Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA BY. NY.

F DIAGNOSA
ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh Kelompok III :

1. ARNI NURUL ZUMI R. 230417055


2. IFFA MAHFUDHOH R. 230417056
3. JIHAN NADILAH R. 230417051
4. M. RAPEDO AFRIYANTO R. 230417050
5. NUNIK HANDAYANI R. 230417058

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirroim,

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada By. Ny. F dengan Asfiksia di

Ruang Perinatologi RSUD Waled”

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan

ddan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lepas

dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Nur Rokhim Satria Nugraha, S.Kom. Selaku Ketua Pengurus Yayasan

Indra Husada Indramayu

2. Riyanto, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu

3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Prodi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.

4. Seluruh dosen dan staff karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Indramayu

5. Pembimbing klinik/Clinical Instrukture (CI) RSUD Waled Cirebon

6. Rekan-rekan seperjuangan program studi profesi ners angkatan VII .

ii
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Praktik

Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Anak”. Dengan harapan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan para pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaaat

bagi kita semua.

Cirebon, Januari 2024

iii
DAFTAR ISI

4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian

Bayi baru lahir atau biasa di sebut dengan periode neonatus yang

berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu

berlangsungnya perubahan fisik yang dramastis pada bayi baru lahir, pada masa

ini organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan,

sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasaan spontan

dengan sedikit bantuan atau gangguan (Julina, 2017).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram, menangis dengan spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai

APGAR antara 7-10 (Wagiyo, 2016). Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi

baru lahir meliputi: asfiksia, hipotermi dan hipertermi, berat bayi lahir rendah

(BBLR), dehidrasi, ikterus neonaturum, kejang (Dwiendra, 2014).

Penyebab utama kematian bayi baru lahir, diantaranya adalah BBLR

(29%), asfiksia (27%), masalah pemberian minuman (10%), infeksi (5%), lain-

lain (13%), asfiksia merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi (AKB)

di Indonesia (Depkes RI, 2012 dalam Nurhayati, 2014).

Asfiksia merupakan suatu kejadian kegawatdarutaran yang berupa

kegagalan bernafas secara spontan segera setelah lahir dan sangat beresiko untuk

5
terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan bernafas dan teratur

sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida

yang menimbulkan akibat buruk dalan kehidupan berlanjut (Ligawati, 2018).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 di

seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian

bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun, diketahui angka

kematian bayi di dunia akibat asfiksia ialah 4,6 per 1000 kelahiran hidup (636.948

kasus) (Eka, 2017).

Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2016 masih cukup tinggi yaitu

23/1000 kelahiran hidup (Annisa & Sri, 2018). Asfiksia menempati penyebab

kematian bayi, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir

mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal (WHO, 2012 dalam Vina,

2017). Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015

adalah sebesar 17 per 1.000 sedangkan pada tahun 2016 Angka Kematian Bayi

(AKB) adalah sebanyak 3,39 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Barat, 2016)

Faktor yang dapat menyebabkan asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia ibu

kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, paritas, faktor plasenta yaitu plasenta

tipis, plasenta kecil, solusio plasenta, faktor janin yaitu premature, intrauterine

Growth Retardation (IUGR), tali pusat menumbung, lilitan tali pusat faktor

persalinan yaitu : partus lama, partus tindakan, persalinan normal, persalinan

dengan sectio caesarea /SC (Wahyuni, 2013).

6
Dampak dari asfiksia neonatorum adalah dapat meningkatnya kematian

perinatal dan dapat mengakibatkan kematian perinatal dan dapat mengakibatkan

terjadinya hipoksia dan aspirasi mekonium. Komplikasi yang dapat dialami oleh

bayi baru lahir adalah suhu yang tidak stabil, hipoglekemia dan kelainan

neorologik (Prawirohardjo, 2012).

Upaya WHO dalam mengurangi AKB adalah dengan perawatan antenatal

dan pertolongan persalinan sesui standar yang harus disertai dengan perawatan

neonatal yang adekuat ( jurnal ilmiah kebidanan, 2017).

Upaya pemerintah untuk mengurangi angka kematian bayi (AKB) adalah

menciptakan pelayanan kesehatan dasar yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak,

pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

kompetensi kebidanan, deteksi risiko, penanganan komplikasi yang meliputi

asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, dan sindroma gangguan

pernafasan, dan kelainan neonatal yang mendapat pelayanan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, Puskesmas, Rumah

bersalin, dan Rumah sakit. Dimana tenaga kesehatan mampu untu menjalankan

manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan pelayanan dan masalah yang terjadi.

Upaya Provinsi Jawa Barat dalam menurunkan angka kejadian asfiksia

salah satunya dengan cara melakukan suatu pelatihan keterampilan resusitasi

kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan

menganjurkan kepada masyarakat agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan ( Dinkes Jawa Barat, 2016 ).

7
Terapi oksigen yang akan digunakan pada bayi baru lahir dengan asfiksia,

RDS dan Meconium Aspiration Syndrom (MAS) antara lain oksigen terapi nasal,

Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau ventilasi mekanik tergantung

pada tingkat keparahan gangguan pernafasan bayi yang dilihat dari nilai Downes

score (John et al., 2015) termasuk pemberian terapi surfaktan untuk mencegah

kematian (Pattar & Das, 2018). Bahkan Downes score disebutkan mampu

memprediksi kematian neonatal secara akurat (John et al., 2015). Penelitian

tentang terapi oksigen terhadap nilai Downes score pada bayi asfiksia belum

banyak dilakukan di Indonesia. Penting untuk mengetahui keefektifan terapi

oksigen terhadap status respirasi bayi mengingat dampak besarnya adalah risiko

kematian. Penelitian ini lebih komprehensif dengan mengambil data dari bayi dan

ibu yang dapat menggambarakan secara deskriptif karaktersitik responden dan

mengetahui efektifitas dari terapi oksigen terhadap nilai Downes score.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada By. Ny. F dengan diagnosa medis

Asfiksia di ruang perinatologi RSUD Waled?”.

3. Tujuan

A. Tujuan Umun

Mahasiswa mampu mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan

kebutuhan dasar pada By. Ny. F di ruang perinatologi RSUD Waled.

8
B. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit asfiksia.

b. Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada

pasien penyakit asfiksia.

c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan analisa data

keperawatan pada By. Ny. F

d. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi

keperawatan pada By. Ny. F.

e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada

By. Ny. F.

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada By. Ny. F.

4. Manfaat

A. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga mampu memahami pengetahuan dan menambah

wawasam terhadap penyakit Asfiksia, dan sebagai bukti bahwa sudah dilakukan

pengkajian serta sudah memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan

klien.

B. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan adanya asuhan keperawatan ini sebagai bentuk masukan dalam

memberikan atau melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan asfiksia.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bisa bernafas spontan dan

teratur setelah lahir. Sfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi yang tidak bernafas sepontan

dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan semakin meningkatnya CO2 yang

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut (Ilyas, Mulyati &

Nurlina, 2016)

Asfiksia neonatrum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai

dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan ini disertai

dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Kondisi ini dapat terjadi

karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan

fungsinya, seperti mengembangkan paru-paru (Sudarti & Fauziah, 2013).

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas definisi dari asfiksia merupakan

kegagalan bayi baru lahir untuk melanjutkan secara spontan dan teratur dengan

segera disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis yang terjadi

karena kurangnya kemampuan organ pernapasan dalam mengembangkan paru-

paru.

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan

dengan segera. Bila asfiksa tidak ditangani dengan tepat maka akan

mengakibatkan kerusakan otak dan berujung dengan kematian.

10
B. ETIOLOGI

Beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab dari asfiksia pada bayi

diantaranya adalah :

1. Faktor ibu

a. Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau

antensi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala

akibatnya.

b. Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya

aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini saling ditemukan pada

gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,

hipertensi pada penyakit eklamsi.

c. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta, asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan mendadak pada

plasenta misalnya perdarahan plasenta, solusia plasenta.

d. Faktor fetus

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggu nya aliran darah

dalam pembuluh darah umbifitus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan

janin, gangguan alirah darah ini dapat ditemukan dalam keadaan tali pusat

membumbung melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll

11
e. Faktor neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena

beberapa hal yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu, trauma

yang terjadi pada persalinan misalnya perdarahan intracranial, kelainan kongenital

pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,

hipoplasmia.

C. PATOFISIOLOGI

Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi pada masa

kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia

ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini diaggap

sengat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernapasan agar terjadi

“primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan teratur. Sifat

asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk kerena reaksi adaptasi bayi dapat

mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen

selama kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia lebih berat. Keadaan dimana

akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak

tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang dimulai dengan satu

periode apnea (primary apneo) disertai dengan penurunan frekuensi jantung.

Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha napas (gasping) yang kemudian

diikuti oleh pernapasan teratur.

12
Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya

oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan asidosis metabolik.

Kombinasi ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan

biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resisutasi adalah

intervensi tepat waktu yang membalikkan efek-efek biokimia asfiksia, sehingga

mencegah kerusakan otak dan organ yang irreversibel (tidak bisa kembali), yang

akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup.

Frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi

melakukan upaya megap-megap (gasping). Bayi kemudian masuk ke periode

apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi dapat terdiri atas

stimulasi taktil (mengeringkan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu persalinan

yang lebih dingin).

Bayi dengan asfiksia ringan akan mengalami apnea primer yaitu bayi

baru lahir dapat memulai pola pernapasan biasa (walaupun tidak teratur dan

mungkin tidak efektif). Bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berbeda

dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan

kematian jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila

perlu, dilakukan kompresi jantung. Warna bayi berubah dari biru ke putih karena

bayi baru lahir menutup sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran

darah ke organ-organ seperti jantung, ginjal dan adrenal.

Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh

darah di paru-paru mengalami konstriksi. Keadaan konstriksi ini menyebabkan

paru-paru resisten terhadap ekspansi, sehingga mempersulit kerja resusitasi janin

13
yang persisten. Foramen ovale terus membuat pirau darah ke aorta, melewati

paru-paru yang konstriksi. Bayi baru lahir dalam keadaan asfiksia tetap memiliki

banyak gambaran sirkulasi janin.

Selama hipoksia, perubahan biokimia yang serius menyebabkan

penimbunan sampah metabolik akibat metabolisme anaerob. Akibat

ketidakadekuatan ventilasi, maka bayi baru lahir cepat menimbun

karbondioksida. Hiperkabia ini mengakibatkan asidosis respiratorik yang lebih

jauh akan menekan upaya napas (Sondakh, 2013).

Kurangnya oksigen menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir

berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang

dibutuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Hal ini menyebabkan

akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik. Asidosis metabolik hanya akan

hilang setelah periode waktu yang signifikan dan merupakan masalah sisa bahkan

setelah frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung adekuat

Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran

darah ke otak meningkat, sebagai bagian mekanisme kompensasi. Kondisi

tersebut hanya dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut,

maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa

efek hipoksia yang paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi,

seperti ATP, berhentinya kerja pompa ion-ion transeluler, akumulasi air,

natrium, dan kalsium serta kerusakan akibat radikal bebas oksigen. Seiring dengan

penuran aliran darah yang teroksigenasi, maka asam amino yang meningkat akibat

pembengkakan jaringan otak akan dilepas. Proses ini dapat mengakibatkan

14
kerusakan neurologis yang mencolok atau samar-samar. Kejang dapat muncul

selama 24 jam pertama setelah bayi lahir. Awitan kejang selama periode ini

merupakan tanda yang mengkhawatirkan dan merupakan tanda peningkatan

kemungkinan terjadinya kerusakan otak yang permanen (Sondakh, 2013).

D. PATHWAY

15
E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari asfiksia sebagai berikut (Wulandari, 2017)

1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan

umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama

his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.

2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan

O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.

3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai

<7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH. Pada saat bayi lahir :

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala

neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik.

F. KLASIFIKASI

Klasifikasi klinis asfiksia dibagi menjadi 2 (Ayuningtias, 2019):

1. Asfiksia Lividia

16
Yaitu safiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan,

tonus ott masih baik reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung reguler,

prognosis lebih baik

2. Asfiksia Pallida

Yaitu asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot

kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung ireguler, dan prognosis jelek.

