NPM : H522216
Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Bayi baru lahir BY.NY. D usia 1 jam
dengan Asfikisa di RSUD Sekarwangi, telah disahkan oleh Tim Pembimbing
pada :
Hari : JUMAT
Tanggal : 4-7-2023
Tempat : Institut Kesehatan Rajawali
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Program Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir By ny D usia 1
jam dengan Asfiksia di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik klinik program studi Pendidikan Profesi Bidan
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tonika Tohri, S. Kep., M. Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. Erni Hernawati,S.S.T.,Bd.,M.M.,M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali
3. Lia Kamila, S.S.T.,Bd., M.Keb selaku penanggung jawab program studi sarjana
kebidanan Institut Kesehatan Rajawali;
4. Lelasari S.S.T.,M.Kes selaku pembimbing praktik klinik di RSUD Sekarwangi kapubaten
Sukabumi telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan selama
pelaksanaan praktik klinik
5. Mira Miraturrofi’ah, S.S.T.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan membantu dalam penyusunan laporan
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis dengan lebih baik. Semoga
laporan ini dapat memberikn manfaat. Aamiin.
AGUSTUS 2023
KATA PENGANTAR……………………….………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………. 1
B. TUJUAN ……………………………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………... 4
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 25
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………… 31
BAB IV SIMPULAN ………………………………………………………… 34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 32angka kematian
bayi per 1000 kelahiran hidup yang mana terdiri dari bayi usia0-11 bulan 13 angka kematian
bayi per 1000 kelahiran hidup, bayi neonatum 0-28 hari 19 angka kematian bayi per 1000
kelahiran hidup. Pada tahun 2030 untuk mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh warga negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal 12 per 1000
kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai sesuai tujuan SDG’s pada tahun 2030 AKB
turun menjadi 12 angka kematian bayi per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Untuk
mencapai tujuan itu ada beberapa sasaran yang harus dicapai, diantaranya pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan berkualitas (Helmizar, 2014).
Penyebab kematian bayi baru lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak
225 bayi (36%), cacat bawaan sebanyak 210 bayi (33%), kekurangan oksigen (asfiksia) sebanyak
198 bayi (31%), sedangkan penyebab lain kematian bayi baru lahir disebabkan oleh sepsis
(infeksi sistemik), kelainan bawaan dan trauma persalinan (SDKI, 2012).
Asfiksia merupakan penyebab ke-3 kematian bayi baru lahir hal ini disebabkan karena
proses persalinan yang terlalu lama terutama pada proses persalinan kala II lama dan memegang
peran penting dalam pencapaian penurunan angka kematian bayi baru lahir. Solusinya dengan
menekan angka kejadian asfiksia dengan cara meminimalkan resiko terjadinya asfiksia pada saat
proses persalinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Prawirohardjo (2009), yaitu asfiksia
merupakan hipoksia yang progesif melakukan penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksiajuga dapat
mempengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan
yang cepat dalam periode yang singkat dan apabila berlanjut gerak nafas akan berhenti, denyut
jantung juga mulai menurun.
Setelah melihat banyaknya kematian bayi baru lahir karena afiksia serta dampak yang
ditimbulkan oleh asfiksia, maka diperlukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat
terhadap kasus tersebut.Tenaga kesehatan dituntut untuk meningkatkan pelayanan pada bayi
baru lahir dengan baik dan memberikan asuhan yang tepat (Arief & Sari, 2009). Banyaknya
fenomena Bayi Baru Lahir dengan asfiksia membuat penulis tergerak untuk membahas asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Mampu memahami, mengetahui dan mengembangkan pola pikir dalam memberikan
/ menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada pasien dengan kasus BBL dengan
Asifksia di RSUD SEKARWANGI.
1.2.2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data atau anamnesis secara subjektif
pada pasien By. Ny. S dengan kasus Asfiksia di RSUD SEKARWANGI.
b. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan objektif serta pemeriksaan penunjang
pada pasien By. Ny. S dengan kasus Asfiksia di RSUD SEKARWANGI.
c. Mengidentifikasi analisa yang berisi diagnosa dan masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus By. Ny. S dengan kasus
Asfiksia di RSUD SEKARWANGI.
d. Melakukan penatalaksanaan yang dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secera komperhensif yaitu penyuluhan dukungan, kolaborasi,
evaluasi atau follow up serta melakukan pendokumentasian berdasarkan seluruh
tindakan yang telah dilakukan pada kasus By. Ny. S dengan kasus Asfiksia di
RSUD SEKARWANGI.
2.1 Asfiksia
2.1.1 Definisi
Asfiksia merupakan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosi. Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan
kelanjutan dari anoksida/hipoksia janin. Diagnosis anoksida/hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal
yang perlu mendapat perhatian ( Maryunani 2013)
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Dwiendra tahun 2014 Asfiksia terbagi atas tiga jenis yaitu :
a. Asfiksia Ringan
Asfiksia ringan dapat dilihat dengan nilai Apgar 7-10 dengan bayi terlihat
merintih, bayi merintih, takipnea dengan nafas >60x/menit, bayi tampak
sianosis, bayi kurang aktifitas, adanya retraksi sela iga, adanya pernafasan
cuping hidung dan pemeriksaan auskultasi didapatkan wheezing positif.
b. Asfiksia sedang
Nilai Apgar pada asfiksia sedang adalah 4-6 dapat dilihat dengan napas yang
lambat, frekuensi jantung menurun (60-80x/menit), bayi tampak sianosis,
tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan, dan tidak terjadi kekurangan O2 yang bermakna
selama proses persalinan.
c. Asfiksia berat
Nilai Apgar 0-3, tidak ada usaha nafas, frekue40x/menit), tonus otot lemah,
bahkan hampir tidak ada, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu,
bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, dan tidak
terjadi kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinan.
2.1.3 Etiologi
Menurut Dewi (2014) penyebab asfiksia atau kegagalan pernapasan pada janin
disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
a. Faktor keadaan ibu
Periksa ada atau tidaknya air ketuban bercampur dengan meconium dan
periksa frekuensi denyut jantung janin selama 30 menit pada kala I dan
setiap 5-10 menit pada kala II.
Penanganan gawat janin
Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100
kali per menit) (Sudarti, 2013).
Tanda dan gejala asfiksia pada bayi baru lahir meliputi bayi yang tidak
bernapas atau napas yang megap-megap, denyut jantung yang kurang dari
100x/menit, pucat, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respo
terhadap refleks rangsangan (Sembiring 2017). Bayi yang mengalami asfiksia berat,
sedang atau ringan dapat ditentukan dengan menggunakan penilaian APGAR.
Nilai 0 1 2
Seluruh
Badan merah Seluruh tubuh
Appereance tubuh biru
ekstremitas biru kemerahan
atau putih
>100 kali
Pulse (nadi) Tidak ada <100 kali permenit
permenit
Perubahan mimic
Greemace Tidak ada Bersin/menangis
(menyeringai)
Gerakan
Activity Ekstremitas sedikit
Tidak ada aktif/ekstremitas
fleksi
(tonus otot) fleksi
Respiratory Menangis
Tidak ada Lemah/tidak teratur
(pernafasan) kuat/keras
Tabel 2.1 nilai apgar (prawirorahardjo.2014)
7-10:bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keaadaan normal
2.1.5 Patofisiologi
Sebelum bayi lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida.
Pembuluh arteriol yang ada di dalam keadaan konstriksi sehingga
tekanan oksigen (O2) persial rendah.
Seluruh darah hampir dari jantung kanan yang tidak dapat melalui paru
karena konstriksi pembuluh darah di alirkan melalui pembuluh yang
bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke
aorta (Indrayani dan Djami, 2014).
b. Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen.
Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan
alveoli akan berisi udara.
2.1.6 Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia dan
hipoksia, diagnosis asfiksia neonatorum dapat ditegakkan berdasarkan:
a. Anamnesis
Laboraterium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis
pada darah tali pusat (Rukiyah dan Yuliyanti, 2013: 250).
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu:
a. Denyut jantung janin: frekuensi normal ialah antara 120-160 denyutan permenit.
Apabila frekuensi denyutan turun sampai di bawah 100 x/menit diluar his dan
lebih-lebih jika tidak teratur itu merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium dalam air ketuban: adanya mekonium pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi
rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus meningkat dan sfingter ani
membuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
c. Pemeriksaan pH darah janin: adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 72 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013)
2.1.7 Komplikasi
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit dan terjadilah asfiksia pada neonatus.
c. Kejang
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
Koma terjadi karena gangguan pengaliran darah menuju otak sehingga otak
tidak mendapatkan asupan oksigen untuk melakukan metabolisme.
e. Dampak Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
berupa :
Stabilisasi suhu
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penilaian Segera
Segera stelah bayi lahir, letakkan bayi dibawah ibu atau dekat perineum (harus
bersih dan kering. Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh
bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian
dengan menjawab 2 pertaanyaan:
Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas atau megap-megap?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu
resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan
dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan
pindahkan bayi ketempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan
langkah awal resusitasi. Penilaian pada bayi baru lahir:
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah: Apakah air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi baru lahir: Apakah bayi menangis, bernafas spontan
atau teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas.
Apakah bayi lemas atau lunglai.
Meja Resusitasi
Stetoskop neonatal
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernafasan bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa
dikemudian hari.
Langkah Awal
- Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum.
Gambar 2.1 posisi kepala yang benar dan salah pada resusitasi
Isap lendir
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan
bayi atau bernafas lebih baik.
- Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Reposisi
- Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
(disiapkan).
- Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada
agar pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan.
- atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara
ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi:
- Memasangan sungkup
Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air, tiupan awal ini sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka atau bebas.
- Amati gerakan dada bayi
Bila tidak mengembang:
(a) periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
(c) periksa ulang apakah jalan nafas tersumbat cairan atau lendir (hisap
kembali) (Indrayani dan Djami, 2014)
- Bila dada mengembang, lakukan ketahap berikutnya:
Asuhan BBL rutin (bungkus tali pusat, beri salep mata, suntik
vitamin K, letakkan bayi dengan kontak kulit dengan kulit pada
dada ibu, 1 jam kemudian suntik Hepatitis B.
Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan dalam
2 jam pertama.
Jelaskan pada keluarga bahwa bayinya kemungkinan besar akan
membaik.
Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi dinyatakan
berhasil apabila pernafasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
- Konseling
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan tubuh
bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayi (asuhan dengan
metode kangguru)
Jelaskan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda- tanda
bahaya baru lahir dan bagaimna memperoleh pertolongan segera bila
terlihat tandatanda tersebut pada bayi.
- Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi:
Bayi lemas
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi
dirujuk bersama ibunya dan di dampingi oleh bidan. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh ibu dan keluarganya.
Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya.
Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk
menemani selama perjalanan rujukan.
Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang
kondisi bayi dan perkirakan waktu tiba
Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan
selama perjalanan ke tempat rujukan.
- Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi
dalam posisi “Metode kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu
bersama bayi dalam satu selimut.
Lindungi bayi dari sinar matahati.
A. Identitas Bayi/Anak
Nama : Ny D Tn S
Umur : 33 Tahun 30 Tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SD
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : CIKEMBAR
C. Data Subjektif
1. Alasan datang ke Faskes
Ibu ingin melahirkan bayi di RS Secara spontan
2. Keluhan utama
Tidak ada keluhan
3. Data Kesehatan
Riwayat Kehamilan
a. Usia Kehamilan : 40 minggu
b. G 2 P1 A0 Hidup 1
c. Komplikasi pada kehamilan : KPD
Riwayat Persalinan
a. Tanggal/ Jam persalinan : 20 -07-2023/18.00
b. Tempat Melahirkan : RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi
c. Penolong : Bidan
d. Jenis Persalinan : Spontan pervaginam
e. Lama Persalinan : 22 menit
f. Komplikasi dalam persalinan : KPD <12 jam
g. Bayi lahir jam : 18.22 Wib A/S : 6/8 BB lahir
3200 gram PB : 49 cm
h. Riwayat imunisasi : Hb 0
i. Warna air ketuban : Jernih
j. Trauma persalinan : Tidak ada
k. Bonding attachment : dilakukan
4. Pola Nutrisi : ASI on demam
5. Pola Eliminasi : BAK 1 X/hari BAB 1X /hari
6. Pola Tidur : bayi baru lahir i jam belum tidur
D. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
2. Keadaan umum : Baik
3. Antopometri
a. Berat badan : 3200 gram
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar dada : 34 cm
d. Lingkar kepala : 36 cm
4. Tanda-tanda vital
a. Nadi : 138X / menit
b. Suhu : 36,8°C
c. Pernafasan : 42X / menit
5. Apgar Score : 6/8
f. Telinga
Keadaan : Normal/simetris
Daun telinga : Ada
g. Leher
Keadaan : Normal
Pergerakan : Aktif
Benjolan : Tidak ada
Refleks tonic Neck : Ada
h. Dada
Keadaan : Simetris, tidak ada retraksi dinding
dada
Puting susu : Ada
Frekuensi dan bunyi nafas : Normal
Frekuensi dan bunyi jantung : Normal
i. Abdomen
Keadaan : Normal
Bentuk : Normal
Tali pusat : Normal/kering sudah puput
Perdarahan : Tidak ada
j. Kulit
Keadaan : Normal
Warna : Kemerahan
Tanda lahir : Tidak ada
k. Genitalia laki laki
Kebersihan : Bersih
Kesimetrisan : Simetris
Skrotum : Ada
Pengeluaran : tidak ada
l. Punggung dan anus
Gerakan pada panggul : Aktif
Tulang belakang : Normal
Anus : Ada
m. Ekstremitas
Bahu lengan dan tangan
Kesimetrisan : Simetris
Warna : ektremitas kebiruan
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap 10 jari / tidak ada kelainan
Refleks grasping : Ada
n. Tungkai dan kaki
Bentuk : Normal
Pergerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap 10 jari / tidak ada kelainan
Refleks Babinski : Ada
Refleks Walking : Ada
7. Pemeriksaan Refleks
a. Moro : Ada
b. Rooting : Ada
c. Sucking : Ada
d. Grasping : Ada
e. Neck Righting : Ada
f. Tonik Neck : Ada
g. Babinski : Ada
h. Galant’s : Ada
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 14,5 gr/dl
b. Leukosit : 16.700
c. Hematrokit 57
d. Trombosit 313000
E. Analisa
By Ny D Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam dengan Asfisia
Masalah potensial : Hipotermi
F. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu tentang keadaan bayinya dan akan dilakukan tindakan
resuitasi
Evaluasi : ibu mengetahui dan menyetuji tindakan yang akan dilakukan .
Evaluasi : ibu merasa sangat senang
2. Memotong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptic.
Evaluasi : tali pusat sudah terpotong dan terpasang klem
3. Menghangatkan bayi
Evaluasi : bayi diletakan di bawah infant warmer
4. Mengatur posisi bayi
Evaluasi : bayi diposisikan semi ekstensi
5. Mengeringkan bayi
Evaluasi : bayi telah memakai pernel kering
6. Mengatur kembali posisi bayi dan membungkus bayi
Evaluasi : bayi diposisikan Kembali semi ekstensi
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Sp. A untuk penanganan pasca
resusitasi
Evaluasi : advis dokter observasi Tanda tanda vital
8. Melakukan Pemeriksaan fisik dan obsrevaso dalam 24 jam pertama
Evaluasi : ibu mnegtahi rencana perawtan untuk bayinya
9. Memberi bayi terapi Vitamin K 0,5mg/IM dan zalf mata
Evalausi : vitamin k 0,5 mg dan salep mata telah diberikan.
:
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang bayi baru lahir dengan
asfiksia ringan yang ada di lahan klinik dengan teori yang ada. Karena penulis
menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah dari Varney, maka pembahasan
akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data awal dari
manajemen kebidanan secara Varney, dilaksanakan denganwawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik.
Bayi baru lahir dengan asfiksia ringan merupakan keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir yang disebabkan
beberapa faktor dari gangguan menuju janin dan faktor ibu misalnya, gangguan his
(Rohani, 2011).
Pada pengkajian Bayi Ny. D dengan asfiksia ringan diperoleh data subjektif
dengan keluhan bayi lemah dan bayi tidak dapat menangis secara spontan. Dataobjektif
dilakukan pemeriksaan khusus APGARscorediperoleh hasil nilai APGAR score 6,
pemeriksaan umum bayi lemah, S : 37 0C, HR : 140 x/ menit, RR : 40 x/ menit.
Pemeriksan fisik warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung terdapat
secret, mulut kebiruan dan aktifitas kurang. Dalam kasus ini tidak ditemukan adaya
gejala takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit dan pemeriksaan
antropometri normal, jadi dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dilapangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan, menentukan
masalah, dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksiaringan. Interpretasi data
terdiri dari diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standarkebidanan yang dikemukakan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa masalah pada bayi baru lahir dengsan
asfiksia ringan yaitu hipotermi, resiko infeksi dan nutrisi (Syaifudin, 2008).
Sedangkan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan yaitu pemberian
lampu sorot, resusitasi pada bayi baru lahir dan pencegahan infeksi (Varney, 2007).
Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. D umur 1
JAM dengan asfiksia ringan. Masalah yang ditemukan pada bayi baru lahir Ny. D
adalah hipotermi. Kebutuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan dengan cara
membedong bayi dengan kain kering dan bersih. Adapun yang mendasari penulis
menentukan diagnosa kebidanan tersebut adalah dari anamnesa, pemeriksaan
khusus, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan antropometri.
Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus bayi Ny. D dengan asfiksia ringan diagnosa potensial terjadi
asfiksia sedang, jadi sudah sesuai dengan teori menurut Surasmi (2008), bahwa
diagnosa potesial asfiksia ringan adalah asfiksia sedang. Pada kasus ini tidak terjadi
diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernapas
dengan spontan.
4. Antisipasi
Pada kasus bayi Ny. D dengan asfiksia ringan antisipasi yang dilakukan adalah
potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptic, kolaborasi dengan Dokter Sp.
A untuk penanganan resusitasi, resusitasi. Antisipasi yang diberikan pada kasus ini
sudah sesuai dengan teori menurut Arief dan Sari (2009) yaitu perawatan bayi, potong
tali pusat, pembersihan jalan nafas, dan menjaga agar suhu tetap hangat. Jadi pada
langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan
5. Perencanaan
Pada Pada kasus bayi Ny. D dengan asfiksia ringan rencana tindakan yang
diberikan adalah :
a. Observasi TTV bayi setiap 8 jam
b. Observasi pemeriksaan fisik, reflek, antropometri
c. Observasi in take
d. Observasi eliminasi
e. Jaga kehangatan bayi
f. Pemberian oksigen 1 liter/menit
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan adalah bayi bisa bernapas dengan normal, tidak hipotermi,tidak infeksi, reflek
dan nutrisi bayi baik, vital sign normal (Hyre, 2008). Setelah dilakukan asuhan
kebidanan selama 4 hari pada bayi Ny. D dengan riwayat asfiksia ringan di RSUD
Sekarwangi, maka hasil asuhan yang di dapat yaitu keadaan umum bayi baik, bayi
bernapas normal, reflek moro, rooting, suching, tonick neck positif dan kuat, serta bayi
sudah di perbolehkan pulang.
Demikian asuhan yang telah diberikan sehingga pada langkah evaluasi ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V
SIMPULAN
1. Pengkajian terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia ringan dilakukan dengan
pengumpulan data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara pada pasien keluhan
bayi tidak menangis segera setelah lahir, dan tidak bernapas secara spontan segera
setelah lahir. Data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu dengan pemeriksaan
khusus (Apgar Score) pada menit pertama 6 dan menit kedua 8
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akuratsehingga
didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. D Umur 1 jam dengan asfiksia ringan.
Masalah yang timbul adalah hipotermi pada bayi, kebutuhanyang diberikan adalah
menjaga kehangatan bayi.
3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah asfiksia sedang,
tetapi tidak terjadi karena telah dilakukan perawatan secara intensif.
4. Tindakan segera potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptic, kolaborasi
dengan Dokter Sp. A untuk penanganan resusitasi.
5. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan dilakukan secara menyeluruh yaitu Jaga kehangatan bayi, pemberian oksigen 1
liter/menit, per nasal, lakukan pemeriksaan vital sign, observasi in take dan out put,
observasi eliminasi
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan sesuai
dengan rencana yang sudah dibuat yaitu Menjaga kehangatan bayi dengan memasukan
bayi kedalam incubator, memberian oksigen 1 liter/menit, per nasal, melakukan
pemeriksaan vital sign, mengobbservasi in take, mengobservasi eliminasi
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan pada Bayi Ny. D dengan riwayat asfiksia ringan di
RSUD Sekarwangi, maka hasil asuhan yang di dapat yaitu keadaan umum bayi baik,
bayi bernafas normal, reflek moro, rooting, suching, tonick neck ada dan kuat, serta
bayi sudah di perbolehkan pulang. Demikian asuhan yang diberikan dengan teori yang
ada, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan yaitu pada
pemberian terapi dan itu tidak menjadi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak .Yogyakarta:
Nuha Medika.
Dewi. Vivian Nanny. 2011. Asuhan Heonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi
Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
Muslihatun, Wati Nur. 2011. Asuhan Neonatus bayi dan balita. Jogjakarta: FitraMaya
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10.Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Prawiryoharyo, Jarwono. 2010. Buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YPB SP.