Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

MAKALAH KEGANASAN PADA RAHIM DAN PAYUDARA

DOSEN PENGAMPU : HANNA SRIYANTI SST,M.Kes

OLEH KELOMPOK 7

NAMA :1.ROTUA PENJAITAN 2. SISKA SINTA ULI PURBA

3.TRINI SILALAHI 4. VENTIKA BR GINTING

PRODI : DIII 2-B

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai “Kanker Serviks” dan” kanker payudara”yang merupakan keganasan yang dapat
memberi dampak buruk dan mematikan . Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing kami telah banyak membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini..

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..

Latar Belakang……………………………………………………………………….........

Rumusan Masalah……………………………………………………………………......

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. KANKER SERVIKS

Pengertian Kanker Serviks……………………………………………………......…..

Klasifikasi Kanker Serviks………………………………………………………..........

Gejala Klinis Kanker Serviks………………………………………………….........….

Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks...........................

Epidemiologi Kanker Serviks………………………………………………….......….

Patologi Kanker Serviks……………………………………………………….....……

Penyebaran Kanker Serviks……………………………………………………....…

Diagnosis Kanker Serviks………………………………………………………......…

Pengobatan untuk Kanker Serviks……………………………………………...…

Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks……………………………….

B. KANKER PAYUDARA

1. Pengertian Kanker Payudara

2. Patofisiologi

3. Gejala Klinis Kanker Payudara

4. Faktor Penyebab Kanker Payudara

5. Pengobatan Kanker Payudara

6. Pencegahan Kanker Payudara

7. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan dan saran, DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari mekanisme
normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak
terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchymadan juga jenis kanker yang paling umum diderita kaum
wanita.

1. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari
sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma serviks biasanya timbul
pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel
kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan
terapi utama penyakit ini di masa mendatang.Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa
kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya
kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker
serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara
berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
usia reproduktif.

2. Kanker Payudara,Patofisiologi,Gejala Klinis,Faktor Penyebab,Pengobatan,Pencegahan,dan


Pemeriksaan Payudraa Sendiri (SADARI ).
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


sebagai berikut :

Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah kalsifikasi dan gejala
klinis dari kanker serviks ?

Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktoe resiko dari kanker serviks ?

Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?

Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?

Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

1. Pengertian Kanker Payudara

2. Patofisiologi

3. Gejala Klinis Kanker Payudara

4. Faktor Penyebab Kanker Payudara

5. Pengobatan Kanker Payudara

6. Pencegahan Kanker Payudara

7. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

C. Tujuan

Makalah ini dibuat sebagai pedoman dalam pembelajaran dan diharapkan mahasisiwi
mengetahui apa itu Kanker Payudara,Patofisiologi,Gejala Klinis,Faktor
Penyebab,Pengobatan,Pencegahan,dan Pemeriksaan Payudraa Sendiri (SADARI ) dengan
kanker servik pada wanita
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh
wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan
menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.Kanker serviks uterus adalah
keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses
perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol
ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif.
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20
tahun.Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

B. Klasifikasi Kanker Serviks

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO
(International Federation of Ginekoloi and Obstetrics) yaitu sebagai berikut :

Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.

Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.

Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui secara
histology.

Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.

Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.

Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina

Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain


C. Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit darah, pendarahan
pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat
hebat.Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

* Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan

* Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.

*Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

*Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.

*Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

* Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa
juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

* Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi Kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks


1. Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan perokok
sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat
nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga
terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal
displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya
mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E
atau beta karoten setiap hari.

2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat


seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu
kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini
diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada
usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).

b. Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi
HPV.

c. Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks,
bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan
ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.

d. Kontrasepsi oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,1996)
mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian
kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks
invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden
kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi
oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.

WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral


dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk
menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral
berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi
resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia
dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-
hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan
resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

e. Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan
vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan
dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut
akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidkan rendah.

g. Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik
untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

E. Epidemiologi Kanker Serviks


a. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-
Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru
menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS
2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks
pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama dengan ditemukan NIS adalah
2-33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah
12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7
tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS
akan berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50
tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.Dari laporan FIGO (Internasional
Federation Of Gynecology and Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan
kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering
ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering
ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada
kelompok umur 60-69 tahun.

Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR) penduduk Kota
Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981 menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989
ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit berbeda,
seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea
Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun
1982.Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997-1998 ditmukan
bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium
IIIB sering didapatkan pada kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh
Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa
penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50 tahun yaitu
17,4%.

b. Distribusi Menurut Tempat

Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti


Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika
Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua
penyakit keganasan yang ada lainnya.Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer
Society (2000) membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita
minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini berkaitan dengan
anggapan mereka bahwa wanita yang tidak melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas)
tidak perlu melakukan Pap smear.Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-
1994 insidens kanker leher rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun, sedangkan
proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi anatomi pada
tahun 2000, seperti Surabaya ditemukan sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar
25,1%, Surakarta sebesar 28,2% dan Medan sebesar 16,9%.

1. Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda
SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks.

Tumor dapat tumbuh :

1.Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis.

2.Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung infitratif
membentuk ulkus

3.Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan
melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami
mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya. Dengan
masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah
menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk
akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses keganasan akan
berjalan terus.

2. Penyebaran Kanker Serviks

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :

a) ke arah fornices dan dinding vagina,


b) ke arah korpus uterus, dan

c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal
dan kandung kemih.Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika).
Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks
umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologik tubuh
penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis
dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa
atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi
sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor
mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma.

Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor
menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara
perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung
kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau
kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral,
praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan
vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.Biasanya penderita
sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan-perdarahan yang eksesif dan
gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke
dalam kandung kencing.Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu
perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih.
Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-
stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan
baru terjadi penyebaran hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. Fornices dan dinding vagina


2. Korpus uteri
3. Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe regional melalui
ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan
seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal,
tulang serta otak.

2. Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan
dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan
untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam penatalaksanaan
yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.Keputihan.
Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.

Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan timbul


akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi diluar senggama.

Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Gejala lainnya adalah gejala-
gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker serviks
adalah:

1. Sitologi.

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks dan
endoserviks.

2. Kolposkopi.

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan
dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya
terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan
kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan
dimana biopsi harus dilakukan.

3. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan kolposkopi. Jika
kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

3. Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

a. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker
seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama
1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi
radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal
dan masih berfungsi tidak diangkat.

b. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas
pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :

* Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar

Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu.

* Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks.

Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.Efek samping dari terapi
penyinaran adalah :

1. Iritasi rektum dan vagina


2. Kerusakan kandung kemih dan rektum
3. Ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi.
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker
bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam
suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.

d. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.

4. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Strategi kesehatan
masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan
pencegahan primer dan pencegaan sekunder.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau
menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain
itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada kelompok
masyarakat.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker
serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan
waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa
pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat
penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap
mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear
terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun
waktu 20 tahun (WHO,1986).Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan
penanganan kanker serviks, yaitu :

Pencegahan Tingkat Pertama

Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :

1) Kampanye kesadaran masyarakat

2) Program pendidikan kesehatan masyarakat

3) Promosi kesehatan

Pencegahan khusus, misalnya :

1) Interfensi sumber keterpaparan

2) Kemopreventi

Pencegahan Tingkat Kedua

Diagnosis dini, misalnya screening

Pengobatan, misalnya :

1) Kemoterapi
2) Bedah

Pencegahan Tingkat Ketiga

Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker umumnya ialah


secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi radikal kurang
lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi
penderita yang masih muda dan umumnya baik.

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat
melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita
kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain :

a.Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E,
dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.

b.Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan


risiko terkena kanker serviks.

c.Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.

d.Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.

e.Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.

f.Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah
bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.

g.Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.

h.Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.

i.Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
KANKER PAYUDARA

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari mekanisme
normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak
terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchymadan dan juga kanker payudara ini yang paling umum
diderita kaum wanita.

B. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

a. Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang memicu sel menjadi
ganas.Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen yang bisa berupa bahan kimia,virus,radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari.Tetapi tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen.kelainan genetic sel atau bahan lainnya yang disebut promotor yang menyebabkan
sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
menyebabkan sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

b. Fase promosi

Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.Karena itu
diperlukan beberapa factor untuk tertajidanya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).

c. Fase metastatis

Metastatis menuju ketulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara,beberapa
diantaranya disertai komplikasi lainseperti simtoma hiperkalsemia,patologikal fractures atau
spinal cord compression.Metastatis demikian bersifat oestiolotik yang berarti bahwa
oesteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi
diferensial dan aktifitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.

C. Gejala Klinis

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :

· Benjolan pada payudara


Umumnya berapa benjolan payudara yang tidak nyeri pada payudara.Benjolan itu mula-mula
kecil,semakin lama akan semakin besar,lalu melekat pada kulit payudara atau pada putting
susu.

· Erosi atau eksema putting susu

Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
,mengkerut,atau timbul borok (ulkus)pada payudara .Borok itu semakin lama akan semakin
besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara ,sering berbau busuk
dan mudah berdarah.Ciri lain nya antara lain :

1. Perdarahan pada putting susu

2. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,sudah
timbul borok,atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.

3. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,bengkak (edema) pada


lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.Kanker payudara lanjut sangat mudah
dikenali dengan mengetahui criteria operbilitas heagensen sebagai berikut : terdapat edema
luas pada kulit payudara,adanya nodul pada kulit payudara,kanker payudara jenis
karsinimatosa,terdapat nodul supraklavikula,adanya edema lengan,adanya metastase
jauh,serta terdapat dua dari tanda-tanda local adcanced,yaitu ulserasi kulit edema kulit kulit
terfiksasi pada dinding toraks,kelenjar getah beningaksila berdiameter lebih 2,5cm dan
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

4. Keluarnya cairan

Keluarnya cairan (nipple discharge) adalah keluarnya cairan dari putting susu secara spontan
dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang
hamil,menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.

Seorang wanita harus waspada apabila dari putting susu keluar caira berdarah cairan encer
dengan awarna merah atau coklat,keluar sendiri tanpa harus memijit putting susu,berlangsung
terus menerus,hanya pada satu payudara (unilateral) dan cairan selain air susu.

D. Faktor penyebab terjadinya kanker payudara :

1. Factor resiko

a. Factor reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara adalah
nuliparitas,menarche pada umur muda,menopause pada umur lebih tua dan kehamilan
pertama pada umur tua.Resiko utama kanker payudara adalah bertambanhya
umur.Diperkirakan periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initation perkembangan kanker payudara.Secara anatomi dan
fungsional payudara akan mengalami autrofi dengan bertanbahanya umur.Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause ssehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor jauh sebelum terjadi perubahan klinis.

b. Penggunaan hormone

Hormone estrogen berhubungan terjadinya kanker payudara.Suatu analisis menyatakan


bahwa walaupun tidak terdapat resiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
oral,wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai resiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.Sel –sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.

c. Penyakit fibrokistik

Pada wanita dengan adenosis,fibroadenoma,dan fibrosis tidak ada peningkatan resiko terjadi
kanker payudara,Pada hiperplasis dan papiloma resikosedikit meningkat 1 sampai 2
kali.Sedangkan pada hyperplasia atipik,resiko meningkat hingga 5 kali.

d. Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara
pada wanita paska menopause.Variasi terhadap kanker ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh diet terjadinya keganasan ini.

e. Radiasi

Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
resiko kanker payudara.

f. Riwayat keluarga dan factor genetic

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.Terdapat peningkata resiko keganasan pada
wanita yang keluargannya mmenderita kanker payudara.Pada studi genetic ditemukan bahwa
kanker payudara brhubungan dengan gen tertentu.Apabila terdapat BRCA 1 yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara,probalitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% ppada umur 70 yahun.Faktor usia sangat berpengaruh
sekkitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.Resiko terbesar usia 75 tahun.

2. Factor genetic

Kanker payudara dapat terjadi karena adanya beberapa factor genetic yang diturunkan dari
orang tua ke anaknya.Faktor genetic yang diamksud adalah adanya mutasi pada beberapa
gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.

E. Pengobatan kanker

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada
stadium penyakit :
1. Masektomi

Masektomi adalah operasi pengangkatan payudara.Ada 3 jenis masektomi :

· Modified radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara ,jaringan


payudara di tulang dada,tulang selangka,tulang iga,serta benjolan disekitar ketiak.

· Total simple mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi tidak
kelenjar di ketiak.

· Radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.Biasanya


disebut lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker
saja,bukan seuruh payudara.Operasi ini direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya
kurang dari 2cm dan letaknya di pinggir payudara.

2. Radiasi

Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa setelah operasi.Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,nafsu makan
berkurang,warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam,serta HB dan leukosit cencerung
menurun sebagai akibat radiasi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat anti kanker atau sitokina dalam bentuk cair atau
kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis.Tidak hanya sel kankerpada payudara tapi juga di seluruh tubuh.Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual muntah sera rambut rontokkarena pengaruh obat-
obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

F. Strategi Pencegahan

Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan tiga kelompok besar yaitu pencegahan
pada lingkungan pada milestone dan pejamu.Hampir setiap epidiomologi sepakat bahwa
pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan proteksi dini.Begitu pula pada kanker payudara dan pencegahannya yang
dilakukan antara lain :

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan
pada berbagai factor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.Pencegahan primer juga bisa
melalui pemeriksaan sadari (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin untuk
memperkecil factor resiko terkena kanker payudara.

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena kanker
payudara .Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid yang normal merupakan at
risk dari kanker payudara.Pencegahan sekunder dengancara deteksi dini.Beberapa metode
deteksi dini terus mengalami perkembangan .Skrining melalui mammografi dikalim memiliki
akurasi 90 %dari semua penderita kanker payudara tetapi keterpaparan terus menerus pada

mamografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu factor resiko terjadinya kanker
payudara. Karena itu skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain :

o Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahundianjurkan melakukan cancer risk.

o Pada wanita dengan factor resiko mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
usia 50 tahun.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara.Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnnya
akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.Pencegahan
tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup.Bila kanker telah jauh bermetastatis
dialkukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada stadium tertentu pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternative
dengan obat herbal kanker payudara.

G. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Kesehatan payudara tentu menjadi perhatian semua wanita.Disamping untuk estetika


kesehatan payudara juga berguna untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan .Wanita
mempunyai resiko yang besar untuk terkena tumor atau keaganaasan di organ
payudarannya .Oleh karena itu wanita disarankan agar bisa melakukan pemeriksaan payudraa
sendiri agar dapat deteksi dini.Pemeriksaan payudara sendiri (sadari)dapat dilakukan oleh
wanita siapapun setelah usia 20 tahun.Para wanita disarankan untuk melakukannya sendiri
karena mereka sendirilah yang tau struktur payudara nya secara normal.Oleh karena itu jika
ada benjolan akan langsung menyadarinya.

Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada hari ke 5-7 setelah
menstruasi dimana payudara tidak mengeras,membesara atau nyeri lagi.Untuk wanita yang
telah menopause atau tidak menstruasi lagi mereka dapat melakukannya kapan saja dan
disarankan untuk memeriksakannya sendiri setiap awal atau akhir bulan.

Langkah –langkah melakukan sadari :

1. Mulailah pemeriksaan dengan mengamati bentuk payudara anda di cermin.Pastikan


bahu anda lurus sejajar dan letakkan tangan anda di pinggang.Perhatikan bentuk ukuran dan
warnanya.Kelainan yang mungkin di temukan seperti kerutan ,benjolan,lekukan ,posisi
putting yang tidak normal atau struktur kulit yang tidak normal (merah ,kasar,berkerut) atau
bahkan nyeri

2. Angkat kedua lengan anda untuk melihat kelainan bentuk payudara .Lihat apa kedua
payudara terangakat bersama-sama.\

3. Dengan menggunakan ujung jari ,tekanlah perlahan permukaan payudara anda dan
rasakan apakah ada benjolan.Rabalah sesuai dengan pola berikut : melingkar,dari atas ke
bawah,dari tengan ke samping,sampai area ketiak.Lakukan langkah ini pada kedua payudara.

4. Peraslah putting susu anda secara perlahan.Lihat apakah ada cairan berwarna
putih,kekuningan atau bahkan darah.

5. Selain dengan berdiri anda juga bisa memeriksa payudara dalam keadaan berbaring.
Ganjallah separuh punggung anda (sisi payudara yang hendak diperiksa)dengan
bantal.Tarulah tangan anda dibelakang kepala.Lalu gunakan ujung jari tangan anda yang
berlawanan untuk memeriksa payudara.

Jika dalam pemeriksaan kita menemukan benjolan,atau masalah lainnya pada payudara anda
pada saat melakukan sadari ,konsultasikan dengan dokter.Dan akan dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa mammografi atau ultrasonografi untuk pemeriksaan yang lebih detail.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari mekanisme
normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak
terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchymadan juga jenis kanker yang paling umum diderita kaum
wanita.

B. Saran dan Kritik

Dari Makalah diatas penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan .Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran ataupun kritik demi
perbaikan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

https://isatriola.blogspot.com/2014/06/makalah-kanker-payudara.html

Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003-2007. FKM
Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Kanker_leher_
Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_Adam_Malik_Medan).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html). Diakses Tanggal 5
Februari 2011.

Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).


(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-serviks/). Diakses
Tanggal 5 Februari 2011.

Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.


(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-serviks-leher-
rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Anda mungkin juga menyukai