Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BIOLOGI

PENYAKIT KANKER SERVIKS

NAMA KELOMPOK

1. Gede Rizal Saputra (01)


2. Kadek Priyahita Dhira Swari (10)
3. Komang Vionna Triyadivta (16)
4. 4.Ni Komang Sukanadi (24)
5. 05.Ni Putu Ayu Wahyuni (25)

SMP NEGERI 2 KUBUTAMBAHAN

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..
Bab II Kajian Pustaka
Bab III Pembahasan…………………………………………………………
3.1 Pengertian Penyakit Kanker Serviks………………………………………
3.2 Penyebab Penyakit Lupus………………………………………………….
3.3 Gejala Penyakit Lupus…………………………………………………….
3.4 Pengobatan Penyakit Lupus…………………………………………………
3.5 Cara Mencegah Penyakit Lupus……………………………………………
Bab IV Penutup………………………………………………………………
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
4.3 Saran……………………………………………………………………
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia. Kanker servik
disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi. Perjalanan dari
infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 10-20 tahun. Proses ini
seringkali tidak disadari hingga kemudian sampai pada tahap pra-kanker tanpa gejala.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks
menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada
perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks
dan setiap satu jam seorang wanita meninggal karena kanker ini
Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Pasalnya,
kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah
mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pengertian kanker serviks mutlak dipahami oleh kaum
wanita di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Kanker leher rahim ( Kanker serviks)?
2. Apa penyebab Kanker leher rahim ( Kanker serviks)?
3. Bagaimana Gejala Kanker leher rahim?
4. bagaimana pengobatan penyakit kanker serviks?
5. Bagaimana cara penceghan penyakit kanker serviks?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Kanker leher rahim ( Kanker serviks)
2. Mengetahui penyebab penyakit kanker serviks
3. Mengetahui tanda dan Gejala Kanker leher rahim( Kanker serviks)
4. Mengetahui pengobatan penyakit kanker leher Rahim ( Kanker serviks)
5. Mengetahui cara penceghan penyakit kanker serviks
BAB II
Kajian Pustaka

1. Epidemiologi Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit keganasan dan penyakit kandungan yang masih menempati posisi
tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah
kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus
(HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.
Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui
seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui
kontak langsung dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada
stadium lanjut) adalah perdarahan di luarmasa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan
pada masa menopause(setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah serta
berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul, gangguan buang air kecil
sampai tidak bisa buang air kecil.

Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO),


(2010) dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker
servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-248 kasus kanker serviks baru setiap harinya.
Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur
pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS.

2. Patofisiologi Kanker leher rahim ( Kanker serviks)

Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks


(parsial) dan endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun
SCJ berada didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi
tanda-tanda atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif
(Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.

Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai
masa proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke
dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung
merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak
mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-
diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.
Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus. Periode laten
(dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase prainvasif
berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik serviks secara
kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati
itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%)
berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker leher rahim merupakan jenis keganasan yang paling sering di temukan
dikalangan wanita indonesia. Kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%) di
Indonesia. Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu
penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi
jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. lebih dari
70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.
Memiliki perjalanan penyakit ini, hampir 90 % kasus berasal dari epitel permukaan (epitel
skuamosa). Didapatkan suatu keadaan yang disebut pembangkal kanker atau prakanker. Keadaan
tersebut dimulai dari yang bersifat ringan sampai menjadi karsinoma in situ yang semuanya
dapat di diagnosis dengan scrining atau penapisan.

Dalam proses perkembangannya, dapat terjadi perubahan atau perpindahan dari


satu tingkat ke tingkat yang lain. Untuk terjadinya perubahan tersebut diperlukan keadaan yang
“cocok” sehingga untuk menjadi kanker diperlukn waktu 10-20 tahun. Namun jika sudah
menjadi kanker stadium awal, penyakit ini dapat menyebar ke daerah di sekitar mulut rahim.

3.2. Faktor penyebab dan faktor resiko Kanker leher Rahim ( Kanker serviks)

a. Faktor penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan


perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung
konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki
perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi
servik selama intercourse.

Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National


Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali
buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini,
pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta
karoten setiap hari.

b. Faktor Resiko

1). Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat


seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini,
yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke
servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada
sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebi
tingginya resiko pada usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua.

2). Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika
Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.

3). Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker
serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna
seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita
perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan
elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah kanker.

4). Kontrasepsi oral


Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian
kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi
daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh
peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut. WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan
bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama
penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan
seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.

Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi


oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan
karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-
hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral
dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

5). Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten
dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap
displasia ringan dan sedang. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan
defisensi gizi tersebut akan menurunkan resiko.

6). Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
7). Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang
rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang
dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

3.3 Tanda dan Gejala Kanker leher rahim


Kanker leher rahim pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda
yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali.
Gejala yang mungkin timbul antara lain :
a. munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim
b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina
c. Pendarahan sesudah mati haid
d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur
dengan darah.
e. hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal
f. penurunan berat badan drastis.
Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam setadium lanjut.
Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan
diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

3.4 Upaya pengoabatan Kanker Leher Rahim


a. Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila
pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.
b. Stadium awal (stadium 1 dan II)
Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau
radioterapi dengan atau tampa kometerapi. Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya
dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kemoterapi
berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c. Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan
kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak
dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menganjurkan
sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanya dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-
ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.

3.5 Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Leher Rahim

a. Pemberian vaksin kanker serviks

Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat kelompok umur.
Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan
bulan ke 6. Adapula untuk anda yang memiliki riwayat terinfesi virus papiloma manusia
dapat diberikan vaksinasi dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di
dokter kandungan. Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk pengobatan.
Vaksin yang dimaksud adalah vaksin HPV untuk dapat mencegah human papiloma virus
(HPV) yang dapat menyebabkan kanker serviks. Diharapakan vaksin ini akan mencegah
sedikitnya 70% (7 dari 10) jenis kanker serviks (squamous cell) yang paling sering terjadi.

Vaksin diberikan melalui suntikan ke dalam otot (lengan atas atau paha).
Penyuntikan vaksin sebanyak 3 (tiga) dosis yang terpisah. Setelah dosis pertama, dosis
kedua kedua dan ketiga diberikan 2 bulan dan 6 bulan kemudian. Dari fakta bahwa HPV
ditularkan melalui hubungan seks, maka vaksin ini paling efektif apabila di berikian kepada
anak perempuan sebelum mereka mulai melakukan hubungan seks. Sementara ini
diperkirakan bahwa vaksin akan di berikan pada perempuan berusia 11 tahun, karena semua
jenis vaksin bekerja paling baik apabila diberikan pada anak-anak sebelum mencapai usia
remaja.

b. Deteksi dengan Pap Smear


Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk dapat
mendeteksi kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya infeksi
virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu menurunkan resiko terkena kanker
serviks dan memperbaiki prognosis. Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah
sejak dini dapat melakukan pap smear setahun sekali untuk wanita yang telah menginjak
usia 35 tahun, wanita yang pernah menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil
kontrasepsi. Lakukan sesering mungkin jika hasil pap smear anda menunjukan tidak
normal atau setelah pengobatan pre kanker.
Untuk anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar
hasil akurat :
1. Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
2. Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan herbal pencuci
alat
kewanitaan.
3. Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk melakukan pap smear.
4. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.

c. Hindari hubungan seks bebas

Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat menular melalui
hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual dengan menggonta-ganti
pasangan menjadi penyebab utama penularan HVS.

d. Hindari rokok

Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan dan
memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan tetapi untuk sebagian orang
(perokok) masih menganggap remeh pesan itu. Untuk anda wanita, penderita kanker
serviks diantaranya adalah 30 persen dari wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah
kandungan zat kimia yang terdapat di dalam rokok memicu infeksi virus penyebab
kanker serviks.
e. Menghindari diet tidak seimbang
Diet sudah menjadi kebiasaan wanita yang bersifat penting untuk menjaga bentuk tubuh
dan kesehatan. Jika anda sering melakukan diet dan menghindari asupan buah dan sayur
, itu merupakan diet salah . Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus
penyebab kanker serviks. Kandungan yang terdapat dalam sayur dan buah justru dapat
membantu untuk melindungi anda dari serangan kanker serviks. Perhatikan pula
makanan dan minuman anda jangan sampai mengandung zat kimia berbahaya seperti
pengawet , pewarna dan penyedao rasa.
f. Produk kimia berbahaya
Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker. Kandungan
berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik yang terkena panas
memicu timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan sterofom, bahan plastik yang
dipanaskan atau terkena plastik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh
virus Human Papiloma Virus (HPV). Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker
leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi
orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Beberapa Faktor Resiko diantaranya Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral,
Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual. Kanker serviks memiliki tanda dan gejala
berupa munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim, Keluar keputihan atau
cairan encer dari vagina, Pendarahan sesudah mati haid, Pada tahap lanjut dapat keluar cairan
kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah., juga hambatan dalam berkemih,
serta pembesaran ginjal, penurunan berat badan drastis.

Beberapa Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu Pemberian vaksin kanker
serviks, Deteksi dengan Pap Smear, Hindari hubungan seks bebas Hindari rokok, Menghindari
diet tidak seimbang, serta Produk kimia berbahaya.

4.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah bagi wanita sebaiknya jangan melakukan
hubungan seksual dengan usia < 16 tahun, jangan sering berganti-ganti pasangan. Dikarenakan
kanker serviks dini tidak menimbulkan gejala oleh karena itu deteksi dini dapat melakukan
pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah menikah setidaknya 6 bulan sekali. Dan bagi
penderita kanker serviks jangan berputus asa, berusaha dan berdoa agar penyakitnya sembuh.
Untuk mencegah jangan gonta-ganti pasangan, jangan menikah terlalu muda, jangan merokok.
Lakukan aktivitas fisik serta makan-makanan yang bergizi dan seimbang, tetap positif thinking
hindari pergaulan bebas, free sex, dan say no to drugs.
DAFTAR PUSTAKA

Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC


Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustak

Anda mungkin juga menyukai