PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sangat penting karena pada masa ini dianggap sebagai masa yang rawan dan
terjadi gangguan atau kecacatan seperti berat bayi lahir rendal, kematian neonatal,
kelainan kogenital, dan asfiksia pada bayi. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi
baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur. Ibu dengan riwayat
abortus sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat lahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
Asfiksia bayi baru lahir terjadi ketika bayi tidak cukup menerima oksigen
sebelum, selama atau setelah kelahiran. Faktor yang menyebabkan asfiksia antara
lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan.
Faktor keadaan ibu meliputi hipertensi pada kehamilan (preeklamsi dan eklamsi)
(24%), perdahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta) (28%), anemia dan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) berkisar kurang dari 10%, infeksi berat (11%)
1
2
dan kehamilan postdate. Faktor keadaan bayi meliputi prematuritas (15%), Berat
bercampur mekonium. Faktor plasenta meliputi, lilitan talipusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Faktor neonatus meliputi depresi pernapasan
karena obat-obatan anestesi atau analgetik yang diberikan pada ibu, dan trauma
partus lama atau macet (2,8-4,9%), persalian dengan penyulit (letak sungsang,
kembar, distosia bahu, vakum ektraksi, vorsep) (3-4%) dan ketuban pecah dini
(KPD) (10-12%).
Data terkait dengan asfiksia di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih
tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode
sangat dini yaitu di masa neonatal. Target SDG’s tahun 2020 adalah menurunkan
Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien hipoksia dan iskemia akut
telah memberikan gambaran dampak Asfiksia yang jelas mengapa terjadi disfungsi
berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia. Gangguan fungsi berbagai organ pada
bayi asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan,
gangguan disfungsi berbagai organ tubuh seperti sistem kardio terjadi gagal
jantung seperti, takipnu, takikardia, pembesaran hati dan irama derap, dampak
pada sistem pencernaan adalah Bayi asfiksia mempunyai risiko terjadinya iskemia
3
saluran cerna dan Enterokolitis Nekrotikan (EKN), dan dampak pada paru
akibat hipoksia dan asidosis, pembentukan otot arteriol paru pada masa pranatal,
paru, edem paru karena gagal jantung, Acute Respiratory Distress Syndrome,
HMD sekunder akibat gangguan produksi surfaktan karena asfiksia, dan aspirasi
peningkatan tersebut terjadi pada asfiksia sedang, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya antara lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor
plasenta dan faktor persalinan (Dinkes, 2018). Data di Rumah Sakit Bhayangkara
tingkat III Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2017 jumlah bayi dengan Asfiksia
sedang yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara berjumlah 42 orang, tahun 2018
pada bayi dengan Asfiksia. Peneliti tertarik dan berkeinginan untuk melihat
secara nyata dalam melaksanakan Asuhan perawatan pada bayi dengan Asfiksia.
B. Rumusan Masalah
fisik dan pemerikasaan lainnya yang berguna untuk menunjang dalam pemberian
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2020.
1. Bagi Masyarakat
Asfiksia
6
3. Bagi Penulis
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan untuk bayi dengan Asfiksia,
pendidikan kesehatan.
lain nya yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan tindakan peran advokasi meliputi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Proses Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Asfiksia
1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Fitriani, 2016). Bayi baru lahir
normal adalah bayi lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
sempurna.
7
8
10. Grabs refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ketelapak
11. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
1. Adaptasi Pernapasan
penurunan suhu.
b. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali per menit
9
d. Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu
aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam
dalamnya, sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang
2. Adaptasi Neurologis
berkembang sempurna.
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut,
3. Adaptasi Ginjal
a. Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh
stresor.
c. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka
4. Adaptasi Hati
a. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
pembekuan darah.
c. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin; pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
5. Adaptasi Imun
masuk.
kuantitatif
2) Fagositosis lambat
periode neonatus.
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur. Ibu dengan riwayat aburtus sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat lahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu kegawatan bayi baru lahir, yang
paru-paru (Fitriani, 2016). Asfiksia sedang adalah kegagalan bayi baru lahir
2. Etiologi Asfiksia
kesulitan kelahiran.
dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika aliran oksigen ke janin berkurang, akan
14
mengakibatkan gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada bayi
baru lahir. Akan tetapi, bayi juga dapat mengalami asfiksia tanpa didahului
tanda gawat janin. Gawat janin, banyak hal yang dapat menyebabkan bayi
tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya
mengalami gawat janin. Akibat gawat janin, bayi tidak menerima oksigen
yang cukup. Gawat janin adalah reaksi janin pada kondisi di mana terjadi
a. Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali
per menit.
b. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali per
hari).
kehijauan.
1. Keadaan Ibu :
3. Keadaan Bayi
vakum, forcep).
c. Kelainan bawaan
a. Ibu
b. Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
c. Fetus
d. Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
4. Insiden Asfiksia
masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007), sekitar 56%
kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa neonatal. Target
Hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia
antara lain bayilahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23%
merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati
(Pradani, 2016).
17
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya antara lain faktor keadaan ibu,
faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan (Dinkes, 2018).
Data di Rumah Sakit Bhayangkara tingkat III Provinsi Bengkulu. Pada tahun
2017 jumlah bayi dengan Asfiksia sedang yang dirawat di Rumah Sakit
a. Ventilasi
yang dihisap sama dengan jumlah udara yang dikeluarkan, akan tetapi
mengandung CO2.
18
b. Transpor Oksigen
Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel melalui
dioksida juga terjadi melalui difusi dan berlanjut dengan arah yang
c. Transportasi Gas
dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuk
jumlah dan fungsi yang optimal untuk mengangkut dari sirkulasi yang
sama dengan curah jantung perliter dalam satu menit dikali dengan
darah vena. Selama melakukan latihan fisik, jumlah oksigen dalam arteri
tetap, tetapi curah jantung akan meningkat. Dengan curah jantung sebesar
d. Difusi
dari darah ke dalam dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara
dalam darah. berbeda halnya dengan CO2 dengan PO2 dalam kapiler 45
alveoli
20
6. Patofisiologi Asfiksia
otak dan organ yang irevesibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang
hidup. Pada awalnya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat
apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi terdiri atas
kematian jika bayi tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan
bila diperlukan, dilakukan kompresi jantung. Warna bayi, berubah dari biru
ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi perifer sebagai upaya
adrenal. Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat pada hipoksia awal,
21
hipoksia berlanjut, maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada
sel-sel otak.
penilaian skor APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap
PATHWAY
Bagan 2.1 Pathway
(Nurarif, 2015)
23
Menurut Sondakh, (2013) Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul
a. Tidak ada pernapasan (apnea) atau pernafasan lambat (kurang dari 30 kali
a) Apnea primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun, dan tonus otot
neuromuskular menurun.
c. Tangisan lemah
f. Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit).
Menurut vivian, 2014 tanda dan gejala yang dapat muncul pada asfiksia
persalinan.
8. Klasifikasi Asfiksia
Skore 0 1 2
A : Appearance Biru , pucat Badan merah Seluruhnya
(warna kulit) muda, merah muda
ekstremitas biru
P: Pulse (denyut Tidak ada Lambat Diatas 100
nadi) (dibawah kali/menit
100x/menit)
G: Grimace
(refleks)
1. Respon Tidak ada Menyeringai Batuk atau
terhadap kateter respons bersin
diadalam lubang
hidun (dicoba
setelah
orofaring
25
dibersihkan)
2. Tangensial foot Tidak ada Menyeringai Menangis
siap respons dan menarik
kaki
A: Activity Pincang Beberapa Fleksi
(tonus otot) ekstremitas dengan baik
pincang
R: Respiration Tidak ada Tangisan lemah Tangisan
(usaha hipoventilasi kuat
bernapas)
terkendali.
2. Asfiksia ringan
3. Asfiksia Sedang
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
4. Asfiksia Berat
dikalbonas 7,5% dengan dosisi 2,4 ml/kg berat badan, dan cairan glukosa
40% 1-2 ml/kg berat bedan, diberikan via vena umbilika. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada.
9. Test Diasnostik
61%.
kondisi hematolik.
27
10. Penanganan
sebagai berikut :
1) Prinsip
sebagai berikut :
a. Pengaturan Suhu
tubuh ibunya. Bayi dan ibu sebaiknya diselimuti dengan baik, namun
b) Memulai Pernapasan
2) Resusitasi
pernapasan
1. Perlengkapan penghisap
a) Suction karet
100% oksigen.
L/menit).
3. Lain-lain
b) Lampu penghangat
d) Jam
f) Stetoskop
Langkah awal ini perlu diselesaikan secara tepat dan cepat (dalam waktu
30 detik). Bagi sebagian besar bayi baru lahir, 6 langkah dibawah ini
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka,
c. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras,
3. Mengisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir Dee Lee dengan cara sebagai berikut :
a. Isap lendir dari mulut dulu, kemudian hisap lendir dari hidung.
b. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada saat
memasukkan.
akan terisap)
a. Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala dan bagian tubuh lainnya
tangan.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru.
b. Selimut bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi bagian muka dan
bernafas.
ventilasi bayi.
Tahap 2 : Ventilasi
volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi
1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai
mengembang :
bocor.
3. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan
2. Hitung frekuensi napas per menit, dengan cara : jika bernapas >40
kali permenit dan tidak ada retraksi berat (jangan ventilasi lagi,
letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan
resusitasi
a. Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan
mengapa.
d. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medis persalinan.
dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak
denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba.
permanen.
35
trutama pada ibu hamil baik, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan
lainnya. Untuk itu perlu kerja sama banyak pihak sektoral yang saling
penanganan untuk situasi yang tidak diduga dan tidak biasa yang dapat
lebih lanjut. Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk
baik terhadap resiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang memerlukan
neonatal meliputi:
yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
kesehatannya
a. Pengkajian
keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
menurunkan, membatasi.
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi
ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
Menurut Sondakh, (2013) Asuhan keperawatan pada bayi dengan Asfiksia terdiri
dari :
1) Pengkajian
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi pasien baik fisik, mental, social maupun spiritual dapat ditentukan.
Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisa data, dan
a) Data biografi.
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, asal
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah
yang membuat kondisi sejarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
1. Keluhan utama
Bayi tidak bisa bernafas dengan spontan, warna kulit kebiruan, kejang,
a. Kehamilan.
4. Riwayat kelahiran
antara kehamilan 28-37 minggu, seta terjadi lilitan tali pusat, persalinan
6. Imunisasi lengkap
Campak Dan Hepatitis, biasa hanya diberikan injeksi Vit. K dan salap
mata saja.
menggunakan NGT
5. Pola eliminasi
6. Pola aktifitas
Sensori meliputi daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya lihat dan daya
pendengaran normal.
1. Pemeriksaan fisik
Suhu : ≤36oC
Nadi : ≤80X/m
2. Kepala
3. Mata
4. Telingga
Bentuk semetris kanan dan kiri, pendengaran baik, tidak ada serumen.
5. Hidung
hidung
6. Mulut
Gigi belum ada, mukosa bibir tanpak kering, tongsil tidak hiperemi, reflek
7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar firgio, kelenjar limfe dan tidak ada distensi
vena jugularis
8. Torak
Cor bising kurang pulmo : gerakan dada simetris, suara pernafasan vesikuler,
adanya kesuliatan pernafasan, ronci (+), whezzeng (-), taktil fremitus teraba,
9. Abdomen
Terjadi penonjolan abdomen saat ekspirasi akibat dari retraksi, tidak ada
10. Ekstremitas
44
Terdapat sianosis pada ektremitas yang pengisian kapiler tertunda lebih dari
3-4 detik
11. Kulit
2) Analisa data
3) Diagnosa keperawatan
muncul maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
Asfiksia adalah :
alveoli
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini
tindakan, pemahaman tentang hal-hal dari pasien serta dalam memahami tngkat
6) Evaluasi
proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
berlangsung atau menilai dari respons klien disebut evaluasi proses, dan
52
7) Discharger Planning
f) Intruksikan untuk kontrol ulang dan Jelaskan faktor penyebab Asfiksia dan
8) Follow Up Care
BAB III
A. Kerangka Konseptual
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
masalah yang dihadapi klien (Muttaqin, 2012). Proses tersebut terdiri dari 5
(Muttaqin, 2012)
Intervensi
Implementasi
Tidak Berhasil
Evaluasi
Berhasil
53
54
B. Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan pada skema dibawah
ini :
Pengkajian
Analisa Data
BAB IV
Dalam penulisan Proposal karya tulis ilmiah (KTI) ini penulis menggunakan
metode studi kasus yaitu melakukan Asuhan Keperawatan bayi dengan Asfiksia
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien bayi baru lahir dengan Asfiksia yang
diambil secara purposive sampling yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan
Eksklusi yaitu :
Kriteria inklusi :
Kriteria Ekslusi :
C. Fokus Studi
Fokus Studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan
studi kasus. Fokus studi adalah asuhan keperawatan pada klien dengan Asfiksia
55
56
Variabel Definisi
Jenis Instrumen Studi Kasus yang digunakan pada asuhan keperawatan pada
data melalui proses pengkajian yang terdiri dari data biografi, riwayat kesehatan,
Tingkat 3 Bengkulu
2020
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian yang
meliputi :
1. Lembar persetujuan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia menjadi
mereka menolak untuk dijadikan responden, maka peneliti tidak akan memaksa
namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup member kode pada
3. Confidentiality (Kerahasian)
sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.