0 1 2 Umur kehamilan……minggu
Tanda 1 5 10 15 20
menit menit menit menit menit
Frekuensi Tidak ada <100x/menit >100x/
jantung menit
Pernafasan Tidak ada Lambat, tidak Menangis
teratur aktif
Tonus otot Lemas Ekstremitas Gerakan
Fleksi Sedikit aktif
Refleks Tidak ada Gerakan Menangis
rangsangan sedikit
Warna kulit Biru/pucat Tubuh Tubuh &
kemerahan, ekstremita
ekstremitas s
biru kemerahan
Total
Keterangan:
1. Nilai 0-3 : Asfiksia berat
2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
3. Nilai 7-10 : Normal

a. Appearance (penampakan/kelainan warna)

b. Pulse (nadi atas detak jantung)

c. Grimance (ringisan atau respon wajah bayi ketika kakinya disentuh)

d. Activity (aktivitas tonus otot lengan dan kaki)

17
e. Respiration (pernapasan)

Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila

nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai

skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi

baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena

resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit

seperti penilaian skor APGAR). Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung

lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas

tidak ada.

3. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung

kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang

pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu

bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap

atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia

berat.

G. KOMPLIKASI

18
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatrum antara lain (Wulandari,

2017) :

a. Edema otak dan pendrahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah

berkelanjutan sehingga terjadi renjatan neonatus sehingga aliran darah keotak

menurun. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang

berakibat terjadinya edema otak, dan pendarahan otak

b. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita

asfiksia.Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya

yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantungakan

lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium atau ginjal. Halini yang

menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darahmesentrium dan ginjal

yang yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit

c. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan prtukarn

gas dan transportasi sehingga penderita kekurangan persediaan dan kesulitan

pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi tersebut karena

disfungsi jaringan efektif

d. Koma

19
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan

menyebabkankoma karena beberapa hal diantaranya hipokemia dan pendarahan

otak.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tatalaksana medis pada bayi dengan asfiksia dapat diberikan terapi

medikamentosa sebagai berikut :

1. Epinefrn indikasi

a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik

dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon

b. Sistolik : Dosis : 0,1-o,3 ml/KgBB dgn cara IV atau endotakheal,

dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

2. Volume ekspander Indikasi

a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi mengalami

hypovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi

b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.

Klinik ditandai dengan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada

resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat Jenis cairan : Larutan NaCl

0,9%, RL) Dosis awal 10ml/KgBB IV pelan 5-10 menit. Dapat diulang sampai

menunjukkan respon klinis

3. Bikarbonat Indikasi

a. Asidosis metabolic

20
b. Hiperkalemia

Dosis: 1-2 mEq/KgBB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/Kg BB (7,4%)

Cara: diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5% sama banyak diberikan

secara IV dengan kecepatan min 2 menit

4. Nalokson Indikasi:

a. Depresi pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan

narkotik 4 jam sebelum persalinan

b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil

c. Jangan berikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai

sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan with drawl

tiba tiba pada sebagian bayi, Dosis : 0,1 mg/Kg BB (0,4 mg/ml atau 1

mg/ml)

Cara : IV endotakheal atau bila perfusi baik diberikan IM atau SC

I. PENATALAKSANAAN KEPERWATAN

1. Tindakan Keperawatan

a. Bersihkan jalan napas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar

lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk

membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam

b. Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi

tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak

kaki menekan tanda achiles.

21
c. Mempertahankan suhu tubuh.

2. Tindakan Khusus

a. Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten

melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang

telah diperkaya dengan oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak

lebih dari 30 cmH2O. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan

massage jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum

80 – 100 x/menit.

b. Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,

rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan

kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi

c. maksimal beri oksigen 1-2 l/mnt melalui kateter dalam hidung,

buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah

secara teratur 20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk

mencegah regurgitasi

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Darah

Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia dari :

1. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb

cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.

22
2. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10

gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko

tinggi

3. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

4. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung

turun karena sering terjadi hipoglikemi.

B. Nilai Analisa Gas Darah pada bayi post asfiksi terdiri :

1. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi

asidosis metabolik.

2. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post

asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.

3. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia

cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.

4. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

C. Urin

Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

1. Natrium (normal 134-150 mEq/L)

2. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

3. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

D. Foto Thorax

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

23
1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,

perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Keluhan Utama

Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan

sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis metabolic

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1) Prenatal

Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,

keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi

mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu

kehamilan.

2) Intranatal

Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan o2 sebab partus lama,

rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta,

prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada

waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta, persentase janin

abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir

3) Postnatal

24
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis

metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi organ.

d. Riwayat kesehatan

1) RKD

Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,

keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi

mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu

kehamilan.

2) RKS

Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi

hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada,

perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus dan

menagis kurang baik atau tidak menangis.

3) RKK

Biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes,

hipertensiyang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.

e. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,

ubun-ubun besar cekung atau cembung.

2) Mata

25
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada

bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi

terhadap cahaya.

3) Hidung

a. Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat

penumpukan lendir.

b. Skor APGAR 1 menit sampai 5 menit dan skor optimal harus

antara 7-10

c. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat

d. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada

awalnya silindrik thorak: kartilago xifoid menonjol, umum

terjadi.

4) Mulut

Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.

5) Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.

6) Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.

7) Thoraks

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara

wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.

8) Abdomen

26
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus

costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya

asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam

setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum

sempurna.

9) Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda- tanda

infeksi pada tali pusat.

10) Genitalia

pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan

labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

11) Anus

Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta

warna dari faeces.

12) Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah

tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta

jumlahnya.

13) Integumen

Lihat warna kulit dan bibir serta tanda lahir. Lembut, fleksibel,

penglupasan tangan atau kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan

mungkin belang-belang menunjukan memar minor.

27
14) Sirkulasi

a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 100 sampai 180x/menit.

Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik)

b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas

maksimal tepat dikiri dari mediastirnum pada ruang intracosta III/IV

c. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

15) Neurosensori

a. Tonus otot fleksi hipertonik dari semua ekstremitas

b. Sadar dan aktif mendemostrsikan refleks menghisap selama 30

menit pertama setelah kelahiran .

c. Menangis, kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi

menunjukan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang

memanjang)

16) Refleks

Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking

lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf

pusat atau adanya patah tulang.

M. Analisa Data

Data senjang Penyebab (Etiologi) Masalah Keperawatan


(DS dan DO)
DS: Asfiksia Pola Nafas Tidak
1. Dispnea ↓ Efektif
2. Ortopnra Hambatan upaya nafas (D.0005)
DO: ↓
1. Penggunaan Otot Janin kekurangan O2

28
Data senjang Penyebab (Etiologi) Masalah Keperawatan
(DS dan DO)
bantu ↓
2. Fase ekspirasi CO2 ↑
memanjang ↓
3. Pola nafas Nafas cepat
abnormal ↓
4. Pernapasan Dispnea
cuping hidung ↓
5. Tekanan Pola Nafas Tidak Efektif
ekspirasi
menurun
6. Tekanan inspirasi
menurun
7. Ekskurasi dada
berubah

DS: Persalinan lama, lilitan Defisit Nutrisi


1. Nafsu Makan tali pusat, presentasi (D.0019)
Menurun janin abnormal
DO: ↓
1. Berat badan Asfiksia
menurun 10% ↓
dibawah rentang Janin kekurangan O2
ideal dan kadar CO2
2. Bising usus ↓
hiperaktif Penggunaan energi yang
3. Otot pengunyah maksimal
lemah ↓
4. Otot menelan Reflek menghisap lemah
lemah

29
Data senjang Penyebab (Etiologi) Masalah Keperawatan
(DS dan DO)
5. Membran ↓
mukosa pucat Tidak mampuan
menelan makanan

Intake nutrisi ↓

Defisit Nutrisi

DS: - Faktor lain : anastesi, Risiko Infeksi


DO: - obat-obatan narkotik (D.0142)

Efek prosedur invasif

Pemasangan infus
(kebutuhan cairan)

Statis cairan tubuh

Risiko infeksi

N. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas

1. Pola nafas tidak efektif b,d hambatan upaya nafas d.d pola nafas abnormal

2. Defisit nutrisi b.d tidak mampu menelan makanan d.d terpasang alat bantu

makan (OGT)

3. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d dilihat dari DS dan DO

30
31
O. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi :
efektif keperawatan selama 1x24 A. Observasi
(D.0005) jam diharapkan masalah 1. Monitor frekuensi, irama,
pola nafas tidak efektif
kedalaman dan upaya
dapat teratasi dengan
kriteria: napas
2. Monitor pola napas (seperti
Indikator IR ER bradipnea, takipnea,
Dipsnea 3 5 hiperventilasi, kussmaul)
Penggunaan 3 5 3. Monitor adanya sumbatan
otot bantu jalan napas
nafas 4. Palpasi kesimetrisan
Frekuensi 3 5
ekspansi paru
nafas
Kedalaman 3 5 5. Auskultasi bunyi napas
nafas 6. Monitor saturasi oksigen

B. Teraupetik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

32
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)

C. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:


(D.0019) keperawatan selama 1x24 A. Observasi
jam diharapkan masalah 1. Identifikasi status nutrisi
defisit nutrisi dapat teratasi
2. Identifikasi kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria: kalori dan jenis nutrien
3. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
Indikator IR ER 4. Monitor asupan makanan
Berat badabn 3 5 5. Monitor berat badan
atau IMT 6. Monitor hasil pemeriksaan
Frekuensi 3 5
laboratorium
makan
Nafsu makan 3 5 B. Terapeutik
1. Lakukan oral hygienis
sebelum makan, jika perlu

33
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)

2. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

C. Edukasi
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan

3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Tingkat infeksi :


(D.0142) keperawatan selama 1x24 A. Observasi
jam diharapkan masalah 1. Monitor tanda dan gejala 1. Memantau tanda dan
resiko infeksi dapat teratasi gejala infeksi lokal dan
infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria: sistemik.

Indikator: IR ER B. Terapeutik
Demam 3 5 1. Pertahankan Teknik aseptic
1. Mencegah penyebaran
Kemerahan 3 5 pada pasien beresiko
mikroorganisme.
Nyeri 3 5 tinggi.
Bengkak 3 5
Kadar sel 3 5 C. Edukasi 1. Mengetahui tanda dan
darah putih 1. Jelaskan tanda dan gejala gejala infeksi.

34
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
infeksi. 2. Untuk kebutuhan nutrisi
2. Anjurkan meningkatkan dapat tercukupi.
kebutuhan asupan nutrisi. 3. Untuk meningkatkan
3. Anjurkan meningkatkan kebutuhan cairan.
kebutuhan cairan.

D. Kolaborasi 1. Untuk meningkatkan


1. Kolaborasi pemberian sistem imun bayi.
imunisasi, Jika perlu

35
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN NEONATUS

IDENTITAS PASIEN IDENTITAS ORANG TUA


Ayah Ibu
Nama : Tn. R Ny. I
Nomor RM : 23989214 Usia : 27 Thn 26 Thn
Nama : By. I Agama : Islam Islam
Tempat, Tanggal : Cirebon, 26-12-2023
Pendidikan : SMP SMP
Lahir
Pekerjaan : Wiraswasta IRT
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia Indonesia
Alamat : Pasaleman Cirebon
Tanggal Masuk RS : 26-12-2023 Suku : Sunda Sunda

Tanggal : 27-12-2023 Jam : 08.00Alamat : Pasaleman Cirebon Pasaleman


Pengkajian Cirebon
Diagnosis Medis : ASFIKSIA No Telp :083140802288
083140802288
Keluhan Utama

Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi laki-laki lahir dengan sectio caesarea pada tanggal 26 Desember 2023 jam 10.35 WIB, dengan
keluhan pasien pada saat dilahirkan tidak segera menangis, warna kulit kebiruan dan sesak nafas. Saat
pengkajian pada tanggal 27 Desember 2023 jam 08.00 WIB di dapat kan data BB 3600 gram, panjang
badan (PB) 51 cm, lingkar kepala (LK) 33 cm, lingkar dada (LD) 34 cm, lingkar perut (LP) 33 cm,
respisarasi (RR) 69 x/menit, Nadi (HR) 158x/menit, SPO2 96%, Suhu (S) 37.0 0C. Terpasang infus
dengan cairan D10% (6 tpm) di kaki kiri, terpasang alat bantu pernafasan nasal kanul 0,5 (lpm),

36
terpasang OGT dengan kebutuhan nutrisi saebanyak 10 ml, tali pusat tampak basah, tampak lemah,
menangis, dan By. I berada dalam inkubator.

KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


Lahir tanggal : 26-12-2023 Jam 10.35 WIB
Jenis Kelamin : √ Laki-laki
£ Perempuan
√ Kelahiran tunggal
£ Kelahiran kembar atau multipel
Kondisi saat lahir √ Hidup
£ Mati £ Sebelum persalinan
£ Dalam persalinan
Sebab kematian tidak ada

Penilaian bayi dengan APGAR SCORE

Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai


1 menit 5
Frekuensi £ Tidak ada £ kurang dari 100 £ lebih dari 100 menit
Jantung £ Tidak ada £ Lambat £ Menangis 1 1
Usaha napas £ Lumpuh £ Ekstremitas fleksi kuat 0 1
Tonus otot sedikit £ Gerakan aktif 1 1
£ Tidak 0
Refleks bereaksi £ Gerakan sedikit £ Reaksi 0
Warna £ Biru atau £ Tubuh kemerahan, melawan 1
pucat tangan dan kaki £ Kemerahan 1
biru

37
3 /
4

IMD ( Inisiasi Menyusu Dini )


£ Ya √ Tidak

1. Status Nutrisi dan Cairan


Status Nutrisi BB: 3600 gr, PB: 51 cm, LK: 33 cm, LD: 34
cm
Jumlah kebutuhan nutrisi …………………………………….kkal

Jenis diet:

Kebutuhan kalori sesuai BB sekarang =


Kkal/KgBB/hari x Kg = kkal/hari

Total ml susu ( ml ) x kkal /ml


Kalori enteral = =¿
BB ( kg )
= kkal/KgBB/hari

38
Usia Gestasi = 40-41 minggu
Usia Kronologis = 1 hari

Jenis nutrisi  ASI √ Susu formula  Kombinasi ASI dan susu formula HMF 
Nasi
 TIM  Bubur
Cara  Menyusui langsung √ OGT/NGT  Gelas/cup feeder  Botol
pemberian
nutrisi

Masalah
pemberian By. I sulit untuk reflek menelan, sehingga alat bantu untuk pemberian nutrisi pada By. I
makan melalui OGT

Status Intake : - Infus (IV) Dextros 10% (500 ml)


Cairan - OGT susu formula 10 ml
Kebutuhan Jumlah: 80 cc/kgBB/hari x 3,6 Kg = 278 ml/hari= 278/24 = 11 ml/jam
cairan Minum: Jenis: Susu Formula
harian Jumlah: 10 ml

IVFD: IV
Jenis : Dextros 10%

39
2. Status Eliminasi
Buang Air √ melalui anus  melalui stoma; Frekuensi: 1-2 kali
Besar
Karakteristik feses Warna Hitam Konsistensi : Lembek  Darah √
Lendir  Dempul Lain-Lain
Buang Air √ Spontan  Kateter  Cytostomi ; Warna urine…………………….
Kecil
IWL ml/kgBB/hari
Diuresis
Total
Output
Balance
cairan

Keluhan Tidak ada keluhan


BAK
3. Aktivitas dan Istirahat
1. Istirahat dan Tidur
Tidur siang : 10 jam/hari Pertanyaan kebiasaan tidur anak Ya Tida
Tidur malam : 12 jam/hari, k
2. Pergerakan: Pergerakan ekstemitas atas Setiap hari anak mulai tidur pada √
dan bawah aktif waktu yang sama
Anak dapat tertidur dalam waktu 20 √
menit
Anak akan terbangun bila ditinggalkan √
orangtua
Anak mengigau saat tidur √
Berhenti nafas saat tidur √
Anak merasa segar saat bangun tidur √

40
1. Kepala Bentuk kepala : √ Normocephali  Mikrocephali 
Makrocephali
Keadaan rambut: Bersih, tidak, lengkat, warna rambut hitam
Bentuk wajah : simetris
Lainnya
Mata Bentuk : √ Simetris  Asimetris Sklera
ikterik:  Tidak  Ya
Konjungtiva: Anemis √ Merah muda
Kelopak mata  Cekung √ Normal  edema
Refleks cahaya:  Tidak √ Ada
Lainnya:
…………………………………………………………………………
……
Telinga √ Simetris  Asimetris  Sekret
Lainnya:
…………………………………………………………………………
……
Hidung Bentuk: √ Simetris  Asimetris Kelainan lain:
…………………………….….
Mukus:  Ya √ Tidak
Pernafasan cuping hidung: √ Ya  Tidak
Lainnya: Terpasang nasal kanul 0,5 lpm
Mulut √ Tidak ada kelainan  Bibir Sumbing  Stomatitis
Mukosa Bibir: √ Kering  Lembab
Lainnya: Terpasang OGT
Leher Pembesaran Kelenjar Tiroid:  Ya √ Tidak
Pembesaran Jugularis Vena Pressure:  Ya √ Tidak
Tonsil: √ Normal  Kemerahan  Pembesaran
Lainnya:

41
…………………………………………………………………………
….

2. Dada dan Paru- 1. Inspeksi


paru Bentuk : √ Normal  Pigeon Chest  Barel Chest 
Turner Chest
Pergerakan dinding dada: √ Simetris  Asimetris
Retraksi:  Ya √ Tidak
Respirasi:  Spontan tanpa alat bantu √ Dengan alat bantu nasal
kanul 0,5 liter
2. Palpasi: Focal Fremitus: √ Simetris  Asimetris
3. Perkusi √ Sonor  Hipersonor  Dullness
4. Auskultasi  Vesikuler  Ronkhi √ Wheezing
3. Jantung 1. Inspeksi: Iktus cordis : ..................................................
2. Palpasi: Thrill: .............................................................
3. Auskultasi: √ BJ 1 & BJ 2 Normal  Murmur
 Gallop
4. Perkusi:
4. Abdomen 1. Inpeksi
Tali Pusat: √ Basah Kering Berbau Warna
Keluaran Cairan
Distensi Abdomen :  Ya √ Tidak
Bentuk: Simestris, tidak ada benjolan
Hepatomegali  Ya √ Tidak Spelenomegali  Ya Tidak,
 Lainnya
2. Auskultasi : Bising usus = ................ x/menit
3. Palpasi
Supel √ Ya  Tidak
Hepatomegali :  Ya √ Tidak Spleenomegali :  Ya
√ Tidak
Teraba Masa :  Ya √ Tidak Turgor Kulit : 

42
Lambat √ Cepat
4. Perkusi: √ Tympani  Hypertimpani
5. Ekstremitas dan Pergerakan: √ Bebas  Terbatas ;
Muskuloskeletal Kelainan tulang  Ya √ Tidak, Jika kelainan, sebutkan.......
Spina bifida √ Normal Abnormal, sebutkan
Tonus otot : Baik
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kelainan lainnya:  Ya √ Tidak, Sebutkan:................
6. Kulit dan kuku
Warna Kulit  Pink √ Pucat  Kuning  Mottled √ kulit tipis
nampak pembuluh darah
Sianosis  Tidak √ Ya, Lokasi : Anggota badan
Ptekie √ Tidak  Ya, Lokasi : Tidak ada
Kemerahan  Tidak √ Ya, Lokasi : Anggota badan, Selangkangan dan Pipi
Tanda lahir √ Tidak  Ya, Lokasi : Tidak ada
Turgor kulit √ Elastis  Tidak elastis
Edema √ Tidak  Ada, Lokasi : Tidak ada
CRT <3 detik
Skor risiko trauma Tidak ada
kulit
Luka Beri tanda (arsir) pada lokasi
luka
Karakteristik luka: Tidak ada

43
Penilaian Ikterus
Neonatorum dengan
Kramer

Derajat Ikterik: Tidak ada

7. Anus dan Genitalia Anomalirectal: Ya, √ Tidak


Kebersihan: √ Bersih  Kurang Bersih
Laki-Laki / Perempuan (coret yang bukan pilihan)
√ Normal  Abnormalitas lain, Sebutkan..................................
Anus ……………………………..
Defekasi
√ Melalui anus
Frekuensi : 1-2 kali
Konsistensi : Lembek
£ Stoma : Tidak

Karakteristik Feses £ Hijau


£ Terdapat darah
√ Cair
£ Dempul
£ Lain-lain ..................
Urin √ Spontan
£ Kateter urin
£ Cystostomy
Kelainan √ Tidak ada

44
£ Ada,sebutkan ………………….
Diuresis ………………….ml/jam

Kebersihan Diri
Mandi Frekuensi : 2x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : Perawat
Sikat Gigi Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
Keramas Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____

1. Konsep diri : Tidak Terkaji

2. Dampak Hospitalisasi
Anak:  Cemas  Takut  Sedih
Orangtua: : √ Cemas  Takut  Sedih  Merasa bersalah
3. Perkembangan Personal: Tidak Terkaji

1. Pengasuh  Ayah √ Ibu  Nenek 


Orang Lain  Pengasuh lain
2. Hubungan dengan pengasuh √ Harmonis  Tidak harmonis
Dukungan  Sibling  Keluarga Lain
 Teman sebaya
3. Keterlibatan √ Merawat  Menggendong  Berkunjung
Orangtua  Berbicara  Mendongeng/bercerita
Saat Anak
Dirawat

4. Perkembang Tidak Terkaji


an sosial:
Peran dalam
keluarga:

45
Keterlibatan
anak dalam
kegiatan
masyarakat
Lingkungan Internal

Riwayat Kehamilan Ibu


1. Prenatal
Usia Ibu saaat hamil :  < 20 tahun 20-35 tahun √ >35 tahun
Persepsi kehamilan : √ Kehamilan direncanakan  Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care :  Tidak √ Ya, apabila Ya, jumlah kunjungan : 4x selama hamil
Kenaikan BB selama Kehamilan: Tidak Terkaji
Konsumsi obat selama kehamilan: Tidak Terkaji
Riwayat injury selama kehamilan: √ Tidak Jatuh Kecelakaan Lainnya.........
Komplikasi selama kehamilan: √ Tidak  Ya
Riwayat hospitalisasi : √ Tidak  Ya
Pemeriksaan penunjang kehamilan: √ Tidak Ya: ( Rubella Hepatitis CMV GO
Herpes HIV Lainnya)

46
RIWAYAT KELAHIRAN YANG LALU
Riwayat Penyakit Terdahulu
Tangg
1. Penyakit yang pernah dialami √ Tidak  Ya Lain
N al/ Jenis Komplikasi Penyakit
Penatalaksanaan yang dilakukan Tidak ada Jenis –
o Tahun Kela BBL Keadaan Bayi Kehamilan/ Waktu
2. Riwayat Hospitalisasi √ Tidak  Ya Persalinan Lain
. Kelahi min Persalinan Hamil
3. Riwayat Operasi √ Tidak  Ya
ran
4. Riwayat Penggunaan obat √ Tidak  Ya, Jika ya:
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat Injury/kecelakaan √ Tidak  Ya
6. Riwayat Alergi √ Tidak  Ya, Jika ya:
 Makanan  Obat  Udara  Debu 
Lainnya………………


1 …
Down Score: gr
Nilai …0 1 2 skor
2Frekuensi  <…..g
60 x/menit √ 60 – 80 x/menit-  80 x/menit 1
nafas r
Retraksi … ada
 Tidak √ Retraksi ringan -  Retraksi berat 1
3
Sianosis …..g ada
 Tidak √ Hilang dengan O2-  Menetap dengan 1
… O2
4Air entry …..g-
√ Ada  Menurun  Tidak terdengar 0
(udara masuk) r
Merintih … ada
 Tidak √ Terdengar dengan  Terdengar tanpa 1
5
…..g stetoskop- alat bantu
Total skor 4
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan
Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang
Skor ≥ 6 : gangguan pernapasan berat (pemeriksaan AGD harus dilakukan)
47

Riwayat Imunisasi
 BCG √ Lainnya : Vitamin K dan
ALERGI DAN REAKSI
Alergi: Ya √ Tidak Tidak Tahu
Bila Ya:
Alergi Obat, sebutkan : Tidak ada
Alergi makanan, sebutkan : Tidak ada
Alergi lainnya, sebutkan : Tidak ada
Klip Tanda Alergi dipasang (warna merah)
Diberitahukan ke dokter atau farmasis (apoteker) atau dietisien (coret salah satu): Ya,
pukul……………
Tidak

Lingkungan Eksternal
Perseptual
Cahaya/penerangan : √ baik  cukup  kurang Suhu Ruangan : 16 0C
Kondisi Lingkungan: Lingkungan diruangan bersih dan rapih
Suhu incubator: 32,5 0C
Resiko Jatuh: √ ya  tidak
Resiko Infeksi tular:  ya √ tidak

Operasional
1. Kebersihan lingkungan
Lingkungan diruangan tampak bersih dan rapih
2. Jarak antar incubator/ tempat tidur
± 1 meter dari tempat tidur

48
3. Penggunaan warmer Bersama
Tidak
Konseptual

1. Riwayat penyakit keluarga


Tidak Terkaji
2. Kebiasaan/keyakinan keluarga yang mempengaruhi Kesehatan
Tidak Terkaji
3. Pengetahuan keluarga terhadap penyakit
Kurang, karena pada saat kunjungan keluarga selalu cemas dan khawatir dan keluarga tidak paham dan
sering bertanya
Respon Fight or Flight

1. GCS dan Tanda-tanda vital


GCS E: 4 M: 5 V: 6 TD : - mmHg Suhu: 37,0 °C
Kesadaran √ Compos Mentis  Somnolen N : 158 x/menit Suhu Inkubator: 32,5
 Soporo Koma P: 68 x/menit SpO2: 96%
 Sopor  Apatis
 Koma

2. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 15,4
Leukosit : 24,9
Trombosit : 204
Hematokrit : 46
GDS : 72

3. Pengkajian risiko infeksi


Penggunaan peralatan medis:  Tidak √ Ya √ NGT/OGT, √ IVFD, dipasang di kaki kiri
√ Ventilator,  Neonatal CPAP √ Oksigen, Jenis: Nasal kanul, jumlah: 0,5 l/menit
Respon Inflamasi

49
1. Kemerahan
2. Bengkak
3. Panas
4. Bau
5. Pengeluaran
6. Penurunan fungsi
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak,  Ada, lokasi ……………………………….

Respon Stres

1. Nyeri Skala nyeri :


……………………
Penilaian nyeri Lokasi :
Instrumen Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) ………………………...
Frekuensi :
Ekspresi wajah …………………….
Durasi :
0 : Otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral ………………………...

1 : Meringis Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi


wajah negative)

50
Tangisan
0 : Tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 : Merengek Mengerang lemah, intermiten
2 : Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus Interpretasi skor skala nyeri NIPS
:
(catatan : menangis tanpa suara diberi skor bila - Skor 0 Tidak perlu intervensi
- Skor 1-3 Intervensi non-
bayi diintubasi) farmakologis
- Skor 4-5 Terapi analgetik non-
Pola napas
0 : Relaks Bernapas biasa
1 : Perubahan Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa,
napas menahan napas, tersedak
Tungkai
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 :Fleksi/ekstensi Tegang kaku
LenganV
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 : Fleksi/ekstensi Tegang kaku
Tingkat kesadaran
0 : Tidur/bangun Tenang tidur lelap atau bangun
1 : Gelisah Sadarataugelisah

Keterangan:
1-2: Tidak nyeri sampai nyeri
ringan
2-3: Nyeri ringan sampai sedang
>4: nyeri berat

Refleks

 Bisep  Trisep Patella  Achilles  Kernig sign  Brudzinki


 Doll’s eyes Gag Sallowing Sucking Rooting Moro Palmar  Perez 

51
Galand Plantar Walking Tonic neck
Terapi Medikasi
……………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………...…………………….
……………………………………………………………………………………………………………
…………
Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pasien tampak sesak, terpasang alat bantu
nafas
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d daya hisap lemah, bayi terpasang
OGT
3. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d kulit tampak kerng, tali pusat masih basah

Tanggal,................................................
Pukul ........................
Perawat Yang
Mengkaji

KELOMPOK 3

(....................................................................)

52
Hari pertama haid terakhir : Tidak Terkaji Taksiran Partus : Tidak Terkaji
Penyakit-penyakit selama hamil £ Anemia £ Penyakit jantung
£ Hipertensi £ Tuberkulosis
£ Diabetes £ Sifilis
£ Lain-lain : Tidak Terkaji

2. Intranatal
Riwayat kehamilan:  Spontan √ SC  Dengan alat bantu...................................
Usia kelahiran: 40-41 minggu Penolong Persalinan: Dokter
Komplikasi: Tidak Terkaji
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir: BBL 3600 gram, PB: 51 cm, LK: 33 cm, LP: 33 cm, LD: 34 cm
APGAR Score 3/4
Balard Score.........................
Mekonium: √ Ya  Tidak
Kebutuhan alat bantu: √ Inkubator √ Oksigen Suction √ Ventilator
Lainny Kelainan Kongenital: 

ANALISA DATA

Tanggal/ Data Senjang Etiologi Masalah Tanda


jam (DS DO) Keperawatan Tangan
27/12/2023 DS : Asfiksia Pola Napas KELOMPOK
08.00 WIB - Tidak Efektif 3
DO : Hambata upaya napas (D.0005)
a. Bayi tampak
sesak Pengaturan pernapasan
b. Terpasang belum sempurna
oksigen 0,5

53
liter Ventilasi paru menurun
c. Nadi 158
x/menit Nafas cepat
d. RR 68 x/menit
e. Suhu 37,00c Dispnea
f. BB 1870 gram

Pola napas tidak efektif

27/12/2023 DS : Ketidak mampuan Defisit Nutrisi KELOMPOK


08.30 WIB - menelan makanan (D.0019) 3
DO :
a. Bayi tampak
lemah Pencernaan belum
b. Terpasang sempurna
OGT
c. Pemberian
nutrisi melalui Penyerapan makanan
OGT sebanyak lemah
10 cc
d. Membran
muka tampak Aktivitas otot saat makan
pucat menurun
e. Mukosa bibir
tampak kering
f. Nadi 158 Mual muntah
x/menit
g. RR 68 x/menit
h. Suhu 37,0 0c Anoreksia
i. BB 3600 gram

Defisit nutrisi

27/12/2023 DS : Asfiksia Risiko infeksi KELOMPOK


09.00 WIB - (D.0142) 3
DO : Tali pusat basah
a. Bayi berada
dalam
inkubator Bakteri mudah
b. Kulit tampak menempel dan
kering berkembang biak
c. Tali pusat

54
masih basah
d. Nadi 158 Rentan terjadi infeksi
x/menit
e. RR 68 x/menit
f. Suhu 37,00c Risiko infeksi
g. BB 3600 gram
h. Terpasang
infus D10% (6
lpm)

DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pasien tampak
sesak, terpasang alat bantu nafas
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d daya hisap
lemah, bayi terpasang OGT
4. Resiko infeksi kerusakan integritas kulit d.d kulit tampak kerng, tali pusat
masih basah

55
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tangga Diagnosa Tujuan Rencana Rasional TTD &


l Keperawata Tindakan Nama
Jam n Keperawatan
Pola Nafas Setelah dilakukan Observasi Kelompo
Tidak Efektif tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk k3
keperawatan 3x24 perlunya pemberian
jam diharapkan pola penggunaan nutrisi
napas membaik selang
dengan kriteria hasil nasogastrik
: 2. Monitor pola 2. Mengetahui
Penggunaan 3 5 napas pola napas
otot bantu ( frekuensi,
napas kedalaman,
Frekuensi 2 5 usaha napas) 3. Mengetahu
napas 3. Monitor i sputum
sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik 1. untuk
1. Pertahankan mencegah
kepatenan jalan terjadinya
napas dengan gangguan
head-til dan pada pola
chin-lift napas
2. Posisikan semi 2. agar pasien
fowler / fowler merasa
3. Berikan nyaman
oksigen 3. memenuhi
kebutuhan

56
oksigen pasien

Edukasi 1. Untuk
1. Anjurkan memenuhi
asupan cairan kebutuhan
2000 ml/hari nutrisi
(jika tidak ada
kontaindikasi)
Kolaborasi 1. Memenuhi
1. Kolaborasi kebutuhan
pemberian oksigen
oksigen pasien
1. B.

Defisit Setelah dilakukan Observasi Kelompo


Nutrisi tindakan 1.Identifikasi 1. Mengetahui k3
keperawatan 3x24 status nutrisi status nutrisi
jam diharapkan 2. Monitor asupan 2. Mengetahui
status nutrisi makanan asupan
membaik dengan makanan
kriteria hasil : 3. Monitor berat 3. Mengetahui
Porsi 3 5 badan berat badan
makanan 4. Monitor hasil 4. Mengetahui
yang pemeriksaan hasil
dihabiskan laboratorium pemeriksaan
Berat badan 2 5 laboratorium
Terapeutik
1. Sajikan 1.
makanan secara Meningkatkan
menarik dan suhu nafsu makan
yang sesuai pasien

57
Edukasi 1. agar asupan
1. Ajarkan diet nutrisi sesuai
yang dengan
diprogramkan kebutuhan

Kolaborasi 1. agar
2. kolaborasi pemberian
dengan ahli nutrisi seusai
gizi untuk dengan
menentukan kebutuhan
jumlah kalori
Risiko Setelah dilakukan Observasi Kelompo
Infeksi tindakan 1. Identifikasi 1. mengetahui k3
keperawatan 3x24 riwayat Riwayat
jam diharapkan kesehatan dan kesehatan &
tingkat infeksi riwayat alergi alergi pasien
menurun dengan 2. Identifikasi 2. agar tidak
kriteria hasil : kontraindikasi menimbulkan
demam 3 5 pemberian bahaya pada
Sputum 3 5 imunisasi pasien
berwarna 3. Identifikasi 3. mengatahui
hijau status imunisasi status
Kultur feses 3 5 setiap imunisasi
kunjungan ke
pelayanan
kesehatan
Terapeutik
1. Berikan 1. untuk

58
suntikan pada mencehaj
bayi di bagian terjadinya
paha infeksi
anterolateral
2.
Dokumentasika 2. agar terdata
n informasi untuk
vaksinasi tindakan
Edukasi keperawatan
1. Jelaskan selanjutnya
tujuam,
manfaat, reaksi 1. agar
yang terjadi, keluarga
jadwal, dan pasien
efek samping mengetahui
tujuan,
manfaat, dan
2. Informasikan efek samping
imunisasi yang 2. agar
diwajibkan keluarga
pemerintah pasien
mengetahui
imunisasi
yang
diwajibkan

59
DAFTAR PUSTAKA

Aminah Wahyuni Sri Maesyaroh. (2015). Hubungan Bayi Premature Dengan


Kejadian Asfiksia Neonatrum Jurnal Obstretika Scientia Vol 4(2)
https//ejurnal.latansamashiro.ac.id>atic.

Dinkes Jabar, (2015). AKI dan AKB. Download at Saturday, 15 Februari 2019 at
14.00 pm http://dinkes.jawabarat.go.ide

Dwiendra. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan neonatus bayi/balita dan anak
sekolah. Yogjakarta. Cv : Budi utama.

Eka Putri Silvia Matasari. (2017). Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr Rasidin Padang.
http://docplayer.info/97505 566-Hubungan-partus-lama-dengan- kejadian-
asfiksia neonatorum-di-rsud- dr-rasidin-padang.html.

Eka Putri Silvia Matasari. (2017). Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr Rasidin Padang.

John, B. M., Venkateshwar, V., & Dagar, V. (2015). Predictors of outcome in


neonates with respiratory distress. Journal of Nepal Paediatric Society.
https://doi.org/10.3126/jnps.v35i1.11868.

Ligawati. (2018). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Malang: Wineka media.

Nila meliana, Putrialifa, & Hardianiirawan (2019). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian asfiksia di Rsud Labuang Baji Makassar
tahun 2019. Jurnal kesehatan delima pelamonia. Vol 3(1) 80-88.

Nurhayati, (2014). Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum Di RSUD Bangkinang.

60
Nurul Syuhfal Ningsih, Irene Florensia Situmeang, Nirmala Harahap (2019).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir di RSU Bunda Margonda Depok 2019. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia. Vol 2(2) 19-29.

Pattar, M., & Das, L. (2018). A Comparative Study Of Surfactant Versus


Nonsurfactant Therapy Among Preterm With Respiratory Distress
Syndrome. Indian Journal of Child Health.
https://doi.org/10.32677/ijch.2018.v05.

Prawiroharjo (2012). Buku acuan nasional. Pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: IYBP_SP

Profil Kesehatan Indonesia. (2016). Profil Kesehatan RI 2015. In Profil Kesehatan


Indonesia Tahun 2015.

Sri Suparti & Nulpianti (2021). Efektivitas terapi oksigen terhadap downes score
pada pasien asfiksia neonatus di ruang perinatalogi. Jurnal faletehan
health journal. Hal 65-70.

Vina Oktavianita. (2017). Perbedaan Angka Kejadian Resiko Asfiksia


Neonatorum Antara Bayi Kurang Bulan Dengan Bayi Cukup Bulan.

61

Anda mungkin juga menyukai