PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan
kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak
yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for
Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah
sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang.
Di Indonesia pengidap Ca Cervixadalah terbanyak diantara pengidap kanker
lainnya, bahkan di seluruh dunia adalah nomer kedua setelah Cina (FK UGM,
2010).
Berdasarkan
penelitian
di
Jakarta,
Semarang,
Jogjakarta,
dan
meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan
akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini,
insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan
hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi
Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam
penularan (Suhartono, 2007). Data setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di
Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 270.000
penderita meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh
nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan penyakit kanker
paling umum 2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 2025 tahun.Di
Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya
ditemukan dalamkondisi stadium lanjut ( stadium IIB). Hal ini karena masih
rentannya pelaksanaan skrining, yaitu 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang
ideal adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia
tahun 2008 yang berjumlah 230 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat
kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta
wanita pada usia 1564 tahun dan 10 juta wanita pada usia 1014 tahun. Oleh
karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai
4045 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks
mencapai 2025 wanita perhari (Samadi, 2011).
1.2.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa Definisi ca.Serviks ?
B. Apa Etiologi ca.Serviks ?
C. Bagaimana patofisiologi ca.serviks ?
D. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks ?
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1.
DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan
yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim
yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah
penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
2.2.
KLASIFIKASI
Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan
untuk korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi
stroma dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan
penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler ,
vena atau limfatik , tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma 3,0 mm secara mendalam dan 7,0 mm
di spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan 5.0 mm dengan penyebaran
horisontal 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik lebih
besar dari T1a / IA2
ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
PATOFISIOLOGI
Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ).
Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th,
SCJ berada didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks
tidak memberi tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak
parsio yang erosive (metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor
dapat tumbuh sebagai berikut:
a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK
baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai
sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen
tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga
bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.(Rahmawan,
2009).
Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik
intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat
II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada
tahap lanjut. Sedang kan tahap awal tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Metaplasia skuamosa
Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi
Aktivasi regenerasi
sel meningkat
pelepasan med.kimiawi
Sel - sel
ganas/karsinoma
merangsang hipotalamus
( prostaglandin )
Invasi Patogen
Kanker
Dilakukan non
pembedahan, kemoterapi
Mual Muntah
Struma serviks
Meluas ke
jaringan
Dapat menekan
jaringan sekitar
Iskemia jaringan
Nekrosis jaringan
Vaskularisasi
jaringan
Peradangan
endo & ekso
Menekan ujung
saraf simpatik
Dinding pembuluh
terdesak
Respon nyeri
Keputihan, bau
busuk , gatal
Kurangnya
pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Nyeri
Perdarahan
spontan
Defisiensi
Pengetahua
Cemas
sumber :
1. Sylvia A. Prince, 2007.
2. Rahmawan, 2009
Ansietas
2.5.
MANIFSTASI KLINIS
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu dan
mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak
dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti
krem tidak gatal,kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat
berbau bahkan sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul
karena ada jaringan nekrosis (Aziz M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b. Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus
haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau
perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya
pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau busuk,bila perdarahan
berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan penderita menjadi sangat
anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada penderita kanker serviks
stadium lanjut (Aziz M.F. dan Saifuddin A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul
perdarahan setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan
serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan Low Back Pain di daerah lumbal,
menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat badan semakin
lama semakin menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.bila kanker
sudah berada pada stadium 3, maka akan mengalami pembengkakan dibagian
tubuh seperti, betis, paha, tangan dan sebagiannya ( RamaDiananda, 2009 )
2.6.
a.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini
dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor
kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi
servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masingmasing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%.
Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi
sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
e.
Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5
x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau
pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna
putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing
84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan
pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut:
Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative
value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil
tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan
f.
untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA
(Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
Kadar CEA abnormal adalah > 5 L/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah
> 5g/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan
mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat
dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan
yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam
sel-sel tubuh.( Dr RamaDiananda, 2009 )
2.7.
PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
2.8.
PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks
terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan
pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%.
Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari
New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah
deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear
adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou
pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita
yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru
timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau
melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang
sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para
wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja
diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai
salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di
antaranya :
a.
Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan
seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya
tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada
karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang
berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang
akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS
hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun
atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang
aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu.
Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih
dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita
dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker
serviks.
c. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
d. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
2.9.
KOMPLIKASI
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau
mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang
keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam
beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan
jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari
ginjal. Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis
dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang
terjadi
namun
lanjut. Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian
tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula
berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula
2.10.
Usia penderita
Keadaan umum
Tingkat klinis keganasan
Ciri - ciri histologik sel kanker
Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium
0
I
II
III
IV
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
A. Identitas klien
B. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan
keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
2) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
4) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker
serviks.Kanker serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi
yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
C. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
bawah
Pemeriksaan diagnostik
Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
Biopsi
Konisasi
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
Vagina inflammation self test card
Schillentest
Kolpomikroskopi
Gineskopi
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronik
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Ansietas
4. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
5. Hipertermi
6. Defisiensi Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
o
1
Domain 12 : Kenyamanan
NOC
NOC :
Kelas 1: KenyamananFisik
NIC
Manajemen nyeri
Tingkat Kenyamanan
Pengendalian nyeri
Tingkat nyeri
Tujuan
dilakukan
setelah
tindakan
keperawatan selama
x 24 jam klien mampu :
-
Menurunkan
level
nyeri
- Mengontrol nyeri
-
Rasional
Meningkatkan
rasa
nyaman
Dengan klien mampu :
Mengukur
Administrasi analgetik :
Mandiri
memungkinkan lakukan
dokumentasikan pada
nyeri
2. Anjurkan klien untuk
memberikan efek
menggunakan
nyeri,
menetapkan
awal
2. Perhatian mungkin
menggambarkan pengalamam
nyerinya dengan
skala
1. Intensitas, karakter,
mengekspresikan nyeri
3. Mendeskripsikan tentang efek
analgetik
3. Intensitas dari nyeri dan
ketidak nyamanan harus
dikaji dan
didokumentasikan setelah
>6 bulan.
tujuan
untuk
penurunan nyeri
Batasan Karakteristik :
-
Hambatan
yang diharapkan
dan
membuat
kemampuan
rencana kegiatan
meneruskan aktivitas
untuk mengelola
sebelumnya
Perubahan pola tidur
skala keluhan ( mis.,
nyerinya
Mendiskripsikan
penggunaan skala
tentang rencana
pengelolaan
nyeri )
letih
sikap melindungi area
nyeri
keluhan nyeri
iritabilitas
gelisah
Ketunadayaan fisik
kronis
ketunadayaan
psikososial kronis
nyeri
baik
farmakologis
maupun
non
farmakologis
termasuk
mengenali
nonsteroid antiinflamasi
keuntungan dan
kerugian
nakrotis
pengelolaan
nyeri
menggunakan
prosedur yang
menyebabkan nyeri
dengan beberapa hal baru
tentang nyeri dan interval
dari nyeri
4. Untuk menolong
merencanakan perawatan
nyeri, penggunakan obatobatan yang lalu
5. Keluarga dapat
membedakan bagaimana
menentukan nacrotis
6. mempercepat dapat
membantu proses
penyembuhan klien
HE
7. Agar keluarga dapat
mengetahui hal
tentang memonitor
HE
7. Mengajarkan kepada
pasien dan keluarga
8.
aplikasikan di rumah
keluarga dapat
obat
dan
non
obat
Mendemontrasikan
kemampuan
untuk
dialami
dan
mampu
memonitor respirasi
dan TD agar bisa
diaplikasikan di
rumah
yang
sedang
Menerima
keadaan
mengetahui cara
dan durasi
8. Mengajarkan kepada
tenang, beristirahat
dalam memonitor
darah
beraktifitas
dengan minimal
terjadinya nyeri
Domain 2: Nutrisi
Kelas 5: Hidrasi
NOC :
- Keseimbangan elektrolit dan
NIC :
Manajemen Cairan/Elektrolit
Manajemen
Cairan/Elektrolit
asam basa
- Keseimbangan cairan
- Hidrasi
elektrolit
2. Berikan klien banyak minum
tindakan selama..x 24 jam 3. Monitor tanda-tanda dehidrasi
4. Observasi tanda-tanda vital
masalah kekurangan volume
cairan teratasi.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan keseimbangan
elektrolit dan asam basa
Menunjukkan keseimbangan
cairan.
cairan aktif
Tujuan:setelah dilakukan
Domain 9 : Koping/Toleransi
NOC:
NIC
stress
Pengendalian diri
Penurunan Ansietas
terhadap ansietas
Koping
otonom
x 24 jam, diharapkan
sebelum dilakukan
Gelisah
Insomnia
Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam pola
hidup
Melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat
teratasi
Tampak rileks
Batasan karakteristik :
elektrolit
Penurunan Ansietas
1.ketakutan dapat terjadi
meningkatkan kemampuan
koping.
4.Mengurangi kecemasan
klien
Peningkatan Koping
5.Dengan beradaptasi
disekitar pasien bisa
Tampak waspada
4.
Peningkatan Koping
dengan perepsi
stressor,perubahan,atau
kesehatan
nanti.
stress
Domain 2 : Nutrisi
NOC:
hidup
Mandiri:
Kelas 1 : Makan
Nutritional Status
Nutritional Status : food
Ketidak Seimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh (00002)
Mandiri:
1. Bising usus hiperaktif
mencerminkan
peningkatan motilitas
lambung yang
nutrient intake
Weight control
kebutuhan metabolic.
tindakan keperawatan
Batasan Karakteristik:
absorbsi
2. Peningkatan aktivitas
adanya penurunan.
4. Dorong pasien untuk makan
adrenergik dapat
Kram abdomen
ketidakseimbangan nutrisi
Nyeri abdomen
Menghindari makan
teratasi
Kriteria Hasil:
Adanya peningkatan BB
mudah dicerna
menurunkan atau
mengubah fungsi
menyebabkan gangguan
sekresi insulin/terjadi
resisten yang
mengakibatkan
hiperglikemia.
3. Penurunan BB terus
badan ideal
Kerapuhan kapiler
Kehilangan rambut
TB
Mampu mengidentifikasi
cukup merupakan
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
indikasi kegagalan
berlebihan
Kurang makan
Kurang informasi
malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan
BB yang berarti
lainnya)
Kolaborasi:
6. Konsultasikan dengan ahli gizi
untuk memberikan diet tinggi
kalori, protein, karbohidrat,
dan vitamin
7. Berikan obat sesuai indikasi:
glukosa, vitamin B kompleks
HE
8. Berikan informasi tentang
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Ketidakmampuan
yang diperlukan
memakan makanan
kebutuhan nutrisi
Kolaborasi:
6. Menjamin pemasukan
Mengeluh gangguan
sensasi rasa
adekuat
7. Diberikan untuk
Mengeluh asupan
diperlukan dan
mencegah atau
allowance)
mengobati hipoglikemia
HE
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk
8. untuk mempertahankan
nutrisi di dalam tubuh
mengabsorpsi nutrien
Ketidakmampuan untuk
5.
mencerna makanan
Domain 11:
Keamanan/perlindungan
NOC:
- Termoregulasi
- Tanda-tanda vital
NIC:
- Terapi demam
1. Kompres hangat dapat
1. Berikompres air hangat
Kelas 6: Termoregulasi
mengembalikan suhu
2. Monitor intake dan output
Tujuan:setelahdilakukantinda
Hipertermia (00007)
normal dan
3. Berikan obat anti piretik.
kanselama..x 24 jam suhu - Regulasi suhu
Definisi:
memperlancar sirkulasi.
4. Berikan/anjurkanpasienun
tubuh menjadi normal.
2. Untuk mengetahui
Peningkatansuhutubuhdiatask
tukbanyakminum 1500Kriteria hasil :
adanya
isaran normal.
2000 cc/hari
ketidakseimbangan cairan
Menunjukkan suhu tubuh
BatasanKarakteristik:
(sesuaitoleransi).
tubuh.
dalam rentang normal
5. Anjurkanpasienuntukmen
Peningkatansuhutubuhdiatask
3. Dapat menurunkan
(TTV normal).
ggunakanpakaian yang
isaran normal
demam
Kejang
tipis
Anastesia
Peningkatanlajumetabolisme
danmudahmenyerapkerin
gat.
- Pemantauan tanda vital
6. Observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
6.
Domain 5: Persepsi/Kognisi
Kelas 4:Kognisi
Defisiensi
Pengetahuan(00126)
memahami pengetahuan
Definisi :
criteria hasil :
lagi
2.Pengetahuan Pasien dan
tertentu.
Batasan Karakteristik:
umum pasien.
1. Untuk mengetahui
tentang pemahaman
pasien untuk tindakan
selanjutnya
2. Mencegah terjadinya halhal yang tidak diinginkan
terjadi yang bisa
membahayakan ibu-janin
3. Untuk membantu
merencanakan tindakan
berikutnya
Perilaku hiperbola
Ketidakakuratan
mengikuti perintah
Ketidakajuratan
mengikuti test
Perilaku tidak tepat
Pengungkapan
masalah
faktor berhubungan :
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi
informasi
Kurang pajanan
Kurang dapat
mengingat
BAB IV
PENUTUP
1.1.
KESIMPULAN
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal
pada leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks antara lain sebagai berikut:
-
Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
Berganti-ganti pasangan seksual.
Defisiensi zat gizi
Sering melahirkan.
Trauma
Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun
Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur
darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga
dapat dicegah dan diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai
berikut:
-
1.2.
SARAN
Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya
keluhan.
Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.
Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu
pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya
hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius
Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC