A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim
(serviks). Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal
dunia karena kanker dalam tiga dasa warsa terakhir. tingginya angka kematian
itu akibat terlambatnya penanganan sekitar 70% datang dengan kondisi
stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker tersering pada wanita dan
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab
kematian nomor 4 di negara berkembang. Laporan WHO menunjukan kasus
kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10
juta kasus baru pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada
tahun 2020. Sampai saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan
mortalitas belum menunjukan hasil penurunan yang signifikan. 5ukti kuat
pendukung kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus
(HPV) dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital
meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono,2007). Data setiap tahun
sekitar 500.000 perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks.
Dari jumlah itu sekitar 270.000 penderita meninggal dunia. Di Indonesia,
kanker serviks telah menjadi pembunuh nomor satu dari keseluruhan kanker.
Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling umum kedua yang biasa
diderita perempuan berusia 20-25 tahun. Di Indonesia kanker serviks
merupakan kasus terbanyak dan hampir 70%-nya ditemukan dalam kondisi
stadium lanjut (> stadium IIB). Hal ini karena masih rentannya pelaksanaan
skrining yaitu <5%. Padahal pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80%.
Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia tahun 2008 yang
berjumlah 203 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat kecil sekali.
Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta wanita
pada usia 15-64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10-14 tahun. Oleh karena
itu# tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45
wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai
20-25 wanita perhari (Samadi,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ca serviks?
2. Apa etiologi ca. Serviks?
3. Bagaimana tanda dan gejala ca. serviks?
4. Bagaimana pemeriksaan ca, serviks?
5. Bagaimana penatalaksanaan ca servks?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi ca.serviks.
2. Mengetahui etiologi ca.serviks.
3. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks.
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang ca.serviks.
5. Megetahui penatalaksanaan ca serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
6. CT scanner
CT Scannner membutuhkan beberapa sinar x dan komputer
mencipatakan gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam
perut dan panggul. CT scan sering digunakan untuk menentukkan
pakah kanker serviks telah menyebar dan jika demikian seberapa jauh.
7. Magnetic resonance imaging (MRI scan)
Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga tinggi dan
komputer untuk membuat gambar resolusi tinggi dari serviks dan
struktur lainnya dalam perut dan panggul. Seperti CT scan, MRI scan
dapat digunakan untuk mencari penyebaran kanaker serviks.
8. Tes DNA HPV
Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari human
papillomavirus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat mengidentifikasi
pakah tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks yang hadir.
E. Penatalaksanaan Ca.Serviks
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung
pada stadiumnya. Penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu :
histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks E :
1. Stadium 0 : konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut
dengan basis pada parti, untuk tujuan diagnostik/terapeutik)
2. Stadium IA : simple histerektomi (histerektomi total).
3. Stadium IB dan IIA : histerektomi dan chemoterapi. Histerektomi radikal
dengan limpadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe pada aorta
(bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
4. Stadium III-IVB : Radiasi paliatif dan kemoterapi.
F. Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit
1. Bidan mampu memberikan penyuluhan tentang bahaya kanker serviks
kepada perempuan yang memasuki usia produktif.
2. Bidan mampu memberikan penyuluhan tentang upaya pencegahan kanker
serviks.
3. Bidan mampu memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker
serviks.
4. Bidan mampu melaksanakan pemeriksaan Pap Smear dan IVA test guna
untuk skrinning ca cerviks.
a. Peran Bidan
Peran Bidam adalah akivitas Bidan dalam praktik, yang telah
menyelesaikan pendidikan formal dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas kebidanan secara profesional. Peran Bidan terdiri dari
peran sebagai asuhan kebidanan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan, pembaharu dan penelitian (Widyana, 2016). Dalam
melaksanakan praktik kebidanan pada penyakit kanker serviks, Bidan
melakukan beberapa peran sebagai berikut :
1) Peran Bidan sebagai pemberi asuhan Kebidanan Bidan diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan dasar klien pada penderita kanker
serviks, antara lain: (Iskandar, 2013)
2) Memberikan pelayanan kebidanan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai
dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang
kompleks.
3) Memperhatikan individu dalam konteks kehidupan, serta
memperhatikan kebutuhan dasar klien.
4) Pemberian pelayanan kesehatan menggunakan proses kebidanan
(pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi/perencanaan,
implementasi/tindakan dan evaluasi).
5) Bidan harus memperhatikan individu secara keseluruhan.
6) Menggunakan proses kebidanan untuk mengidentifikasi diagnosis,
mulai dari masalah fisik hingga psikologis.
b. Peran Bidan sebagai advokat
Bidan berperan sebagai advokat atau pelindung klien. Dalam penderita
penyakit kanker serviks, Bidan mampu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan
yang berasal dari pengobatan atau tindakan tertentu. Tugas Bidan antara
lain : (Iskandar, 2013)
1) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberian pelayanan
kesehatan, serta memberikan informsi lain untuk mengambil
persetujuan dalam tindakan kebidanan yang akan diberikan pada
klien.
2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Bidan adalah anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan klien, sehingga diharapkan Bidan harus mampu
membela hak-hak klien.
3) Pembelaan didalam hak-hak klien yang berisi peningkatan kesehatan
klien serta melindungi dan memastikan terpenuhi kebutuhannya. Hak-
hak klien antara lain :
a. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya.
c. Hak atas privasi.
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
e. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalalaian tindakan.
Hak-hak tenaga kesehatan antara lain :
a. Hak atas informasi yang benar.
b. Hak untuk bekerja sesuai standar.
c. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien.
d. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok.
e. Hak atas rahasia pibadi.
f. Hak atas balas jasa.
c. Peran Bidan sebagai edukator
Peran Bidan sebagai pendidik dalam penyakit kanker serviks yaitu
memberikan penyuluhan kepada klien dengan cara mengatasi masalah kanker
serviks. Bidan membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan terkait dengan dan tindakan medis yang diterima.
Klien bersama keluarga diberikan pengetahuan agar mengetahui faktor risiko,
penyebab hingga pengobatan yang akan diberikan dengan bahasa yang mudah
dipahami.
Pendidikan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk membangun kesadaran
diri dengan pengetahuan. Tetapi untuk membangun kesehatan individu dan
maasyarakat yang dapat diterapkan sehari-hari. Untuk dapat melaksanakan
peran sebagai pendidik, ada kemampuan yang harus dimiliki Bidan antara
lain : (Asmadi, 2008)
1) Wawasan ilmu pengetahuan . Bidan harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang luas mengenai ilmu yang mendukung perannya
sebagai edukator yang dapat dilaksanakan dengan tepat.
2) Komunikasi, melalui komunikasi, Bidan dapat berinteraksi dengan
memberikan informasi tentang penyakit kanker serviks, yang
diharapkan mampu mengetahui masalah yang dihadapi serta
mengenali keluhan dari klien.
3) Pemahaman Psikologis, Bidan harus memahami psikologis klien
untuk meningkatkan kepeduliaanya. Bidan mampu menyentuh hati
klien agar pemikiran dan ide dapat langsung diterima, sehingga tujuan
pendidikan kesehatan dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rendahnya, tingkat pendidikan mempengaruhi
rendahnyapengetahuan, serta memepengaruhi angka kejadian kanker serviks.
Seperti dalam penelitian Peckenpaugh (2008), peningkatan kasus kanker
berhubungan pengetahaun yang rendah berhungan dengan kondisi sosial
ekonomi, prubahan demografis dan spikososia. Dari temuan tersebut maka
perlu diinformasikan kepada petugas puskesmas, khusunya layanan wanita,
untuk lebih meningkatakan lagi layanan konseling atau kegiatan untuk
peningkatan pengetshuan melalui penyuluhan kesehatan. Kegiatan dilakuakn
mencegah kejadian kanker serviks dan memotivasi masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat.
Penyebarluasan informasi tentang kanker serviks dengan memberikan
pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1. Kunjungan rumah
2. Diskusi kelompok
3. Kuliah
4. Seminar
5. Pelatihan
6. Menempelkan poster
7. Menempelkan baliho
8. Membagikan leaflet
B. Saran
Berhati-hatilah dengan kanker serviks, lebih baik mencegah daripada
mebgobati. Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tetapi bukan
berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit dapat kita hindari dengan selalu
berusaha hidup teratur.
Dan jangan lupa untuk melakukan skrenning kanker serviks jangan
samapai mrnunggu adnya keluhan. Datanglah ke tempat periksa untuk
pemeriksaan Pap smear/IVA. Jika ditemukan kelaianan pra kanker ikutilah
pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada
tahap ini kesembuhannya 100%.
Daftar Pustaka