Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CA OVARIUM DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Diruang Rajawali 4b RSUP Dr. Kariyadi Semarang

Tanggal Praktek :

Nama Mahasiswa : Tunjung Tejo Mukti

NIM : G3A016080

Nama Pembimbing :

Saran Pembimbing :

Tanda Tangan Pembimbing

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
A. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 56 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
h. Tanggal Masuk : 14 September 2016
i. No. Registrasi : 8657217
j. Diagnosa Medis : Ca Ovari

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. M
b. Umur : 60 th
c. Alamat : Rowosari Meteseh
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Hubungan dengan klien : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
bawah sebelah kanan, nyeri sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu.
c. Riwayat keperawatan dan kesehatan dahulu : Pasien mengatakan sebelum
dirawat di rumah sakit hanya diperiksakan di puskesmas dan hanya di
beri obat anti nyeri. Pasien mengatakan, setelah bertahun-tahun nyeripun
semakin bertambah dan perut semakin membesar.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai permasalahan yang sama seperti
dirinya.

4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi : Saat ini terpasang O2 20tpm. Pasien


mengatakan sesak napas jika oksigen dilepaskan.

5. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pola persepsi dan pemeliharaan fungsional : Pasien beranggapan bahwa
kesehatan adalah hal yang penting. Apabila dirinya atau anggota keluarga
menderita penyakit, selalu segera membawanya ke pelayanan kessehatan
terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Pasien mengatakan sebelum sakit, setiap
hari makan 3x sehari, demikian juga minum hampir 3 gelas besar sehari,
namun saat sakit pola makan sehari 2x dan hanya 3-5 sendok saja, karena
sudah terasa begah. Pola minum seharipun hanya habis 1 gelas besar.
c. Pola eliminasi
1) Eliminasi feses : Pasien mengatakan merasa kesulitan BAB dengan
kondisinya saat ini.
2) Pola BAK : Pasien mengatakan merasa kesulitan BAK dengan
kondisinya saat ini.
d. Pola aktivitas dan latihan : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak
mengalami kesulitan dalam beraktivitas, namun saat ini megalami
kesulitan (mandi, berganti pakaian, makan minum, ke toilet) dengan
kondisinya, sehingga jika ingin melakukan aktivitas harus dengan
bantuan anggota keluarga.
e. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan mengalami perubahan
kualitas tidur, yang sebelumnya 8 jam perhari menjadi 5 jam dengan
kondisinya saat ini.
f. Pola sensori dan kognitif : Pasien mengatakan bahwa nyeri yang
dirasakan adalah pada skala 5, nyeri seperti tertusuk, nyeri hilang timbul,
nyerinya bertambah saat berpindah tempat dan berkurang saat istirahat,
nyeri di perut bagian kanan bawah, dengan durasi 10 menit.
g. Pola hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan sampai saat ini
tidak mengalami gangguan dalam berhubungan maupun berkomunikasi
dengan anggota keluarga maupun orang lain. Hanya saja anak-anaknya
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
h. Pola reproduksi dan seksual : tidak terkaji
i. Pola persepsi diri dan konsep diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya
akan sembuh jika rutin kemoterapi dan memetuhi nasehat dokter.
j. Pola mekanisme koping : Pasien mengatakan dalam menghadapi
penyakitnya selalu bermusyawarah dengan suaminya yang selalu
mendampingi kemanapun berobat.
k. Pola keyakinan dan kepercayaan : Pasien meyakini bahwa penyakitnya
akan sembuh dengan berusaha terus berobat kemanapun.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran : Composmetis
c. Tanda-tanda vital (Tanggal 20 September 2016, jam 16.00)
1) Suhu : 36,2 C
2) TD : 140/90 mmHg
3) RR : 22x / menit (terpasang O2) dan hanya 28x permenit
jika tidak terpasang O2.
4) Nadi : 88x / menit
d. Pengukuran antropometri
1) BB : 77 kg
2) TB : 152 cm
3) Lila : 20 cm
e. Kepala
1) Rambut : Hitam lurus jarang, terdapat beberapa helai rambut yang
rontok di bantal pasien.
2) Mata : Kemampuan penglihatan baik, pasien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
3) Hidung : Hidung terpasang kanul O2, tidak ada secret, tidak ada suara
napas cuping hidung.
4) Telinga : Pendengaran tidak mengalami gangguan, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada secret.
5) Mulut : Mukosa bibir kering pucat, gigi terlihat banyak sisa makanan,
bau mulut yang khas.
f. Jantung
1) Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran jantung.
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
g. Paru-paru
1) Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada luka pada
daerah dada.
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
h. Abdomen
1) Inspeksi : Perut tampak besar, terdapat luka kecil bekas tindakan
(fungsi) di perut kanan bawah. Luka bersih, tertutup balutan luka.
2) Auskultasi :
3) Perkusi :
4) Palpasi :
i. Genetalia : Tidak terkaji
j. Ekstremitas
1) Inspeksi kuku : Warna ujung kuku hitam, kotor, tidak ada edema.
2) Kemampuan ekstremitas : Kemampuan ekstremitas atas baik,
kemampuan ekstremitas bawah mengalami penurunan dengan
kondisinya saat ini.
3) Capillary refill : Normal 3 detik.
4) Terpasang infus tidak edema : Terpasang infus (NaCl 20 tpm), balutan
sekitar infus bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi di sekitar tusukan
infus.
k. Kulit
1) Warna : Sawo matang
2) Kelembaban : Tampak kering di bagian ekstremitas bawah, tidak
terdapat edema.

7. Pemeriksaan Penunjang (Hematologi (Tanggal 19 September 2016)


No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 11.6 g/dl 12.00 - 15.00 L
2 Hematokrit 35.6 % 35 47
3 Eritrosit 4.09 106/ul 4.4 - 5.9 L
4 MCH 28.4 Pg 27.00 32.00
5 MCV 87 fL 76 96
6 MCHC 32.6 g/dl 29.00 36.00
7 Leukosit 5.9 103/uL 3.6 11
8 Trombosit 298 103/uL 150 400
9 RDW 17.2 % 11.60 14.80 H
10 MPV 10.8 fL 4.00 11.00
8. Diit yang diperoleh
Diet lunak (bubur sumsum)

9. Therapy
a. Vit B complex 1 tab/12 jam po
b. Vit C 50 mg/12jam po
c. Sulfas Ferrosus 300 mg/12 jam po (Suplemen zat besi/ pembentukan
darah merah)
d. Dexametasone 20 mg Intravena (anti radang)
e. Diphenhydramine 50 mg Intravena
f. Ranitidin 50 mg Intravena
g. Doxorubicine 100 mg 80 menit intravena (agen anti kanker)
h. Corbosin 450 mg 2 jam Intravena (anti karsinoma ovarium)

B. Data Fokus
Hari/Tanggal Jam Data (DS dan DO) TT
Selasa, 20 Sept 2016
16.00 DS :
1. Pasien mengatakan sesak napas jika oksigen
dilepaskan.

DO :
1. TD : 140/90 mmHg
2. RR : 22x / menit dengan memakai O2 dan 28x
per menit jika tidak memakai O2
3. Nadi : 88x / menit
4. Suhu : 36,2 C
5. Wajah tampak menahan sakit saat akan
berpindah tempat

C. Analisa Data
Data (DS dan DO) Problem Etiologi
DS :
1. Pasien mengatakan sesak napas Pola napas tidak Nyeri abdomen
jika oksigen dilepaskan. efektif bagian bawah

DO :
1. TD : 140/90 mmHg
2. RR : 22x / menit dengan memakai
O2 dan 28x per menit jika tidak
memakai O2
3. Nadi : 88x / menit
4. Suhu : 36,2 C
5. Wajah tampak menahan sakit saat
akan berpindah tempat
D. Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d nyeri

E. Perencanaan
Pemberian oksigen 20 tpm sesuai advis dokter.

A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak
masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel
otak secara permanen.. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk
mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam
metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber
energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan
cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen
(O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Tarwoto,W., 2006)..
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

B. Tujuan Pemberian Oksigenasi


Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada,
dan cara penghisapan lendir (suction)
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

C. Anatomi Sistem Pernapasan


1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang
mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk
udara mengalir ke dan dari paru-paru. Hidung juga berfungsi sebagai
penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru-paru. Hidung juga bertanggung jawab terhadap
olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa
hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan pertambahan usia.
b. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif.
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas:
1) Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan.
2) Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring.
3) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun (Adam's apple)
4) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid).
5) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago tiroid.
6) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batu.
d. Trakea
Disebut juga batang tenggorok. Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina.

2. Saluran Nafas Bawah


a. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris kanan
(3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan
terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi
lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan
napas.
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan
sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2, terdiri atas
3 tipe :
1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli.
2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps).
3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
g. Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga
dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru
mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi
3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2
lobus. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis,
terbagi menjadi 2 :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini
untuk mencegah kolap paru-paru.

D. Fisiologi Sistem Pernapasan


Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu
dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi). Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit. Proses
bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,
dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada
masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi.
Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang
memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg. Faktor-faktor yang
mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler dara
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan
ke dalam cairan plasma dan sel-sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
e. Keadaan pembuluh darah
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

1) Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu
paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada,
otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan
pusat pernapasan di otak. Bernafas adalah pergerakan udara dari
atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke
luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.
2) Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi
oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transport oksigen.
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar
dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudian dari
aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,
arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang
kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari
atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup pulmonalis
untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan
bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport gas
oksigen dan karbon dioksida.
3) Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan
dan karbon dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen
dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin
(Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah
mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul
oksigenasi membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan
Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb
dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen


1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

F. Perubahan Fungsi Pernapasan


1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan
karena kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan, ketidakseimbangan
asam basa seperti pada asidosis metabolic. Tanda-tanda dan gejala
hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain),
menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan
gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh : menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi
O2 jika berada di puncak gunung, ketidakmampuan jaringan mengikat O2
seperti pada keracunan sianida, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam
darah seperti pneumonia, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
kerusakan/gangguan ventilasi. Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.

G. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas
dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi
maupun fisiologi dari organ-organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi
dapat disebabkan diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
degeneratif, dan lain-lain. Gangguan tersebu akan menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar,
gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernafasan antara lain :
1) Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya
mula-mula dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan
berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernafasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi
saat tidur.
2) Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan
cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan
pernafasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3) Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernafasan
1) Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya
meningkat diatas frekuensi pernafasan normal.
2) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan
yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
2. Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru kejaringan.
3. Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok yaitu :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
c. Overventilasi hipoksia
d. Hipoksia histotoksik

H. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan
masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
1. Siapkan nasal kanul 1 set tabung oksigen ( oksigen central )
2. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau oksigen
dinding
3. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton budd
atau tissue
4. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan
mengamati adanya gelembung udara dalam humidifier
5. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul
kepunggung tangan perawat
6. Pasang nasal kanul kelubang hidung pasien dengan tepat
7. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak
8. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang dan jangan
terlalu kendor
9. Pastikkan nasal kanul terpasang dengan aman
10. Atur aliran oksigen sesuai dengan program
11. Alat-alat dikembalikan di tempat semula
12. Perawat mencuci tangan setelah melakukan tindakan
13. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam
Evaluasi
1. Respon pasien 15 menit setelah dilakukan tindakan
2. Dokumentasikan:
a. Waktu pelaksanaan
b. Respon pasien
Daftar Pustaka

Hidayat, A. A., (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :


Salemba Mardika
Perry, Potter., Fundamental of Nursing. Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997
Tarwoto,W., (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Mardika.

Anda mungkin juga menyukai