Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER

NAMA : SILVENY TEFBANA


NIM : 1490121016R

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DHF ( Dengue Haemorragic Fever ) merupakan penyakit yang menyerang sistem
hematologi manusia yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegepti. DHF merupakan kasus yang kerap kali ditemukan di rumah
sakit, khususnya di RS Santo Borromeus.
DHF merupakan suatu penyakit yang cukup kompleks, apabila tidak ditangani
segera akan mengakibatkan terjadinya komplikasi ke organ tubuh lain, hingga dapat
menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, kami mengambil kasus DHF ini agar kami dapat mengetahui,
memahami, dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan DHF, sehingga resiko komplikasi maupun kematian dapat dihindari melalui
askep yang kami berikan kepada klien dengan gangguan DHF.

1.2 Tujuan
a Tujuan umum
Diharapkan Mahasiswa/i dapat memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Hematologi :
Suspect DHF.
b Tujuan khusus
Diharapkan Mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami :
• Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
• Pengertian DHF
• KonsepPenyakit
:
✓ Etiologi DHF
✓ Patofisiologi DHF
✓ Patoflow DHF
✓ Manifestasi Klinis DHF
✓ Klasifikasi DHF
✓ Komplikasi DHF
✓ Tes diagnostik
✓ Penatalaksanaan pada Pasien DHF
✓ Asuhan keperawatan pada pasien Ny. T

• Konsep Proses Keperawatan pada Pasien DHF

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Hematologi


Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah
manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
• Plasma darah
bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
➢ Butir-butir darah ( blood corpuscles), yang terdiri atas komponen sebagai
berikut:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (platelet) butir pembeku darah.
• Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkav dengan diameter
sekitar 7 mikron, yang memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin.
Komponen Eritrosit :
➢ membran eritrosit
➢ sistem enzim
➢ hemoglobin, komponennya terdiri atas :
1. heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
2. globin : bagian protein yang terdiri aats 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Terdapat sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah. Tugas
akhir Hb adalah : menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta
membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari Hb.
Sifat-sifat sel darah merah :
1. Normositik = sel yang ukurannya normal
2. Normokromik = sel dengan jumlah hemoglobin yang normal

3
3. Mikrositik = sel yang ukurannya terlalu kecil
4. Makrositik = sel yang ukurannya terlalu besar
5. Hipokromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6. Hiperkromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak

• Sel darah putih ( Leukosit )


Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu.
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari
golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B :
monosit dan makrofag serta golongan yang bergranula, yaitu eosinofil, basofil, dan
neutrofil.
Fungsi sel darah putih adalah :
1. Sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan sistem retikulo endotel
2. Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding
usus melalui limfa terus ke pembuluh darah
Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut :
1. Agranulosit
Memiliki diameter sekitar 10-12 mikron. Granulosit terbagi menjadi 3
kelompok:
a. Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,
kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus
atau granula, banyaknya sekitar 60%-70%.
b. Eosinofil : berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya
hampir sama dengan neutrofil banyaknya kira-kira 24%.
c. Basofil : berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil dari pada
eosinofil, mempunyai inti yang bentuknya teratur banyaknya kira-kira 0.5%
disumsum merah. Basofil bekerja sebagai limfosit sel mast dan
mengeluarkan peptide vasoaktif.
2. Granulosit
Terdiri atas limfosit dan monosit:
a. Limfosit
Memiliki nukleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit
berkembang dalam jaringan limfe. Ukurannya sekitar 7-15 mikron,

4
banyaknya 20%-25 % yang berfungsi membunuh dan memakan bakteri yang
masuk dalam jaringan tubuh.

Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan B.


Limfosit T meninggalkan susmsum tulang dan berkembang lama, kemudian
bermigrasi menuju ke timus. kemudian sel-sel beredar dalam darah sampai
mereka bertemu dengan antigen-antigen dimana mereka telah diprogramkan
untuk mungenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya. Sel ini
menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan
memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi. Limfosit
B terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai
menjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya.
Pada tahap ini, limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi
sel plasma serta menghasilkan antibody.
b. Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit
abu-abu serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Monosit dibentuk
didalam sumsum tulang masuk kedalam sirkulasi dalam bentuk hematom dan
mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.
Fungsinya sebagai fagosit, jumlahnya 34 % dari total komponen yang ada di
sel darah putih.
Jumlah sel darah putih pada orang dewasa totalnya 4,0-11,0 x 10 9/l yang
terbagi sebagi berikut.
Granulosit :
➢ Neutrofil 2,5 – 7,5 x 109/ L
➢ Eosinofil 0,04 – 0,44 x 109/ L
➢ Basofil 0 – 0,10 x 109/ L
Limfosit 1,5 – 3,5 x 109/ L
Monosit 0,2 – 0,8 x 109/ L
3. Keping darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-400.000/milimeter),

5
sekitar 30%-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam
darah.
Fungsi trombosit yaitu berperan penting dalam pembentukan bekuan darah
diantaranya mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh
yang cedera.
4. Plasma darah
Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya
bening kekuning-kuningan hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral seperti garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
3. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah juga
menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh.
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, vitamin).
5. Hormon yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6. Antibody
5. Limpa
Merupakan organ lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan. Limpa
terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah costa, limpa terdiri atas kapsula
limpa fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa) dan pulpa merah (jaringan ikat,
sel eritrosit, sel leukosit).

Faktor-faktor Pembekuan Darah


Factor Nama
I fibrinogen
II protrombin
IV kalsium
V labile factor, proaccelerin, dan accelerator (AC-)
globulin
VII proconvertin, serum, protrombin convertin accelerator
(SPCA),cotromboplastin, dan autoprotrombin I
VIII Antihemophilic, factor, antihemophilic globulin (AHG)

6
IX plasma thromboplastin component (PTC)/chrismas
factor
X stuart-power factor
XI plasma tromboplastin antecedent (PTA)
XII factor Hageman
XIII factor stabilisasi febris

B. Demam Berdarah Dengue

1. Konsep penyakit DHF


A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam
Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF). (askep
DHF.com)

Penyakit demam berdarah (DBD) adalah suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan dari orang keorang lain melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang sering menimbulkan wabah dan dapat
menimbulkan kematian yang singkat.

Kesimpulan : penyakit demam berdarah adalah penyakit yang terdapat pada


anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk aedes aegypti, dan biasanya
memburuk setelah 2 hari pertama.

B. ETIOLOGI

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal


ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang
dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di

7
Filipina pada tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC. Dengue
merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

C. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan
yang mungkin muncul pada system retikuloendotelia seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonin serta aktivasi system
kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikardium. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic, dan kematian. Penyebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.

8
D. MANIFESTASI KLINIS

• Demam mendadak, tinggi (dapat mencapai 39oC- 400C) disertai menggigil

• Demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari,


dan sempat turun di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan
baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva panas seperti
punggung unta).
• Nyeri pada seluruh tubuh

• Ruam

• Perdarahan

E. KLASIFIKASI DHF
WHO 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan, yaitu :
• Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
• Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
• Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun.
• Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.

F. MANIFESTASI KLINIS
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat
penyakitnya, tanda dan gejala lain adalah :
9
➢ Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan
➢ Asites
➢ Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
➢ Ensephalopati : kejang, gelisah, soporo koma
G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas
b. Shock atau renjatan
c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran
H. TEST DIAGNOSTIK
a. Darah
➢ Trombosit menurun
➢ HB meningkat lebih 20 %
➢ HT meningkat lebih 20 %
➢ Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
➢ Protein darah rendah
➢ Ureum PH bisa meningkat
➢ Na dan Cl rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
➢ Rontgen thorax : Effusi pleura
➢ Uji test tourniket (+)

I. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan intra vena (biasanya Ringer Lactat, NaCl) Ringer
Lactat merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan,
mengandung Na + 130 mEq/liter, K + 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik.
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital (T, S, N, RR)
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB, HT, dan Trombosit setiap hari.

10
2. Konsep Proses Keperawatan

A. PENGKAJIAN
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
➢ Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
➢ Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
➢ Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
➢ Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegipty.
➢ Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
Pengkajian Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epitaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta
pada grade IV dapat terjadi DSS.
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositopenia, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi

11
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesaran limpa, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi petekie, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
• Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler karena meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah.
• Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
• Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
• Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopenia).

12
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


• Tujuan : Suhu tubuh normal
• Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36oC – 37oC
• Nyeri otot hilang
Intervensi :
➢ Beri kompres air dingin
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara
konduksi.
➢ Anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai
toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
➢ Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
Rasional : Pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.
➢ Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap
3 jam sekali atau lebih sering
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
➢ Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai
program
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu
tubuh pasien.

13
b) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
• Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan
• Kriteria : Input dan output seimbang
• Vital sign dalam batas normal
• Tidak ada tanda presyok Akral hangat
• Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
➢ Awasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler.
➢ Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
➢ Observasi intake dan output, catat warna urine / konsentrasi, dan BJ
Rasional : Penurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan BJ
diduga dehidrasi.
➢ Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral.
➢ Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah
terjadinya hipovolemik syok.

c) Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
• Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
• Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
➢ Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan (perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok).

14
➢ Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Memastikan tidak terjadi presyok / syok.
➢ Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui sehingga dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat.
➢ Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
➢ Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien dan memiliki acuan untuk melakukan tindakan lebih
lanjut.
d) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
• Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
• Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
• Menunjukkan berat badan yang seimbang
Intervensi :
➢ Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
➢ Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas makanan yang di
konsumsi.
➢ Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB/mengawasi efektifitas intervensi.
➢ Berikan makanan sedikit namun sering
Rasional : meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
➢ Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas Rasional :
Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

15
e) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-
faktor pembekuan darah ( trombositopenia )
• Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
• Kriteria : TD : 100/60 mmHg, N : 80-100x/menit reguler
• Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
➢ Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda
klinis seperti epistaksis, petekie.
➢ Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
➢ Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
➢ Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada
tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penanganan dini bila terjadi perdarahan.
➢ Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal, jam masuk : 11 Januari 2021 pukul 20:00
Tanggal, jam pengkajian : 12 Januari 2021 pukul 08:00

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 11 Januari 2021, pukul 12.10 klien masuk UGD
karena mengeluh pusing, panas, mual, pegal-pegal seluruh badan
dan lemas. Klien disarankan untuk dirawat oleh dr. E. Pada pukul
20.00, klien masuk ruang dengan menggunakan kursi roda.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama : pusing
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh pusing. Keluhan bertambah apabila klien duduk,
berdiri, dan berjalan dan berkurang apabila berbaring. Pusing
dirasakan seperti berputar-putar. Pusing hanya dirasakan pada
daerah kepala. Pusing mengganggu hampir seluruh aktivitas dan
masuk skala 4. Pusing dirasakan secara tiba-tiba dan terjadi
setiap saat. skala :
Skala 1 :Tidak mengeluh pusing Skala 2
:Pusing tidak mengganggu aktivitas Skala 3
17
:Pusing mengganggu sebagian aktivitas. Skala 4
:Pusing mengganggu hampir seluruh aktivitas
Skala 5 : Pusing mengganggu seluruh aktivitas.
d) Keluhan yang menyertai
Mual, lemas, panas, pegal-pegal seluruh badan.
e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah
didapat.
Klien sudah terpasang infus RL 30 tetes / menit dan klien sudah
mendapatkan injeksi 4 mg cedantron serta 4 mg sanmol per oral.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a) Riwayat alergi
Klien tidak punya alergi terhadap obat, cuaca dan makanan.
b) Riwayat penyakit sebelumnya
Klien tidak pernah sakit sebelumnya.
c) Riwayat rawat inap sebelumnya
Klien belum pernah dirawat sebelumnya.
d) Riwayat operasi
Klien belum pernah di operasi.
e) Riwayat transfusi
Klien belum pernah melakukan transfusi.
f) Riwayat pengobatan
Klien belum pernah mendapat pengobatan di Rumah Sakit.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Riwayat penyakit anggota keluarga yang menurun dan menular
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit menurun dan menular seperti kencing manis, TBC, darah
tinggi, dan penyakit jantung.
2) Keadaan kesehatan lingkungan rumah
Klien tinggal di rumah majikannya, dekat dengan pembuangan
sampah.
3) Genogram 3 generasi: tidak terkaji.

c. Riwayat Nutrisi
Klien mengatakan, sebelum sakit pola makan teratur 3x sehari dan
menyukai semua makanan.
3. Data Biologis
a. Penampilan Umum
Klien tampak Sakit sedang, klien terpasang cairan infus RL 30 tetes /
menit di lengan kiri, klien tampak berbaring lemah, ekspresi wajah
klien tampak sedih.

18
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 37,9oC per-axilla
Nadi : 76 x/menit di arteri radialis kanan, irama tidak
teratur dan denyutan lemah
Respirasi Rate : 16 x/menit, teratur
Nyeri : di regio epigastrik
c. Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 50 kg
IMT : 20,82 kg/m2 ( klien dalam kategori normal )
d. Anamnesa dan pemeriksaan fisik per-sistem
1) Sistem Pernafasan
• Anamnesa
Klien tidak mengeluh sesak nafas, dan batuk.
• Inspeksi
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada deviasi
septum nasi, hidung bersih, tidak ada tanda-tanda inflamasi
pada mukosa hidung, tidak ada polip, tidak terpasang
oksigen, Bentuk dada simetris, pengembangan dada
simetris, tidak ada penggunaan otot tambahan, irama
pernafasan teratur.
• Palpasi
Tidak ada nyeri pada sinus paranasalis, vokal fremitus
teraba sama kedua lapang paru, tidak ada krepitasi.
• Perkusi
Terdengar bunyi sonor pada kedua lapang paru.
• Auskultasi
Suara nafas vesikular terdengar hampir diseluruh lapang
paru, tidak ada suara nafas tambahan.
2) Sistem Kardiovaskuler
• Anamnesa
Klien mengatakan tidak mengonsumsi alkohol dan tidak
merokok, klien tidak mengeluh nyeri dada, dan tidak
mengeluh jantung berdebar-debar.
• Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada clubbing finger, tidak
ada edema, tidak ada epistaksis, tidak ada sianosis.
• Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS 5 kiri, getaran terasa, capillary
refill time 2 detik.
19
• Perkusi
Bunyi pekak
• auskultasi
bunyi jantung I : ICS 4 linea sternalis kiri dan ICS 5 linea
midklavikularis kiri bunyi jantung II: ICS 2 linea sternalis
kanan dan ICS 2 linea sternalis kiri
HR : 96x/menit
Tidak ada bunyi jantung tambahan
3) Sistem Pencernaan
• Anamnesa
Klien mengeluh tidak nafsu makan, mual kalau makan nasi
tim, klien hanya mau nasi biasa, tidak ada nyeri saat
menelan, makanan yang disukai kangkung dan nasi, klien
mengatakan BAB teratur 2x sehari, bentuk feses lembek dan
tidak ada darah.
• Inspeksi
Bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah kotor berwarna
putih, tonsil T1, gigi lengkap tidak ada karies, abdomen
datar tidak ada distensi dan lesi, tidak ada haemoroid.
• Auskultasi
Bising Usus : 5x/menit, lemah.
• Palpasi
Nyeri tekan pada epigastrik, tidak ada pembesaran dan nyeri
tekan pada hepar dan lien.
• Perkusi
Bunyi tympani.

4) Sistem Perkemihan
Anamnesa
Klien mengatakan BAK 8x/hari, tidak ada kesulitan saat
BAK, tidak ada nyeri atau panas saat BAK, tidak ada nyeri
pinggang. o Inspeksi
Tidak ada distensi pada regio suprapubik, tidak terpasang
kateter.
• Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada regio suprapubik.
• Perkusi
Tidak ada nyeri ketuk pada daerah costo vertebral ankle
kanan dan kiri.
5) Sistem Persarafan
Anamnesa
20
Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari karena belum
terbiasa dengan lingkungan rumah sakit, dan klien merasa
pusing berputar-putar. o Inspeksi
Bentuk muka simetris, mulut simetris, tidak ada tremor,
tidak ada hemiplegia, kesadaran compos mentis.
GCS : E=4, M=6, V=5 = 15
Uji saraf kranial :
Nervus I :
klien mampu mencium minyak kayu putih dan alkohol.
Nervus II:
klien mampu membaca nama perawat dengan jelas pada
jarak 30 cm. Nervus III, IV, VI : pupil isokor (3/3 mm),
tidak ada ptosis, klien mampu menggerakan bola mata
sesuai dengan arah jari perawat.
Nervus V : kulit wajah sensitif terhadap goresan kapas,
mampu menunjukan letak rangsangan kapas dengan mata
tertutup.
Nervus VII : klien mampu menyebutkan rasa makanan
yang diberikan, mampu mengangkat alis dan dahi.
Nervus VIII :
klien mampu mendengar suara gesekan rambut.
Nervus IX dan X :
letak uvula ditengah, klien mampu menelan makanan.
Nervus XI :
mampu mengangkat bahu kiri dan kanan.
Nervus XII : mampu menjulurkan lidah pada posisi
lurus, mampu menggerakan lidah untuk mendorong pipi kiri
dan kanan. Perkusi
Refleks fisiologis
tendon biceps, triceps, patela, achiles : tidak terkaji
Refleks patologis
babinski : -/-
6) Sistem Muskuloskeletal
Anamnesa
Klien mengeluh sulit beraktifitas karena lemas.
• Inspeksi
Ekstremitas simetris, tidak ada atrofi, klien bebas bergerak,
kekuatan otot : 5
5= Kekuatan kontraksi maksimal (dapat melawan tahanan
pemeriksa dengan kekuatan maksimal)
4= kekuatan sedang (bisa bergerak melawan tahanan
pemeriksa tapi kekuatan berkurang)

21
3= kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan
gravitasi
2= kekuatan untuk menggerakan tapi tidak dapat melawan
kekuatan gravitasi
1= kekuatan kontraksi minimal (terlihat kontraksi tapi tidak
ada gerakan sendi)
0= tidak mampu sama sekali
• Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada daerah prosesus spinosus dari
servikal sampai lumbo sakral.
7) Sistem panca Indra
Anamnesa
Penglihatan : Klien mengatakan tidak menggunakan kaca
mata, tidak mengeluh gangguan penglihatan seperti
pandangan buram dan kabur.
Pendengaran : klien mengatakan tidak menggunakan alat
pendengaran, tidak mengeluh nyeri pada saluran telinga,
dan dapat mendengar dengan jelas.
• Inspeksi
Penglihatan : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
tidak ada pus pada palpebra.
Pendengaran : kondisi pinna tidak lesi, kanalis
bersih, membran tympani utuh, tidak ada pus. o Palpasi
Penglihatan : TIO kanan kiri sama.
8) Sistem endokrin
anamnesa :
klien mengatakan tidak berkeringat banyak, tidak punya
riwayat kencing manis.
• inspeksi : bentuk tubuh normal, tidak ada pembesaran
tyroid, tidak ada pembesaran pada ujung-ujung ekstremitas
atas dan bawah.
• palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.

9) Sistem reproduksi
Anamnesa :
Klien mengatakan menstruasi teratur, tidak ada nyeri. Klien
tidak mengikuti KB (keluarga berencana), jumlah anak 2.

22
• Palpasi :
Mamae tidak ada benjolan.
10)Sistem integumen
Anamnesa :
Klien mengatakan rambut tidak rontok, kulit kepala
tidak gatal.
• Inspeksi :
Rambut berminyak, warna hitam, distribusi merata, kulit
kepala bersih tidak ada ketombe, bibir terlihat kering. Turgor
kulit baik, tidak ada lesi, kulit bersih, bibir kering, ada petekie.
• Palpasi :
Turgor kulit baik.
4. Data Psikologis
a) Status Emosi : Terkendali dan menunjukan ekspresi kesedihan.
b) Konsep Diri
Gambaran Diri : klien mengatakan biasa saja terhadap tubuhnya
Harga Diri : klien mengatakan biasa saja terhadap dirinya
Ideal Diri : klien bercita-cita menjadi baby sitter dan merawat anak-
anak
Identitas diri : klien menyukai dirinya apa adanya.
Peran : sebagai baby sitter.
c) Gaya Komunikasi
Tenang, berespon, namun cara bicara klien kurang jelas.
d) Pola Interaksi
Hubungan dengan suami dan anaknya kurang harmonisdan orang lain
baik.
e) Pola Mengatasi Masalah
Klien mengaku jika ada masalah, masalah itu di pendam dan
diselesaikan sendiri.

5. Data Penunjang
a) Laboratorium : pemeriksaan darah
11 Januari 2021
HT= 38 N: pria =40-54
23
Wanita= 38-47
Trombosit = 104.000 N: 150.000-450.000
12 Januari 2021
HT = 39
Trombosit = 80.000

b) Terapi
Injeksi : 2x4 mgcedantron R/IV
Indikasi : mual dan muntah karena kemoterapi, radioterapi/pasca
op.
Kontraindikasi : hipersensitifitas
Efek samping : konstipasi, sakit kepala, sensasi
kemerahan/panas pada kepala dan epigastrium
Obat oral : 1x1 Tribost R/X
Indikasi : membantu pemulihan sistem imun tubuh, meredakan
flu dan hidung tersumbat
Kontraindikasi : sklerosis multiple, penyakit kolagen, leukosis,
TBC, hamil, AIDS
Efek samping : reaksi alergi
2x20 mgfamocid
Indikasi : terapi jangka pendek dan terapi pemeliharaan terhadap
Ulkus duodenum aktif, terapi untuk kondisi
hipersekresi patologis
Kontraindikasi : hyper sensitif terhadap famotidine
Efek samping : sakit kepala, pusing, konstipasi, diare,
Trombositopenia, dan nyeri
sendi k/p sanmol R/X indikasi :
menghilangkan demam dan nyeri kontraindikasi
: penyakit hati dan ginjal efek samping : reaksi
hematologi, erupsi kulit, mual muntah,
mengantuk
c) Acara infus : otsu RL 500 ml 30 tetes/menit
d) Mobilisasi : bedrest
B. Pengelompokan Data
Data subjektif :
➢ klien mengeluh pusing berputar-putar
➢ klien mengeluh mual kalau makan nasi tim, hanya mau makan nasi
biasa
24
➢ Klien mengeluh tidak nafsu makan o klien mengeluh lemas
➢ klien mengatakan kalau berdiri atau duduk kepala bertambah pusing
➢ klien merasa meriang
➢ klien mengeluh pegal-pegal seluruh badan data objektif :
• hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi nasi tim, hanya makan sayur,
dan buah
• bibir terlihat kering
• Skala pusing : 4
• klien terlihat lemah, bedrest
• klien tidak mampu jalan ke kamar mandi sendiri
• aktifitas klien di bantu penuh
• terdapat petekie
• suhu : 37,9oC, nadi : 76x/menit, TD : 100/60 mmHg Data Penunjang
Terpasang infus RL 500 cc 30 tts/mnt di tangan kiri.

25
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Virus dengue masuk ke pembuluh darah Nutrisi kurang dari
klien mengeluh mual kalau melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepti kebutuhan
makan nasi
klien mengeluh tidak nafsu
Merangsang sel monosit, eosinofil,
makan.
neutrofil, makrofag
DO :
hanya mampu makan 1/3
Zat-zat pirogen
porsi nasi tim, hanya makan
sayur dan buah
Viremia

Vasodilatasi

Merangsang S. simpatis

HCL meningkat

mual

nafsu makan menurun


DS : Virus dengue masuk ke pembuluh darah keterbatasan
Klien mengeluh pusing melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepti aktifitas sehari-hari
dan berputar-putar
Klien mengeluh lemas
Klien mengatakan kalau Merangsang sel monosit, eosinofil,

duduk atau berdiri kepala neutrofil, makrofag

bertambah pusing
Klien mengeluh pegal- Zat-zat pirogen

26
pegal seluruh badan
DO : Viremia
Klien terlihat lemah
Bedrest Mekanisme perlawanan tubuh
Klien tidak mampu
berjalan ke kamar mandi
Metabolisme meningkat
sendiri
Skala pusing : 4
Kebutuhan energi meningkat

O2 ke otak menurun

Pusing
DS : Virus dengue masuk ke pembuluh darah Resiko tinggi
Klien mengeluh lemas melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepti kekurangan volume
DO : cairan tubuh
antigen- komplemen
Bibir terlihat kering antibodi C 3&C5
Terpasang infus RL 500
C3a&C5a
cc 30 tts/mnt di tangan
histamine, serotonin
kiri
Pemeriksaan darah :
o 12 Januari 2010 pe permeabilitas pemb. Drh
HT= 38
Trombosit= 104.000 kebocoran dinding pemb.drh
o 13 januari 2010 :
HT = 39
p’pindahan cairan intravaskuler ke
Trombosit = 80.000
intertisial

hipovolemia

resti kekurangan volume cairan tubuh

DS : Virus dengue masuk ke pembuluh darah Hypertermi


Klien merasa meriang melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty
DO :
27
suhu : 37,9oC, nadi : Merangsang sel monosit, eosinofil,
76x/menit neutrofil, makrofag

Zat-zat pirogen

Hipertermi
DO : Virus dengue masuk ke pembuluh darah Resiko tinggi
Laboratorium : melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty perdarahan
pemeriksaan darah
antigen- komplemen
-12 Januari 2010 antibodi C 3&C5
HT= 38
C3a&C5a
Trombosit = 104.000
-13 Januari 2010 histamine, serotonin

HT = 39
Trombosit = 80.000 pe permeabilitas pemb. Drh

Ada petekie
kebocoran dinding pemb.drh

agregasi trombosit

trombositopenia

perdarahan spontan
(petekie)

28
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
• Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah
• Resiko tinggi perdarahan b.d efek penurunan trombosit
• Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake berkurang karena mual
• Hypertermi b.d proses infeksi virus DHF
• Gangguan aktivitas sehari-hari b.d penurunan O2 ke otak yang
mengakibatkan pusing

29
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
30
NO TANGGAL DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 13 JANUARI RESIKO TINGGI Resiko kekurangan - Kaji keadaan umum klien - menetapkan data dasar untuk
HT = 39
Trombosit = 80.000 31

2 13 Januari 2021 RESTI PERDARAHAN Tidak terjadi perdarahan - Observasi tanda-tanda vital Tanda-tanda vital dalam
seperti mata berkunang- mengetahui seberapa jauh
kunang,pusing,lemas,eksterm pengaruh perdarahan
itas dingin dan sesak nafas tersebut.
4 12 Januari 2021 NUTRISI KURANG Nutrisi terpenuhi dalam
DARI KEBUTUHAN b.d waktu 5 hari dengan Kaji keluhan mual yang mengatasi rasa mual yang
INTAKE YANG kriteria: dialami klien di alami klien.
observasi bagaimana cara Cara menghidangkan
BERKURANG DI - mampu menghabiskan 1
makanan dihidangkan makanan dapat
TANDAI DENGAN : porsi nasi.
mempengaruhi nafsu makan
DO : - tidak mengeluh mual.
Berikan makanan dalam klien.
hanya mampu makan
menghindari mual dan
porsi kecil dan frekuensi
1/3 porsi nasi
muntah.
sering
tim.hanya makan sayur mengetahui pemenuhan
Catat jumah / porsi makanan
dan buah saja. kebutuhan nutrisi.
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari memotivasi dan
Memberikan umpan balik
meningkatkan semangat
positif saat pasien mau
pasien.
berusaha menghabiskan
makanannya
meningkatkan pengetahuan
Jelaskan manfaat makanan/
DS : pasien tentang nutrisi
nutrisi bagi pasien terutama
klien mengeluh mual sehingga motivasi untuk
saat pasien sakit
kalau makan nasi tim, makan meningkat.

32
dan hanya mau makan
mengurangi rasa mual dan 33
nasi.
berikan obat obatan
diharapkan intake nutrisi
antiemetik sesuai program
meningkat.
c

34
- a Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan antipiretik sesuai
i
program dokter
r
a mengurangi penguapan tubuh.
n
- mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.
.
- Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu
- Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu
pasien atau keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
tubuh.

- Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan


pasien di Rumah Sakit.
- Berikan penjelasan pada pasien atau keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien/
keluarga untuk kooperatif. - Jelaskan pentingnya tirah baring
- Penjelasan yang diberikan pada pasien atau keluarga akan
bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
memotivasi pasien untuk kooperatif.
- Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
5 GANGGUAN P ITAN - Klien tidak mampu
AKTIVITAS U DAI berjalan ke kamar mandi
SEHARIHARI b.d S DEN sendiri - skala pusing : 4

PENURUNAN I GAN:
DS :
O2 DI OTAK YANG N DO :
- klien merasa pusing yang
MENGAKIBATKAN G - klien terlihat lemah
berputar-putar
D - Klien bedrest
- klien mengeluh lemas

35
- klien mengatakan kalau duduk atau berdiri - Letakkan barang- mempunyai tanggung jawab
kepala menjadi tambah Aktivitas sehari-hari barang yang mudah dalam pemenuhan kebutuhan
terpenuhi dalam waktu 5 hari dengan kriteria : terjangkau oleh sehari-hari pasien tanpa
- klien tampak lebih segar - mengidentifikasi mengalami ketergantungan
masalahmasalah pada perawat.
pasien. - membantu pasien memenuhi
- klien mampu suhu tinggi. kebutuhan
- mengetahui berapa
beraktivitas mandiri
berat nyeri yang
- klien tidak mengeluh pusing lagi
dialami pasien.
- klien tidak merasa pegal-pegal lagi
- Kaji keluhan pasien

- mengetahui tingkat
- Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan
ketergantungan
memberi rentang nyeri
pasien dalam
memenuhi
- Observasi hal-hal yang mampu atau yang tidak
kebutuhannya.
mampu dilakukan pasien
- Pemberian bantuan
- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan sangat diperlukan
aktivitasnya sehari-hari seperti mandi, BAK, bagi pasien pada saat
BAB sesuai tingkat keterbatasan pasien kondisinya yang
lemah dan perawat

36
klien mengeluh pegal- sendiri tanpa bantuan orang
pegal lain.
Sarankan pasien untuk
mengurangi keluhan yang
banyak beristirahat
dialami pasien.

berikan obat-obatan
Obat analgesik dapat
analgesik sesuai dengan resep
mengurangi nyeri sehingga
dokter
klien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari.

37
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI NAMA & TTD


1 12 Januari 2021 09.00 Membantu Morning Care. Pasien mengeluh pusing. Keadaan Umum Sheilla dan Anyela Yunarti
: tampak sakit sedang, terpasang infus Otsu-RL 30 tetes/menit di
sebelah kiri dan klien dalam keadaan compos mentis
R : pasien mengeluh pusing.
H : pasien tampak lebih segar setelah dimandikan.

Mengobservasi asupan nutrisi klien


R : pasien mengeluh mual.
10.00 H : klien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi. Sheilla

Membantu BAK di kamar mandi memakai kursi roda


R : Pasien terlihat lemas, mengeluh pusing sekali dan mual.
H : pasien dapat BAK dengan bantuan perawat.
10.15 Sheilla dan Ayela Yunarti
Mengukur TTV
R : Pasien masih mengeluh pusing
H : suhu= 37,90C ; Tekanan Darah =100/60 mmHg ; nadi=
76x/menit.

12.00 Veronika dan Anyela Yunarti


Membantu menyuapi makan dan minum
R : Pasien masih mengeluh mual
H : Pasien mampu menghabiskan makanan ¼ porsi
Anyela Yunarti
Anamnesa riwayat penyakit
R : pasien tampak lemas

38
12.30 H : pasien memberikan informasi tentang riwayat penyakitnya

Melakukan Pemeriksaan Fisik ekstremitas atas


R : pasien tampak lemas
H : pasien mengeluh pusing, lemas, mual, nyeri ulu hati, dan pegal- Yulius Inkris, Anyela,
12.45 pegal Veronika

Luh Gde Putri, Ni Putri,


13.00 Sheilla
2 13 Januari 2021 08.00 Membantu memandikan di tempat tidur. Keadaan Umum : tampak Luh Gde Putri
sakit sedang, terpasang infus Otsu-RL 30 tetes/ menit di tangan
sebelah kiri dengan kesadaran Composmentis.
R : Pasien mengeluh pusing dan lemas.
H : Pasien tampak lebih segar.

Melakukan anamnesa riwayat kesehatan masa lalu dan melanjutkan


Pemeriksaan Fisik ekstremitas atas
08.15 R : pasien masih mengeluh lemas. Luh Gde Putri
H : pasien memberikan informasi tentang riewayat kesehatan masa
lalu.

Mengukur TTV
R : Pasien masih mengeluh pusing
H : suhu= 37,90C ; Tekanan Darah =110/60 mmHg ; nadi=

39
11.30 94x/menit. Luh Gde Putri

Memberikan Obat Oral Sanmol


R : pasien mengeluh pusing
H : pasien tidak muntah

12.20 Memonitor hasil pemeriksaan rutin Ht dan Trrombosit tanggal 12 Luh Gde Putri
Januari 2010
H : HT= 38 dan Trombosit= 104.000

12.45 Yulius Inkris Nugroho

3 14 Januari 2021 12.00 Mengkaji keluhan mual dan asupan nutrisi Anyela Yunarti
R : Pasien masih mengeluh mual
H : Pasien hanya menghabiskan 1 sendok nasi, buah pepaya habis
dan sayur kangkung habis

Melakukan Anamnesa data psikologis untuk melengkapi data-data


R : pasien tampak bingung
13.00 H : pasien memberikan informasi tentang data psikologis namun Ni Putri Putu

tidak jelas

Memonitor hasil pemeriksaan rutin Ht dan Trrombosit tanggal 13


Januari 2010
H : HT = 39 dan Trombosit = 80.000
13.10 Yulius Inkris Nugroho
40
4 15 Januari 2010 10.00 Menolong Pasien BAK di tempat tidur Veronika
R : Pasien mengeluh pusing
H : warna urine kuning agak pekat

Menolong Pasien BAK di tempat tidur


R :Pasien mengeluh lemas dan pusing
12.00 H : warna urine kuning agak pekat Luh Gde Putri

Mengobservasi Keadaan Umum Klien dan Memonitor tetesan infus


R : Pasien mengeluh pusing
H: Pasien tampak lebih sehat dari kemarin tetapi bibir pasien terlihat
12.15 kering dan ada terdapat luka Luh Gde Putri, Ni Putri, dan
Veronika
Membantu menyuapi makan dan minum
R : Pasien mengeluh lemas dan mual
H : Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi nasi tim, sayur bayam
habis , melon habis.

12.30 Memonitor hasil pemeriksaan rutin Ht dan Thrombosit tanggal 14 Ni Putri Putu
Januari 2010
Ht = 38 dan Trombosit = 58.000

12.45 Luh Gde Putri

41
5 16 Januari 2010 11.00 Mengukur Tanda-tanda Vital Anyela Yunarti
R : Pasien mengeluh masih pusing dan lemas
H :Suhu= 36,50C dan Nadi = 67x/menit

Melakukan anamnesa tentang data sosio-spiritual dan

12.30 memonitoring tetesan infus. Veronika dan Anyela Yunarti


R : Pasien mengeluh masih pusing dan lemas
H : Pasien memberikan inforasi tentang data sosio-spiritual.

Mengobservasi asupan nutrisi


R : Pasien mengeluh sedikit mual
H : pasien mampu menghabiskan ¾ porsi makanan Luh Gde Putri, Ni Putri,
12.45 Sheilla, Yulius Inkris
Memonitor hasil pemeriksaan rutin Ht dan Trrombosit tanggal 15
Januari 2010
Ht = 40 dan Trombosit = 56.000
Yulius Inkris Nugroho
13.00
6 17 Januari 2021 13.00 Mengkaji status kesehatan pasien Veronika dan Anyela Yunarti
R : pasien mengatakan sudah mampu untuk beraktivitas seperti
mandi
H :pasien mengatakan pusing sudah berkurang dan lebih sehat dari
hari kemarin serta bibir pasien terlihat sedikit kering lagi tetapi
masih terdapat petekie (bintik- bintik merah).

Veronika dan Anyela Yunarti


Mengobservasi asupan nutrisi pasien
13.30 R : pasien sudah tidak mual lagi jika makan nasi.
42
H : pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanan.
Veronika dan Anyela Yunarti
Memonitor hasil pemeriksaan rutin Ht dan Trrombosit tanggal 16
Januari 2010
14.00 Ht = 40 dan Trombosit = 36.000

V. EVALUASI KEPERAWATAN

NO TGL NO. DK EVALUASI NAMA &TTD


1 17 Januari I S:- Sheilla Putriana dan Luh Gde
2021 O : Infus Otsu-RL 30 tetes/menit masih terpasang di lengan kiri dan bibir Putri
masih terlihat sedikit kering
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
2 17 Januari II S : Masih ada pusing dan lemas Sheilla Putriana dan Luh Gde
2021 O : Masih adanya petekie Putri
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3 17 Januari III S : Klien tidak mengeluh mual kalau makan nasi Veronika dan Anyela Yunarti
2021 O : Mampu menghabiskan 1 porsi nasi
A : Masalah teratasi

43
P : Intervensi di hentikan
4 17 Januari IV S : Klien tidak mengeluh meriang Ni Putu Putri dan
2010 O : Suhu 37,50C Yulius Inkris Nugroho
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
5 17 Januari V S : Klien mengatakan pusing sudah berkurang Veronika dan Anyela Yunarti
2010 O : Klien mampu mandi sendiri
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

44
BAB IV
PENUTUP

1.1 Simpulan

DHF ( Dengue Hemoragic Fever ) merupakan penyakit yang menyerang


sistem hematologi dengan manifestasi klinis pusing, panas, lemas, mual, pegal-
pegal, penurunan trombosit serta perdarahan spontan seperti petekie.
Dari kasus ini Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah
➢ Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah
➢ Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake berkurang karena mual
➢ Hypertermi b.d proses infeksi virus DHF
➢ Gangguan aktivitas sehari-hari b.d penurunan O2 ke otak yang
mengakibatkan pusing

1.2 Saran

Diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui, memahami dan


mengaplikasikan cara melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa
keperawatan, meyusun perencanaan dan mengimplementasikannya serta
melakukan evaluasi pada klien dengan Diagnosa Medis DHF ( Dengue
Hemoragic Fever).
43

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC


Handayani, wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
hematologi. Jakarta : salemba medika.
Lemone, priscilia. 2004. Medical surgical nursing : crirical thinking in client care.
Jakarta : EGC.
Penerbit Ikatan Sarjana Indonesia.2005. Informasi Spesialite Obat ( ISO ). Jakarta :
PT. Ikrar Mandiri Abadi.
http://askepblogspot.com/2008/01/asuhankeperawatan pada klien dengan
DHF6163.html

Anda mungkin juga menyukai