Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN CA OVARIUM

Diruang Rajawali 4b RSUP Dr. Kariyadi Semarang

Tanggal Praktek :

Nama Mahasiswa : Tunjung Tejo Mukti

NIM : G3A016080

Nama Pembimbing :

Saran Pembimbing :

Tanda Tangan Pembimbing

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu
dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita
kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang
dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan
wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan
biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas
35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan
pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi
dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60% (Aditya,
2009).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan
penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas
payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak
banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada
ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas
ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih
sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi
kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%.
Tingginya angka mortalitas yang ditimbulkan oleh tumor epitel ovarium
ganas ini disebabkan oleh mayoritas penderita kanker ovarium tidak
menunjukkan gejala yang spesifik sehingga kanker ovarium sangat sulit untuk
didiagnosis (Anwar, 2011). Jika terdapat prosedur diagnostik praoperasi yang
mampu membedakan tumor ovarium ganas atau jinak, maka hal ini dapat
mengoptimalkan strategi pengobatan yang tepat. Keluhan yang paling sering
dijumpai saat anamnesis pasien tumor ovarium ganas adalah rasa tidak enak
diperut, perut yang membesar, dispareunia.
Kemudian untuk setiap pasien yang dicurigai menderita tumor ovarium
ganas dilakukan pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan tumor marker dan
pemeriksaan ultrasonografi. Disisi lain, telah diupayakan tindakan diagnostik
invasif yang minimal seperti laparoscopy atau mini-laparatomy, abdominal
transvaginal ultrasonography, three-dimensional ultrasound, color doppler
ultrasonography, dan tumour marker. Tetapi tidak satupun cara yang
menunjukkan hasil yang bermakna (Torres, 2002).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menerapkan asuhan keperawatan klien ca ovarium pada Ny.M ruang rajawali
4B di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Memaparkan konsep ca ovarium.
b. Melakukan pengkajian pada Ny.M
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.M
d. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny.M
e. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny.S dengan post kemoterapi.
f. Melakukan evaluasi pada Ny.S dengan post kemoterapi.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.
Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi
dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis,
ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat
implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.

1. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang
ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina
mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.
Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus,
dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan
sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Dinding vagina terdiri atas empat
lapisan : Lapisan epitel gepeng berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat
kelenjar tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan
kelembaban, Jaringan kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik,
Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler, lapisan luar jaringan
ikat fibrosa berwarna putih. Fornik berasal dari kata latin yang artinya
selokan. Pada tempat servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah
selokan melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat
bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.
2. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.
Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung
kemih di anterior dan rectum posterior. Uterus wanita nullipara panjang 6-8
cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus
wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang
belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih. Uterus terdiri atas:
a. Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi
berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana
fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan
dengan perabaan fundus uteri.
b. Korpus uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat
pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3
lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai
perkembangan janin.
c. Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama
terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh
darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan
lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat
dapat berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang
disebut sebagai folikel nabothian. Secara histologik uterus terdiri atas:
1) Endometrium dikorpus uteri dan endoservik diservik uteri, merupakan
bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang melapisi
rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium terdiri atas
epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh
darah yang berkeluk-keluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5
mm hingga 5 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan,
kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya
banyak terdapat pembuluh darah. Epitel permukaan endometrium
terdiri dari satu lapisan sel kolumner tinggi, bersilia dan tersusun
rapat. Kelenjar uterus berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari
epitel, kelenjar ini menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi
menjaga rongga uterus tetap lembab.
2) Miometrium, merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus
dan terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat
dengan banyak serabut elastin didalamnya. Menurut Schwalm dan
Dubrauszky, 1966 banyaknya serabut otot pada uterus sedikit demi
sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot hanya
merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa kehamilan
terutama melalui proses hipertrofi, miometrium sangat membesar,
namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot servik.
3) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral uterus sebenarnya
terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya.

3. Tuba Falopi
Tuba falopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba tertutup
oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa. Tuba falopi
terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat didinding uterus), Pars
Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), Pars
Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi), Pars
Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan
mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap
telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).
4. Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak dikiri dan


kanan uterus, dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat
jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini
hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus,
membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-
sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus
menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium
disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak
mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama
korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang
berdinding epithelium dan berisi ovum. Kelenjar ovarika terdapat pada
ovarium di samping kiri dan kanan uterus, menghasilkan hormon estrogen
dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi
sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-
lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah
didalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari
dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum
tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak dibuahi
maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa
menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.

B. Pengertian
Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare,
2002).
Kanker ovarium merupakan tumor ganas ginekologi yang tidak
mempunyai gejala klinis yang patognomonis dan akan berkembang secara diam-
diam didalam tubuh wanita hingga pada suatu waktu menimbulkan keluhan.
Keluhan dapat berupa gangguan akibat desakan massa tumor pada organ-organ
pelvis, atau akibat penyebaran kanker ke daerah rongga perut, hepar, usus, ginjal,
omentum dan diafragma. Perkembangan secara diam-diam ini menyebabkan
angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium cukup rendah
dibandingkan kanker ginekologik lainnya (Berek, 2002).
Pada kasus kanker ovarium kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker ovarium disebut sebagai penyebab kematian kelima
akibat kanker pada perempuan atau the silent lady killer karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam
stadium yang sudah lanjut (Price, 2005).
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita peri menopause 60% atau
berusia 50 70 tahun, 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian panggul dan perut melalui sistem getah
bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru
(Priyanto, 2007).

C. Klasifikasi
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics :
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul rupture
3. Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan
intraperitoneal
III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB
(-)
III C1. Meluas mengenai KGB
2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis
jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu
juga metastasis ke permukaan liver.

Derajat keganasan kanker ovarium :


a. Derajat 1 : differensiasi baik
b. Derajat 2 : differensiasi sedang
c. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan
lebih baik.
Klasifikasi menurut Menurut International Federation of Ginecologic and
Obstetrics (FIGO), kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai
dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok terdiri dari
berbagai spesifikasi sesuai dengan histopatologi :
1. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak
dan sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih
dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di
mana pada usia 62 tahun adalah usia kanker ovarium epitel paling sering
ditemui. Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan :
a. Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering
ditemukan. Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan
penampang tumor sebagai kistik solid. Tumor jenis ini di bawah
mikroskop menurut diferensiasi sel kanker dibagi menjadi diferensiasi
baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis,
sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas, badan
psamoma relatif banyak. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan
buruk (maligna) memiliki lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak
ada dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.
b. Karsinoma Musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa.
Sebagian besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam
kista berisi musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area
solid berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan
konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi
tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik dan sedang memiliki
struktur grandular jelas, percabangan papila epitel rapat, terdpat dinding
bersama grandular, atipia inti sel jelas, terdapat invasi intersisial. Pada
kanker diferensiasi buruk struktur grandular tidak jelas, mitosis atipikal
bertambah banyak, produksi musin dari sel sangat sedikit.
c. Karsinoma Endometroid
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid.
Sebagian besar tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista.
Arsitek histopatologi mirip dengan karsinoma endometrium dan sering
disertai metaplasia sel skuamos. Lebih dari 30 % karsinoma endometroid
dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma endometrium.
Endometroid borderline dan endometroid adenofibroma jarang dijumpai.
d. Karsinoma Sel Jernih (Clear Cell Carcinoma)
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid,
sebagian ada juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan.
Arsitek histopatologi terdiri dari kelenjar solid dengan bagian papiler.
Sitoplasma sel jernih dan sering dijumpai hopnail appearance yaitu inti
yang terletak di ujung sel epitel kelenjar atau tubulus.
e. Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran 5-10
cm dan hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada
waktu dilakukan histerektomi.

2. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell)


Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun, diantaranya :
a. Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal yang paling sering
ditemukan, ukuran diameter 5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan
tumor berwarna abu-abu putih sampai abu-abu cokelat dengan potongan
mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu dengan yang lain dipisahkan
oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran
histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini
sensitif terhadap radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma adalah
serum Lactic Dehydrogenase (LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase
(PLAP).
b. Tumor Sinus Endodermal
Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata
penderita tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan
kekuning-kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin
dan kistik. Khas untuk tumor sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri
perut dan pelvis yang dialami oleh 75% penderita. Tumor marker untuk
tomor sinus endodermal adalah alfa fetoprotein (AFP).
c. Teratoma Immatur
Angka kejadian mendekati tumor sinus endodermal. Massa tumor sangat
besar dan unilateral, penampang irisan bersifat padat dan kistik,
berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum
berdiferensiasi umumnya berupa neuroepitel. Tumor ini mempunyai
angka rekurensi dan metastasis tinggi, tapi tumor rekuren dapat
bertransformasi dan immatur ke arah matur, regularitasnya condong
menyerupai pertumbuhan embrio normal. Tumor marker untuk teratoma
immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic gonadotropin
(HCG).
d. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG serum
dapat positif. Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan
nekrosis berdarah. Dibawah mikroskop tampak sel primordial poligonal
membentuk lempeng, pita dan sarang, displasia menonjol, mitosis banyak
ditemukan, nukleus tampak vakuolasi, intrasel tampak butiran glasial PAS
positif.

3. Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari
satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok
ini. Pada penderita tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat
keluhan perdarahan pervagina, pertumbuhan seks sekunder antara lain
payudara membesar dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan
pubis yang disebut pubertas prekoks.
a. Tumor Sel Granulosa-teka
Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post menopause,
selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai
feminizing tumor, memproduksi estrogen yang membuat penderita cepat
menjadi wanita. Arsitektur histopatologinya bervariasi yaitu populasi sel
padat. Neoplasma ini dikategorikan low malignant. Pada endometrium
sering dijumpai karsinoma.
b. Androblastoma
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat merubah bentuk
penderita menjadi kelaki-lakian atau disebut juga masculinizing tumor.
Penyakit ini jarang dijumpai.
c. Ginandroblatoma
Merupakan peralihan antara tumor sel granulosa dan arrhenoblastoma dan
sangat jarang.
d. Fibroma
Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan dengan tekoma. Sering disertai
dengan asites dan hidrotoraks yang dikenal sebagai sindroma meigh.

D. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin
dan faktor genetik (Price, 2005).
1. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
2. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium
3. Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi
telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium.
Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker
ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita
kanker ovarium.
Sedangkan menurut Hidayat, (2009) ovarium terletak dikedalaman
rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga
sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis diluar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan
dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.

E. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista didalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada
rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala
yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang
dan konstipasi (Prawirohardjo, 2005).

Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina


sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen,
beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-
gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor, ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling
sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin (Harahap, 2003).

F. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Menurut (Smeltzer, 2001),
manifestasi klinis dari kanker ovarium meliputi :
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

G. Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
2. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa
sakit.
3. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
4. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus.

5. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
Namun secara umum komplikasi yang di timbulkan dari kanker ovarium
yaitu :
1. Efusi pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
2. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan
rongga panggul.
3. Hipoalbuminemia
4. Tuberkulosis
5. Kanker paru-paru

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu :
1. Pemeriksan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut
9. Pemeriksaan panggul
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan
sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan
kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah
mereka.

I. Penatalaksanaan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi.
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim
dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika
yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker (Hartiti,
2008) :
a. Prinsip Kerja Obat Kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker sebagian
besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin
aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap
sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat
prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut
Kemoresisten. Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat
DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa
inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi
hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam
sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

b. Pola Pemberian Kemoterapi


1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau
jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar
(Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau
limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker
yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain
seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan
kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor
yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
5. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga
peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal
(stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual
kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang
terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
6. Penanganan Lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan dan terus tiap 1 tahun sekali
J. Pathways

K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan
dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta
merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)
a. Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam,
keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
3) Integritas ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (misal merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual). Masalah tentang perubahan
dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri
pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa
terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif,
bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6) Neurosensori
Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan
proses penyakit)
8) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
9) Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang
merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun,
multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi seksual dini, herpes
genital.
11) Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau
bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain.
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan.
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae.
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot
bantu pernafasan.
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi
jantung, sakit dada.
7) Abdomen : kaji adanya asites.
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat,
ureum dan kreatinin meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d proses penyakit (kompresi / destruksi, jaringan saraf, infiltrasi
saraf, obstruksi jaringan saraf, inflamasi)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik,
konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional,
keletihan
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Fokus Intervensi dan Rasional


a. Nyeri b/d proses penyakit (kompresi / destruksi, jaringan saraf, infiltrasi
saraf, obstruksi jaringan saraf, inflamasi)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x24) nyeri
hilang atau nyeri berkurang dengan skala 2-4
Kriteria Hasil :
1) Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
2) Klien tampak rileks tidak menahan nyeri
3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif catat keluhan, lokasi
nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan
penghilangan nyeri yang dilakukan.
Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi.
2) Pantau tanda - tanda vital
Rasional : Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada
tanda - tanda vital
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik
relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan musik,
membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif
untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan
koping pasien.
4) Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien.
Rasional : Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan
relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali
perhatiannya.
5) Dorong pengungkapan perasaan pasien.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
6) Evaluasi upaya penghilangan nyeri atau kontrol pada pasien.
Rasional : Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah
kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh atau efek samping
yang minimum pada pasien.
7) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting.
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
8) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun
respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik
dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien.
9) Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan
pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat.
Rasional : Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat
mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri
yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang
terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di
rumah.
10) Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya
pemblokan pada saraf.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis)
yang tidak berespon pada tindakan lain.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik,
konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional,
keletihan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x24) kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1) BB stabil, tidak terdapat tanda malnutrisi
2) Pengungkapan pemohonan pengaruh individual pada masukan
adekuat
3) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu
makan, peningkatan nafsu makan
Intervensi :
1) Pantau intake makanan setiap hari, biarkan kalien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
2) Identifikasi klien yang mengalami mual atau muntah yang diantisipasi
Rasional : Mual muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai.
3) Ukur tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit
triseps atau dengan antropometrik lainnya. pastikan jumlah penurunan
BB saat ini
Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
4) Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient,
dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen
dan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan.
5) Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong pasien
untuk berbagi makan dengan keluarga atau teman.
Rasional : Membantu waktu makan lebih menyenangkan, yang dapat
meningkatkan masukan.
6) Rujuk pada ahli atau tim pendukung nutrisi.
Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi
kebutuhan individu dan menurunkan masalah berkenaan dengan
malnutrisi protein atau kalori dan defensiensi mikronutrien.

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika


urinaria.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (x24) jam
diharapkan pola eliminasi urine pasien kembali normal (adekuat) dengan
Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi hematuria
2) Tidak terjadi inkontinensia urine
3) Tidak terjadi dysuria
4) Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
Intervensi
1) Catat keluaran urine, selidiki penurunan atau penghentian aliran urine
tiba-tiba
Rasional : Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan
adanya obstruksi atau disfungsi pada traktus urinarius
2) Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan haluaran
urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine
Rasional : Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat
metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut.
3) Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada atau tidaknya
hematuria.
Rasional : Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah satunya di
vesika urinaria) dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis sehingga urine yang keluar berwarna merah
karena bercampur dengan darah.
4) Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau abnormal).
Rasional : Identifikasi tanda-tanda infeksi pada jaringan traktus
urinarius.
5) Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat.
Rasional : Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik.
6) Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler,
dan membran mukosa.
Rasional : Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan tingkat
hidrasi.
7) Kolaborasi : Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai
indikasi.
Rasional : Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya
pemeriksaan retrograd dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada traktus urinarius sehingga dapat menjadi dasar
untuk intervensi selanjutnya
8) Kolaborasi : Pantau nilai BUN dan kreatinin
Rasional : Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat menjadi
indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat komplikasi metastase
sel-sel kanker pada traktus urinarius hingga ke organ ginjal.

d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan


peristaltic.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (x24) jam
diharapakan konstipasi pasien menurun.
Kriteria Hasil :
1) Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
2) Feses lunak dan berbentuk
3) Mengeluarkan feses tanpa bantuan
Intervensi :
1) Kaji dan dokumenasikan frekuensi, warna dan konsistensi feses,
keluarnya flatus, adanya impaksi, ada tidaknya bisisng usus dan
distensi abdomen pada ke empat kuadran abdomen.
Rasional : Mengetahui sejauh mana dampak dari konstipasi itu sendiri
terhadap pasien.
2) Identifikasi factor yang dapat menyebabkan konstipasi.
Rasional : Dapat mempermudah pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat.
3) Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama eliminasi
defekasi.
Rasional : Dapat meningkatkan rasa nyaman untuk pasien.
4) Anjurkan pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi untuk
memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri.
Rasional : Mengurangi rasa nyeri pada pasien.
5) Lakukan penyuluhan untuk pasien dan keluarga.
Rasional : Memberikan gambaran kepada pasien dan keluarga
mengenai konstipasi dan apa dan tidak yang boleh dilakukan.
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan
dalam diet.
Rasional : Mengurangi konstipasi berkelanjutan melalui makanan
yang dicerna.

e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x24) jam
diharapkan kecemasan pasien berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien tampak lebih rileks
2) Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas
Rasional : Mengetahui tingkat ansietas pasien untuk menentukan
intervensi yang tepat
2) Gali penyebab ansietas pasien
Rasional : Membantu pasien mengurangi ansietas
3) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
Rasional : Membangkitkan semangat pasien sehingga keluarga dan
pasien bisa saling mensupport.
4) Gali intervensi yang menurunkan ansietas (musik, latihan relaksasi).
Rasional : Menurunkan ansietas pasien.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny. M

Tanggal Pengkajian 20-21 September 2016

A. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 56 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
h. Tanggal Masuk : 14 September 2016
i. No. Registrasi : 8657217
j. Diagnosa Medis : Ca Ovarii

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. M
b. Umur : 60 th
c. Alamat : Rowosari Meteseh
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Hubungan dengan klien : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
bawah sebelah kanan, nyeri sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu.
c. Riwayat keperawatan dan kesehatan dahulu : Pasien mengatakan sebelum
dirawat di rumah sakit hanya diperiksakan di puskesmas dan hanya di
beri obat anti nyeri. Pasien mengatakan, setelah bertahun-tahun nyeripun
semakin bertambah dan perut semakin membesar.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai permasalahan yang sama seperti
dirinya.

4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi : Saat ini terpasang O2 20tpm. Pasien


terlihat sesak napas jika oksigen dilepaskan.

5. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pola persepsi dan pemeliharaan fungsional : Pasien beranggapan bahwa
kesehatan adalah hal yang penting. Apabila dirinya atau anggota keluarga
menderita penyakit, selalu segera membawanya ke pelayanan kessehatan
terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Pasien mengatakan sebelum sakit, setiap
hari makan 3x sehari, demikian juga minum hampir 3 gelas besar sehari,
namun saat sakit pola makan sehari 2x dan hanya 3-5 sendok saja, karena
sudah terasa begah. Pola minum seharipun hanya habis 1 gelas besar.
c. Pola eliminasi
1) Eliminasi feses : Pasien mengatakan merasa kesulitan BAB dengan
kondisinya saat ini.
2) Pola BAK : Pasien mengatakan merasa kesulitan BAK dengan
kondisinya saat ini.
d. Pola aktivitas dan latihan : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak
mengalami kesulitan dalam beraktivitas, namun saat ini megalami
kesulitan (mandi, berganti pakaian, makan minum, ke toilet) dengan
kondisinya, sehingga jika ingin melakukan aktivitas harus dengan
bantuan anggota keluarga.
e. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan mengalami perubahan
kualitas tidur, yang sebelumnya 8 jam perhari menjadi 5 jam dengan
kondisinya saat ini.
f. Pola sensori dan kognitif : Pasien mengatakan bahwa nyeri yang
dirasakan adalah pada skala 5, nyeri seperti tertusuk, nyeri hilang timbul,
nyerinya bertambah saat berpindah tempat dan berkurang saat istirahat,
nyeri di perut bagian kanan bawah, dengan durasi 10 menit.
g. Pola hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan sampai saat ini
tidak mengalami gangguan dalam berhubungan maupun berkomunikasi
dengan anggota keluarga maupun orang lain. Hanya saja anak-anaknya
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
h. Pola reproduksi dan seksual : tidak terkaji
i. Pola persepsi diri dan konsep diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya
akan sembuh jika rutin kemoterapi dan memetuhi nasehat dokter.
j. Pola mekanisme koping : Pasien mengatakan dalam menghadapi
penyakitnya selalu bermusyawarah dengan suaminya yang selalu
mendampingi kemanapun berobat.
k. Pola keyakinan dan kepercayaan : Pasien meyakini bahwa penyakitnya
akan sembuh dengan berusaha terus berobat kemanapun.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran : Composmetis
c. Tanda-tanda vital (Tanggal 20 September 2016, jam 16.00)
1) Suhu : 36,2 C
2) TD : 140/90 mmHg
3) RR : 22x / menit (terpasang O2) dan hanya 16x permenit
jika tidak terpasang O2.
4) Nadi : 88x / menit
d. Pengukuran antropometri
1) BB : 77 kg
2) TB : 152 cm
3) Lila : 20 cm
e. Kepala
1) Rambut : Hitam lurus jarang, terdapat beberapa helai rambut yang
rontok di bantal pasien.
2) Mata : Kemampuan penglihatan baik, pasien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
3) Hidung : Hidung terpasang kanul O2, tidak ada secret, tidak ada suara
napas cuping hidung.
4) Telinga : Pendengaran tidak mengalami gangguan, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada secret.
5) Mulut : Mukosa bibir kering pucat, gigi terlihat banyak sisa makanan,
bau mulut yang khas.
f. Jantung
1) Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran jantung.
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
g. Paru-paru
1) Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada luka pada
daerah dada.
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
h. Abdomen
1) Inspeksi : Perut tampak besar, terdapat luka kecil bekas tindakan
(fungsi) di perut kanan bawah. Luka bersih, tertutup balutan luka.
2) Auskultasi :
3) Perkusi :
4) Palpasi :
i. Genetalia : Tidak terkaji
j. Ekstremitas
1) Inspeksi kuku : Warna ujung kuku hitam, kotor, tidak ada edema.
2) Kemampuan ekstremitas : Kemampuan ekstremitas atas baik,
kemampuan ekstremitas bawah mengalami penurunan dengan
kondisinya saat ini.
3) Capillary refill : Normal 3 detik.
4) Terpasang infus tidak edema : Terpasang infus (NaCl 20 tpm), balutan
sekitar infus bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi di sekitar tusukan
infus.
k. Kulit
1) Warna : Sawo matang
2) Kelembaban : Tampak kering di bagian ekstremitas bawah, tidak
terdapat edema.

7. Pemeriksaan Penunjang (Hematologi (Tanggal 19 September 2016)


No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 11.6 g/dl 12.00 - 15.00 L
2 Hematokrit 35.6 % 35 47
3 Eritrosit 4.09 106/ul 4.4 - 5.9 L
4 MCH 28.4 Pg 27.00 32.00
5 MCV 87 fL 76 96
6 MCHC 32.6 g/dl 29.00 36.00
7 Leukosit 5.9 103/uL 3.6 11
8 Trombosit 298 103/uL 150 400
9 RDW 17.2 % 11.60 14.80 H
10 MPV 10.8 fL 4.00 11.00
8. Diit yang diperoleh
Diet lunak (bubur sumsum)

9. Therapy
a. Vit B complex 1 tab/12 jam po
b. Vit C 50 mg/12jam po
c. Sulfas Ferrosus 300 mg/12 jam po (Suplemen zat besi/ pembentukan
darah merah)
d. Dexametasone 20 mg Intravena (anti radang)
e. Diphenhydramine 50 mg Intravena
f. Ranitidin 50 mg Intravena
g. Doxorubicine 100 mg 80 menit intravena (agen anti kanker)
h. Corbosin 450 mg 2 jam Intravena (anti karsinoma ovarium)

B. Data Fokus
Hari/Tanggal Jam Data (DS dan DO) TT
Selasa, 20 Sept 2016
16.00 DS :
1. Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
adalah pada skala 5, nyeri seperti tertusuk, nyeri
hilang timbul, nyerinya bertambah saat
berpindah tempat dan berkurang saat istirahat,
nyeri di perut bagian kanan bawah, dengan
durasi 10 menit
DO :
1. TD : 140/90 mmHg
2. RR : 22x / menit
3. Nadi : 88x / menit
4. Suhu : 36,2 C
5. Wajah tampak menahan sakit saat akan
berpindah tempat
18.30 DS :
1. Pasien mengatakan makan sehari 2x namun
hanya 3-5 sendok saja, sudah terasa begah,
minum sehari hanya habis 1 gelas besar.
2. Pasien mengatakan lemas
3. Pasien mengatakan mual tidak ingin makan
sehabis kemoterapy.
DO :
1. Terlihat sisa makanan yang belum dihabiskan
dimeja
2. Pasien terlihat lemah
Rabu, 21 Sept 2016
15.30 DS :
1. Pasien mengatakan kesulitan BAB dengan
kondisinya saat ini.

C. Analisa Data
Data (DS dan DO) Problem Etiologi
DS : Nyeri kronis Proses penyakit
Pasien mengatakan nyeri. (Kompresi sel
P : nyerinya bertambah saat berpindah abnormal /
tempat dan berkurang saat istirahat metastase kepada
Q : nyeri hilang timbul jaringan saraf)
R : nyeri di perut bagian kanan bawah
S : skala 5
T : Saat ingin melakukan aktivitas,
10 menit.

DO :
TD : 140/90 mmHg
RR : 22x / menit
Nadi : 88x / menit
Suhu : 36,2 C
Wajah tampak menahan sakit saat akan
berpindah tempat
DS : Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
1. Pasien mengatakan makan sehari nutrisi kurang dari untuk mencerna
2x namun hanya 3-5 sendok saja, kebutuhan tubuh nutrisi karena
karena sudah terasa begah, minum faktor penyakit
sehari hanya habis 1 gelas besar.
2. Pasien mengatakan mual tidak
ingin makan sehabis kemoterapy.
DO :
1. Terlihat sisa makanan yang belum
dihabiskan dimeja
2. Pasien terlihat lemah
DS : Gangguan eliminasi Penurunan fungsi
Pasien mengatakan merasa kesulitan BAB : Konstipasi peristaltic
BAB dengan kondisinya saat ini.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis b.d Proses penyakit (kompresi sel abnormal / metastase kepada
jaringan saraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi karena faktor penyakit
3. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d Penurunan fungsi peristaltik

E. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Kronis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan penyebab nyeri
b.d Proses keperawatan selama 2x24 jam nyeri Rasional : Menstimulus pasien
penyakit berkurang atau teratasi. agar kooperatif dalam
(Kompresi sel Kriteria Hasil : penanganan yang akan dilakukan
abnormal / 1. Nyeri berkurang atau hilang selanjutnya.
metastase 2. Skala nyeri 1-3 2. Ajarkan pasien manajemen nyeri
kepada jaringan 3. Ekspresi wajah tidak menahan (relaksasi napas dalam)
Rasional : Menghambat stimulus
saraf) rasa sakit nyeri.
4. TTV dalam rentang normal. 3. Lakukan tekhnik non
N : 60-100x / menit farmakologi (massase punggung)
TD : 60/90 mmHg 130/100 Rasional : Menstimulus syaraf
mmHg agar rileks dan mengurangi nyeri.
RR : 18 22x / menit
2 Ketidakseimban Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi mual, faktor yang
gan nutrisi keperawatan selama 2x24 jam, menyebabkan mual.
kurang dari nutrisi kurang teratasi. Rasional : Penting untuk
kebutuhan Kriteria Hasil : mengetahui karakteristik mual
tubuh b.d 1. Hasil lab dalam rentang dan faktor-faktor yang
Ketidakmampua normal menyebabkan mual. Apabila
n untuk a. Albumin (3.8 5.0 gr %) karakteristik mual dan faktor
mencerna b. Hematokrit (36 47 % ) penyebab mual diketahui maka
c. Hemoglobin (12-16 g/dl) dapat menetukan intervensi yang
nutrisi karena
2. Pasien mampu makan 10
faktor penyakit diberikan.
cendok makan. 2. Anjurkan pasien makan sedikit
3. Penurunan intensitas
demi sedikit tapi sering.
terjadinya mual muntah Rasional : Makan sedikit demi
sedikit dapat meningkatkn intake
nutrisi.
3. Anjurkan pasien untuk makan
selagi hangat.
Rasional : Makanan dalam
kondisi hangat dapat
menurunkan rasa mual sehingga
intake nutrisi dapat ditingkatkan.
4. Kolaborasi pemberian terapi
antiemetik :
a. Ondansentron 24 (k/p)
b. Sucralfat 31 CI
Rasional : Antiemetik dapat
digunakan sebagai terapi
farmakologis dalam manajemen
mual dengan menghamabat
sekres asam lambung.
3 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Catat keluhan dan faktor sulit
eliminasi BAB : keperawatan selama 2x24 jam, BAB
Konstipasi b.d pasien dapat defekasi dengan Rasional : Guna menentukan
Penurunan teratur. tindakan yang tepat untuk
fungsi Kriteria Hasil : dilakukan selanjutnya.
peristaltik 1. Defekasi dapat dilakukan satu 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kali sehari. mengenai diet yang tepat (diit
2. Konsistensi feses lembut lunak)
3. Eliminasi feses tanpa perlu Rasional : Makanan lunak
mengejan berlebihan meningkatkan konsistensi feces
3. Berikan obat pencahar sesuai
advis dokter.
Rasional : Obat pencahar
merangsang kerja usus.

F. Tindakan Keperawatan
No Hari/Tanggal Jam Tindakan Respon Pasien Ttd
Dx dan
Nama
1 Selasa, 20 17.00 Menjelaskan penyebab nyeri S:-
Sept 2016 O : Pasien tampak antusias
mendengarkan
17.20 Mengajarkan tekhnik relaksasi S:-
napas dalam O : Pasien tampak bersedia mengikuti
arahan
2 Selasa, 20 18.30 Mengkaji frekuensi mual, S : Pasien mengatakan mual setelah
Sept 2016 faktor yang menyebabkan kemoteraphy
mual. O : Pasien terlihat lemas dan lemah.

19.00 1. Menganjurkan pasien S: -


makan sedikit demi sedikit O:
tapi sering 1. Pasien bersedia mengikuti
2. Menganjurkan pasien perintah
untuk makan selagi 2. Porsi makan bertambah
hangat. menjadi 10 sendok
3 Rabu, 21 Sept 15.30 Mencatat keluhan dan faktor S : Pasien mengatakan sulit BAB
2016 sulit BAB dengan kondisinya saat ini
O:-
17.30 Mengkolaborasi dengan ahli S : Pasin mengatakan suka makanan
gizi mengenai diet yang tepat yang lunak seperti bubur
O:-

G. Catatan Perkembangan
No Waktu Jam Evaluasi Ttd &
Dx Nama
1 Selasa, 20 18.00 S : Pasien mengatakan nyerinya belum berkurang
Sept 2016 O : Pasien masih terlihat menahan rasa sakit
A : Nyeri
P:
1. Monitor kembali nyeri pasien
2. Pantau terus TTV
3. Menganjurkan mengulang kembali tekhnik
relaksasi napas dalam
4. Massase punggung
2 Selasa, 20 20.00 S : Pasien bersedia mengikuti perintah
Sept 2016 O : Porsi makan bertambah menjadi 10 sendok
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P:
1. Anjurkan kembali makan dengan porsi sedikit
tapi sering selagi hangat
2. Jika masih mual kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian anti emetik.
3 Rabu, 21 S : Pasien mengatakan sulit BAB dengan kondisinya
Sept 2016 saat ini
O:-
A : Gangguan eliminasi BAB : konstipasi
P:
1. Berikan makanan lunak
2. Jika belum ada perubahan beri obat pencahar
Tanggal 22 Sept 2016 jam 16.00 pasien pulang dengan keluarga.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan Ny.
M dengan kanker ovarium di ruang Rajawali 4B RSUP Dr. kariadi Semarang.
Pengkajian yang penulis lakukan dengan metode anamnesa pada tanggal 20-21
Oktober 2016, penulis menemukan data subjektif, Pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan adalah pada skala 5, nyeri seperti tertusuk, nyeri hilang timbul,
nyerinya bertambah saat berpindah tempat dan berkurang saat istirahat, nyeri di perut
bagian kanan bawah, dengan durasi 10 menit, Pasien mengatakan makan sehari 2x
namun hanya 3-5 sendok saja, sudah terasa begah, minum sehari hanya habis 1 gelas
besar, lemas, mual tidak ingin makan sehabis kemoterapy.
Masalah keperawatan yang penulis tegakkan pada kasus ini adalah :
1. Nyeri Kronis b.d Proses penyakit (kompresi sel abnormal / metastase kepada
jaringan saraf). Nyeri adalah sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara actual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Carpenito, 2005). Nyeri yang dirasakan Ny.
M dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Nyeri yang dirasakan adalah pada skala 5,
nyeri seperti tertusuk, nyeri hilang timbul, nyerinya bertambah saat berpindah
tempat dan berkurang saat istirahat, nyeri di perut bagian kanan bawah, dengan
durasi 10 menit. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu manajemen nyeri dan
kolaborasi analgetik dengan dokter. Dengan tekhnik manajemen nyeri (relaksasi
napas dalam) rasa ketidaknyamanan pasien belum berkurang, sehingga
disarankan berkolaborasi pemberian analgetik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna nutrisi karena faktor penyakit.
3. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d Penurunan fungsi peristaltik

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah suatu tumor ganas yang berada diovarium yang
tidak ada gejalanya dan telah mencapai stadium lanjut dengan komplikasi yang
menyertai ketika di diagnosa, dan biasanya sering ditemukan pada wanita berusia
50 70 tahun.
Masalah yang muncul selama memberikan asuhan keperawatan pada
klien Ny. M dengan kanker ovarium adalah :
1. Nyeri Kronis b.d proses penyakit (kompresi sel abnormal / metastase kepada
jaringan saraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna nutrisi karena faktor penyakit
3. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d penurunan fungsi peristaltik
Penulis memang hanya menuliskan 3 diagnosa kasus, dan hanya sedikit
melakukan intervensi, dikarenakan waktu dan jam sift yang dijadwalkan. Namun,
faktanya masih banyak diangnosa yang bisa dirumuskan dengan mengacu pada
pengkajian yang sudah dilakukan.

B. Saran
1. Penulis Selanjutnya
Harus lebih banyak menggali kondisi pasien dengan pengkajian yang benar.

Daftar Pustaka

Berek, Jonathan S., (2002). Novaks Gynecology_13th. Hal 293 295. Lippincott.
Williams & Wilkins. Philadelphia. USA.
Bhatla, N., Cain, J., Chakhtoura, N., Chibwesha, C., Garland, S., Shelbaya, S.G., et
al, (2009). FIGO: Global Guidance For Cervical Cancer Prevention and
Control, International Federation of Gynecology & Obstetrics, 69 76.
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Harahap, R.E., (2003). Neoplasia Intraepitel Pada Kanker Serviks (NIS), Pendekatan
Ilmiah: Pencegahan Kanker Leher Rahim. Jakarta: UI Press
Hartati, S, Arika., (2008). Konsep Diri dan kecemasan Wanita Penderita Kanker
Payudara Di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. USU. Penerbit tidak dipublikasikan
NANDA, (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika
Prawirohardjo, (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price, (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 3. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, (1999). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai