Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT III


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM

Dosen Pembimbing

Ns. Harsismanto J, S.Kep, M.Kep

Oleh :

Dhea Septeah Ningrum 1780200025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TA. 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul
“MAKALAH ASFIKSIA NEONATORUM”. Makalah ini disusun berdasarkan
hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak berupa
buku. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok satu yang telah
memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar
makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

Bengkulu, November 2020

Penyusun

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Asfiksia adalah salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru
lahir dan akan membawa berbagai dampak pada periode neonatal. Menurut
National Center For Health Statistics (NCHS), pada tahun 2002, asfiksia
menyebabkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup di Amerika Serikat.
Di dunia, lebih dari 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum.
Berdasarkan studi pendahuluan penulis di Dinas Kesehatan Aceh tentang
Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Aceh 2011-2013, ada 826 bayi (0-1 tahun)
meninggal pada tahun 2011. Jumlah itu meningkat menjadi 982 bayi pada
tahun 2012 dan bertambah menjadi 1.241 bayi pada tahun 2013. 30% diantara
bayi-bayi tersebut meninggal akibat Asfiksia, 25% Berat badan lahir rendah
(BBLR) dan 10% akibat kelainan kongenital. Sedangkan pada tahun 2013 ;
peneliti memperoleh data dari bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas
Kesehatan Kota Langsa jumlah kematian neonatus yang disebabkan oleh
asfiksia berjumlah 7 kasus, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 12 kasus,
kelainan kongenital 1 kasus dan lain-lain 1 kasus dengan jumlah kelahiran
3.128, pada tahun 2014 terjadi peningkatan dimana; jumlah kelahiran 3.344
bayi, kematian neonatus 33 kasus, dengan penyebab asfiksia 14 kasus, BBLR
13 kasus, meningitis 1 kasus, dehidrasi 1 kasus dan kelainan kongenital 2
kasus.
Tingginya kasus kematian bayi akibat asfiksia salah satunya bisa
diakibatkan karena kurangnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan bidan
dalam penanganan asfiksia pada bayi baru lahir. Untuk mengurangi angka
kematian tersebut dibutuhkan pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh bidan yang
berkompeten terutama memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. (Depkes, RI, 2011)

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas merumuskan pernyataan masalah
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada BBL dengan Asfiksia ?”
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada BBL dengan Asfiksia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mangkaji asuhan kepeawatan pada BBL dengan Asfiksia
b. Mampu merumuskan diagnosa asuhan kepeawatan pada BBL dengan
Asfiksia
c. Mampu merencanakan asuhan kepeawatan pada BBL dengan Asfiksia
d. Mampu melaksanakan asuhan kepeawatan pada klien anak dengan
tubercolusis paru.
e. Mampu mengevaluasi asuhan kepeawatan pada BBL dengan Asfiksia
f. Mampu mendokumentasikan asuhan kepeawatan pada BBL dengan
Asfiksia
1.4 Manfaat
Menjelaskan bahwa hasil penulisan makalah bermanfaat memberikan
sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap
konsep asuhan keperawatan pada BBL dengan Asfiksia
1. Bidang akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bagi Akademik dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang pada bidang
keperawatan.
2. Rumah sakit
Sebagai masukan bagi perawat dalam rangka mengambil kebijakan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khusus nya pada BBL
dengan Asfiksia
3. Klien dan Keluarganya
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang bagaimana
merawat pasien BBL dengan Asfiksia khususnya dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.

4
4. Penulis
Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh selama kuliah

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis. (Prambudi, 2013)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir keadaan tersebut disertai dengan hipoksia,
hiperkapnu dan sampai keasidosis (Hidayat. 2008 : 198)
2.2 Etiologi
Keadaan dimana asfiksia terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi
organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia
neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut ( Mochtar, 1989 ) :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obatan bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinnan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama ( CPD, rigid serviks dan atonia/ansersi uteri )
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uteri yang terus menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak keplasenta
e. Prolaps fenikuli tali pusar akan tertekan antara kepala dan paggul

6
3. Paralisis pusat pernafasan
a. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
b. Trauma dari dalam : akibat obat bius
Sedangkan manurut ( Betz et al, 2001 ).Asfiksia dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan
hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen keplasenta dan juga kejanin, kondisi ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamasi.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio
plasenta
3. Faktor fetus
Komprasi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan
pada keadaaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neunatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
kareana beberapa hal yaitu pemakaian onat anestesi yang berlebihan
pada ibu. Trauma yang terjadi saat peralinnan misalnya perdarahan
intra cranial.

7
2.3 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ ( Denyut Jantung Janin )
menjadi lambat jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DDJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan itrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelaktasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi
dapat bernafas kembali secara teratur bayi mengalami afiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menerus disebabkan karena terjadi metabolisme anaerob yaitu
glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis
respiratorik karena gangguan metabolisme asam basa, biasanya gejala ini
terjadi pada asfiksia sedang – berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasukki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun.
Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan diotak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O₂ selama
kandungan/persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan mengakibatkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian O₂ tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini
dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.

8
PATHWAY

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Nurarif 2013 tanda dan gejala asfiksia :
1. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung < 40 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tanus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika dirangsang
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

9
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
3. Asfiksia ringan / tanpa asfiksia
a. Takipnea napas > 40 x / menit
b. Bayi tampak cyanosis
c. Adanya retaksi sela iga
d. Adanya pernapasan cuping hidung
e. Pada pemeriksaan aultulkasi diperoleh ronchi, rates, wheezing
f. Bayi kurang aktivitas
Tanda dan gejala asfiksia antara lain :
1. Pada Kehamilan
a. Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
b. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
c. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
d. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respirator
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

10
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatorum

Asuhan keperawatan adalah tindakan yang berurutan dilakukan sistematis


untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya,
melaksanakan rencana itu/menugaskan orang lain untuk melakukan dan
mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya
(Efendi. Nasrul, 1995 ; 3).
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini
dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan
perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
A. Identitas Klien
Nama : An.A
Tanggal Lahir : 1 Januari 2016
Umur :-
Jenis Kelamin : laki-laki
BB/PB : 3 kg / 47 cm
Alamat : Bengkulu
Agama : islam
Pendidikan :-
Suku Bangsa : Rejang Indonesia
Diagnosa Medis : Asfiksia Neonatorum
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bengkulu
Agama : Islam
Pendidikan : S1
11
Pekerjaan : Guru
Hubungan : Ibu kandung
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
a. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
a. Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44 - 45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang.
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus
antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan

12
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),
atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran
atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak
mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia
(terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).
C. Riwayat kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus asfiksia berat yaitu :
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multipel, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
a) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
b) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
b. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang s
angat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji
1) Kala I :
ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik
solusio plasenta maupun plasenta previa.

2) Kala II :

13
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
a. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
1) Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit
kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS
(7-10) asfiksia ringan.
2) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000
gram). Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
D. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan
absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
Tabel kebutuhan nustrisi BBL
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250 - < 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
14
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg
BB/hari
E. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
3.2 Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C –
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum
teratur.
1. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya
dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita
dapat memberikan obat yang tepat pula.
15
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1) Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
 Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia
Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
 Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah
sehingga resiko tinggi.
 Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
 Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
 pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi
asidosis metabolik.
 PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post
asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
 PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
 HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
 Natrium (normal 134-150 mEq/L)
 Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
 Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

16
3.3 Analisa data
Data Etiologi Problem
DS: - - Riwayat partus lama Gangguan
DO:- Pernafasan tidak teratur - Pendarahan peng- Pertukaran Gas
- pernafasan cuping hidung obatan.
- Sianosis - Obstruksi pulmonary
- ada lendir pada hidung - Prematuritas
dan mulut
- tarikan inter-costal,
- abnormalitas gas darah
arteri.
DS: - Kekuranagan Lemak Hipotermia
DO: -Akral dingin subkutan
-sinosis pada ekstremmitas
- keadaan umum lemah
-suhu tubuh dibawah
normal
DS: - Sistem Imunitas yang Resiko infeksi
DO:- Suhu tubuh diatas normal belum sempurna
- tali pusat layu - Ketuban mekonial
- ada tanda-tanda infeksi - Tindakan yang tidak
- abnormal kadar leukosit aseptik
- kulit kuning
- riwayat persalinan dengan
ketuban mekonial

3.4 Diagnosa
1. Gangguan Pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi d.d
Sianosis, Pola napas abnormal
2. Hipotermi b.d Kekurangan lemak subkutan d.d kulit teraba dingin, suhu
tubuh dibawah nilai normal
3. Resiko Infeksi d.d Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh primer

17
3.5 Intervensi
ndNo Diagnosa Hasil dan Tujuan Intervensi
1 Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan O:
gas b.d asuhan keperawatan 48 - monitor frekuensi,
Ketidakseimbangan jam diharapkan irama, kedalaman
Ventilasi-Perfusi d.d pertukaran gas dengan dan upaya nafas
Sianosis, Pola napas ekspektasi meningkat - monito pola napas
abnormal dengan kriteria hasil : - monitor adanya
1. Sianosis membaik sumbatan jalan
2. Pola napas membaik napas
3. Warna kulit membaik - monitor nilai AGD
T:
- atur interval
pemantauan respirai
sesuai kondisi
pasien
- dokumentasikan
hasil pemantauan
E:
- jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantuan
2 Hipotermi b.d Setelah dilakukan O:
Kekurangan lemak asuhan keperawatan 48 - Monitor suhu tubuh
subkutan d.d kulit jam diharapkan - Identifikasi
teraba dingin, suhu termorogulasi neonates penyebab
tubuh dibawah nilai dengan ekspektasi hipotermia
normal membaik dengan - Monitor tanda dan
kriteria hasil : gejala akibat
1. menggigil menurun hipotermia

18
2. suhu tubuh T:
meningkat - Sediakan
3. suhu kulit meningkat lingkungan yang
hangat
- Lakukan penghangat
pasif, eksternal dan
internal
E:
- Anjurkan
makan/minum
hangat
3 Resiko Infeksi d.d Setelah dilakukan O:
Ketidakadekuatan asuhan keperawatan 48 - Identifikasi riwayat
Pertahanan tubuh jam diharapkan tingkat kesehatan dan
primer infeksi dengan riwayat alergi
ekspektasi menurun - Indentifikasi kontra
dengan kriteria hasil : indikasi pemberian
1. periode menggigil imunisasi
menurun T:
- Berikan suntikan
pada bayi dibagian
paha anterolateral
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
E:
- Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi yang
terjadi
- Informasi vaksinasi

19
untuk kejadian
khusus
- Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi

3.6 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1. Gangguan Pertukaran gas - memonitor frekuensi, irama, kedalaman
b.d Ketidakseimbangan dan upaya nafas
Ventilasi-Perfusi d.d - memonito pola napas
Sianosis, Pola napas - memonitor adanya sumbatan jalan napas
abnormal - memonitor nilai AGD
- mengatur interval pemantauan respirai
sesuai kondisi pasien
- mendokumentasikan hasil pemantauan
- menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- menginformasikan hasil pemantuan
2. Hipotermi b.d Kekurangan - memonitor suhu tubuh
lemak subkutan d.d kulit - mengidentifikasi penyebab hipotermia
teraba dingin, suhu tubuh - Memonitor tanda dan gejala akibat
dibawah nilai normal hipotermia
- menyediakan lingkungan yang hangat
- melakukan penghangat pasif, eksternal dan
internal
- menganjurkan makan/minum hangat
3. Resiko Infeksi d.d - mengidentifikasi riwayat kesehatan dan
Ketidakadekuatan riwayat alergi
Pertahanan tubuh primer -mengindentifikasi kontra indikasi
pemberian imunisasi
- memerikan suntikan pada bayi dibagian

20
paha anterolateral
- mendokumentasikan informasi vaksinasi
- menjadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
- menelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi
- menginformasi vaksinasi untuk kejadian
khusus
- menginformasikan penyedia layanan pekan
imunisasi

3.7 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1. Gangguan Pertukaran gas S : ibu klien mengatakan bahwa anak nya
b.d Ketidakseimbangan tidak sulit bernafas lagi
Ventilasi-Perfusi d.d O : pasien tampak nyaman dengan
Sianosis, Pola napas kondisinya sekarang dan bisa bernafas
abnormal dengan baik
A : masalah keperawatan teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan
2. Hipotermi b.d Kekurangan S : ibu klien mengatakan bahwa anak nya
lemak subkutan d.d kulit sudah tidak dingin lagi
teraba dingin, suhu tubuh O : suhu tubuh klien mulai membaik yaitu
dibawah nilai normal 36.5 c
A : masalah keperawatan teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan
3. Resiko Infeksi d.d S : -
Ketidakadekuatan O : kondisi klien tampak mulai membaik,
Pertahanan tubuh primer sudah bisa bernafas dengan baik dan sudah
tidak menggigil lagi
A : masalah keperawatan teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis. (Prambudi, 2013)
Keadaan dimana asfiksia terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi
organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia
neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang penulis harapkan antara lain
1. perawat mampu mengaplikasikan tindakan saat dilapangan
2. Keluarga pasien mengerti tentang penyakit tuberculosis dan mengetahui
pencegahan bayi lahir dengan asfiksia

22
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Bagian ilmu kesehatan anak FKUl 2007. Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak.
Jakarta : Infomedika
Dewi. Vivian nanny. 2011. Asuhan Heonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat.A. aziz Alimul 2008. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Muslihatun,wati nur 2011. Asuhan Neonatus bayi dan balita.Yogyakarta : Fitra
Maya
Prawiryoharyo Jarwono. 2010. buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan
Neonatal Jakarta :YPB.SP
Hidayat A.Aziz. alimul dan Uliyah 2008 keterampilan dasar praktik klinik untuk
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta:
EGC
Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai