I DENGAN ASFIKSIA
BERAT DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI
RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG
Disusun oleh :
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Siti Khodijah
NPM. 1421003021
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Asfiksia didefinisikan sebagai kegagalan bayi untuk memulai bernafas
segera setelah lahir dan mempertahankan beberapa saat setelah lahir (WHO,
2012).
Asfiksia adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir (kemenkes RI, 2015)
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan tidak segera bernafas atau gagal bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir (Herdman & Kamitsuru, 2016).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 angka kematian bayi turun 31 persen dari 35 kematian per 1.000
kelahiran hidup menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2017),
Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan
bahwa penyebab terbesar kematian bayi baru lahir adalah asfiksia yaitu
sebesar 37% , dan diikuti oleh prematur sebesar 34% serta sepsis sebesar 12%
( Profil keshatan RI, 2012 dalam muthia 2017)
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Badan Pusat Statistik (2015), kematian bayi pada masa neonatal mencapai
60% dan penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia
neonatorum PaCO2 dengan rerata PaCO2 46.72 mmHg serta penurunan pH
dengan rerata pH umbilikus sebesar 7.18
Menurut penelitian Meena, Meena, & Gunawat (2017) tentang
“Correlation of APGAR Score and Cord Blood pH with Severity of Birth
Asphyxia and Short-term Outcome” menyatakan bahwa dari 50 bayi asfiksia
mengalami penurunan PaO2 dengan rerata PaO2 63.52 mmHg dan
peningkatan
Di Indonesia Asfiksia menjadi salah satu penyebab tingginya angka
kematian bayi (AKB). Setiap tahunnya kira – kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi baru lahir mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini meninggal (WHO,
2012 dalam Darmiati 2019)
Adapun beberapa penyebab terjadinya asfiksia neonatorum yaitu
paritas, usia ibu, preeklampsia, perdarahan antepartum, lama persalinan,
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan proses persalinan atau periode segera
setelah lahir. Selama kehamilan beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi kurang. Hipoksia bayi didalam uterus ditunjukan dengan gawat janin
yang berlanjut menjadi asiksia pada sesaat bayi baru lahir. DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya iregular dan menghilang secara klinis tanda- tanda, denyut
jantung janin yang lebih cepat dari 160 kali per menit atau kurang dari 100
kali per menit, halus dan iregular, serta adanya pengeluaran mekonium.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda
janin dalam asfiksia. Kemudian janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan
bila diperiksa terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan anak
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaukan asuhan keperawatan anak dengan cara
pengkajian, dan mahasiswa mampu menetukan diagnosa keperawatan
anak
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan keadaan
hypoksia dan hiperkapnu serta berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan
bertambah buruk apabila penamganan bayi tidak dilakukan secara sempurna
(Agiyastuti, 2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk mulai dan melanjutkan pernapasan pada
bayi baru lahir (Sondakh, 2016).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi saat lahir yang mengalami gangguan
pertukaran gas dan transpor oksigen, sehingga bayi kekurangan persediaan
oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksiada Jadi dapat
disimpulkan asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir
2. Etiologi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. Aliran darah ibu ke bayi dapat dipengaruhi oleh
keadaan ibu jika aliran oksigen kejanin berkurang, akan mengakibatkan gawat
janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Akan tetapi,
bayi juga dapat mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janian
(Agiyatuti, 2016).
Banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak bernapas spontan saat
lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat
janin. Akibat gawat janin bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat
janin adalah reaksi janin pada kondisi dimana terjadi ketidak cukupan oksigen.
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia
janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan
memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. (Agiyatuti,
2016).
Menurut Agiyatuti (2014), Asfiksia dapat terjadi selama masa kehamilan
dan persalinan yaitu; Asfiksia dalam kehamilan Dapat disebabkan oleh
penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia dan toksemia
gravidarum, anamia berat, cacat bawaan, atau trauma. Asfeksia graviditas
tidak begitu penting seperto asfiksia yang terjadi sewaktu persalinan, karena
tidak dapat dilakukan untuk menolong janin. Asfiksia dalam persalinan Dapat
disebabkan oleh kekurangan O2 misalnya pada Partus lama (CPD, Serviks
kakau dan atonia/inersia uteri), ruptur uteri yang menyebabkan kontaksi uterus
yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta. tekanan terlalu
kuat dari kepala anak pada plasenta, prolapsus tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya Perdarahan banyak misalnya plasenta pervia dan solusio plasenta.
apabila plasenta sudah dapat terjadi postmaturitas (serotinus), disfungsi uri,
paralisis pusat pernapasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan
forsep, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius (Nurarif, 2015).
3. Faktor predisposisi
Preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal (plasenta pervia dan
solusiao plasenta), partus lama atau macet, demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).Kehmilan posmatur (setelah usia
kehamilan 42 minggu).Penyakit ibu.Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati,
ketuban cepa dini, grande multi para, riwayat obsterti jelek (Nurarif, 2015)
Fetal distres (gawat janin) Fetal distres adalah gangguan fungsi jantung janin yang
ditandai dengan frekuensi detak jantung kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali
permenit detak jantung janin tidak teratur serta keluar mekonium pada letak
kepala. Fetal distres merupakan menifetasi asfiksia janin. Sebagian besar asfiksia
janin akan berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Kehamilan ganda kehamilan ganda adalah individu mengandung dua janin
atau lebih, bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu maka
kehamilan tersebut disebut kehamilan ganda. Kehamilan ganda termasuk kategori
kehamilan resiko tinggi yang dapat meningkatkan kejadian asfiksia. Jenis
kehamilan ganda Monozigot, Homolog-univerler, Jenis seks sama, 2 amnion dan 1
karion, 1 plasenta, Letak sungsang, a ngka kematian bayi pada persalinan letak
sungsang lebih tinggi dibandingkan dengan letak kepala.
Hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada
waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin lebih
dari 8 menit setelah umbilicus lahir akan membahayakan kehidupan janin. Selain
itu, jika janin bernafas sebelum hidup dan mulut lahir dapat membahayakan karena
mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga
terjadi akibat tali pusat yang menumbung, letak lintang, partus lama, faktor tali
pusat, persalinan abdomen, persalinan tidak pervagina, persalinan tindakan,
ketuban pecah dini.
4. Patway
1 Pola nafas tidak Luaran : pola nafas SIKI : manajemen jalan nafas
efektif (D.0005) (L.01004) (I.01011)
Ekspeksi : Membaik 1. Monitoring pola nafas
Dengan kriteria hasil : (frekunsi kedalaman,
1. Dispnea usaha napas)
menurun (5) 2. Monitor suara nafas
2. Penggunaan tambahan
otot bantu nafas Teraputik
menurun (5) 1. Lakukan penghisapan
3. Pernafasan lendir kurang dari 5
cuping hidung menit
menurun (5) 2. Beri oksigen bila
4. Frekunsi nafas perlu
membaik (5) 3. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator jika
perlu
2 hipotermi (D.0140) Luaran: termoregulasi SIKI : regulasi temperatur
(L.14134) (I.145780)
Ekspektasi : membaik Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitoring suhu
intervensi keperawatan tubuh bayi sampai
diharapkan stabil (36,5-37,5c)
termoregulasi 2. Monitor frekunsi
membaik dengan nafas dan nadi
kriteria hasil : 3. Monitor warna dan
1. Suhu tubuh suhu kulit
membaik (5) 4. Monitor tanda dan
2. Suhu kulit gejala hipotermia dan
membaik (5) hipertermia
3. Menggil Terapeutik
menurun (5) 1. Pasang alat suhu
kontinyu jika perlu
2. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
3. Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
4. Tempatkan bayi di
inkubator dan atur
suhu sesuai
kebutuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi antipiretik
jika perlu
11. Dischange planning
Format perencanaan pulang menurut Discharge Planning Association
mencakup: pengobatan, daftar obat, hasil test laboratorium, gaya hidup, perawatan
diri, perawatan dan pengobatan lanjutan, tindakan saat keadaan darurat, pengaturan
perawatan lanjutan. tehnik yang digunakan pada perencanaan pulang dikenal
dengan metode, mencakup komponen: medication, environment, treatmen, health
teaching, outpatient referral/ perawatan transisi pasien ke kehidupan mandiri, diet.
Pemberian perencanaan pulang sebenarnya dimulai sejak pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan dan secara berkeinambungan
perencanaan pulang selain merupakan perawatan yang kontinu, dimana
adanya pemberian informasi terkait kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah
pulang, juga adanya kontrak evaluasi terhadap kondisi pasien setelah pulang dari
rumah sakit. Perencanaan pulang pasien tidak hanya melibatkan pasien tetapi juga
melibatkan keluarga, teman-teman pasien, serta pemberi pelayanan kesehatan
dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan social bekerja sama
(Nusinih,2015).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.I DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI RSUD
Dr. M. ASHARI PEMALANG
A. DATA DASAR
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Nama pasien : By Ny. I
b. Tanggal lahir/ umur : 01-11-12
c. Tanggal Pengkajian : 02-11-21
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Nama ayah : Tn. M
f. Nama ibu : Ny. I
g. Suku bangsa : Indonesia
h. Agama : Islam
i. Pendidikan : Sma
j. Pekerjaan ayah/ ibu : Ibu rumah tangga
k. Usia ayah/ ibu : 34 tahun / 32 tahun
l. Alamat : Pemalang
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan saat ini
1) Alasan masuk rumah sakit : pasien mengatakan dibawa ke RSUD Dr.M
Ashari Pemalang dikarnakan kehamilan lebih dari 40 minggu dan tidak ada
tanda-tanda ingin melahirkan, serta tidak ada ketuban pecah dini
2) Keluhan utama : Asfiksia Berat
b. Riwayat sosial
1) Hubungan orang tua dan bayi
a) Ibu : menyentuh, berbicara, kontak suara, berkunjung
b) Ayah : Tn. M. Mengatakan sering berkunjung dan berbicara dengan
bayinya
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Menikah
= pasien
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Selama kehamilan
a) HPHT : 9 januari 2021
b) Riwayat ANC : teratur
c) Tempat ANC : puskesmas
d) Kenaikan BB selama hamil : 18kg
e) Komplikasi kehamilan : tidak ada
f) Golongan darah ibu :O
g) Riwayat kehamilan : direncanakan
h) Riwayat persalinan saat ini :
BB Jenis Jenis Komplikasi Kondisi saat Riwayat Keterangan
Lahir Kelamin persalinan Persalinan ini imunisasi
saat ini
3,6 Perempua Sc Tidak ada Cukup - Anak
Gram n pertama
2) Saat kelahiran
a) Penolong : Dokter
b) Tempat : Rs
c) Cara melahirkan : Sc
d) Presentasi : kepala
3) Setelah kelahiran
a) Usaha nafas : dengan bantuan
b) APGAR score : 2 2 3
6. TEST DIAGNOSTIK
a. Hasil Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 01-11-21
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 15.5 g/dl 13.5 – 19.5
Leukosit 3.71 10ˆ3/ul 9.00 – 30.00
Trombosit 166.000 /mm3 150.000 – 500.000
Hematokrit 45.8 % 42.0 – 60.0
Eritrosit 4.42 juta/mm3 3.90 – 5.50
MCV 103.60 um3 pg 98.00 – 118.00
MCH 33.10 g/dl 31.00 – 37.00
mg/dl
MCHC 33.80 30.00 – 36.00
GDS 880 70.0-140.0
B. PENGOBATAN/ TERAPI
Dosis & Waktu Pemberian/Hari
Tanggal No Jenis Terapi Cara
1 2 3
Pemberian
2-11- 1 Injeksi ampicillin 2x180 mg Jam
2021 IV 22.00
C. ANALISA DATA
No Tanggal Data Problem Etiologi
1 2 DS : - Pola nafas tidak Kelemahan otot
November DO : efektif (D.0005) pernafasan
2021 - Bayi aktiv, menangis
- Warna kulit pucat
- RR 20x/menit,
SPO2 : 76%
- Terpasang CPAP,
PEEP 6 FiO 40%
- Terpasang D5% 8tpm
2 2 DS : - Hipotermi(D.013 Ketidak efektifan
November DO : 1) perfusi jaringan
2021 - Bayi aktiv,menangis
- warna kulit pucat
RR: 20x/m, SPO2 :76%
- Terpasang CPAP
PEEP 6 FiO 40%
- S : 35,8 c
- Terpasang D5%
8tpm
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
(D.0005)
2. Hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir (D.0131)
E. INTERVENSI
Tanggal / No. Tujuan dan
Intervensi
Jam Dx Kriteria Hasil
2 Dx I SLKI SIKI
November L. 01004 I. 01011
2021 Pola nafas Menejemen jalan
12.20 Setelah dilakukan nafas
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Monitoring pola napas (frekuensi
diharapkan pola nafas kedalaman, usaha napas)
bayi membaik Terapeutik
Dengan keteria hasil : 1. Berikan oksigenasi
2. Pertankan kepatenan jalan napas
1. Penggunaan
alat bantu Edukasi
menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Frekuensi pemberian oksigenasi
nafas membaik 2. Informasikan hasil pemantauan
Colaborasi
1. Kolaborasi dengan bronkodiator jika
perlu
2 Dx II SLKI SIKI
November L. 14134 I. 145339
2021 Termogulasi Setelah Pencegahan Infeksi
12.30 dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor suhu bayi sampai (36,5-
1x24 jam diharapkan 37,5)
termogulasi membaik 2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tanda dan gejala
dengan keteria hasil :
hipotermia
1. suhu tubuh
Terapeutik
membaik
2. suhu kulit 1. Pasang alat suhu kontinyu jika perlu
membaik 2. Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
3. Tempatkan bayi di inkubator dan
atur suhu sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Informsikan hasil pemantauan jika
perlu
Colaborasi
1. Kolaborasi antipiretik jika perlu
F. IMPLEMENTASI
Tanggal/ No.
Implementasi Respon Paraf
Jam Dx
2 Dx I - memonitoring pola S:-O
November napas (frekuensi, : Siti K
2021 kedalaman, usaha - By Ny.Idi dalam inkubator
12.20 napas) - RR 40x/m,N : 108, SpO2
- memonitoring 76%
- Kulit berwarna kebiruan
memonitoring bunyi
- Tidak terdapat suara nafas
nafas tambahan tambahan
(misal, gurgling,
mengi, wheezing,
ronkhi)
- Terpasang CPAP
PEEP 6 FiO 40% S:-O
- Terpasang D5% :
8tpm - By Ny.I didalam inkubator
- Terpasang CPAP PEEP 6
FiO 40%
- RR 40x/m, SpO2 76%
- Terpasang D5% 8tpm
- Menimbang berat
S:-O
badan
:-
BB :
3,600
gram
3 Dx II S:-O Siti K
November - mengukur suhu :
2021 tubuh bayi dengan - suhu tubuh bayi 36 c
10.00 termometer axila - bayi berada didalam
inkubatorb
S:-O
- Menimbang berat :
badan - BB : 3.550 gram
G. EVALUASI
Tanggal / No.
Evaluasi Paraf
Jam Dx
2 Dx I S:- Siti K
November O :bayi berada di dalam inkubator dengan suhu 33,9
2021 - Bayi terpasang CPAP
12.30 PEEP 6 fiO2 40%
- S: 36.6c, N : 108 x/m RR: 48x/m
A :masalah teratasi
P : lanjut intervensi
3 Dx I S:- Siti K
November O:
2021 - Bayi berada di dalam inkubator dengan suhu
12.00 33,9c
- Bayi terpasang CPAP
PEEP 6 FiO2 40%
- Bayi menangis, gerak aktiv
- S : 36,5c, N 119x/m BB :3,550
Pemalang,2-11-21
Siti Khodijah
1421003021
DAFTAR PUSTAKA
Meliyani Risa. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Asfiksia Berat.
Jakarta Katalog : dalam Terbitan
Sondakh Jenny J.S. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
Sudarti, Dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta.
Nuha Medika
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.