Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS DAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA


SEKOLAH
“Asfiksia Neonatrum”
Dosen Pengampu : Gita Kostania,SST.,M.Kes

Oleh :
HANUM ARDYA PRAMESTHI P17310213037

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN PRODI D3 KEBIDANAN MALANG
2A
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASFIKSIA
NEONATRUM”.
Penyusunan yang kami lakukan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak pra sekolah ada pun dosen pengampu
yaitu Ibu Gita Kostania,SST.,M.Kes. Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini bisa
menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi Asfiksia Neonatrum.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami berharap adanya
kritikan dan saran agar kami bisa sama-sama membenahi kesalahan tersebut. Dan tak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk membuat makalah ini.

Malang, 10 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI ASFIKSIA NEONATRUM
B. PENYEBAB ASFIKSIA NEONATRUM
C. GEJALA KLINIS
D. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN ASFIKSIA NEONATRUM
E. PENILAIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
F. DAMPAK ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
BAB III ASUHAN KEBIDANAN ASFIKSIA NEONATRUM
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus danhipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan persalinan atau segera setelah bayi lahir. Akibat kurangnya daya
angkut oksigen untuk paru –paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak
bekerja secara optimal yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke
otak yang kemudian menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat
melakukan metabolisme sel dan jaringan.Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan
jaringan dalam tubuh neonatus karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan
metabolisme.Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Dikatakan usia dibawah 1 bulan karena dalam usia
tersebut bayi dan organ –organ bayi masih dalam masa pengadaptasian dengan
lingkungan barunya yang tidak lagi dalam kandungan ibu. Setiap 6 menit
terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayibaru lahirdan penanganan segera , meliputi
pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali
menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi
pada
neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat
dalam penanganan bayi baru lahir. Karena resusitasi ini adalah penanganan yang
pertama kali dilakukan saat bayi baru lahir tersebut mengalami asfiksia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa definisi asfiksia neonatrum ?
2. Apa penyebab asfiksia pada bayi baru lahir ?
3. Apa saja gejala klinis dari asfiksia neonatrum ?
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan asfiksia neonatrum ?
5. Apa saja dampak dari asfiksia neonatrum ?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya ibu
nifas yang baru saja melahirkan bayi yang mengalami Asfiksia .
2. tujuan dari penulisan makalah ini adalah unutk mengtahui lebih mendalam
mengenai asfiksia neonatrum.
3. Untuk pembelajaran mahasiswa mengenai asfiksia neonatrum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI ASFIKSIA NEONATRUM
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir setelah persalinan tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Akibat kurangnya daya angkut oksigen
untuk paru –paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara
optimal yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang
kemudian menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan
metabolisme sel dan jaringan.Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan
jaringan dalam tubuh neonatus karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk
melakukan metabolisme. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir
misalnya, umumnya akan mengalami asfiksiapada saat dilahirkan. Masalah ini
erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamilseperti kurang
tercukupinya nutrisi ibu hamil, kelainan tali pusatyang merupakat alat untuk bernapas
bayi selama dalam kandungan atau bisa karena lilitan tali pusat pada bayi sehingga
bayi tidak dapat bernafas, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinanmisalnya nutrisi bayi yang tidak tercukupi .
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga
dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 dalam paru karena
pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran
dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janinyang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut setelah dilahirkan misalnya kematian
bayi karena tubuh bayi akan mengeluarkan zat arang dari tubuh bayi akibat
banyaknya CO2 dalam tubuh bayi. Bila janin kekurangan O2dan kadar
CO2bertambah timbulah rangsangan terhadap nesofagus sehingga jantung janin
menjadi lambat. Bola kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesofagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Detak jantung
janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan pernapasan dapat disebabkan oleh adanya
gangguan sirkulasi dari ibu ke janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah
dini (Abdul Rahman & Lidya 2014:34). Menurut World Health Organization (WHO)
2012, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120
juta bayi mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal .
Di Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19%
dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun.

B. PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR


1. FAKTOR IBU
 Preeklamsia dan eklamsia.
Preeklamsia dan eklamsia mengakibatkan gangguan aliran darah pada tubuh
seperti contohnya ibu mengalami anemia berat sehingga aliran darah
pada uterus berkurang akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
darah yang membawa oksigen ke plasenta dan janin.
 Perdarahan abnormal (plasenta prervia atausolutio plasenta). Hal ini
menyebabkan gangguan pertukaran gas antara oksigen dan zat asam
arangsehingga turunnya tekanan secara mendadak. Karena bayi
kelebihan zat asam arang maka bayi akan kesulitan dalm bernafas
 Partus lama atau partus macet. Partus lama dan partus karena tindakan
dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-parukarena gangguan aliran darah
uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin
 Demam selama persalinan.Demam ini bisa diakibatkan karena infeksi
yang terjadi selama proses persalinan. Infeksi yang yang terjadi tidak
hanya bersifat lokal tetapi juga sistemik. Artinya kuman masuk
peredaran darah ibu dan mengganggu metabolisme tubuh ibu secara
umum. Sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan
terganggunya pasokan oksigen dari ibu ke janin.
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). Akibat infeksi
berat,penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatan sel darah merah tersebut sehingga apabila ibu mengalami
perdarahan saatpersalinanmaka pada akan terjadi anemia pada ibu yang
menyebabkan ibu kekurangan sel darah merah yang membawa oksigen
untuk janin yang menyebabkan asfiksia.
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.Karena pad usia ibu
yang seperti ini akan beresiko mengakibatkan gawat janin , ini terjadi
karena rahim ibu tidaksiapdiisi janin. Gawat janin ini seperti asfiksia pada
bayi.
 Gravidaempat atau lebih. Untuk kehamilan keempat atau lebih ini
merupakan kehamilan yang rawan. Sehingga besar kemungkinan terjadi
sesuatu yang buruk pada janin. Yang juga menyebabkan gawat janin
karena gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan
oksigen ke janin berkurang yang kemudian terjadi gawat janin sehingga janin
mengalami asfiksia.
2. FAKTOR BAYI
 Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
 Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi
vakum, porsef)
 Kelainan kongenital. Cacat bawaan dalam kandungan akan
mengakibatkan asfiksia bayi karena dengan adanya cacat bawaan ini akan
menimbulkan gangguan pertumbuhan janin seperti organ janin sehingga
organ paru janin akan berfungsi abnormal.
 Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan). Bila janin kekurangan
oksigen dan kadar karbondioksida bertambah timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga denyut jantung janin menjadi lambat. Jika ini terus
berlanjut maka timbulah rangsangan dari nervus simpatikus sehingga denyut
jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya janin akan mengadakan pernafasan
intrauterine sehingga banyak meconium dalam air ketuban pada paru yang
mengakibatkan denyut jantung janin menurun dan bayi tidak menunjukan
upaya pernafasan secara spontan.
3. FAKTOR TALI PUSAT
 Lilitan ta;I pusat. Menyebabkan gangguan aliran darah pada tali pusat.darah
dalam pembuluh darah dalam tubuh membawa oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh
 Tali pusat pendek. Tali pusat pendek akan menyebabkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin.
 Simpul tali pusat. Karena tekanan tali pusat yang kuat menyebabkan
pernafasan pada janin terhambat.
C. GEJALA KLINIS
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, Gerakan pernafasan akan berhenti,
denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuro muscular berkurang secara
berangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia
neonatrum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung,
sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia:
1. Pernafasan megap-megap
2. Denyut jantung terus menerus
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlahir lemas
5. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
6. Pernafasan terganggu
7. Detak jantung berkurang
8. Respon bayi melemah
9. Tonus oto menurun
10. Warna kulit biru pucat
Kemungkinan komplikasi yang muncul antara lainb :
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonates, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak
2. Anuria atau oliguria
Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
mesentrium dan ginjal.
3. Kejang
4. Koma

D. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN ASFIKSIA NEONATRUM


1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan untuk
mendeteksi secara dini kelainan pada ibu hamil dan janin dan ibu mendaoat
rujukan ke rumah sakit secara segera.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan Kesehatan yang lebih lengkap pada
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatrum untuk
penanganan segera agar tidak terjadi kematian ibu dan bayi.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini
terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotografi untuk
mengontrol pernafasan bayi.
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetric dalam asfiksia neonatrum di masing-
masing tingkat pelayanan Kesehatan.
6. Meningkattkan Kerjasama tenaga obstetric dalam pemantauan dan penanganan
persalinan.
7. Melakukan perawatan neonatal esensial untuk meminimalisir resiko saat
persalinan berlangsung
- Persalinan yang bersih
- Stabilisasi suhu
- Inisiasi pernapasan spontan
- Inisiasi menyusu dini
- Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi

E. DAMPAK ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR


1. Otak : ensepalo hipoksis iskemik (EHI) / kerusakan otak karena kekurangan kadar
oksigen dan penimbunan karbondioksida sehingga otak tidak dapat melakukan
metabolisme untuk sel dan jaringan pada tubuh bayi.
2. Ginjal : gagal ginjal akut karena tidak terjadi metabolisme dalam tubuh sehingga
fungsi ginjal menjadi abnormal. Perinatal hiposemia menyebabkan penurunan
aliran darah ke ginjal akibat vasokontriksi renal dan penurunan laju filtrasi
glomelurus. Selain itu juga terjadi aktivitasi sistem renin angiotensin-aldosteron
dan sistem adenosin intrarenal yang menstimulasi pelepasan katekolamin dan
vasopressin. Semua faktor ini akan mengganggu hemodinamik glomerular.
3. Jantung : gagal gantung akibat gangguan aliran darah sehingga jantung tidak dapt
memompa darah ke seluruh tubuh. Disfungsi miokard dan penurunan
kontraktilitas, syok kardiogenik, gagal jantung. Bayi dengan hipotensi dan curah
jantung yang rendah akan mengalami gangguan autoregulasi otak sehingga risiko
kerusakan otak karena hipoksi-iskemi meningkat.
4. Saluran cerna : EKN = Entero Kolitis Nekrotikans/ NEC = Nekrotizing Entero.
Hal ini disebabkan proliferasi bakteri ke dalam mukosa usus yang mengalami
asfiksia dan iskemia.
5. Paru : faktor penyebab keluarnya meconium adalah stress intrauterine seperti
hipoksia, asfiksia, dan asidosis. Asfiksia menyebabkan peningkatan peristaltic
gastrointestinal dan relaksasi tonus otot spinkter ani, sehingga terjadi pengeluaran
meconium. Apabila fetus mengalami gasping intrauterine, maka terjadilah aspirasi
meconium.
BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BAYI NY.R DENGAN ASFIKSIA DI
RSUD SEKARWANGI
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 14 April 2021
Waktu Pengkajian : 19:24 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi Nama : Bayi Ny. R
Tanggal Lahir : Rabu, 14 April 2021
Jam Lahir : 19:24 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

2. Identitas Orangtua Ibu Ayah


Nama : Ny. R Tn.A
Usia : 22 Tahun 26 Tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaaan : IRT Buruh
Alamat : Kp.Benteng Rt 05/04 Desa Kutajaya

3. Faktor Maternal
Bayi Ny.R merupakan anak pertama pada kehamilan ini, usia gestasi 37 minggu. Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) 02 Agustus 2020, tafsiran persalinan (TP) 09 Mei
2021. Ny.R tidak pernah mengalami keguguran, selama mengandung dan melakukan
pemeriksaan kehamilannya di Bidan, 35 ibu tidak pernah mengalami penyulit selama
mengandung anak pertamanya. Saat sebelum melahirkan bayinya, Ny.R datang ke
puskesmas pada tanggal 14 April 2021 pukul 13:00 WIB. Ibu mengeluh kepada bidan
merasa mulas-mulas dan mengaku sudah keluar air-air sejak pagi hari pukul 04:00
adapun hasil pemeriksaan dalam yaitu 2cm kala 1 fase laten. Bidan puskesmas
melakukan rujukan kerumah sakit pada pukul 15:00 dan dilakukan penanganan di
rumah sakit pukul 15:46. Didapatkan Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, Nadi
80x/menit, His 2x10 20”. Ibu diberikan cairan infuse Dextrose 5%dan oksitosin 5 IU
kolf 1 sebanyak 20 TPM. Saat proses persalinan, Ny.R melahirkan bayinya dengan
lilitan tali pusat 1x kencang dan ketuban keruh

B. Data Objektif
Keadaan Umum :Bayi tidak langsung menangis, tonus otot lemah, badan kemerahan,
ektremitas bawah kebiruan, pernafasan lemah tidak teratur, terdapat lendir di hidung.
C. Analisa
Bayi Ny.R Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan pencegahan kehilangan panas yaitu menyiapkan tempat yang kering
dan hangat
2. Mengeringkan bayi dengan kain pernel dan menempatkan bayi di infant warmer
pada suhu 36,7°C
3. Memposisikan bayi dengan baik yaitu kepala sedikit ekstensi atau mengganjal
bahu bayi dengan kain 3cm, untuk membuka jalan nafas
4. Membersihkan jalan napas dengan dilakukan suction yaitu memasukkan kanul
suction secara hati-hati dan menghisap lendir dengan menutup lubang kanul
(hidung ±5cm mulut ±10cm dilakukan. Bayi merintih)
5. Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk bagian punggung hingga telapak
kaki (Pukul 19:32 Bayi sudah mulai menangis tetapi bayi masih dalam keadaan
sianosis pada bagian ekstremitas bawah)
6. Mengeringkan kembali bayi dengan menggunakan pernel (Bayi sudah
dikeringkan)
7. Merapihkan bayi dengan memakaikan pakaiaan bayi, identitas bayi, membugkus
bayi dengan kain pernel dan topi untuk menjaga kehangatan bayi (Pakaiaan sudah
terpakai)
8. Memposisikan kembali bayi dengan kepala sedikit ekstensi (Bayi sudah posisi
sedikit ekstensi)
9. Memasangkan oksigen 0,5 liter per menit sesuai advice dokter untuk memperbaiki
keadaan umum bayi (Keadaan ekstremitas bawah bayi masih dalam kedaan biru)
10. Memberikan salep mata erythromycin 1% pada bagian dalam mata kanan dan kiri
dan Pemberian Vit.K 1mg di 1/3 lateral paha kiri untuk mencegah perdarahan di
otak pada
11. Membawa bayi keruang perinatologi dan tetap menjaga kehangatan bayi
12. Menempatkan kembali bayi pada infant warmer dengan suhu 36,8°C 13.
Mengobservasi TTV, dan kedaan umum bayi (terlampir dalam table)

Hari/tanggal Jam Warna Tonus Laju Pernafasan Suhu Keterangan


kulit otot jantung
Rabu, 14 20.00 Wajah aktif 146x/ 57x/menit 36,8C Terpasang
April kemerahan, menit oksigen 0,5
ekstremitas liter/menit
bawah
kebiruan
Rabu, 14 21.00 Seluruh aktif 142x/ 57x/menit 36,7C Oksigen
April badan menit dilepas
sudah
kemerahan
CATATAN PERKEMBANGAN 2 JAM
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 14 April 2021
Waktu Pengkajian : 21:25 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Bayi Ny.R sudah BAB dan BAK sebanyak 1x

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tonus Otot : Aktif
3. Warna Kulit : Kemerahan
4. Tangisan : Kuat
5. Tanda-Tanda Vital
 Laju Nafas : 145x/menit
 Laju Jantung : 54x/menit
 Suhu : 36,7oC
6. Antropometri
 Berat Badan : 3300 gram
 Panjang Badan : 51 cm
7. Pemeriksaa Fisik
 Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera putih
 Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
 Dada : Tidak terdapat retraksi pada dinding dada
C. Analisa
Bayi Ny.R Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 2 jam Dalam
Keadaan Baik
D. Penatalaksanaan
1. Selalu menjaga kehangatan bayi (bayi ditempatkan pada box bayi dan
menyalakan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
2. Menjaga kebersihan bayi dengan mengganti diapers bayi
3. Melakukan pemantauaan tanda bahaya bayi baru lahir
4. Memantau keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital serta memenuhi kebutuhan
nutrisi
Hasil Berdasarkan Pencataan Rekam Medis
00:00 Melihat keadaan umum bayi (Bayi bergerak aktif, menangis kuat, tidak
terdapat retraksi dinding dada
01:00 Melatih intake per oral sebanyak 30 ml (Bayi menyusu kuat sebanyak 30 ml)
03:00 Memberikan intake per oral sebanyak 30 ml (Bayi menyusu cukup kuat
sebanyak 20 ml)
05:00 Mengobservasi pola eliminasi (Bayi BAB dan BAK) serta memandikan bayi
dan tetap menjaga kehangatan bayi
06:00 Memberikan intake per oral sebanyak 30 ml (Bayimenyusu kuat sebanyak 30
ml)
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 15 April 2021
Waktu Pengkajian : 08:00 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD Sekarwangi
A. Data Subjektif
Bayi menangis cukup kuat, gerakan dan tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,
tidak ada retraksi dada, tidak terdapat sesak. Bayi mau menyusu pada ibunya,
refleks hisap cukup kuat,
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-Ttanda Vital
 Laju Nafas : 50x/menit
 Laju Jantung : 146x/menit
 Suhu : 36,8oC
 Antropometri
1) Berat Badan : 3300 gram
2) Panjang Badan : 51 cm
3) Lingkar Kepala : 32 cm
4) Lingkar Dada : 31 cm
 PemeriksaanFisik
1) Kepala, rambut hitam lebat, molase tidak teraba, tidaka ada
benjolan, cekungan maupun kelainan
2) Mata, simetris kanan dan kiri, sclera putih, konjungtiva merah
muda
3) Hidung, terdapat septum ditengah, simetris kanan dan kiri tidak ada
pernafasan pada cuping hidung dan tidak ada kelainan
4) Mulut, bibir tampak lembap dan merah, tidak ada kelainan bawaan
dan pallatrum, tidak terdapat platoskiziz
5) Telinga, tanpak simetris, sejajar dengan sudut mata, tidak ada
pengeluaran secret, tulang rawan dan daun telinga elastic
6) Leher, tidak ada pembesaran atau benjolan, pergerakan leher sangat
baik
7) Dada, simetris,areola kecoklatan, nafas teratur, bunyi jantung
teratur, tidak ada retraksi dada
8) Eksteremitas, simetris kanan dan kiri jumlah jari jari tangan dan
kaki lengkap (tidak ada sidaktili ataupun polidaktili), pergerakan aktif
dan warna kemerahan
9) Abdomen, keadaan tali pusat tampak basah dan terjepit dengan
umbilical cord, tali pusat terbungkus kassa, tidak ada perdarahan dan
tanda-tanda infeksi
10) Punggung, tidak ada benjolan
11) Genitalia, terdapat labia mayora menutupi labia minora, vagina
terdapat lubang uretra
12) Anus, tampak ada lubang anus teradapat feses
13) Eksteremitas, simetris kanan dan kiri jumlah jari jari tangan dan
kaki lengkap, pergerakan aktif dan warna kemerahan, reflek
menggenggam (+)
14) Kulit, kulit kemerahan, verniks berkurang
15) Sistem Saraf : normal
C. Analisa
By. Ny. R Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 12 jam Dalam
Keadaan Baik
Penatalaksanaan
1. Membawa bayi kepada ibu, di ruang konseling
2. Memberitahu Ibu bahwa bayi dalam keadaan baik, bahwa dalam batas normal
(Ibu senang mendengar bayinya dalam keadaan baik)
3. Membantu Ibu melakukan pemberian ASI dengan posisi yang nyaman dan
benar (Ibu melakukannya dengan posisi duduk bersandar dan kaki menapak
di lantai. Refleks menghisap dan menelan positif)
4. Melakukan konseling mengenai tanda tanda bahaya pada bayi baru lahir
5. Melakukan konseling pendidikan kesehatan tentang posisi yang baik saat
menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan mengajarkan
posisi yang baik yaitu meletakkan bayi dipangkuan ibu dengan posisi ibu
duduk, seluruh daerah hitam harus masuk ke dalam mulut bayi. Untuk
mencegah lecetnya putting, ibu diberikan pengetahuan ketika mau menyusui
dan setelah menyusui bayinya puting payudara di olesi dengan ASI terlebih
dahulu.
6. Memberitahu Ibu untuk memberkan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa
diberikan pendamping ASI atau susu formula (Ibu akan melakukan
pemberian ASI selama 6 bulan.)
7. Memberitahu Ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin yaitu 2 jam
sekali (Ibu akan berusaha menyusui bayinya 2 jam sekali.)
8. Memberitahu Ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi yaitu sering mengganti
popok saat bayi BAB dan BAK (Ibu akan selalu berusaha menjaga kebersihan
pada anaknya)
9. Mengingatkan Ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi (Ibu akan menjemur
bayinya setiap pagi)
10. Memberitahu Ibu bagaimana cara merawat tali pusat
11. Memberitahu ibu untuk melakukan imunisasi dasar pada bayinya, pada klinik
bdan terdekat (bayi belum dilakukan imunisasi karena ketidaktersediaan
vaksin Hb0 pada rumah sakit)
12. Melakukan persiapan pulang pada ibu pada pukul 09:00 WIB (Ibu pulang
pada pukul 11:30 WIB)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Data Subjektif
Bayi lahir pada hari Rabu, 14 April 2021, pukul 19:24 WIB, jenis kelamin
perempuan, usia kehamilan cukup bulan 37 minggu, ketuban bewarna keruh,
dengan lilitan tali pusat kencang 1 kali.
2. Data Objektif
Data objektif didapat berdasarkan kondisi umum bayi yaitu dalam keadaan tidak
langsung menangis, pernafasan lemah tidak teratur, terdapat lendir di hidung,
badan kemerahan, ekstremitas bawah kebiruan.
3. Analisa Bayi Ny.R Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan pencegahan kehilangan panas,
mengeringkan bayi, memberikan jalan nafas dengan dilakukan suction,
memberikan rangsangan taktil, mengeringkan kembali bayi, memakaikan
pakaiaan bayi, memposisikan kembali bayi dengan kepala sedikit ekstensi,
memasangkan oksigen sesuai advice dokter yaitu 0,5 LPM, memberikan vitamin k
dan salep mata erythromycin 1%, membawa bayi ke ruang perinatologi,
melakukan pemantauaan TTV dan keadaan umum bayi.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannyaadalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi
bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi,
yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka.
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
Langkah-langkahresusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah
langkah awal, dan tahap kedua adalah ventilasi.
B. SARAN
Bidan diharapkan dapat lebih proaktif dalam bekerja sama dengan instansi
kesehatan, sehingga apabila terdapat pasien yang perlu segera dirujuk dapat
dilakukan rujukan secara cepat dan tepat dengan harapan pasien dapat segera
ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta: Bakti Husada; 2010
2. Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi Ny.R di RSUD Sekarwangi
http://repo.poltekkesbandung.ac.id/3495/9/BAB%20IV.pdf ; 2021
3. Novita, Uly and Risna, Dewi Yanti and Sri, Wahyuni and Eeva, Sri
Rahayu (2021) Asuhan Kebidanan Neonatus Pada By.Ny.R Dengan Asfiksia di RSUD
Sekarwangi. Aasuhan Kebidanan Neonatus Pada By.Ny.R Dengan Asfiksia di RSUD
Sekarwangi. (Unpublished)
4. Novisye Katiandagho ,Kusmiyati . RSUD Liun Kendage Tahuna, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado
5. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/468/3/Bab%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai