F DIAGNOSA
ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
Bismillahhirohmanirroim,
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada By. Ny. F dengan Asfiksia di
ddan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Prodi Profesi Ners
(STIKes) Indramayu
ii
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Praktik
Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Anak”. Dengan harapan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan para pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaaat
iii
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Bayi baru lahir atau biasa di sebut dengan periode neonatus yang
berlangsungnya perubahan fisik yang dramastis pada bayi baru lahir, pada masa
sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasaan spontan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram, menangis dengan spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai
APGAR antara 7-10 (Wagiyo, 2016). Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi
baru lahir meliputi: asfiksia, hipotermi dan hipertermi, berat bayi lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), masalah pemberian minuman (10%), infeksi (5%), lain-
lain (13%), asfiksia merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi (AKB)
kegagalan bernafas secara spontan segera setelah lahir dan sangat beresiko untuk
5
terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan bernafas dan teratur
seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian
bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun, diketahui angka
kematian bayi di dunia akibat asfiksia ialah 4,6 per 1000 kelahiran hidup (636.948
Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2016 masih cukup tinggi yaitu
23/1000 kelahiran hidup (Annisa & Sri, 2018). Asfiksia menempati penyebab
kematian bayi, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal (WHO, 2012 dalam Vina,
2017). Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015
adalah sebesar 17 per 1.000 sedangkan pada tahun 2016 Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah sebanyak 3,39 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan
Faktor yang dapat menyebabkan asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia ibu
kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, paritas, faktor plasenta yaitu plasenta
tipis, plasenta kecil, solusio plasenta, faktor janin yaitu premature, intrauterine
Growth Retardation (IUGR), tali pusat menumbung, lilitan tali pusat faktor
6
Dampak dari asfiksia neonatorum adalah dapat meningkatnya kematian
terjadinya hipoksia dan aspirasi mekonium. Komplikasi yang dapat dialami oleh
bayi baru lahir adalah suhu yang tidak stabil, hipoglekemia dan kelainan
dan pertolongan persalinan sesui standar yang harus disertai dengan perawatan
menciptakan pelayanan kesehatan dasar yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak,
asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, dan sindroma gangguan
kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, Puskesmas, Rumah
bersalin, dan Rumah sakit. Dimana tenaga kesehatan mampu untu menjalankan
manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan pelayanan dan masalah yang terjadi.
kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan
7
Terapi oksigen yang akan digunakan pada bayi baru lahir dengan asfiksia,
RDS dan Meconium Aspiration Syndrom (MAS) antara lain oksigen terapi nasal,
pada tingkat keparahan gangguan pernafasan bayi yang dilihat dari nilai Downes
score (John et al., 2015) termasuk pemberian terapi surfaktan untuk mencegah
kematian (Pattar & Das, 2018). Bahkan Downes score disebutkan mampu
tentang terapi oksigen terhadap nilai Downes score pada bayi asfiksia belum
oksigen terhadap status respirasi bayi mengingat dampak besarnya adalah risiko
kematian. Penelitian ini lebih komprehensif dengan mengambil data dari bayi dan
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
A. Tujuan Umun
8
B. Tujuan Khusus
By. Ny. F.
4. Manfaat
A. Bagi Keluarga
wawasam terhadap penyakit Asfiksia, dan sebagai bukti bahwa sudah dilakukan
klien.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bisa bernafas spontan dan
teratur setelah lahir. Sfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan
dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan semakin meningkatnya CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut (Ilyas, Mulyati &
Nurlina, 2016)
dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan ini disertai
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Kondisi ini dapat terjadi
kegagalan bayi baru lahir untuk melanjutkan secara spontan dan teratur dengan
segera disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis yang terjadi
paru.
dengan segera. Bila asfiksa tidak ditangani dengan tepat maka akan
10
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab dari asfiksia pada bayi
diantaranya adalah :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
antensi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini saling ditemukan pada
c. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan mendadak pada
d. Faktor fetus
dalam pembuluh darah umbifitus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin, gangguan alirah darah ini dapat ditemukan dalam keadaan tali pusat
membumbung melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll
11
e. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu, trauma
pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,
hipoplasmia.
C. PATOFISIOLOGI
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi pada masa
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini diaggap
“primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan teratur. Sifat
asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk kerena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya.
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang dimulai dengan satu
12
Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya
mencegah kerusakan otak dan organ yang irreversibel (tidak bisa kembali), yang
apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi dapat terdiri atas
stimulasi taktil (mengeringkan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu persalinan
Bayi dengan asfiksia ringan akan mengalami apnea primer yaitu bayi
baru lahir dapat memulai pola pernapasan biasa (walaupun tidak teratur dan
mungkin tidak efektif). Bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berbeda
dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan
kematian jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila
perlu, dilakukan kompresi jantung. Warna bayi berubah dari biru ke putih karena
bayi baru lahir menutup sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran
13
yang persisten. Foramen ovale terus membuat pirau darah ke aorta, melewati
paru-paru yang konstriksi. Bayi baru lahir dalam keadaan asfiksia tetap memiliki
dibutuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Hal ini menyebabkan
akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik. Asidosis metabolik hanya akan
hilang setelah periode waktu yang signifikan dan merupakan masalah sisa bahkan
Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran
maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa
efek hipoksia yang paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi,
natrium, dan kalsium serta kerusakan akibat radikal bebas oksigen. Seiring dengan
penuran aliran darah yang teroksigenasi, maka asam amino yang meningkat akibat
14
kerusakan neurologis yang mencolok atau samar-samar. Kejang dapat muncul
selama 24 jam pertama setelah bayi lahir. Awitan kejang selama periode ini
D. PATHWAY
15
E. MANIFESTASI KLINIS
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan
umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama
his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
<7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH. Pada saat bayi lahir :
c. Hipoksia
F. KLASIFIKASI
1. Asfiksia Lividia
16
Yaitu safiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan,
tonus ott masih baik reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung reguler,
2. Asfiksia Pallida
Yaitu asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot
kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung ireguler, dan prognosis jelek.
0 1 2 Umur kehamilan……minggu
Tanda 1 5 10 15 20
menit menit menit menit menit
Frekuensi Tidak ada <100x/menit >100x/
jantung menit
Pernafasan Tidak ada Lambat, tidak Menangis
teratur aktif
Tonus otot Lemas Ekstremitas Gerakan
Fleksi Sedikit aktif
Refleks Tidak ada Gerakan Menangis
rangsangan sedikit
Warna kulit Biru/pucat Tubuh Tubuh &
kemerahan, ekstremita
ekstremitas s
biru kemerahan
Total
Keterangan:
1. Nilai 0-3 : Asfiksia berat
2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
3. Nilai 7-10 : Normal
17
e. Respiration (pernapasan)
Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
berikut:
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.
3. Asfiksia Berat
kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap
atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia
berat.
G. KOMPLIKASI
18
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatrum antara lain (Wulandari,
2017) :
menurun. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantungakan
lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium atau ginjal. Halini yang
c. Kejang
pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi tersebut karena
d. Koma
19
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan
otak.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Epinefrn indikasi
Klinik ditandai dengan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada
resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat Jenis cairan : Larutan NaCl
0,9%, RL) Dosis awal 10ml/KgBB IV pelan 5-10 menit. Dapat diulang sampai
3. Bikarbonat Indikasi
a. Asidosis metabolic
20
b. Hiperkalemia
Cara: diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5% sama banyak diberikan
4. Nalokson Indikasi:
c. Jangan berikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
tiba tiba pada sebagian bayi, Dosis : 0,1 mg/Kg BB (0,4 mg/ml atau 1
mg/ml)
I. PENATALAKSANAAN KEPERWATAN
1. Tindakan Keperawatan
21
c. Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan Khusus
80 – 100 x/menit.
mencegah regurgitasi
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah
22
2. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10
tinggi
asidosis metabolik.
C. Urin
D. Foto Thorax
23
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan
1) Prenatal
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi
mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu
kehamilan.
2) Intranatal
rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta,
prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
3) Postnatal
24
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis
d. Riwayat kesehatan
1) RKD
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi
mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu
kehamilan.
2) RKS
hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada,
perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus dan
3) RKK
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
2) Mata
25
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada
terhadap cahaya.
3) Hidung
penumpukan lendir.
antara 7-10
terjadi.
4) Mulut
5) Telinga
6) Leher
7) Thoraks
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.
8) Abdomen
26
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.
9) Umbilikus
10) Genitalia
11) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
12) Ekstremitas
tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
13) Integumen
Lihat warna kulit dan bibir serta tanda lahir. Lembut, fleksibel,
penglupasan tangan atau kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan
27
14) Sirkulasi
15) Neurosensori
memanjang)
16) Refleks
Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf
M. Analisa Data
28
Data senjang Penyebab (Etiologi) Masalah Keperawatan
(DS dan DO)
bantu ↓
2. Fase ekspirasi CO2 ↑
memanjang ↓
3. Pola nafas Nafas cepat
abnormal ↓
4. Pernapasan Dispnea
cuping hidung ↓
5. Tekanan Pola Nafas Tidak Efektif
ekspirasi
menurun
6. Tekanan inspirasi
menurun
7. Ekskurasi dada
berubah
29
Data senjang Penyebab (Etiologi) Masalah Keperawatan
(DS dan DO)
5. Membran ↓
mukosa pucat Tidak mampuan
menelan makanan
↓
Intake nutrisi ↓
↓
Defisit Nutrisi
1. Pola nafas tidak efektif b,d hambatan upaya nafas d.d pola nafas abnormal
2. Defisit nutrisi b.d tidak mampu menelan makanan d.d terpasang alat bantu
makan (OGT)
3. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d dilihat dari DS dan DO
30
31
O. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi :
efektif keperawatan selama 1x24 A. Observasi
(D.0005) jam diharapkan masalah 1. Monitor frekuensi, irama,
pola nafas tidak efektif
kedalaman dan upaya
dapat teratasi dengan
kriteria: napas
2. Monitor pola napas (seperti
Indikator IR ER bradipnea, takipnea,
Dipsnea 3 5 hiperventilasi, kussmaul)
Penggunaan 3 5 3. Monitor adanya sumbatan
otot bantu jalan napas
nafas 4. Palpasi kesimetrisan
Frekuensi 3 5
ekspansi paru
nafas
Kedalaman 3 5 5. Auskultasi bunyi napas
nafas 6. Monitor saturasi oksigen
B. Teraupetik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
32
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
C. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
33
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
2. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
C. Edukasi
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Indikator: IR ER B. Terapeutik
Demam 3 5 1. Pertahankan Teknik aseptic
1. Mencegah penyebaran
Kemerahan 3 5 pada pasien beresiko
mikroorganisme.
Nyeri 3 5 tinggi.
Bengkak 3 5
Kadar sel 3 5 C. Edukasi 1. Mengetahui tanda dan
darah putih 1. Jelaskan tanda dan gejala gejala infeksi.
34
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
infeksi. 2. Untuk kebutuhan nutrisi
2. Anjurkan meningkatkan dapat tercukupi.
kebutuhan asupan nutrisi. 3. Untuk meningkatkan
3. Anjurkan meningkatkan kebutuhan cairan.
kebutuhan cairan.
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN NEONATUS
Sesak Nafas
36
terpasang OGT dengan kebutuhan nutrisi saebanyak 10 ml, tali pusat tampak basah, tampak lemah,
menangis, dan By. I berada dalam inkubator.
37
3 /
4
Jenis diet:
38
Usia Gestasi = 40-41 minggu
Usia Kronologis = 1 hari
Jenis nutrisi ASI √ Susu formula Kombinasi ASI dan susu formula HMF
Nasi
TIM Bubur
Cara Menyusui langsung √ OGT/NGT Gelas/cup feeder Botol
pemberian
nutrisi
Masalah
pemberian By. I sulit untuk reflek menelan, sehingga alat bantu untuk pemberian nutrisi pada By. I
makan melalui OGT
IVFD: IV
Jenis : Dextros 10%
39
2. Status Eliminasi
Buang Air √ melalui anus melalui stoma; Frekuensi: 1-2 kali
Besar
Karakteristik feses Warna Hitam Konsistensi : Lembek Darah √
Lendir Dempul Lain-Lain
Buang Air √ Spontan Kateter Cytostomi ; Warna urine…………………….
Kecil
IWL ml/kgBB/hari
Diuresis
Total
Output
Balance
cairan
40
1. Kepala Bentuk kepala : √ Normocephali Mikrocephali
Makrocephali
Keadaan rambut: Bersih, tidak, lengkat, warna rambut hitam
Bentuk wajah : simetris
Lainnya
Mata Bentuk : √ Simetris Asimetris Sklera
ikterik: Tidak Ya
Konjungtiva: Anemis √ Merah muda
Kelopak mata Cekung √ Normal edema
Refleks cahaya: Tidak √ Ada
Lainnya:
…………………………………………………………………………
……
Telinga √ Simetris Asimetris Sekret
Lainnya:
…………………………………………………………………………
……
Hidung Bentuk: √ Simetris Asimetris Kelainan lain:
…………………………….….
Mukus: Ya √ Tidak
Pernafasan cuping hidung: √ Ya Tidak
Lainnya: Terpasang nasal kanul 0,5 lpm
Mulut √ Tidak ada kelainan Bibir Sumbing Stomatitis
Mukosa Bibir: √ Kering Lembab
Lainnya: Terpasang OGT
Leher Pembesaran Kelenjar Tiroid: Ya √ Tidak
Pembesaran Jugularis Vena Pressure: Ya √ Tidak
Tonsil: √ Normal Kemerahan Pembesaran
Lainnya:
41
…………………………………………………………………………
….
42
Lambat √ Cepat
4. Perkusi: √ Tympani Hypertimpani
5. Ekstremitas dan Pergerakan: √ Bebas Terbatas ;
Muskuloskeletal Kelainan tulang Ya √ Tidak, Jika kelainan, sebutkan.......
Spina bifida √ Normal Abnormal, sebutkan
Tonus otot : Baik
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kelainan lainnya: Ya √ Tidak, Sebutkan:................
6. Kulit dan kuku
Warna Kulit Pink √ Pucat Kuning Mottled √ kulit tipis
nampak pembuluh darah
Sianosis Tidak √ Ya, Lokasi : Anggota badan
Ptekie √ Tidak Ya, Lokasi : Tidak ada
Kemerahan Tidak √ Ya, Lokasi : Anggota badan, Selangkangan dan Pipi
Tanda lahir √ Tidak Ya, Lokasi : Tidak ada
Turgor kulit √ Elastis Tidak elastis
Edema √ Tidak Ada, Lokasi : Tidak ada
CRT <3 detik
Skor risiko trauma Tidak ada
kulit
Luka Beri tanda (arsir) pada lokasi
luka
Karakteristik luka: Tidak ada
43
Penilaian Ikterus
Neonatorum dengan
Kramer
44
£ Ada,sebutkan ………………….
Diuresis ………………….ml/jam
Kebersihan Diri
Mandi Frekuensi : 2x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : Perawat
Sikat Gigi Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
Keramas Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
2. Dampak Hospitalisasi
Anak: Cemas Takut Sedih
Orangtua: : √ Cemas Takut Sedih Merasa bersalah
3. Perkembangan Personal: Tidak Terkaji
45
Keterlibatan
anak dalam
kegiatan
masyarakat
Lingkungan Internal
46
RIWAYAT KELAHIRAN YANG LALU
Riwayat Penyakit Terdahulu
Tangg
1. Penyakit yang pernah dialami √ Tidak Ya Lain
N al/ Jenis Komplikasi Penyakit
Penatalaksanaan yang dilakukan Tidak ada Jenis –
o Tahun Kela BBL Keadaan Bayi Kehamilan/ Waktu
2. Riwayat Hospitalisasi √ Tidak Ya Persalinan Lain
. Kelahi min Persalinan Hamil
3. Riwayat Operasi √ Tidak Ya
ran
4. Riwayat Penggunaan obat √ Tidak Ya, Jika ya:
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat Injury/kecelakaan √ Tidak Ya
6. Riwayat Alergi √ Tidak Ya, Jika ya:
Makanan Obat Udara Debu
Lainnya………………
…
1 …
Down Score: gr
Nilai …0 1 2 skor
2Frekuensi <…..g
60 x/menit √ 60 – 80 x/menit- 80 x/menit 1
nafas r
Retraksi … ada
Tidak √ Retraksi ringan - Retraksi berat 1
3
Sianosis …..g ada
Tidak √ Hilang dengan O2- Menetap dengan 1
… O2
4Air entry …..g-
√ Ada Menurun Tidak terdengar 0
(udara masuk) r
Merintih … ada
Tidak √ Terdengar dengan Terdengar tanpa 1
5
…..g stetoskop- alat bantu
Total skor 4
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan
Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang
Skor ≥ 6 : gangguan pernapasan berat (pemeriksaan AGD harus dilakukan)
47
Riwayat Imunisasi
BCG √ Lainnya : Vitamin K dan
ALERGI DAN REAKSI
Alergi: Ya √ Tidak Tidak Tahu
Bila Ya:
Alergi Obat, sebutkan : Tidak ada
Alergi makanan, sebutkan : Tidak ada
Alergi lainnya, sebutkan : Tidak ada
Klip Tanda Alergi dipasang (warna merah)
Diberitahukan ke dokter atau farmasis (apoteker) atau dietisien (coret salah satu): Ya,
pukul……………
Tidak
Lingkungan Eksternal
Perseptual
Cahaya/penerangan : √ baik cukup kurang Suhu Ruangan : 16 0C
Kondisi Lingkungan: Lingkungan diruangan bersih dan rapih
Suhu incubator: 32,5 0C
Resiko Jatuh: √ ya tidak
Resiko Infeksi tular: ya √ tidak
Operasional
1. Kebersihan lingkungan
Lingkungan diruangan tampak bersih dan rapih
2. Jarak antar incubator/ tempat tidur
± 1 meter dari tempat tidur
48
3. Penggunaan warmer Bersama
Tidak
Konseptual
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 15,4
Leukosit : 24,9
Trombosit : 204
Hematokrit : 46
GDS : 72
49
1. Kemerahan
2. Bengkak
3. Panas
4. Bau
5. Pengeluaran
6. Penurunan fungsi
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
Respon Stres
50
Tangisan
0 : Tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 : Merengek Mengerang lemah, intermiten
2 : Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus Interpretasi skor skala nyeri NIPS
:
(catatan : menangis tanpa suara diberi skor bila - Skor 0 Tidak perlu intervensi
- Skor 1-3 Intervensi non-
bayi diintubasi) farmakologis
- Skor 4-5 Terapi analgetik non-
Pola napas
0 : Relaks Bernapas biasa
1 : Perubahan Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa,
napas menahan napas, tersedak
Tungkai
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 :Fleksi/ekstensi Tegang kaku
LenganV
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 : Fleksi/ekstensi Tegang kaku
Tingkat kesadaran
0 : Tidur/bangun Tenang tidur lelap atau bangun
1 : Gelisah Sadarataugelisah
Keterangan:
1-2: Tidak nyeri sampai nyeri
ringan
2-3: Nyeri ringan sampai sedang
>4: nyeri berat
Refleks
51
Galand Plantar Walking Tonic neck
Terapi Medikasi
……………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………...…………………….
……………………………………………………………………………………………………………
…………
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pasien tampak sesak, terpasang alat bantu
nafas
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d daya hisap lemah, bayi terpasang
OGT
3. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d kulit tampak kerng, tali pusat masih basah
Tanggal,................................................
Pukul ........................
Perawat Yang
Mengkaji
KELOMPOK 3
(....................................................................)
52
Hari pertama haid terakhir : Tidak Terkaji Taksiran Partus : Tidak Terkaji
Penyakit-penyakit selama hamil £ Anemia £ Penyakit jantung
£ Hipertensi £ Tuberkulosis
£ Diabetes £ Sifilis
£ Lain-lain : Tidak Terkaji
2. Intranatal
Riwayat kehamilan: Spontan √ SC Dengan alat bantu...................................
Usia kelahiran: 40-41 minggu Penolong Persalinan: Dokter
Komplikasi: Tidak Terkaji
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir: BBL 3600 gram, PB: 51 cm, LK: 33 cm, LP: 33 cm, LD: 34 cm
APGAR Score 3/4
Balard Score.........................
Mekonium: √ Ya Tidak
Kebutuhan alat bantu: √ Inkubator √ Oksigen Suction √ Ventilator
Lainny Kelainan Kongenital:
ANALISA DATA
53
liter Ventilasi paru menurun
c. Nadi 158
x/menit Nafas cepat
d. RR 68 x/menit
e. Suhu 37,00c Dispnea
f. BB 1870 gram
Defisit nutrisi
54
masih basah
d. Nadi 158 Rentan terjadi infeksi
x/menit
e. RR 68 x/menit
f. Suhu 37,00c Risiko infeksi
g. BB 3600 gram
h. Terpasang
infus D10% (6
lpm)
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pasien tampak
sesak, terpasang alat bantu nafas
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d daya hisap
lemah, bayi terpasang OGT
4. Resiko infeksi kerusakan integritas kulit d.d kulit tampak kerng, tali pusat
masih basah
55
INTERVENSI KEPERAWATAN
56
oksigen pasien
Edukasi 1. Untuk
1. Anjurkan memenuhi
asupan cairan kebutuhan
2000 ml/hari nutrisi
(jika tidak ada
kontaindikasi)
Kolaborasi 1. Memenuhi
1. Kolaborasi kebutuhan
pemberian oksigen
oksigen pasien
1. B.
57
Edukasi 1. agar asupan
1. Ajarkan diet nutrisi sesuai
yang dengan
diprogramkan kebutuhan
Kolaborasi 1. agar
2. kolaborasi pemberian
dengan ahli nutrisi seusai
gizi untuk dengan
menentukan kebutuhan
jumlah kalori
Risiko Setelah dilakukan Observasi Kelompo
Infeksi tindakan 1. Identifikasi 1. mengetahui k3
keperawatan 3x24 riwayat Riwayat
jam diharapkan kesehatan dan kesehatan &
tingkat infeksi riwayat alergi alergi pasien
menurun dengan 2. Identifikasi 2. agar tidak
kriteria hasil : kontraindikasi menimbulkan
demam 3 5 pemberian bahaya pada
Sputum 3 5 imunisasi pasien
berwarna 3. Identifikasi 3. mengatahui
hijau status imunisasi status
Kultur feses 3 5 setiap imunisasi
kunjungan ke
pelayanan
kesehatan
Terapeutik
1. Berikan 1. untuk
58
suntikan pada mencehaj
bayi di bagian terjadinya
paha infeksi
anterolateral
2.
Dokumentasika 2. agar terdata
n informasi untuk
vaksinasi tindakan
Edukasi keperawatan
1. Jelaskan selanjutnya
tujuam,
manfaat, reaksi 1. agar
yang terjadi, keluarga
jadwal, dan pasien
efek samping mengetahui
tujuan,
manfaat, dan
2. Informasikan efek samping
imunisasi yang 2. agar
diwajibkan keluarga
pemerintah pasien
mengetahui
imunisasi
yang
diwajibkan
59
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jabar, (2015). AKI dan AKB. Download at Saturday, 15 Februari 2019 at
14.00 pm http://dinkes.jawabarat.go.ide
Dwiendra. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan neonatus bayi/balita dan anak
sekolah. Yogjakarta. Cv : Budi utama.
Eka Putri Silvia Matasari. (2017). Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr Rasidin Padang.
http://docplayer.info/97505 566-Hubungan-partus-lama-dengan- kejadian-
asfiksia neonatorum-di-rsud- dr-rasidin-padang.html.
Eka Putri Silvia Matasari. (2017). Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr Rasidin Padang.
Ligawati. (2018). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Malang: Wineka media.
60
Nurul Syuhfal Ningsih, Irene Florensia Situmeang, Nirmala Harahap (2019).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir di RSU Bunda Margonda Depok 2019. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia. Vol 2(2) 19-29.
Sri Suparti & Nulpianti (2021). Efektivitas terapi oksigen terhadap downes score
pada pasien asfiksia neonatus di ruang perinatalogi. Jurnal faletehan
health journal. Hal 65-70.
61