan 75 – 80 % gejala karsinoma serviks.
Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama
makin sering terjadi di luar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala – gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa


kanker serviks adalah :

1. Sitologi
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes pap sangat bermanfaat
untuk mendetaksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen
ektoserviks dan endoserviks.
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear
Gambar
5.

Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim


2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat
seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya. Pemeriksaan
kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal.
Pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah
pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi
pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk
membuat diagnosa histologic, tetapi untuk menemukan kapan dan dimana biopsi harus
dilakukan.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal dibagian yang telah dilakukan kolposkopi.
Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.
b

Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)

I. Pengobatan untuk Kanker Serviks


Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk
hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling kuar),
seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker
bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear
setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker
invasive, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini
disebut histerektomi radikal ) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium
(indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

2. Terapi Penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker infasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel – sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi, yaitu :
 Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5 – 6
minggu.
 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 – 3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1 – 2 minggu .
Efek samping dari terapi penyinaran :
 Iritasi rectum dan vagina
 Kerusakan kandung kemih dan rectum
 Ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani
kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat – obatan untuk membunuh sel – sel kanker.
Obat anti – kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi
dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan pemulihan, begiti
seterusnya.

4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat – zat untuk memperbaiki system kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang
bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks


Pengendalian kliender serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Strategi
kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah
dengan pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang
untuk menghindari diri dari factor – factor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker
serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup sehat untuk
mengurangi atau menghindari factor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda
dan lain – lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imunisasi HPV
pada kelompok masyarakat.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining
kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus – kasus kanker serviks secara dini
sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks
memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10
tahun lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mendeteksi karsinoma pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive
mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnose kasus pada fase invasive
hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksa
sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara – Negara maju.
Pencegahan dengan Pap smear terbukti mampu menurunkan tingkat kematian akibat
kanker serviks 50 – 60% dalam kurun waktu 20 tahun (WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker
serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1). Kampanye dan kesadaran masyarakat
2). Program pendidikan kesehatan masyarakat
3). Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1). Intervensi sumber keterpaparan
2). Kemopreventif

2. Pencegahan Tingkat Kedua


a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya : kemoterapi, dan bedah

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker umumnya
ialah secara pendekatan multidisiplin. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi radikal
kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya
yang dioperasi penderita yang masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda
dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya
menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat anda lakukan dalam
kehidupan sehari – hari antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
system kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan
E, dan asam folat dapat mengurangi resiko terkena kanker leher Rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukan penggunaan tembakau dapat meningkatkan
resiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah
bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternative tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV
9. Melakukan pembersihan organ intima tau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan – perlahan dan mengambil waktu bertahun – tahun. HPV (Human Papiloma
Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret
telah ditemukan sebagai penyebab juga.

B. Saran
Berhati – hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah daripada
mengobati. Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai.2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003 – 2007. FKM Universitas
Sumatera Utara Medan.

Ayu Izza. 2009. Epidemilogi Kanker Serviks.

Satyadeng. 2010. Kanker leher Rahim (kanker serviks). Diakses tanggal 5 februari 2011.

Kumpulan info sehat. 2009. Kanker serviks pembunuh banyak wanita.


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER SERVIKS

Perawatan pasien kanker tergantung pada kondisi ,meliputi:

Pembedahan Radiasi Kemoterapi Perawatan Lanjut


Pre Operasi: • Efek • Persiapan dan •Penatalaksanaan
• Edukasi Radiasi Pemberian obat gejala
• << Kecemasan • Perawatan sitostatik
Paska Operasi : kulit • Mencegah dan
• Keseimbangan • Edukasi dan penanganan efek
Cairan Motivasi samping
• Pencegahan
Infeksi
• Manajemen
Nyeri
• Pencegahan
Komplikasi
A.PENGKAJIAN

• Trust / percaya

• Identifikasi dan klasifikasi kebutuhan

• Prioritas permintaan

• Estimasi pendekatan interdisiplin

Pengkajian Fisik

• Riwayat kesehatan

• Riwayat keluarga

• Keluhan yang terjadi :nyeri,perdarahan/keputihan,mual muntah

• Pengkajian Head to Toes atau persistem : sistem reproduksi

• Mobilisasi

• Seksualitas

Pengkajian Psikologis
• Tingkat emosi : cemas, sedih , terkejut ,marah, menolak, tawarmenawar ,menerima, depresi,
menarik diri.

• Pola koping Normal : problem solving Abnormal : agresif ,pendiam ,perilaku addiksi,
perasaan berdosa, hopelessness, powerlessness dan psikosis

• Kebutuhan informasi :

.Ingin mengetahui secara detil

.Ingin mengetahui gambarannya

.Ingin mengetahui sedikit informasi

.Tidak ingin mengetahui informasi,tetapi keluarga ingin mengetahuinya.

• Tingkat kebutuhan pemeriksaan/kontrol: Sangat tinggi, tinggi,sedang, rendah , tidak ada atau
ingin memutuskan.

Pengkajian Sosial

• Isolasi sosial,kurang support sistem

• Perubahan fungsi dan peran

• Perubahan body image

• Lifestyle

• Kehilangan relasi

• Masalah ekonomi

• Perubahan pekerjaan

• Caregiver role strain

• Koping tidak efektif

Pengkajian Spiritual

• Ilusi alam kematian

• Hayalan ramalan/kepastian
• Harapan masa depan

• Menemukan arti kehidupan

• Kepercayaan / keyakinan

B. Diagnosa Keperawatan

1.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah

3.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi ginekologis dan
prognosis yang tidak menentu

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (Proses penyakit)

7. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan keganasan

C. PERENCANAAN

• Strategi untuk mencapai tujuan

• Berdasarkan prioritas disesuaikan kebutuhan dan rasa nyaman pasien

• Perawat sebagai fasilitator

• Keputusan pada pasien/keluarga

• Perencanaan sesuai dengan masalah yang terjadi

D. IMPLEMENTASI

1. Symptom / gejala

2. Psycho Sosial

3. Spiritual
Fisik : symptom / gejala

• Nyeri

• Perdarahan / Flour Albus

• Gangguan Eliminasi

• Mual / muntah

• Luka baring

Nyeri

• Pengkajian nyeri dilakukan setiap kunjungan

• Pengkajian nyeri: Skala nyeri,lokasi,penyebaran,lama dan faktor pencetus dan yang


mengurangi nyeri

• Pengalaman nyeri seseorang berbeda

• Mengajarkan pasien/keluarga dalam penggunaan obat analgetik

• Mengajarkan dan Kolaborasi dalam penggunaan analgetik opioid

• Edukasi tentang efek obat opioid dan penanganannya ( mual,konstipasi,kelelahan )

• Mengkaji hilang ingatan karena penggunaan opioid

• Observasi kebutuhan penggantian opioid

• Observasi kebutuhan untuk mengganti cara pemberian opioid (muntah hebat,dispagia)

Perdarahan

• Observasi perdarahan ( cairan yang keluar)

• Check faktor koagulasi

• Observasi tanda-tanda shock

• Kolaborasi pemberian cairan/komponen darah


Eliminasi

• Observasi terjadinya konstipasi

• Mengkaji BAB/BAK: frekwensi, banyaknya/jumlah, kosistensi

• Anjurkan pasien untuk mendokumentasikan BAB

• Monitor penggunaan obat laksatif

• Meningkatkan pemasukan cairan sesuai kebutuhan

• Auskultasi bising dan peristaltik usus

• Melakukan pemeriksaan rectum

• Melakukan clisma kateter

Mual / Muntah

• Observasi tingkat mual/muntah

• Observasi penyebab

• Alternatif tindakan sebelum mengganti obat

• Memeriksa program pengobatan

• Mempertimbangkan cara lain/alternative

• Makan/minum sedikit-sedikit tetapi sering

• Memastikan hidrasi adekuat

• Makan ditempat yang menyenangkan

• Istirahat dan duduk setelah makan

• Memberikan makanan yang menarik

• Menghindari makanan berlemak dan pedas

• Relaksasi, imagery
Luka tekan

• Mobilisasi

• Observasi lokasi yang tertekan

• Pertahankan status nutrisi

• Jaga kebersihan kulit dan alat tenun

• Rawat luka sesuai kondisi

Psikososial

• Mempersiapkan pasien dan keluarga : memberikan informasi dengan tepat dan jujur

• Melakukan komunikasi terapeutik,jadilah pendengar aktif dan tunjukan rasa empati,”I am


Here”

• Identifikasi kualitas hidup pasien

• Identifikasi care givers, support systems, coping mechanisms

• Dokumentasikan permintaan dalam perencanaan tindakan

• Selalu memberikan lingkungan yang nyaman

• Memfasilitasi kebutuhan alat-alat

• Memastikan lokasi utama dirumah yang nyaman bagi pasien dan keluarga

Spiritual

• Memotivasi pasien untuk mencari arti dan tujuan hidup

• Memotivasi pasien untuk menyadari dan memahami penyakit dan kematian

• Tawarkan ke pasien/keluarga untuk di rujuk ke ahli agama/spiritual , pekerja sosial,konselor

• Selalu berharap / tidak putus asa


E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

• Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi


perdarahan

• Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi

• Tidak ada tanda-tanda infeksi

• Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan

• Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal

• Kekuatiran menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi

• Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap peran nya
mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran

• Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

Anda mungkin juga menyukai