Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.

I DENGAN ASFIKSIA
BERAT DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI
RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak

Preseptor Klinik : Nurhajijah, S.Kep. Ners.

Pembimbing Akademik : Nonik Eka Martyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

SITI KHODIJAH (NPM. 1421003021)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.I DENGAN ASFIKSIA


BERAT DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI
RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Telah dilakukan asuhan keperawatan

Tanggal 02 November 2021

Oleh

Siti Khodijah

NPM. 1421003021

Diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Preseptor Klinik

Nonik Eka Martyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Nurhajijah, S.Kep. Ners.


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BY. NY.I DENGAN ASFIKSIA


BERAT DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI RSUD
Dr. M. ASHARI PEMALANG

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Asfiksia didefinisikan sebagai kegagalan bayi untuk memulai bernafas
segera setelah lahir dan mempertahankan beberapa saat setelah lahir (WHO,
2012).
Asfiksia adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir (kemenkes RI, 2015)
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan tidak segera bernafas atau gagal bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir (Herdman & Kamitsuru, 2016).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 angka kematian bayi turun 31 persen dari 35 kematian per 1.000
kelahiran hidup menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2017),
Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan
bahwa penyebab terbesar kematian bayi baru lahir adalah asfiksia yaitu
sebesar 37% , dan diikuti oleh prematur sebesar 34% serta sepsis sebesar 12%
( Profil keshatan RI, 2012 dalam muthia 2017)
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Badan Pusat Statistik (2015), kematian bayi pada masa neonatal mencapai
60% dan penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia
neonatorum PaCO2 dengan rerata PaCO2 46.72 mmHg serta penurunan pH
dengan rerata pH umbilikus sebesar 7.18
Menurut penelitian Meena, Meena, & Gunawat (2017) tentang
“Correlation of APGAR Score and Cord Blood pH with Severity of Birth
Asphyxia and Short-term Outcome” menyatakan bahwa dari 50 bayi asfiksia
mengalami penurunan PaO2 dengan rerata PaO2 63.52 mmHg dan
peningkatan
Di Indonesia Asfiksia menjadi salah satu penyebab tingginya angka
kematian bayi (AKB). Setiap tahunnya kira – kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi baru lahir mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini meninggal (WHO,
2012 dalam Darmiati 2019)
Adapun beberapa penyebab terjadinya asfiksia neonatorum yaitu
paritas, usia ibu, preeklampsia, perdarahan antepartum, lama persalinan,
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan proses persalinan atau periode segera
setelah lahir. Selama kehamilan beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi kurang. Hipoksia bayi didalam uterus ditunjukan dengan gawat janin
yang berlanjut menjadi asiksia pada sesaat bayi baru lahir. DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya iregular dan menghilang secara klinis tanda- tanda, denyut
jantung janin yang lebih cepat dari 160 kali per menit atau kurang dari 100
kali per menit, halus dan iregular, serta adanya pengeluaran mekonium.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda
janin dalam asfiksia. Kemudian janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan
bila diperiksa terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan anak
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaukan asuhan keperawatan anak dengan cara
pengkajian, dan mahasiswa mampu menetukan diagnosa keperawatan
anak
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan keadaan
hypoksia dan hiperkapnu serta berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan
bertambah buruk apabila penamganan bayi tidak dilakukan secara sempurna
(Agiyastuti, 2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk mulai dan melanjutkan pernapasan pada
bayi baru lahir (Sondakh, 2016).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi saat lahir yang mengalami gangguan
pertukaran gas dan transpor oksigen, sehingga bayi kekurangan persediaan
oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksiada Jadi dapat
disimpulkan asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir
2. Etiologi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. Aliran darah ibu ke bayi dapat dipengaruhi oleh
keadaan ibu jika aliran oksigen kejanin berkurang, akan mengakibatkan gawat
janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Akan tetapi,
bayi juga dapat mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janian
(Agiyatuti, 2016).
Banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak bernapas spontan saat
lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat
janin. Akibat gawat janin bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat
janin adalah reaksi janin pada kondisi dimana terjadi ketidak cukupan oksigen.
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia
janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan
memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. (Agiyatuti,
2016).
Menurut Agiyatuti (2014), Asfiksia dapat terjadi selama masa kehamilan
dan persalinan yaitu; Asfiksia dalam kehamilan Dapat disebabkan oleh
penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia dan toksemia
gravidarum, anamia berat, cacat bawaan, atau trauma. Asfeksia graviditas
tidak begitu penting seperto asfiksia yang terjadi sewaktu persalinan, karena
tidak dapat dilakukan untuk menolong janin. Asfiksia dalam persalinan Dapat
disebabkan oleh kekurangan O2 misalnya pada Partus lama (CPD, Serviks
kakau dan atonia/inersia uteri), ruptur uteri yang menyebabkan kontaksi uterus
yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta. tekanan terlalu
kuat dari kepala anak pada plasenta, prolapsus tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya Perdarahan banyak misalnya plasenta pervia dan solusio plasenta.
apabila plasenta sudah dapat terjadi postmaturitas (serotinus), disfungsi uri,
paralisis pusat pernapasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan
forsep, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius (Nurarif, 2015).
3. Faktor predisposisi
Preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal (plasenta pervia dan
solusiao plasenta), partus lama atau macet, demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).Kehmilan posmatur (setelah usia
kehamilan 42 minggu).Penyakit ibu.Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati,
ketuban cepa dini, grande multi para, riwayat obsterti jelek (Nurarif, 2015)
Fetal distres (gawat janin) Fetal distres adalah gangguan fungsi jantung janin yang
ditandai dengan frekuensi detak jantung kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali
permenit detak jantung janin tidak teratur serta keluar mekonium pada letak
kepala. Fetal distres merupakan menifetasi asfiksia janin. Sebagian besar asfiksia
janin akan berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Kehamilan ganda kehamilan ganda adalah individu mengandung dua janin
atau lebih, bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu maka
kehamilan tersebut disebut kehamilan ganda. Kehamilan ganda termasuk kategori
kehamilan resiko tinggi yang dapat meningkatkan kejadian asfiksia. Jenis
kehamilan ganda Monozigot, Homolog-univerler, Jenis seks sama, 2 amnion dan 1
karion, 1 plasenta, Letak sungsang, a ngka kematian bayi pada persalinan letak
sungsang lebih tinggi dibandingkan dengan letak kepala.
Hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada
waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin lebih
dari 8 menit setelah umbilicus lahir akan membahayakan kehidupan janin. Selain
itu, jika janin bernafas sebelum hidup dan mulut lahir dapat membahayakan karena
mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga
terjadi akibat tali pusat yang menumbung, letak lintang, partus lama, faktor tali
pusat, persalinan abdomen, persalinan tidak pervagina, persalinan tindakan,
ketuban pecah dini.
4. Patway

Pathway asfiksia menurut Yuflihul (2016):


5. Patofisiologi
Kondisi patofisiologi yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya
oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan asedosis metabolik.
Kombinasi ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan
biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitsi dalah intervensi
tepat waktu yang membalikkan efek-efek biokimia asfiksia, sehingga mencegah
kerusakan otak dan organ yang ireversibel, yang akibatnya akan ditanggung
sepanjang hidup (Sondakh, 2016).
Pada awalnya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan
bayi melakukan upaya megap-megap (gasping). Bayi kemudian masuk keperiode
apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan
mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi dapat terdiri atas stimulasi taktil
(mengeringan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu persalinan yang lebih dingin)
(Sondakh, 2016).
Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berada dalam tahap
apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan kematian jika
bayi tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila diperlukan,
dilakukan komprensi jantung, ginjal, dan adrenal (Sondakh, 2016).
Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh
darah di paru-paru mengalami konstriksi. Keadaan vasokonstriksi ini
menyebabkan paru-paru resistan terhadap ekspansi, sehingga mempersulit kerja
resusitasi janin yang persistem. Foramen ovale terus membuat pirau darah dari
atrium kanan ke atrium kiri dan duktus arteriosus terus membuat piraun darah ke
aorta, melewati paru-paru yang konstriksi. Bayi baru lahir dalam keadaan asfiksia
tetap memiliki banyak gambaran sirkulasi janin (Sondakh, 2016).
Dalam periode waktu singkat, kurangnya oksigen menyebabkan
metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama
karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan untuk sumber energi pada saat
kedaruratan. Hal ini mengkibatkan akumulasi asam lakta dan asidosis metabolik.
Asidosis metabolik hanya akan hilang setelah periode waktu signifikan dan
merupakan masalah sisa bahkan setelah frekuensi pernapasan dan frekuensi
jantung adekuat (Sondakh, 2016).
Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran
darah keotak meningkat, sebagian bagian mekanisme kompensasi. Kondisi
tersebut hanya dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut,
maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa
efek hipoksia yang paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi,
seperti ATP; berhentinya kerja pompa ion-ion transeluler; akumulasi air; natrium;
dan kalsium; dan kerusakan akibat radikal bebas oksigen. Seiring dengan
penurunan aliran darah yang teroksigenasi, maka asam amino yang meningkat
akibat pembengkakan jaringan otak akan dilepas. Proses ini dapat mengakibatkan
kerusakan neurologis yang mencolok atau samar- samar. Kejang dapat muncul
selama 24 jam pertama setelah bayi lahir. Kejang selama periode ini merupakan
tanda yang mengkwatirkan dan merupak tanda peningkatan kemungkinan
terjadinya kerusakan otak permanen (Sondakh, 2016).
6. Tanda dan gejala
Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan, susah bernapas, hingga
menyebabkan bayi bernapas dengan cepat atau terengah-engah, dan menggunakan
perut, detak jantung agak melambat, otot melemah, bayi terlihat lemas,
pertumbuhan terhambat, ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban,
kulit, kuku, atau tali pusar
7. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
8. Pengkajian
Langkah pertama: pengkajian
a. Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari subjek berisi keluhan atau kekwatiran, jika
dihubungkan dengan kasus asfiksia berat maka data subjektif yang diperoleh
adalah bayi tidak menangis, gerakan lemah bahkan tidak aktif, warna kulit pucat
atau sianosis. (Dewi, 2016).
b. Data objektif
Segera setelah lahir dilakukan appearance, pulse, gremace, aktivity, respiration
pada menit pertama, dan kelima. Pada penilaian awal terdiri dari tiga tahap,
diantaranya apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap, apakah tonus
otot bayi baik/bergerak aktif atau lemah, dan apakah warna kulit kemerahan
atau sianosis
c. Pemeriksaan ttv pada kasus asfiksia beratan dalah senbagai berikut, tidak ada
usaha napas, laju jantung kuarng dari 100 /menit
d. Suhu normal 36,5oc- 37, 5oc
e. Kepala : adakah kelainan cephalhematoma, caput succedaneum
f. Hidung : adakah nafas cuping hidung, kotoran yang menyumbat jalan napas
pada asfiksia berat ada cuping hidung
g. Mulut : adakah sianosis dan bibir kering. Adakah kelainan seperti labioskisis
atau labiopala toskisi, pada asfiksia masih normal
h. Leher : simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah ada
kelainan. Pada asfikia berat frekuensi jantung kurang dari 100x/menit.
i. Dada : pemeriksaan bunyi napas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan
dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak)
j. Abdomen : bentuk, adakah pembesaran hati dan limpa.
k. Ekstermitas: adakah oedema, tanda sianosis, apakah kuku sudah melebihi jari-
jari, apakah ada kelainan, pada kasus asfiksia berat bayi mengalami
sianosis/ biru.
l. Anus : pemeriksaan lubang anus, berlubang atau tidak Apabila bayi sudah
mengeluarkan mekonium maka langkah ini tidak usah dikerjakan
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul
a. Pola napas tidak efektif
b. Hiportermi
10. Rencana asuhan keperawatan

No DIAGNOSA KEP SLKI SIKI

1 Pola nafas tidak Luaran : pola nafas SIKI : manajemen jalan nafas
efektif (D.0005) (L.01004) (I.01011)
Ekspeksi : Membaik 1. Monitoring pola nafas
Dengan kriteria hasil : (frekunsi kedalaman,
1. Dispnea usaha napas)
menurun (5) 2. Monitor suara nafas
2. Penggunaan tambahan
otot bantu nafas Teraputik
menurun (5) 1. Lakukan penghisapan
3. Pernafasan lendir kurang dari 5
cuping hidung menit
menurun (5) 2. Beri oksigen bila
4. Frekunsi nafas perlu
membaik (5) 3. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator jika
perlu
2 hipotermi (D.0140) Luaran: termoregulasi SIKI : regulasi temperatur
(L.14134) (I.145780)
Ekspektasi : membaik Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitoring suhu
intervensi keperawatan tubuh bayi sampai
diharapkan stabil (36,5-37,5c)
termoregulasi 2. Monitor frekunsi
membaik dengan nafas dan nadi
kriteria hasil : 3. Monitor warna dan
1. Suhu tubuh suhu kulit
membaik (5) 4. Monitor tanda dan
2. Suhu kulit gejala hipotermia dan
membaik (5) hipertermia
3. Menggil Terapeutik
menurun (5) 1. Pasang alat suhu
kontinyu jika perlu
2. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
3. Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
4. Tempatkan bayi di
inkubator dan atur
suhu sesuai
kebutuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi antipiretik
jika perlu
11. Dischange planning
Format perencanaan pulang menurut Discharge Planning Association
mencakup: pengobatan, daftar obat, hasil test laboratorium, gaya hidup, perawatan
diri, perawatan dan pengobatan lanjutan, tindakan saat keadaan darurat, pengaturan
perawatan lanjutan. tehnik yang digunakan pada perencanaan pulang dikenal
dengan metode, mencakup komponen: medication, environment, treatmen, health
teaching, outpatient referral/ perawatan transisi pasien ke kehidupan mandiri, diet.
Pemberian perencanaan pulang sebenarnya dimulai sejak pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan dan secara berkeinambungan
perencanaan pulang selain merupakan perawatan yang kontinu, dimana
adanya pemberian informasi terkait kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah
pulang, juga adanya kontrak evaluasi terhadap kondisi pasien setelah pulang dari
rumah sakit. Perencanaan pulang pasien tidak hanya melibatkan pasien tetapi juga
melibatkan keluarga, teman-teman pasien, serta pemberi pelayanan kesehatan
dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan social bekerja sama
(Nusinih,2015).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.I DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RUANG NEONATUS/PERINATOLOGI RSUD
Dr. M. ASHARI PEMALANG

A. DATA DASAR
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Nama pasien : By Ny. I
b. Tanggal lahir/ umur : 01-11-12
c. Tanggal Pengkajian : 02-11-21
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Nama ayah : Tn. M
f. Nama ibu : Ny. I
g. Suku bangsa : Indonesia
h. Agama : Islam
i. Pendidikan : Sma
j. Pekerjaan ayah/ ibu : Ibu rumah tangga
k. Usia ayah/ ibu : 34 tahun / 32 tahun
l. Alamat : Pemalang
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan saat ini
1) Alasan masuk rumah sakit : pasien mengatakan dibawa ke RSUD Dr.M
Ashari Pemalang dikarnakan kehamilan lebih dari 40 minggu dan tidak ada
tanda-tanda ingin melahirkan, serta tidak ada ketuban pecah dini
2) Keluhan utama : Asfiksia Berat
b. Riwayat sosial
1) Hubungan orang tua dan bayi
a) Ibu : menyentuh, berbicara, kontak suara, berkunjung
b) Ayah : Tn. M. Mengatakan sering berkunjung dan berbicara dengan
bayinya

2) Orang terdekat yang dapat dihubungi : keluarga, adik atau kakak


3) Struktur keluarga :

Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Menikah

= pasien
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Selama kehamilan
a) HPHT : 9 januari 2021
b) Riwayat ANC : teratur
c) Tempat ANC : puskesmas
d) Kenaikan BB selama hamil : 18kg
e) Komplikasi kehamilan : tidak ada
f) Golongan darah ibu :O
g) Riwayat kehamilan : direncanakan
h) Riwayat persalinan saat ini :
BB Jenis Jenis Komplikasi Kondisi saat Riwayat Keterangan
Lahir Kelamin persalinan Persalinan ini imunisasi
saat ini
3,6 Perempua Sc Tidak ada Cukup - Anak
Gram n pertama

2) Saat kelahiran
a) Penolong : Dokter
b) Tempat : Rs
c) Cara melahirkan : Sc
d) Presentasi : kepala

3) Setelah kelahiran
a) Usaha nafas : dengan bantuan
b) APGAR score : 2 2 3

0 1 2 1mnt 5mnt 10mnt


Takada <100 >100 Denyut 2 2 2
jantung
Takada Tak Baik Pernfasan 0 0 1
teratur
Lemah Sedang Baik Tanus otot 0 0 0
Takada Meringis Menangis Peka 0 0 0
rangsangan
Biru / Merah Merah warna 0 0 0
Putih jambu, jambu
ujung-
ujung
biru
Total 2 2 3

c) Resusitasi : tidak ada


d) Trauma lahir : tidak ada
d. Riwayat Imunisasi :-
3. POLA KEBIASAAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi : jenis makanan ASI
b. Pola cairan dan elektrolit : terpasang infus pump D5% 8tpm
c. Pola eliminasi
 BAK : urine warna : kuning
 BAB : keluarnya feses warna : kehijauan
d. Pola tidur : By Ny. I sering tidur, terkadang terbangun
dan menangis
e. Pola hygiene tubuh : By Ny. I selalu waslap dengan air hangat
1x/hari setiap pagi, setiap pergantian shift selalu diganti pampers
f. Pola kativitas : gerak ekstremitas kuat, aktivitas hanya di
box bayi
4. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
a. Reflek :
1) Moro : ada
2) Menghisap : lemah
3) Menggenggam : kuat
4) Rooting : kuat
5) Babinski : kuat
6) Tonic neck : ada
b. Tonus aktivitas
Aktiv, menangis lemah
c. Keadaan umum : cukup

5. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


a. Kulit
1) Warna : pucat
2) Sianosis : tidak ada
3) Tanda lahir : tidak ada

4) Kemerahan (rash) : tidak ada


5) Turgor kulit : elastis, CRT >3detik
6) Suhu kulit : 35,80C
b. Kepala/ leher
1) Lingkar kepala : 35 cm
2) Fontanel anterior : lunak
3) Sutura sagitalis : tepat
4) Gambaran wajah : simetris
5) Kaput susedanum : tidak ada
6) Cefal hematom : tidak ada
c. Mata
Bersih , konjungtiva tidak anemis, sclera : tidak ikterik
d. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e. Hidung : simetris, bersih, tidak kelainan
f. Mulut : mukosa lembab, warna merah muda
g. Thorax dan paru-paru
1) Bentuk : simetris
2) Lingkar dada : 36 cm
3) Down score 3
0 1 2 Nilai
<60x m 60-80x m >80 x m Frekuensi nafas 1
Tidak ada Retraksi Retraksi Retraksi 0
ringan Berat
Tidak ada Hilang Menetap Sianosis 2
dengan O2 dngan O2
Ada/ kiri- Menurun Tidak Air entry (udara 0
kanan Terdengar masuk)
Tidak ada Terdengar Terdengar Merintih 0
dengan tanpa
stetoskop Stetoskop

4) Suara / nafas : vesikuler


5) Pernafasan : spontan
h. Jantung
1) Frekuensi denyut nadi : 125x/menit
2) Waktu pengisian kapiler : >3 detik

3) Bunyi jantung : normal


i. Abdomen
1) Lingkar perut : 35 cm
2) Bentuk : datar
3) Bising usus : 28 x/menit
j. Umbilikus
Belum puput, tidak basah, tampak terpasang infus pump di umbilical
k. Genitalia
Perempuan normal
l. Anus : paten
m. Ekstremitas
1) Gerakan : aktiv
2) Ekstremitas atas : normal
3) Ekstremitas bawah : gerakan lemah
n. Spina/ tulang belakang : normal

6. TEST DIAGNOSTIK
a. Hasil Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 01-11-21
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 15.5 g/dl 13.5 – 19.5
Leukosit 3.71 10ˆ3/ul 9.00 – 30.00
Trombosit 166.000 /mm3 150.000 – 500.000
Hematokrit 45.8 % 42.0 – 60.0
Eritrosit 4.42 juta/mm3 3.90 – 5.50
MCV 103.60 um3 pg 98.00 – 118.00
MCH 33.10 g/dl 31.00 – 37.00
mg/dl
MCHC 33.80 30.00 – 36.00
GDS 880 70.0-140.0
B. PENGOBATAN/ TERAPI
Dosis & Waktu Pemberian/Hari
Tanggal No Jenis Terapi Cara
1 2 3
Pemberian
2-11- 1 Injeksi ampicillin 2x180 mg Jam
2021 IV 22.00

2 Injeksi gentamicin 2x18 mg Jam


IV 06.00

3-11- Jam Jam


1 Ampicillin 2x180 mg
2021 10.00 22.00
2 D5% 8tpm
4-11- Jam Jam
1 Ampicillin 2x180mg
2021 10.00 22.00
2 D5 ¼ 8tpm

C. ANALISA DATA
No Tanggal Data Problem Etiologi
1 2 DS : - Pola nafas tidak Kelemahan otot
November DO : efektif (D.0005) pernafasan
2021 - Bayi aktiv, menangis
- Warna kulit pucat
- RR 20x/menit,
SPO2 : 76%
- Terpasang CPAP,
PEEP 6 FiO 40%
- Terpasang D5% 8tpm
2 2 DS : - Hipotermi(D.013 Ketidak efektifan
November DO : 1) perfusi jaringan
2021 - Bayi aktiv,menangis
- warna kulit pucat
RR: 20x/m, SPO2 :76%
- Terpasang CPAP
PEEP 6 FiO 40%
- S : 35,8 c
- Terpasang D5%
8tpm
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
(D.0005)
2. Hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir (D.0131)
E. INTERVENSI
Tanggal / No. Tujuan dan
Intervensi
Jam Dx Kriteria Hasil
2 Dx I SLKI SIKI
November L. 01004 I. 01011
2021 Pola nafas Menejemen jalan
12.20 Setelah dilakukan nafas
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Monitoring pola napas (frekuensi
diharapkan pola nafas kedalaman, usaha napas)
bayi membaik Terapeutik
Dengan keteria hasil : 1. Berikan oksigenasi
2. Pertankan kepatenan jalan napas
1. Penggunaan
alat bantu Edukasi
menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Frekuensi pemberian oksigenasi
nafas membaik 2. Informasikan hasil pemantauan
Colaborasi
1. Kolaborasi dengan bronkodiator jika
perlu

2 Dx II SLKI SIKI
November L. 14134 I. 145339
2021 Termogulasi Setelah Pencegahan Infeksi
12.30 dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor suhu bayi sampai (36,5-
1x24 jam diharapkan 37,5)
termogulasi membaik 2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tanda dan gejala
dengan keteria hasil :
hipotermia
1. suhu tubuh
Terapeutik
membaik
2. suhu kulit 1. Pasang alat suhu kontinyu jika perlu
membaik 2. Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
3. Tempatkan bayi di inkubator dan
atur suhu sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Informsikan hasil pemantauan jika
perlu
Colaborasi
1. Kolaborasi antipiretik jika perlu
F. IMPLEMENTASI
Tanggal/ No.
Implementasi Respon Paraf
Jam Dx
2 Dx I - memonitoring pola S:-O
November napas (frekuensi, : Siti K
2021 kedalaman, usaha - By Ny.Idi dalam inkubator
12.20 napas) - RR 40x/m,N : 108, SpO2
- memonitoring 76%
- Kulit berwarna kebiruan
memonitoring bunyi
- Tidak terdapat suara nafas
nafas tambahan tambahan
(misal, gurgling,
mengi, wheezing,
ronkhi)
- Terpasang CPAP
PEEP 6 FiO 40% S:-O
- Terpasang D5% :
8tpm - By Ny.I didalam inkubator
- Terpasang CPAP PEEP 6
FiO 40%
- RR 40x/m, SpO2 76%
- Terpasang D5% 8tpm

- Menimbang berat
S:-O
badan
:-
BB :
3,600
gram

3 Dx II S:-O Siti K
November - mengukur suhu :
2021 tubuh bayi dengan - suhu tubuh bayi 36 c
10.00 termometer axila - bayi berada didalam
inkubatorb

S:-O
- Menimbang berat :
badan - BB : 3.550 gram

10.30 Dx II Mengukur suhu tubuh S : - O


bayi dengan :
termometer axila - suhu tubuh bayi 36 c
- bayi berada didalam
inkubator
- akral teraba hangat
4 Dx I Menghitung frekuensi S : - O Siti k
November nadi dan frekuensi :
2021 pernafasan - suhu tubuh bayi 36 c
10.00 - bayi berada didalam
inkubator
- RR : 48 x/m, N : 125x/m

Mengukur suhu tubuh S:-O


12.00 Dx II bayi :
- suhu tubuh bayi 36 c
- bayi berada didalam
inkubator
- RR : 48 x/m, N : 125x/m, BB
: 3,280

G. EVALUASI
Tanggal / No.
Evaluasi Paraf
Jam Dx
2 Dx I S:- Siti K
November O :bayi berada di dalam inkubator dengan suhu 33,9
2021 - Bayi terpasang CPAP
12.30 PEEP 6 fiO2 40%
- S: 36.6c, N : 108 x/m RR: 48x/m

A : masalah pla nafas belum teratasi ditandai dengan


1. Dispnea sedang
2. Penggunaan otot bantu nafas cukup menurun
3. Frekuensi nafas cukup
P : Lanjut intervensi
13.30 Dx. II S:-
O:
- Bayi berada di dalam inkubator dengan suhu 33,9
- Bayi terpasang CPAP
PEEP 6 FiO2 40%
- Bayi menangis, gerak aktiv
- S : 36,3 c, N : 125x/m, RR 40x/m BB : 3,550
- Bayi terpasang infus D5% 8tpm

A :masalah teratasi
P : lanjut intervensi
3 Dx I S:- Siti K
November O:
2021 - Bayi berada di dalam inkubator dengan suhu
12.00 33,9c
- Bayi terpasang CPAP
PEEP 6 FiO2 40%
- Bayi menangis, gerak aktiv
- S : 36,5c, N 119x/m BB :3,550

A : masalah pola nafas belum teratasi


- Penggunaan otot bantu nafas sedang
- Frekuensi nafas sedang
-
P : monitoring TTV
- Monitoring pernafasan

12.00 Dx. II S:-


O : bayi berada dalam inkubator dengan suhu 33,9c
Bayi terpasang CPAP
PEEP 6 FiO2 40%
- Bayi menangis, gerak aktiv
- S: 36,5, N : 125. RR 40x/m, BB : 3.550
- Bayi terpasang infus D5% 8tpm

A : masalah teratasi ditandai dengan


- Suhu tubuh cukup membaik
- Suhu kulit cukup membaik
P : hentikan intervensi
4 Dx I S:- Siti K
November O : bayi didalam inkubator dengan suhu 33,9c
2021 - Bayi terpasang CPAP
PEEP 6 FiO2 40%
10.00 - Bayi menangis, aktiv gerak
- S : 36,3C, N : 125x/m , BB : 32,80

A : masalah teratasi sebagian


- Penggunaan otot bantu nafas sedang
- frekuensi nafas sedang
P : - hentikan intervensi

10.00 Dx. II S:-


O : - bayi berada di inkubator dengan suhu 33,9c
- S: 36,9c, N : 125, RR : 40x/m, BB : 32,80

A : masalah teratasi di tandai dengan


P : hentikan intervensi

Pemalang,2-11-21

Siti Khodijah
1421003021
DAFTAR PUSTAKA

Agiyastuti. 2014. Asuhanan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.


Surakarta Dewi. V. L. 2016. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Salemba Medika Depkes. RI. 2015. Profil kesehatan indonesia

Indrayani. 2016. Asuhan Persalianan Dan Bayi Abru Lahir. Jakarta:


Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Meliyani Risa. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Asfiksia Berat.
Jakarta Katalog : dalam Terbitan

Sondakh Jenny J.S. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Erlangga

Yuflihul Khair. 2016. Asfiksia Neonatorum. Jakarta

Sudarti, Dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta.

Nuha Medika

Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai