KANKER SERVIKS
KELOMPOK VI
2.KALISTA E.RAHAYU(20176100
3.BLASIUS T. BAPA(2017610019)
FAKULTAS KESEHATAN
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa,atas berkat dan rahmatnya
sengga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam hal ini kami mencoba meramu
dari berbagai literature menjadi sebuah makalah.
Makalah yang membahas mengenai“Kanker Servik dalam transcultural Nursi
ng ini bertujuan agar maahasiswa atau mahasisiwi dapat lebih memahami tentang Ka
nker serviks yang digunakan di Indonesia saat ini.
Kami telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
walaupun demikian tentu masih ada kekurangan.Untuk itu, kami menerima dengan
tangan terbuka kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah
ini, dan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1.LATAR BELAKANG.........................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................6
2.1.Pengertian............................................................................................................6
2.2.Anatomi Fisiologi................................................................................................6
2.3.Etiologi...............................................................................................................10
2.4.Patofisiologi.......................................................................................................12
2.5.Pathway..............................................................................................................13
2.6.Manifestasi Klinis..............................................................................................14
2.7.Penatalaksanaan.................................................................................................14
BAB III........................................................................................................................19
KONSEP KEPERAWATAN......................................................................................19
3.1. Pengkajian.....................................................................................................19
BAB III........................................................................................................................33
PENUTUP...................................................................................................................33
4.1.KESIMPULAN..................................................................................................33
4.2.SARAN..............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan
kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak
yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for
Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah
sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang.
Di Indonesia pengidap Ca Cervixadalah terbanyak diantara pengidap kanker
lainnya, bahkan di seluruh dunia adalah nomer kedua setelah Cina (FK UGM,
2010). Berdasarkan penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, dan
Surabayaternyata kanker leher rahim juga menduduki urutan dengan proporsi 25
– 45 % penderita melebihi kanker payudara yang baru mencapai 10 – 20 %.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 100.000 penduduk.
UntukJakarta sebanyak 7.000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah
penderita kanker leher rahim (Tara, 2001). Begitu pula data penderitakanker
serviks yangdirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP
HAM) Medan didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang dirawat
perbulan (Laporan Ruangan Rindu B 1 Obgin, 2012).
Kanker serviks adalah tumor ganas yangtumbuh di daerah leher rahim
(serviks). Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker
dalam tiga dasa warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat
terlambatnyapenanganan, sekitar 70% datang dengan kondisi stadium lanjut.
Kanker serviks merupakan kanker tersering pada wanita dan merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab kematian nomor 1 di
negara berkembang. Laporan WHO menunjukan kasus kanker serviks semakin
meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan
akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini,
insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan
hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi
Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam
penularan (Suhartono, 2007). Data setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di
Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 270.000
penderita meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh
nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan penyakit kanker
paling umum 2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20–25 tahun.Di
Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya
ditemukan dalamkondisi stadium lanjut (≥ stadium IIB). Hal ini karena masih
rentannya pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang
ideal adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia
tahun 2008 yang berjumlah 230 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat
kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta
wanita pada usia 15–64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10–14 tahun. Oleh
karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai
40–45 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks
mencapai 20–25 wanita perhari (Samadi, 2011).
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi ca.Serviks ?
2. Apa Etiologi ca.Serviks ?
3. Bagaimana patofisiologi ca.serviks ?
4. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks ?
5. Bagaimana Komplikasi ca.serviks ?
6. Bagaimana pemeriksaan ca.serviks ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan ca.serviks
BAB II
TINJAUN TEORI
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm.
Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium
uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong,
2002)
2.3.Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker
serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
a. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
6. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
2.4.Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher Rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan
selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
2.5.Patwhay
2.6.Manifestasi klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
2. jaringan.
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
4. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
5. Perdarahan spontan saat defekasi.
6. Perdarahan diantara haid.
7. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
8. Anemia akibat pendarahan berulang.
9. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
2.7.Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan
hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau
derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup
untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut.
Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam
ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik
dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan,
beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan
dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk
enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter
sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada
keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai
300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli
pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang
sarwiji, 2011)
A. Stadium Karsinoma Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat kriteria
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel
tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh
darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologic
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area
para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul.
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I
dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih
(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis
keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap Iva : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining
sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah
dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan
vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau
hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat
dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut
( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat
dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan
lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan
diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan
lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai
berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
A. Identitas klien
B. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan
keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
2) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
4) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker
serviks.Kanker serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi
yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
C. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Klien tampak kelelahan, rambut jarang, tubuh pasien kurus dan
tampak sering ingin mual, kulit pucat disebabkan karena anemia, mata
cekung disebabkan karena kurang tidur, klien tanpak meringis menahan
kesakitan, klien mengalami keputihan, klien juga mengalami pendarahan
yang sering
2. Palpasi
Pada palpasi didapati nyeri pada abdomen dan nyeri pada punggung
bawah
D. Pemeriksaan diagnostik
1. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
2. Biopsi
3. Konisasi
4. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
5. Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
6. Vagina inflammation self test card
7. Schillentest
8. Kolpomikroskopi
9. Gineskopi
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronik
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Ansietas
4. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
5. Hipertermi
6. Defisiensi Pengetahuan
.Rencana Asuhan Keperawatan
- letih sedang dialami dan mampu pasien, dan anggota bagaimana menentukan
Menghindari makan tubuh teratasi makan dan juga makanan yang mengakibatkan
Berat badan 20% atau Kriteria Hasil: kecil, dengan menggunakan hiperglikemia.
lebih di bawah berat Adanya peningkatan makanan tingginkalori yang 3. Penurunan BB terus
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5. Domain 11: NOC: NIC:
Keamanan/perlindungan - Termoregulasi - Terapi demam 1. Kompres hangat dapat
Kelas 6: Termoregulasi - Tanda-tanda vital 1. Berikompres air hangat mengembalikan suhu
Hipertermia (00007) Tujuan:setelahdilakukantin 2. Monitor intake dan normal dan
Definisi: dakanselama…..x 24 jam output memperlancar
Peningkatansuhutubuhdiat suhu tubuh menjadi 3. Berikan obat anti sirkulasi.
askisaran normal. normal. piretik. 2. Untuk mengetahui
BatasanKarakteristik: Kriteria hasil : - Regulasi suhu adanya
Peningkatansuhutubuhdi Menunjukkan suhu 4. Berikan/anjurkanpasien ketidakseimbangan
ataskisaran normal tubuh dalam rentang untukbanyakminum cairan tubuh.
Kejang normal (TTV normal). 1500-2000 cc/hari 3. Dapat menurunkan
Faktor yang berhubungan: (sesuaitoleransi). demam
Anastesia 5. Anjurkanpasienuntukm 4. Untuk mengganti
Peningkatanlajumetaboli enggunakanpakaian cairan tubuh yang
sme yang tipis hilang akibat
danmudahmenyerapkeri penguapan.
ngat. 5. Memberikan rasa
- Pemantauan tanda vital nyaman dan pakaian
6. Observasi tanda-tanda yang tipis mudah
vital tiap 3 jam. menyerap keringat dan
tidak merangsang
peningkatan suhu
tubuh.
6. Tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
6. Domain 5: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji apa pasien tahu 1. Untuk mengetahui
Persepsi/Kognisi keperawatan selama 3×24 tentang tanda-tanda dan tentang pemahaman
Kelas 4:Kognisi jam di harapkan pasien gejala normal selama pasien untuk tindakan
Defisiensi memahami pengetahuan kehamilan selanjutnya
Pengetahuan(00126) tentang penyakitnya 2. Ajarkan tentang apa 2. Mencegah terjadinya
Definisi : dengan criteria hasil : yang harus dilakukan jika hal-hal yang tidak
Ketiadaan atau defisiensi 1. Pasien terlihat tidak tanda KPD muncul kembali diinginkan terjadi yang
informasi kognitif yang bingung lagi 3. Libatkan keluarga agar bisa membahayakan
berkaitan dengan tpoik 2. Pengetahuan Pasien dan memantau kondisi pasien ibu-janin
tertentu. keluarga dapat 3. Untuk membantu
Batasan Karakteristik: bertambah merencanakan tindakan
Perilaku hiperbola berikutnya
Ketidakakuratan
mengikuti perintah
Ketidakajuratan
mengikuti test
Perilaku tidak tepat
Pengungkapan
masalah
faktor berhubungan :
Keterbatasan
kognitif
Salah interpretasi
informasi
Kurang pajanan
Kurang dapat
mengingat
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher
rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks antara lain
sebagai berikut:
- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
- Berganti-ganti pasangan seksual.
- Defisiensi zat gizi
- Sering melahirkan.
- Trauma
- Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun
Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri
panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga dapat dicegah dan
diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:
- Kanker serviks dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan kewanitaan
- Penggunaan kondom saat berhubungan seks
- Menghindari merokok
- Menghindari pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu
- Pemberian vaksin (antigen)
- Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Upaya pengobatan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:
- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta
leher rahimnya.
- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal
4.2. Saran
Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.
Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.
Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan,
jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC
Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear Dengan hasil
pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta
Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta
Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta