OLEH:
MAHASISWI
MENGETAHUI
Pembimbing Institusi
2021
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit asfiksia banyak dialami oleh bayi baru lahir dengan salah satu
2009).
Faktor resiko kejadian asfiksia sangat beragam dan banyak hal yang
kelahiran. Bayi tersebut dalam keadaan resiko tinggi dan ibu dalam
asfiksia pada bayi antara lain karena faktor pertukaran gas atau
asfiksia yang lebih berat. Menurut Nurarif dan kusuma (2015) masalah
bersihan jalan nafas. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
dan dalam, denyut jantung terus menerus, tekanan darah mulai menurun,
diakibatkan oleh asfiksia masih tinggi. Oleh karena itu asfiksia memerlukan
fentilasi yang adekuat dalam pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen (Nurarif & kusuma, 2016) yaitu dengan
yang diletakkan diatas perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap dibuka,
dengan mengatur tebal handuk atau kain, ganjal bahu yang telah
sedalam <5 cm dan kemudian hidung bayi selama <3 cm, keringkan bayi
dengan sedikit tekanan dan gosok–gosok dada, perut, punggung bayi untuk
merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih
dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering biarkan mulut dan dada
terbuka kemudian posisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas
apabila menangis kuat atau bernapas spontan segera lakukan Asuhan Bayi
Baru Lahir, bila tetap tidak bernapas atau mengap–mengap maka segera
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dapat disebabkan oleh usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
infeksi akut atau kronis, anemia berat, keracunan obat bius, uremia,
kepala anak yang terlalu kuat pada plasenta, pemberian obat bius terlalu
banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta previa, solusia plasenta,
2.1.2 Klasifikasi
secara tepat dan pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi dengan
6
asfiksia berat maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan karena
menimbulkan tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak
teratur.
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
2.1.3 Etiologi
1. Faktor Ibu
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai
atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis,
penyakit ibu.
2. Faktor Plasenta
sehingga dapat menyebabkanasfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan
tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Fetus
4. Faktor Neonatus
pada pusat pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului
dengan tanda gejala gawat janin antara lain bayi prematur (sebelum 37
6. Nadi cepat
7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)
8
8. Menurunnya O2
9. Meningginya CO2
10. Penurunan pH
gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain pernapasan
cepat, pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat
kardiovaskuler.
mengalami gangguan.
2.1.5 Patofisiologi
ini berlanjut maka metablisme sel akan berlangsung yang berupa glikolisis
glikogen sehingga sumber utama glikogen pada jantung dan hati akan
dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue)
diikuti dengan apnea primer kira-kira satu menit dimana denyut jantung dan
selama beberapa menit, gasping ini semakin melemah sehingga akan timbul
apneu sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas setelah dilakukannya
pembersihan jalan nafas maka bayi akan bernafas dan menangis kuat.
Kerusakan pada sel otak berlangsung setelah asfiksia terjadi 8-10 menit.
Manifestasi kerusakan sel otak setelah terjadi pada 24 jam pertama didapatkan
gejala seperti kejang subtel, fokal klonik manifestasi ini dapat muncul sampai
Asfiksia
Kerusakan pertukaran
gas
1
1
1. Tindakan khusus
a. Asfiksi berat
b. Asfiksi ringan–sedang
7. Pemeriksaan umum
Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus
otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
1) Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
2) Laju jantung 120-160 kali per menit.
3) Suhu normal 36,50C.
8. Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan
10.
9. Pemeriksaan fisik sistematis
1) Kepala : Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan
atau cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih
terbuka), molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan
kepala. Ukur lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai
frontal.
2) Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi
atau pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT.
Berikan salf mata kepala.
3) Telingan : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
4) Hidung dan mulut : Periksa bibir dan langitan sumbing,
refleks hisap, dinilai saat menyusui.
5) Leher : periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
6) Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan
dinding dada dan lihat putting susu (simetris atau tidak).
7) Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali
pusat.
8) Genetalia : Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun
kedalam skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor
apakah vagina berlubang dan uretra berlubang.
9) Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa
reflek di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di
punggung bayi, bayi akan mengikuti gerakan dari doresan jari kita.
10) Anus : Periksa lubang anus bayi.
11) Ekstremitas : Hitung jumlah jari tangan bayi.
12) Kulit : Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.
2.2.2 Diagnosa
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan
neuromuskular, penurunan energi, dan keletihan.
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur
dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Risiko tinggi infeksi berhungngan dengan pertahanan imunologi yang
kurang.
1
5
Bersihan jalan napas tidak efektif Goal : pasien akan mempertahankan MANAJEMEN JALAN NAPAS
bersihan jalan napas selama dalam masa Observasi
perawatan. 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalam, pola
Objektif : dalam 1x24 jam pasien akan napas)
terbebas dari bersihan jalan napas tidak 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis: gruling,
efektif. Dengan kriteria hasil : wheezing, mengi, rongki kering).
1. Mengi (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna aroma)
2. Wheezing (5) Terapeutik :
3. Mekonium pada neonatus (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
4. Dispnea(5) head-teilt dan chin-lift (jaw-thrust) jika
5. Ortopnea(5) trauma servikal.
6. Sianosis (5) 2. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15
7. Gelisah (5) detik.
3. Lakukan hipereksigenasi sebelum pengisapan
endotrakeal.
4. Berikan oksigen jika perlu.
Edukasi :
Anjurkan asupan cairan 2000 ml per hari, jika
tidak kontraindikasi.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberin ekspektoran, mukolitik
jika perlu.
Kerusakan pertukaran gas Goal : pasien akan terbebas dari TERAPI OKSIGEN
kerusakan pertukaran selama dalam masa Observasi
perawatan. 1. Monitor kecepatan aliran oksigen.
Objektif : selama perawatan 1x24 jam 2. Monitor alat terapi oksigen.
pasien akan terbebas dari kerusakan 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pertukaran gas. Dengan kriteria hasil : pastikan fraksi yang diberikan cukup.
1. Tingkat kesadaran(5) 4. Monitor efektifitas terapi oksigen.
2. Bunyi napas tambahan (5) 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen
3. Gelisah (5) saat makan
4. Diaforesis (5) 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Napas cuping hidung (5) 7. Monitor tanda-tanda gejala toksidasi oksigen
6. PCO2(5) dan atelectasis.
7. PO 2 (5) 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
8. Warna kulit (5) oksigen.
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen.
Terapiutik :
1. Bersikan secret pada mulut, hidung dan
trakea jika perlu.
2. Pertahankan kepatenan jalan napas.
3. Berikan oksigen tambahan.
4. Siapkan dan atur peralatan oksigen
5. Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi.
6. Guanakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien.
Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah.
Kolaborasi :
Penentuan dosis oksigen Kolaborasi
penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau
tidur.
Risiko cedera Goal : dalam masa perwatan pasien akan PENCEGAHAN CEDERA
terbebas dai risiko cedera. Observasi :
Objektif : selama 1x24 jam pasien akan Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
terbebas dari risiko cedera. Dengan pasien, sesuai kebutuhan
kriteria hasil :
1. Tekanan darah membaik
2. Frekuensi nadi membaik
3. Frekuensi napas membaik
4. Denyut jantung apikal membaik
5. Denyut jantung radialis membaik
Pola istirahat tidur membaik.
2.2.3 Implementasi
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang telahditetapkan.
2.2.4 Evaluasi
Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.