Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

“ASFIKSIA”
Disusun untuk memenuhi tugas praktik gawat darurat RSUD Sidoarjo

HALAMA N JUDUL

Disusun Oleh:
Muhamad Prasetya Putra
(201914401030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
2020/2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang disusun oleh


Nama Muhamad Prasetya Putra (201914401030)
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ASFIKSIA
Telah disahkan dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh:
CI RSUD SIDOARJO

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Asfiksia”.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Praktik
Keperawatan RSUD Sidoarjo. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi pembaca dan penulis.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moriil maupun materiil. Selain itu, penulis juga
ingin menyampaikan terima kasih kepada CI pembimbing kami dan tim dosen.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Demikian, semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya, dan dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Nganjuk, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
A. Latar belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...2
C. Tujuan……………………………………………………………………………..2
D. Manfaat…………………………………………………………………………....3
BAB II KONSEP MIOMIA………………………………………………………………4
A. .Pengertian………………………………………………………………………….4
B. Etiologi……………………………………………………………………………..4
C. Klasifikasi………………………………………………………………………….5
D. Patofisologi………………………………………………………………………...7
E. Pathway……………………………………………………………………………8

F. Manifestasi klinis…………………………………………………………………………………………………..9
G. Penatalaksanaan………………………………………………………………...........12
H. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………………………………14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………….15
A. Pengkajian……………………………………………………………….16
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………...20
C. Intervensi keperawatan…………………………………………………..21
D. Evaluasi…………………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….24

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit asfiksia banyak dialami oleh bayi baru lahir dengan salah satu penyebabnya
yaitu ketidakefektifan bersih jalan nafas. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab kematian
bayi yang sering terjadi di negara berkembang yaitu sebesar 21,1% salah satunya disebabkan
karena ketidakmampuan bayi bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnue dan asidosis yang merupakan campuran dari
proses pembentukan asam laktat dan penumpukan karbon dioksida yang selanjutnya dapat
meningkatkan pemakaian sumber energi dan menganggu sirkulasi bayi (Drew dkk,

2009).World Health Organization (WHO) (2010), menjelaskan bahwaAsfiksia Neonatorium


merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus di negara berkembang yaitu sebesar
21,1%, setelah itu peneomonia dan tetanus neonatorum masing–masing sebesar 19,0% dan
14,1%. Berdasarkan laporan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (LDKI) tahun 2012
diestimasikan bahwa kematian neonatal di Indonesia sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka
kematian balita, kematian neonatal menyumbang 47,5% (Kemenkes RI, 2013). Kesehatan
Provinsi JawaTimur, kematian neonatal pada tahun 2012 di Jawa Timur 27,38%

disebabkan oleh asfiksia neonatorum. Faktor resiko kejadian asfiksia sangat beragam dan banyak
hal yang memepengaruhi serta berhubungan dengan kejadian asfiksia. Asfiksia bayi baru lahir
dapat dihubungkan dengan buruknya keadaan kehamilan dan kelahiran. Bayi tersebut dalam
keadaan resiko tinggi dan ibu dalam keadaan hamil resiko tinggi. Pada umur kehamilan 3
minggu prajanin menunjukan kematangan baik secara anatomi dan fungsional.

penyebab asfiksia pada bayi antara lain karena faktor pertukaran gas atau pengangukan selama
kehilangan pernafasan, hal ini dapat menyebabkan asfiksia yang lebih berat.
1

Menurut Nurarif dan kusuma (2015) masalah gangguan pernafasan pada asfiksia neonatorum
salah satunya adalah bersihan jalan nafas. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak segera ditangani secara tepat akan menyebabakan kematian. Asfiksia pada bayi dapat
bertambah buruk apabila penanganan tidak segera dilaksanakan dengan sempurna, sehingga
perlu dilakukan suatu asuhan keperawatan pada bayi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang dapat timbul. Salah satunya adalah gangguan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang

berhubungan dengan adanya cairan yang masuk kedalam saluran pernafasan, sehingga dapat
menimbulkan tanda seperti pernafasan cepat dan dalam, denyut jantung terus menerus, tekanan
darah mulai menurun, bayi terlihat lemas, menurunnnya tingkat tekanan O2 dan meningginya

CO2, menurunnya Ph dalam darah. Angka kematian bayi baru lahir yangdiakibatkan oleh
asfiksia masih tinggi. Oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan resusitasi
segera dengan sempurna setelah lahir untuk meminimalkan moralitas dan morbilitas pada bayi

menurut Weni Kristiyanasari (2013). Melakukan resusitasi atau usaha dalam memberikan
fentilasi yang adekuat dalam pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen (Nurarif & kusuma, 2016) yaitu dengan menyelimuti bayi dengan
menggunakan handuk hangat atau kain tebal yang diletakkan diatas perut ibu, bagian muka dan

dada bayi tetap dibuka, letakkan bayi ditempat resusitasi, posisikan kepalabayi sedikit ekstensi
dengan mengatur tebal handuk atau kain, ganjal bahu yang telah disediakan, bersihkan jalan
nafas dengan menghisab lendir pada mulut sedalam <5 cm dan kemudian hidung bayi selama <3
cm, keringkan bayi dengan sedikit tekanan dan gosok–gosok dada, perut, punggung bayiuntuk
merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.

Selimuti bayi dengan kain kering biarkan mulut dan dada terbuka kemudian posisikan kepala
bayi dan nilai kembali usaha napas apabila menangis kuat atau bernapas spontan segera lakukan
Asuhan Bayi Baru Lahir, bila tetap tidak bernapas atau mengap–mengap maka segera lakukan
ventilasi.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan pendahuluan ini yaitu:

1.Apa definisi dari Asfiksia ?

2. Apa klasifikasi dari Asfiksia ?

3. Apa saja Etiologi dari Asfiksia?

4. Bagaimana patofisiologi dari Asfiksia?

6. Bagaimana pathway dari Asfiksia?

7. Apa manifestasi klinis dari Asfiksia?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari Asfiksia?

9. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Asfiksia?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah menambah mhaasiswa tentang
Asfiksia.

Manfaat penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Asfiksia


2. Untuk mengetahui etiologi Asfiksia
3. Untuk mengetahui klasifikasi Asfiksia
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan inibiasanya disertai dengan keadaan
hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ
pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru (Sudarti dan
fauzizah, 2013). Menurut Weni Kristiyanasari (2013), Asfiksia dalam kehamilan

dapat disebabkan oleh usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, penyakit pembuluh
darah ibu yang menganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi
uterus penyakit infeksi akut atau kronis, anemia berat, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum, cacat bawaan atau trauma. Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh partus
lama, ruptur uteri, tekanan kepala anak yang terlalu kuat pada plasenta, pemberian obat bius
terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta previa, solusia plasenta, plasenta tua
(serotinus), prolapsus.

B. Klasifikasi.

1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)

Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis, keadaan pada
bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara tepat dan pemberian oksigen
secara terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg
berat badan karena pada bayi asfiksia berat dapat disertai asidosis.

2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)

Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi
dapat kembali bernafas normal.
4

3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang

menimbulkan tanda :

a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur

b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

c. Apnea

d. Pucat

e. Sianosis

f. Penurunan terhadap stimulus

Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam merawat klien Asfiksia
adalah dengan cara resusitasi.

C. Etiologi

Asfiksia terjadi karena beberapa faktor :

1. Faktor Ibu

Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai pada gangguan kontraksi uterus misalnya
preeklamsia dan eklamsi, perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta), partus
lama atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV),

kehamilan postmatur (se postmatur (setelah usia kehamilan 42 minggu),

2. Faktor Plasenta
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat
menyebabkanasfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul
tali pusat, prolapsus tali pusat. 5

3. Faktor Fetus

Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali pusat melilit
leher, meconium kental, prematuritas, persalinan ganda.Faktor NeonatusDepresi pusat
pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh pemakaian obat seperti anestesi
atau analgetika yang berebihan pada ibu yang secara langsung dapat menimbulkan depresi pada
pusat pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda gejala gawat
janin antara lain bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan
(sungsang, bayi kembar, distoria bahu), kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium.

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala asfiksia neonatorum adalah :

1. Pernafasan megap-megap dan dalam

2. Pernapasan tidak teratur

3. Tangisan lambat atau merintih

4. Warna kulit pucat atau biru

5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah

6. Nadi cepat

7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)

8. Menurunnya O2

9. Meningginya CO2

10. Penurunan pH

Pada umumnya, asfiksia neonatorum dengan masalah kekurangan O2 menunjukkan pernapasan


yang cepat dalam periodeyang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan berhenti
dan denyut jantung menurun. Sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur–
angsur dan memasuki periode apnue primer.

Adapun gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat lemas, menurunnya tekanan
O2 anaerob (PaO2), meningginya tekanan CO2 darah (PaO2), menurunnya Ph (akibat asidosis
respiratorik dan metabolik), yang digunakan sebagai sumber glikogen bagi tubuh anak dan
metabolisme anaerob, serta terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.Pada asfiksia tingkat
selanjutnya, juga akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan. Diantaranya
adalah hilangnya sumber glikogen dalam jantung sehingga mempengaruhi fungsi jantung,
terjadinya asidosis metabolik yang mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus kurang adekuat
sehingga darah mengalami gangguan.

D. Patofisiologi

Pada proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara, proses
ini perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan primary gaspingyang kemudian
berlanjut pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi
bayi dapat mengatasinya. Kegagalan pernafasan mengakibatkan berkurangnya oksigen dan
meningkatkankarbondioksida diikuti oleh asidosis respiratorik apabila proses ini berlanjut maka
metablisme sel akan berlangsung yang berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama
glikogen pada jantung dan hati akan berkurang dan akan menyebabkan asidosis metabolic.
Sehubungan dengan proses tersebut maka fase awal asfiksia ditandai dengan pernafasan cepat
dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue) diikuti dengan apnea primer kira-kira satu
menit dimana denyut jantung dan tekanan darah menurun. Kemudian bayi akan memulai
bernafas 10x/menit selama beberapa menit, gasping ini semakin melemah sehingga akan timbul
apneu sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas setelah dilakukannya pembersihan jalan

nafas maka bayi akan bernafas dan menangis kuat.Pemakaian sumber glikogen untuk energi
dalam waktu singkat dapat menyebabkan hipoglikemi pada bayi, pada asfiksia berat dapat
menyebabkan kerusakan membran sel terutama susunan sel saraf pusat sehingga mengakibatan
gangguan elektrolit, hiperkalemi dan pembengkakan sel. Kerusakan pada sel otak berlangsung
setelah asfiksia terjadi 8-10 menit.

Manifestasi kerusakan sel otak setelah terjadi pada 24 jam pertama didapatkan gejala seperti
kejang subtel, fokal klonik manifestasi ini dapat muncul sampai hari ke tujuh maka perlu
dilakukannya pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi kepala dan rekaman
elektroensefaografi.

Persalinan lama ,lilitan Peralisasi pusat faktor lain: ANestesi


tali pusat ,presentasi pernapasan

ASFIKSIA

Bayi Kekuranga 02 dan kadar c02 Paru – paru terisi cairan


meningkat

Bersihan jalan
Nafas cepat nafas tidak
Pola nafas Suplasi 02 ke
Suplasi 02 efektif
tidak efektif paru
dalam darah
menurun
G3 metabolisme
Kerusakan
dan perubahan
APNASE otak
asam basa

Resikoo
Kematian ketidakseimbangan
DJJ Dan TD suhu tubuh Asidosis
bayi
respiratorik

Resiko cidera
Proses
keluaraga
terhenti
G3 Perfusi
Bayi tidak breaksi ventilasi
terhadap rangsangan

Kerusakan pertukaran
Gas

8
E. Manifestasi klinis

1. Pada kehamilan

Menurut penelitian sebelumnya oleh Dwi Ari (2017), denyut jantung lebih cepat dari 100 x/
menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

b. Jika DJJ 160x/ menit ke atas dan ada mekonium : janin

sedang asfiksia

c. Jika DJJ 100x/ menit ke bawah ada mekonium : janin dalam gawat

2 . Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru–biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolic dan respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

Ada 2 macam kriteria asfiksia


Tanda 0 Nilai
1 2

Warna Biru/ pucat Tubuh kemerahan Seluruh tubuh


Frekuensi jantung Tidak ada Eksterminitas biru Kemerahan
Refleks Tidak ada Lambat >100/ menit
Aktivitas/ tonus Lumpuh/ lelah <100/ menit Kulit/ melawan
Otot Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan aktif
Usaha napas Lambat teratur Menangis kuat

Dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.

1. Tindakan khusus

a. Asfiksi berat

Memperbaiki ventilasi paru–paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan


berulang dengan cara melakukan intubasi endotrakeal setelah kateter dimasukkan kedalam
trakea, O2diberikan dengan tekanan yang tidak lebih dari 30 ml. Tekanan positif dikerjakan
dengan meniupkan udara yang telah diperkaya dengan O2 melalui kateter apabila pernapasan
tidak segera timbul maka segera lakukan massege jantung yaitu dilakukan dengan penekanan
80–100 kali per menit.

10

b. Asfiksi ringan–sedang
Melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernapasan yang dilakukan selama
30–60 detik setelah penilaian menurut Apgar 1, bila pernapasan tidak timbul segera lakukan

pernapasan kodok (frog breathing) dengan cara memasukkan pipa kedalam hidung dan O2
dialirkan dengan kecepatan 1–2 liter dalam satu menit.

Konsep Dasar ketidakefektifan bersih jalan nafas

Definis

Ketidakmampuan untuk membersihkan seksresi atau obstrkusi dari saluran pernapasan


untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas (Nurarif & kusuma, 2015).

Batasan Karakteristik

1. Tidak ada batuk

2. Suara nafas tambahan

3. Perubahan frekuensi nafas

4. Perubahan irama nafas

5. Sianosis

6. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara

7. Penurunan bunyi nafas

8. Sputum dalam jumlah yang berlebihan

9. Dipsneu

11

Faktor yang berhubungan


1. Lingkungan :

a. Merokok

b. Perokok pasif

c. Menghisap asap

2. Obstruksi jalan nafas :

a. Adanya jalan nafas yang buntu

b. Eksudat dalam jalan nafas

c. Sekresi dalam bronki

d. Adanya sisa sekresi

3. Fisiologi

a. Jalan nafas alergi

b. Asma

c. Penyakit paru obstruktif kronik

F. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada asfiksia neonatorum menurut (Arif weni, 2009) :

1. Membersihkan jala nafas dengan menghisap lendir dengan menggunakan kasa steril.

2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.

3. Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara menepuk nepuk kaki,
mengelus-elus dada, perut atau punggung. Jika bayi masih belum menangis setelah dilakukan
rangsangan tartil maka lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan
positif.

12

Langkah – langkah ventilasi :


1. Pasangan sungkup, perhatikan lekatan.

2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.

3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30
detik.

4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontar teratur atau tidak.

4. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan

asfiksia dengan cara:

1. Membungkus bayi dengan kain hangat.

2. Badan bayi harus dalam keadaan kering

3.Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan
tubuhnya.

4. Kepala bayi ditutup dengan kain.

5. Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan selanjutnya, yaitu
dengan cara :

1. Membersihkan badan bayi.

2. Perawatan tali pusat.

3. Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.

4. Memasang pakaian bayi.

5. Memasang penenang (tanda pengenal) bayi.

13

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit,
mendukung atau menyingkirkan diagnosis yang lainnya (Nurmalasari, 2010). Menurut Nursalam
(2008), pemeriksaan penunjang pada pasien asfiksia yaitu pemeriksaan laboratorium
(pemeriksaan darah yang berguna untuk mengetahui kadar Hb, leukosit dan trombosit).

H. Konsep Proses Keperawatan

Tahapan proses keperawatan terdiri dari : (1) assessment (pengkajian), (2) nursing
diagnosis (diagnosa keperawatan), (3) planning (perencanaan), (4) implementation
(pelaksanaan), (5) evaluation (evaluasi). Proses keperawatan merupakan 5 tahapan penyelesaian
masalah yang dilaksanakan berurutan dan berkesinambungan. (Suarni & Apriyani, 2017).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya.


Data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan diagnosis keperawatan dengan
tepat dan benar, serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperaawatan . Tujuan
dari pengkajian adalah didapatkan nya data yang komprehensif yang mencakup data biopsiko
dan spiritual (Nurrarif dan Kusuma 2013).

a. Pengkajian bayi risiko tinggi : Asfiksia menurut Wong, 2008 meliputi:

Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan identitas
orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia
neonatorum.

b. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah spontan, prematur,
aterm, letak bayi dan posisi bayi

14
d. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena
organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu

bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi :

umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum
sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat
BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi sesak napas.

I. Pemeriksaan fisik :

Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik, adanya

tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping
hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi
dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas : stridor,
krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan bunyi
napas.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SATRIA BHAKTI NGANJUK
Jl. Panglima Sudirman VI Nganjuk (0358) 326110

FORMAT PENGKAJIAN PEDIATRIK


Data diambil tanggal : 4 Agustus 2021 Jam :11.30 wib
Ruang rawat/kelas : Ruang bayi
No. Rekam medik :……………………………………….

I. Identitas Anak II. Identitas Orangtua


Nama :By. SR Nama Ayah :Tn. P
Tanggal lahir :03- 08-2021 Nama Ibu :Ny.R
Jenis kelamin :laki- laki Pekerjaan Ayah/Ibu :Swasta
Tanggal MRS :4 agustus 2021 Pendidikan Ayah/Ibu :SMA
Alamat :jl. sudirman Jakarta Agama :islam
Diagnosa Medis Asfiksia Suku Bangsa :jawa
Sumber Informasi Alamat : jl. sudirman
Jakarta
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan Utama :Mengatakan bahwa Anak masuk RS karena tidak
langsung menangis setelah lahir( tidak mampu bernapas secara spontan segera setelah
lahir)

b. Riwayat Penyakit saat ini : Bayi SR lahir tanggal 03agustus 2021 pukul 09.51
WIB di RS dengan usia kehamilan 36 minggu. Ny.R diprediksikan melahirkan pada
tanggal 30 Juni namun pada tanggal 17 Juni 2021 Ny.R mengalami tanda-tanda
kontraksi mulai pukul 06.00 WIB. Pada awalnya Ny.R dibawa ke Puskesmas pada
pukul 06.00, namun hingga pukul 07.40 bayi tidak kunjung keluar. Ny.R mengatakan
saat di Puskesmas Ny.R dibantu oleh 3 bidan dengan mendorong perut dari atas
namun bayi tidak kunjung keluar. Bayi SR merupakan putri kedua Ny R (32 tahun).
Bayi lahir dengan vacum ekstrasi atas indikasi partus lama, penyulit terlilit tali pusat
dan ketuban bercampur mekonium. Bayi lahir dalam keadaan tidak menangis spontan
dan BB lahir 1200 gram, Sesak(+), Sianosis(+),Rtraksi dada(+),ronchi(+),Resusitasi

16
dengan neoupouff flow 10 lpm terpasang OGT terbuka ,puasa(+) ,muntah (-),Akral
dingin(+)S: 36,4°C N: 90x/ mnt,RR: 30x/ menit SpO: 80%,Anus(+),cacat(-),Caput(-)
tidak terdapat tanda kecacatan. Keadaan umum Bayi SR lemah, mengalami sesak
nafas, APGAR score 3-4- 5 , ketuban habis.

c. Riwayat sebelumnya: tidak ada riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat Kesehatan masa lalu: Ibu bayi tidak memiliki riwayat penyakit berat yang
pernah diderita.

e. Riwayat Persalinan
1). Prenatal : 1.) Jumlah kunjungan :Ny R mengatakan bahwa ia rutin
memeriksakan kandunganya ke bidan terhitung lebih dari 4 kali.
2.) Bidan / Dokter: Bidan
3.) Penkes yang didapat : Ny R mengatakan dulu tidak
diajarkan apa apa.
4.) Kenaikan BB selama hamil: 6 Kg
5.) Komplikasi kehamilan : tidak ada komplikasi

2). Natal : 1.) Awal persalinan:03 Agustus 2021 ,Jam 09.51


2.) Lama persalinan: 5 jam
3) komplikasi persalinan: Tidak ada
4) Cara melahirkan: SC
5) Tempat melahirkan: Rumah bersalin
3). Post Natal :
Neonatus : …………………………………………………
………………………………………………….
2. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Penyakit yang pernah/masih diderita oleh anggota keluarga :Keluarga tidak pernah ada
yang memiliki riwaayat persalinan seperti yang dialami Ny R.
b. Genogram ( 3 generasi )

3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
- Berat badan:1200 gr
- Panjang badan : 40 cm
- Lingkar kepala:30 cm
- Lingkar lengan atas: 14 cm
- Lingkar dada : 29 cm

17
b. Perkembangan
- Motorik kasar : kemampuan bayi dalam menggunakan otot otot intinya, seperti
otot perut, punggung lengan hingga kaki
- Motorik halus : kemampuan bayi untuk menggunakan otot kecilnya, seperti jari
jemari hingga pergelangan
- Bahasa : Bayi SR mulai dapat menangis melengking atau keras meskipun pada
saat lahir memeiliki riwayat tidak dapat menangis spontan.

c. Tahap perkembangan
- Psikososial ............................................................................................................
- Psikoseksual ..........................................................................................................
- Kognitif.......................................................................................................................
...............................................................................................................

III. Pola Aktivitas sehari – hari


1. Pola istirahat dan tidur: pada hari pertama pengkajian bayi sedikit rewwel karena
terdapat luka pada kepala.
2. Pola aktivitas: Bayi hanya beraktifitas didalam box bayi.
3. Pola nutrisi: Bayi SR selama berada infant warmer Box hanya memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan susu formula.
4. Pola eliminasi
a. BAB :Normal
b. BAK : Normal.

IV. Observasi dan pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum dan tanda – tanda vital
a. Sp02 : 80%
b. Nadi : 90x/ menit
c. Pernafasan :30x/ menit
d. Suhu : 36,4°c
APGAR 3-4-5
2. Kepala :Normal
3. Mata: Normal
4. Telinga: normal
5. Hidung: normal
6. Mulut:normal
7. Leher :normal

18
8. Dada :normal
9. Abdomen :normal
10. Lengan :normal
11. Punggung:normal
12. Genetalia :normal
13. Pinggul, bokong, dan anus: Normal
14. :Neurologis
a. Reflek fisiologis : Normal
b. Reflek patologis : Normal
c. Saraf otak (N. Neurologia): Normal
V. Terapi Medis: - Infus D 10%100 cc/ 24 jam
- Aminosteril 6% 15 cc /24 jam
- Ca gluconase 10Mcg/ menit
- Injeksi Meropenem 3x30 mg
- Depomin 10 mcg / menit
-02 neopuff flow 10 lpm

Nganjuk, ...............................2018
Mahasiswa

(.............................................................)

19
Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Imatur pusat pernafasan.( SDKI HAL:26)
2. Hipotermia berhubungan dengan Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi,
radiasi).( SDKI HAL 286)

Perencanaan keperawatan

a. -Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Imatur pusat pernafasan.
( SDKI HAL:26)
-Tujuan : Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan
klien dapat bernafas dengan adekuat
-Kriteria Hasil :
1. Klien tidak sesak
2. RR:30- 60x / mnt
3. Spo: > 88%
-Intervensi :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan memasang head box dengan kecepatan
aliran 2-5 liter/ menit
2. Buka jalan napas dengan mengektensikan kepala
3. Pantau status pernafasan dan Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
4. Lakukan section jika perlu
5. Askultasi suara napas

b. -Diagnosa : Hipotermia berhubungan dengan Transfer panas (mis. Konduksi,


konveksi, evaporasi, radiasi).( SDKI HAL 286)
-Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan
suhu tubuh normal
-Kriteria Hasil :
1. Hydrasi adekuat
2. Suhu tubuh nomal 36,5- 37,5°C
3. RR: 30 – 40/ Menit
-Intervensi :
1. Sediakan lingkungan yang hangat( mis: atur suhu ruangan, ikubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Tempatkan bayi pada ruangan isolasi atau bawah pemanas
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat yang tepat untuk mencegah atau contol
menggigil.

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, A. (2006). Asfiksia Neonatorum. In Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Arisman, M.B. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu
Gizi. Jakarta : EGC.
BKKBN. (2003). Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta.
Desfauza, E. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia Neonatorum pada
bayi baru lahir yang di rawat di RSU Dr. Pringadimedan. Dipublikasikan di http://
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6736/1/09E01322.pdf diakses tanggal 5 Maret
2011.
Dewi, N dkk. (2005). Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Cukup Bulan. Jurnal
Berkala Ilmu Kedokteran vol 37, 143-145.
Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Djaja.
S., Hapsari, D., Sulistyawati, N., & Lolong, B.d. (2009). Peran Faktor Sosio Ekonomi Biologi
dan Pelayanan Kesehatan terhadap Kesakitan dan Kematian Neonatal. Maj Kedokteran
Indonesia vol 59.
Efriza. (2007). Determinan Kematian Neonatal Dini di RSUD. Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi. Jurnal kesehatan Masyarakat NasionalVol 2 No 3.
Fahrudin. (2003). Analisis Beberapa Faktor Risiko Kejadian Afiksia Neonatorum di Kabupaten
Purworejo. Dipublikasikan di http: //
eprints.undip.ac.id/view/divisions/mag=5Fpublichealth/2003.html. diakses tanggal 5
Maret 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai