Anda di halaman 1dari 39

Makalah Case 5:

Darah dan Urin

Tutorial C-2

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA


2014/2015

1
Case :

Halaman 1

Kehati-hatian memang diperlukan dalam berkendara. Lengah sedikit bisa


mengancam keselamatan bahkan mengancam jiwa. Seperti yang terjadi pada
Roni (19) yang mengalami luka serius karena motor yang dikendarainya bersama
temannya Dini (19) menabrak truk di Jalan Palem Raya, Jakarta Timur. Menurut
saksi mata, Roni tidak melihat truk didepanya karena membaca sms sambil
berkendara. Keduannya langsung dilarikan ke RS Persahabatan dan segera
mendapatkan pertolongan. Roni mengalami kehilangan banyak darah, sehingga
mengalami gangguan hemodinamik. hasil pemeriksaan darah menunjuklan kadar
hemoglobinnya turun sammpai 7 gr/ dl. Dokter mengatakan Roni membutuhkan
transfusi beberapa kantong darah darah segera, akan tetapi keluarga kesulitan
mencari golongan darah yang sama di PMI. Teman-temannya berinisiatif
mengumumkan melalui broadcast blackberry messenger bagi siapa yang
memiliki golongan darah dan bersedia diperiksa dan diambil darahnya untuk
donor.

Halaman 2

Dini, yang duduk di posisi belakang mengalami memar dan nyeri pada
perut bawah. Dokter UGD sudah melakukan pemeriksaan X-ray untuk
memastikan apakah ada fraktur tulang pelvis atau tidak. Setelah pemasangan
kateter, diketahui volume urine 200 cc, dan warnannya kuning kemerahan.
Orangtua Dini menanyakan pada dokter mengapa urine yang terkumpul pada
urine bag berwarna seperti itu. Dokter menjelaskan harus dipastikan apakah ada
robekan pada kandung kemih atau tidak. Karena itu Ia merencanakan
pemeriksaan urine rutin dan pemeriksaan USG.

Kedua orangtua korban merasa sedih dan tidak percaya anak-anak


mereka kecelakaan seperti ini. Sampai saat ini keduanya masih dirawat intensif
di RS Persahabatan.

2
Dari case diatas, kami pun mendapatkan problem sebagai berikut:

1. Bagaimana hemopoiesis terjadi?

2. Apa sajakah komposisi darah?

3. Bagaimana cara pemeriksaan darah?

4. Bagaimana gangguan hemodinamik mempengaruhi fungsi darah?

5. Bagaimana cara pemeriksaan urin?

Dari case hipotesis kami adalah Roni (19 tahun) mengalami gangguan
hemodinamik dan Dini (19 tahun) mengalami cedera pada bagian kandung
kemih.

Dari case tersebut, kami mendapatkan IDK (I Don’t Know) sebagai berikut:

1. Darah (definisi, hemopoisis, komposisi, pemeriksaan, gangguan hemodinamik)

2.Urine ( definisi, pembentukan, pemeriksaan)

3
DARAH

A. Pembentukan Sel-sel Darah


Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan sel-sel yang
matang (matur) akan dilepas ke dalam aliran darah.Terbentuk 8 macam sel yang
berbeda dan semua dihasilkan darri satu jenis sel batang pluripoten yang akan
menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda.Garis mieloblas menghasilkan
tiga jenis sel granulosit, sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan
sel agranulosit. Eritorist (sel daah merah) dan trombosit dibentuk dari garis
keturunannya masing-masing.

B. Metabolisme Darah
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam
arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian
oksigen ke jaringan (menyebabkan perubahan warna) dan menerima produk sisa
dari jaringan.

Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu:
a. Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit.


3. Menjaga stabilitas suhu tubuh.

Darah terdiri dari 2 komponen, yaitu:


1. Plasma darah
Plasma darah ialah bagian darah yang cair. Dalam plasma darah terlarut glukosa
dan asam-asam amino. Ion-ion yang banyak terdapat dalam plasma darah ialah
natrium dan klor. Plasma darah juga mengandung molekul-molekul protein, yaitu
serum albumin, serum globulin dan fibrinogen. Serum ialah cairan darah yang

4
tidak mengandung fibrinogen. Fibrinogen merupakan komponen untuk proses
pembekuan darah. Protein plasma juga berperan sebagai antibodi.

2. Sel-sel darah
Sel-sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
a. Eritrosit/sel darah merah
Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 um, dan tidak
memiliki nukleus. Eritrosit mengandung hemoglobin. Setiap hemoglobin terdiri
dari globin dan heme. Fungsi eritrosit adalah membawa oksigen dari paru-paru
ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.

b. Leukosit/sel darah putih


Leukosit mempunyai sebuah nukleus, tidak berwarna (bening), dan bentuknya
lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit, diameternya sekitar 10
um. Terdapat 7-10 x 10 leukosit perliter darah dan jumlah ini bisa meningkat
sampai 30-10 perliter darah bila ada infeksi di dalam badan. Peningkatan ini di
kenal sebagai leukositosis leukosit menunjukkan gerakan amuboid dan Leukosit
berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari pembuluh kapiler bila ditemukan
antigen. Proses keluarnya leukosit disebut diapedesis. Orang yang kelebihan
leukosit menderita penyakit Leukimia sedangkan orang yang kekurangan
Leukosit menderita penyakit Leukopenia.

Macam-macam leukosit, yaitu:


1) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a) Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jarinan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak
terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20% – 25% dan fungsi
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

b) Monosit, terbanyak di buat di sumsum merah. Lebih besar dari limfosit,


fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%.

5
2) Granulosit
Disebut juga leukosit granular, terdiri dari:

a) Neutrofil/polimor nuklear leukosit mempunyai inti sel yang berangkai kadang-


kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik
halus/granula, banyaknya 60% – 70%.
Fungsi Neutrofil: Memfagosit (memakan) bakteri.

b) Eosinofil. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula
dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
Fungsi eosinofil adalah membunuh cacing parasit, menghancurkan kompleks
antigen-antibodi, mencegah alergi.

c) Basofil, sel ini kecil daripada eosinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya
teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya
½% dari sumsum merah, fungsinya tidak diketahui.
Fungsi basofil:
Memecah zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat antikoagulan).
Fungsi leukosit:
Untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk.

c. Trombosit/keping darah
Trombosit berbentuk bulat kecil dan tidak mempunyai inti. Trombosit dibentuk
dari megakariosit, yaitu trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang.
Trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya dalam darah
adalah 8-12 hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang
dari 200.000 disebut trombositopenia. Terjadinya pembekuan di dalam plasma
darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya pembekuan darah,
yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka.
Fungsi trombosit yaitu memegang peranan penting dalam proses pembekuan
darah.

6
Komposisi Darah
Meskipun secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari
bagian yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak
banyak benda bundar kecil di dalamnya, yang dikenal sebagai korpuskulus
darah/sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, sedangkan cairan
tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma. Sel-sel
darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55%
seluruh volume darah.

C. Sistem Getah Bening (Limfe)


Limfe adalah cairan yang mengalir di dalam pembuluh limfe. Ia merupakan cairan
yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui sistem limfe (tempat
cairan tersebut disaring melalui kelenjar limfe untuk kepentingan pertahanan
imun).
Sistem limfe, jalur tambahan untuk mengembalikan cairan interstisium ke dalam
darah. Cairan yang difiltrasi keluar dari kapiler ke dalam cairan interstisium
sedikit lebih besar daripada cairan yang direabsorpsi dari cairan interstisium
kembali ke plasma. Cairan ekstra yang difiltrasi keluar akibat ketidakseimbangan
filtrasi-reabsorpsi ini diserap oleh sistem limfe. Sistem ini terdiri dari jaringan
pembuluh satu arah yang luas dan merupakan rute tambahan untuk
mengembalikan cairan interstisium ke dalam darah. Aliran limfe rata-rata adalah
3 liter, sedangkan aliran darah rata-rata per hari adalah 7.200 liter.
Fungsi Sistem Limfe
1. Mengembalikan kelebihan cairan filtrasi.
2. Pertahanan terhadap penyakit.
3. Transportasi lemak yang diserap usus.
4. Mengembalikan protein yang difiltrasi.

D. Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah komponen tambahan sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri dari
organ-organ yang memproduksi dan menyimpan limfosit, limfe, dan pembuluh-
pembuluh limfatik yang mengembalikan limfe ke sirkulasi.

Fungsi Sistem Limfatik


1. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam
7
jaringan tubuh.
2. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein di dalam
cairan jaringan ke dalam aliran darah.
3. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
4. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
5. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah
dicerna, terutama lemak.

8
PENENTUAN GOLONGAN DARAH

Ada 2 jenis penggolongan darah yang paling sering digunakan, yaitu ABO dan
Rhesus (Rhesus factor). Selain itu ada penggolongan darah yang lain yang
ditentukan berdasarkan antigen yang ada di sel darah merah.

1. System ABO
 Ditemukan oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1900. Terdiri dari 3 gen alel,
yaitu gen A,B,O.
 Gen A dan B untuk sintesis enzim specific penambahan karbohidrat
tunggal dan menstransformasi substansi H.
 Gen O adalah gen amorf dan tidak menstransformasi substansi H.
 Lalu Decastello dan Sturli menemukan gen darah AB.
 Untuk klasifikasi ABO didasarkan pada 2 jenis antigen(A dan B) di sel
darah merah, dan 2 antibodi ( A dan B) di plasma darah.
 - Golongan darah A memiliki antigen A dan antibody B.
- Golongan darah B memiliki antigen B dan antibody A.
- Golongan darah AB memiliki antigen A dan B, dan tidak memiliki antibody
A atau pun B.
- Golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B, dan memiliki antibody
A dan B.

 Pada pemeriksaaan lab:


 Golongan darah A, terjadi penggumpalan pada eritrosit yang dicampur
dengan anti-A dan anti-AB.
 Golongan darah B,terjadi penggumpalan pada eritrosit yang di campur
dengan anti-B dan anti AB
 Golongan darah AB terjadi penggumpalan pada eritrosit yang di campur
dengan anti A,anti B dan anti AB.
 Golongan darah O tidak terjadi penggumpalan pada eritrosit.

2. System Rhesus( Rhesus Faktor)


 Ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Weiner pada tahun 1940. Dinamakan
rhesus karena percobaan menggunakan darah kera rhesus.
9
 Golongan darah ditentukan oleh antigen Rh (antigen D)), sebenarnya ada
antigen C,c D,E,e. tapi antigen D yang terpenting.
 Antibody Rh bersifat imun yang dihasilkan dari transfuse atau kehamilan
sebelumnya.
 Orang yang begolongan darah Rh (+) berarti memiliki antigen Rh di dalam
darahnya, dan terjadi penggumpalan eritrosit saat tes dengan anti Rh (
antibody Rh)
 Orang yang bergolongan darah Rh (-) berarti tidak memiliki antigen Rh di
dalam darahnya, dan tidak terjadi penggumpalan pada saat eritrosit
dicampur dengan anti Rh.
 Bila seseorang mempunyai Rh(-) dan menerima transfuse Rh (+),maka
akan terbentuk antibody terhadap antigen Rh(+), biasanya terjadi pada
transfuse dan kehamilan

3. System Golongan Darah Lain


 Memiliki sedikit kepentingan dalam klinis.
 Dari system MNS,di dapat sel darah M.N dan MN, yang berguna untuk tes
kesuburan.
 Diego(+) ditemukan di Asia Selatan dan Amerika.
 Duffy(_) di temukan di Afrika.
 System Lutherans untuk mendeskripsikan 1 set 21 antigen.
 Selain itu ada system Colton,Kell,P,XG,dll.
Walaupun antibody system P,Lewis,Mn sering ditemukan, tapi antibody ini
hanya bereaksi pada suhu rendah sehingga tidak menimbulkan masalha klinis
dan antibody terhadap antigen nya jarang terdeteksi.

10
PRINSIP IMUNOHEMATOLOGI

Antigen dan Antibodi

Antigen adalah bahan.yang asing untuk badan,yang di dalam manusia atau


organisme multiseluler lain dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas.

Menurut sifat kimiawinya antigen dibedakan menjadi antigen protein,antigen


polipeptida sintetik,antigen karbohidrat dan sebagainya.

Menurut hubungan genetik dari asalnya antigen dan penerima antigen dibagi
menjadi:

 Antigen histokompabilitas
Adalah antigen yang menimbulkan reaksi pada transplantasi jaringan

 Auto-antigen
Adalah antigen yang dimiliki oleh seseorang akan tetapi karena suatu
sebab menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya

 Iso-antigen
Adalah antigen yang terdapat dalam individu lain dalam spesies yang
sama namun secara genetik dapat dikenal oleh penerima,misalnya
antigen yang menentukan golongan darah.

 Allo-antigen
Adalah antigen yang terdapat pada individu tertentu dan ternyata dapat
menimbulkan antibodi pada individu lain dalam satu spesies,karena
secara genetik antigen ini tidak dikenal oleh si penerima.

Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral.Melibatkan


pembentukan antibodi oleh limfosit B.Pada sel B,pengikatan dengan suatu
antigen akan menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi sel plasma,yang
menghasilkan antibodi yang menghasilkan antibodi yg mampu berikatan dengan
jenis antigen yang merangsang pmbentukan antibodi itu.sel plasma mati dalam
rentang usia 5- hari.

11
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe bergantung pada lokasi sel
plasma yang aktif,tapi semua antibodi pada akhirnya memperoleh akses ke
darah,tempat mereka di kenal sebagai imunoglobulin. Struktur dasar
imunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida,terdiri dari 2 rantai ”berat”
(heavy chain=H) dan 2 rantai ”ringan” (light chain=L) yang tersusun secara
simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida (interchain disulfide
bonds).

Ditemukan 2 macam rantai-L,yang disebut rantai-κ (kappa) dan rantai-λ


(lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu
dengan perbandingan rantai-κ 65% dan rantai-λ 35% atau rasio κ:λ adalah 2:1.

Imunoglobulin dikelompokkan menjadi 5 subkelas. Tiap kelas imunoglobulin


memiliki rantai-H tertentu,tapi semua kelas imunoglobin mempunyai rantai-κ atau
λ (dalam satu molekul selalu hanya satu macam saja). Rantai-H dari IgG disebut
juga rantai-γ (gamma),rantai-H dari IgA disebut rantai-α (alpha),rantai-H dari IgM
disebut rantai-μ (mu),rantai-H dari IgD disebut rantai-δ (delta),rantai-H dari IgE
disebut rantai-ε (epsilon).

 Imunoglobulin G (IgG)
Pada reaksi imun sekunder yang diproduksi terbanyak adalah IgG.karena
mampu menembus jaringan plasenta,IgG memberi proteksi utama pada
bayi. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus
mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. Mudah menyebar ke
dalam celah-celah ekstravaskular dan mempunyai peranan utama
menetralisis toksin kuman den melekat pada kuman sebagai persiapan
fagositosis. Ada 4 subclassess di sebut IgG1,IgG2,IgG3,dan IgG4.
perbedaanya terletak paa letak rantai-H yg disebut 1,2,3,4. perbedaan ini
besangkuan dengan beberapa fungsi biologis.

 Imunoglobulin A (IgA)
Ada di dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung
membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disebut rantai-
J. Dikeluarkan secara selektif dalam sekresi seperti air ludah,keringat,air
mata,lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi
saluran pencernaan (copro antobodies). Sekresi ini ditemukan dalam
bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan

12
suatu zat protein khusus,disebut secretory component. IgA yang keluar
dengan sekret juga diproduksi secara likal oleh sel plasma. IgA setelah
bergabung dengan antigen pada mikroorganisme berfungsi mencegah
melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

 Imunoglubulin M (IgM)
Terdapat dalam bentuk polimer terdiri dari 5 subunit molekul 4-peptida,
dihubungkan dengan rantai-J seperti pada IgA. Struktur primer menrut
Hilschman,dalam bentuk bebas diperkirakan berbentuk seperti
bintang,tapi bila berikat dengan permukaan sel ia akan berbentuk seperti
kepiting. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik,dan
karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah
maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakteremia.
Isohemaglutinin (anti-A,anti-B) pada golongn darah terdiri dari IgM.

 Imunoglobulin D (IgD)
Fungsi keseluruhannya belum jelas. Ditemukan sebagi antibodi terhadap
inti sel. Juga terdapat pada permukaan sel limfosit dalam tali pusar.
Mungkin merupakan reseptor yag pertama dalam permulaan kehidupan
sebelum diambil alih fungsinya oleh IgM dan imunoglobulin lain setelah
selt ubuh brdiferensiasi lebih jauh.

 Imunoglobulin E (IgE)
Dalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. Bila
disuntikkan dalam kulit akan terikat pada mast cells. Kontak dengan
antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cells dengan
pengeluaran zat amin yang vaso-aktif. Peranan biologi IgE belum
jelas,tapi kadar dalam serum akan naik pada infeksi parasit
tertentu,terutam infeksi oleh cacing. Mediator antibodi untuk respon
alergi,misalnya hay fever,asma,dan beberapa jenis virus.

Protein antibodi terdiri dari 4 rantai polipeptida yang saling berhubungan,2 rantai
panjang yang berat dan 2 rantai pendek yang ringan.,tersusun seperti huruf Y.
Karakteristik daerah lengan menentukan dengan antigen mana antibodi dapat
terikat. Bagian ekor menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang dilakukan
antbodi setelah berikatan dengan antigen).Sebuah antibodi memiliki 2 tempat
pengikatan antigen yg identik,satu di setiap ujung lengan.fragmen pengikat
13
antibodi ini khas untuk setiap antibodi,sehingga tiap antibodi hanya dapat
berinteraksi dengan satu jenis antigen,seperti kunci dan anak kunci.Bagian ekor
yang di sebut daerah konstan antibodi,mengandung tempat pengikatan untuk
mediator-mediator tertentu.

Kelas antibodi:
1. IgG - memberikan kekebalan jangka panjang atau perlindungan
2. IgM - pertama antibodi dihasilkan sebagai respons terhadap suatu rangsangan
antigenik
3. IgA - ditemukan di sekresi. Melindungi terhadap infeksi di urin, GI, dan
pernapasan traktat
4. IgE - terlibat dalam reaksi alergi
5. IGD - tidak banyak diketahui tentang hal itu. Permukaan reseptor limfosit B
6. Kelas paling penting dalam darah antibodi IgM dan perbankan adalah IgG, dan
sampai batas tertentu IgA

Imunitas yang diperantarai sel atau imunitas seluler.Menlibatan pembentukan


limfosit T aktif.Sel T tidak mengeluarkan antibodi.sel-sel ini harus berkontak
langsung dengan sel sasaran,suatu proses yang dikenal sebagai imunitas yang
di perantarai sel.Seperti sel B,Sel T bersifat klonal dan spesifik antigen.Sel T aktif
hanya apabila antigen tersebut disajikan pad permukaan suatu sel yang juga
membawa penanda identitas individu yang bersangkutan.Selama pematangan di
timuslah sel T belajar mengenal antigen asing hanya dalam kombinasi dengan
antigen jaringan individu itu sendiri.Biasanya,diperlukan waktu beberapa hari
sebelum sel T tersensifikasi atau teraktivasi bersiap untuk melancarkan serangan
imun seluler.

Ada 3 subpopulasi sel T:

 Sel T sitotoksik

Sasaran yang paling sering adalah sel pejamu yang sudah terinfeksi virus.
Sebagai keharusan agar virus dapat bertahan hidup,pembungkus virus yang
terdiri dari protein-protein antigenik menyatu dengan membran permukaan sel
pejamu.Sel T sitotoksik harus menghancurkan sel pejamu yang sudah terinveksi
virus.sel T sitotoksik menghancurkan sel korban dengan mengeluarkan zat-zat
kimiawi yang melisiskan sel sebelum replikasi virus dapat di mulai.

14
Sel T sitotoksik menghancurkan sel sasaran dengan mengeuarkan molekul-
molekul perforin,yang menembus membran permukaan sel sasaran dan menyatu
untuk membentuk saluran seperti pori-pori.Virus yang keluar setelah sel dirusak
kemudian secara langsung dihancurkan di cairan ekstrasel oleh sel-sle fagositik.

 Sel T penolong

Meningkatkan aspek respon imun terutama aspek limfokin.zat-zat perantara


kimiawi yang paling di kenal yang di hasilkan oleh sel T ini:

 Mengeluarkan aktor pertumbuhan sel B yang meningkatkan kemampuan


klon sel B aktif menghasilkan antibodi

 Mengeluarkan faktor pertumbuhan sel T,yang juga dikenal sebagai


interleukin.untuk menngkatkan aktifitassel T sitotoksin,sel T penekan,dan
sel T penolong.

 Sebagian zat kimia yang dihasilkan oleh sel T berfungsi sebagai


kemotaksin untuk menarik lebih banyak neutrofil dan calon makrofag ke
tempat invasi.

 Setelah makrofag ditarik ke daerah invasi,sel T penolong mengeluarkan


macrophage-migration inhibition factor.Suatu limfokin penting lain,yang
menahan sel-sel fagositik besar ini di tempat sehingga tidak dapat
bermigrasi ke luar.

Sel T penolong adalah yang paling banyak beredar dalam darah.

 Sel T penekan:

Berfungsi membatasi reaksi imun melalui mekanisme ”check and balance”


dengan limfosit yang lain.sel T penekan membatasi respon semua sel imun
lain.Melalui metode umpan balik negatif,sel T penolong mendorong sel T
penekan beraksi.Sel T penekan pada gilirannya menghambat sel T penolong dan
sel-sel lain yang untuk bertugas di pengaruhi oleh sel T penolong.Efek
inhibisioleh sel T penekan membantu mencegah reaksi imun berlebihan yang
dapt membahyakan tubuh.

15
Aglutinogen (Antigen) dan Aglutinin (Antibody)

 Aglutinogen/Antigen : -
Sistem imun tubuh yg berespon bahan yang asing untuk badan,yang di
dalam manusia atau organisme multiseluler lain , dapat memproduksi
Aglutinin/Antibody dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas
[untuk memusnahkan penyerang (benda asing)]

Zat yang digumpalkan oleh aglutinin  terdapat pada sel darah merah/eritrosit.

 Aglutinin/antibody :
-Zat yang menggumpalkan aglutinogen yang terdapat pada plasma darah.

-Protein yang diproduksi oleh limfosit sebagai akibat dari rangsangan oleh
antigen yang kemudian dapat berinteraksi secara khusus dengan antigen
tertentu

 Fungsi antibody  meningkatkan fungsi imun non spesifik yg sudah dimulai


oleh masuknya zat asing  memberi tanda /m’identifikasi benda asing sbg
suatu sasaran yg harus dihancurkan oleh sistem komplemen, fagosit/sel2
pembunuh sementara meningkatkan aktivitas berbagai sistem pertahanan.

Sistem penggolongan darah didasarkan pada Rx. Ag-Ab yang menentukan


kompabilitas/kecocokan darah.

Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel


darah merah A dan B.

 Golongan Darah
- Sistem ABO

Gol. Darah A Aglutinogen/Antigen A Aglutinin /Antibody B

Gol. Darah B Aglutinogen/Antigen B Aglutinin /Antibody A

Gol. Darah AB Aglutinogen/Antigen A,B TIDAK mempunyai Anti body

Gol. Darah 0 TIDAK mempunyai Antigen Aglutinin /Antibody A,B

16
 Aglutinin/antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut
agglutinin anti A dan agglutinin anti B.

Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (Ab)

Reaksi Antigen-Antibodi secara umum :


1) Jika seseorang sel memiliki antigen, antibodi seharusnya TIDAK hadir
dalam serum seseorang

2) Jika antibodi ke antigen golongan darah hadir dalam serum seseorang,


sel-sel nya pasti kekurangan antigen

3) Antigen berada di sel dan antibodi dalam serum.

 Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (Ab) yang terikat dalam erirosit
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) atau hemolisis
(ruptur/pecahnya sel darah merah).
 Aglutinasi & hemolisis eritrosit donor o/ antibodi di plasma resipien dapat
mengakibatkan rx. Transfusi yg kadang2 fatal. Gumpalan2
eritrosit donor dapat menyumbat pembuluh darah halus,

Ex :Ketidakcocokan transfusi : gagal ginjal akut, Akibat dikeluarkannya


sejumlah besar Hb dr eritrosit donor yang rusak. Bila kadar Hb bebas
dalam plasma melebihi kadar kritis tertentu, terjadi pengendapan Hb
di ginjal & penyumbatan struktur2 pembentuk urin

 Jk aglutinogen dan aglutinin yang "sesuai" bercampurRx.Aglutinasi

 Aglutinasi : istilah u/ proses yg terjadi ketika sel2 asing masuk ex: bakteri
atau transfusi darah yang tidak cocok berikatan bersama2 membentuk
gumpalan. Sherwood
(ex : peristiwa penggumpalan protein dalam darah sebagai reaksi atas
pemberian suatu antigen)

17
 Hemolisis dapat terjadi pada Rx. Ag-Ab, kelainan metabolik sel merah
yang secara signifikan memperpendek hidup sel darah merah, dan
trauma mekanis, seperti jantung prostesis.
 Hemolisis  Pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma).

 Bayi mengalami anemia.

 Hiperbilirubinemia (hemoglobin dipecahterbentuk

bilirubin.)

ABO - Rh Incompability

Inkompatibilitas ABO : Menyebabkan terbentuknya sistem imun ibu sebagai


respon terhadap sel darah bayi yang mengandung suatu antigen (ex : Pada ibu
dengan golongan darah O dengan janin yang mempunyai antigen A dan atau
antigen B)

Prinsip Inkompatibilitas :
Terjadi bila sel darah merah janin yang mengandung suatu antigen yang tidak
dimiliki oleh ibu masuk kedalam sirkulasi darah ibu Antigen tersebut
mensensitisasi sistem imun ibu untuk membentuk antibodi suatu protein yang
berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing
atau membawa benda asing (antigen) Terjadilah destruksi sel darah merah
janin.

Inkompatibilitas Rh : Suatu ketidaksesuaian Rh di dalam darah ibu hamil dan


darah bayinya.

 Inkompatibilitas Rh
 Terjadi jika ibu Rh(-) & janin memiliki Rh(+) yang berasal dari ayahnya.

 Darah janin bisa bercampur dengan darah ibu melalui plasenta (ari-ari),

terutama pada akhir kehamilan dan selama persalinan.


 Sel darah janin dianggap sebagai benda asing oleh tubuh ibunya,

18
sehingga ibu menghasilkan antibodi untuk menghancurkan eritrosit bayi.

Kadar antibodi pada tubuh ibu terus bertambah selama kehamilan dan

antibodi ini bisa melewati plasenta lalu masuk ke tubuh janin dan

menyebabkan beberapa eritrosit janin. kadang menyebabkan

penyakit hemolitik (sejenis anemia) pada bayi.


 Penyakit hemolitik pada janin (eritroblastosis fetalis) kelainan pada bayi di

mana telah terjadi inkompatibilitas Rh (bayi Rh + dan ibu Rh -).

ex : anemia hemolitik parah dan sakit kuning atau

 Pada bayi baru lahir (eritroblastosis neonatorum).

 Inkompatibilitas Rh lebih berbahaya daripada inkompatibilitas ABO


karena anti-Rh yang terbentuk lebih mudah masuk ke sirkulasi bayi melalui
plasenta dibandingkan anti-A atau anti-B.

19
TRANSFUSI DARAH

A. Syarat pendonor darah:


 Sukarelawan sehat, berumur 17-70 tahun.
 Berat badan minimal 45 kg.
 Temperature tubuh 36,6-37,5◦C (oral).
 Tekanan darah baik, yaitu systole = 110-180 mmHg, dan diastole = 70-
100 mmHg.
 Hemoglobin minimal, wanita = 12 gr dan pria = 12,5 gr.
 Tidak sedang dalam pengobatan.
 Tidak memiliki riwayat penyakit serius.
 Berisiko rendah menularkan agen infeksius.

B. Darah yang didonorkan secara rutin diperiksa:


 Untuk hepatitis B dan C, HIV 1 dan 2, Treponema pallidum.
 Secara serologis untuk menentukan golongan darah (A, B, O, atau AB)
dan rhesus (positif atau negative).
 Secara selektif, yaitu antibody tarhadap sitomegalovirus (CMV) digunakan
untuk mengidentifikasi donasi yang CMVnya negative, sehingga sesuai
untuk pasien tertentu.

C. Syarat dari pasien penerima donor:


 Golongan darah ABO dan Rh ditentukan.
 Serum ditapis untuk antibody yang penting melalui uji antiglobulin indirek
pada suatu panel besar eritrosit yang digolongkan secara antigenic.

D. Pada saat pencocokan silang

20
Serum pasien ditambahkan pada eritrosit donor dan diputar untuk menyingkirkan
aglutinasi (immediate spin/putaran segera). Beberapa unit juga melaksanakan uji
antiglobulin indirek serum pasien dengan eritrosit donor.

Tabel produk darah dan indikasinya pada transfusi darah:

PRODUK
INDIKASI KETERANGAN
DARAH
Merupakan pengobatan
Eritrosit Pada pasien perdarahan, anemia berat. terpilih untuk sebagian
besar transfusi.
Pada penderita neutropenia berat Dapat menyebarkan
Konsentrat
(<0,5x109/l) yang tidak berespons infeksi CMV
Granulosit
terhadap terapi antibiotik. (sitomegalovirus).
 Trombositopenia <50x109/L, jika ada
perdarahan signifikan atau sebelum
prosedur invasif. Transfusi trombosit harus
Konsentrat  Trombositopenia <10x109/L, transfusi dihindari pada purpura
prolaktik diperlukan pada pasien trombositopenia autoimun
Trombosit pascakemoterapi atau transplantasi
kecuali jika terdapat
sel stem.
 Defek fungsi trombosit (jika ada perdarahan berat.
perdarahan atau sebelum
pembedahan.
Untuk mengganti faktor-faktor koagulasi
(misalnya jika tidak tersedia konsentrat
spesifik), setelah transfusi masif, pada
Preparat Plasma Plasma adalah
penyakit hati dan DIC (koagulasi
Manusia (Fresh pengembang volume
intravascular diseminata), setelah
Frozen Plasma) yang berguna.
operasi pintas kardiopulmonal, untuk
menghentikan efek warfarin, dan pada
purpura trombositopenia trombostik.
Dalam penanganan syok hipovolemik,
Merupakan pengembang
Larutan pengganti plasma pada pasien yang
volume plasma yang
Albumin menjalani plasmaferesis dan kadang-
bermanfaat saat
Manusia (4,5%) kadang sebagai pengganti protein pada
diperlukan efek osmotik.
pasien hipoalbuminemia tertentu.
Larutan
Albumin Tidak dianjurkan sebagai
Pada penderita sindrom nefrotik atau
Manusia 20% pengembang volume
gagal hati.
(albumin rendah plasma umum.
garam)
Digunakan secara luas sebagai terapi Diperoleh dengan
pengganti pada hemophilia A dan mencairkan plasma beku
Kriopresipitat
penyakit von Willebrand sebelum segar pada suhu 4 C dan
tersedia preparat faktor VIII yang lebih mengandung konsentrat

21
murni. faktor VIII&fibrinogen.
Konsentrat
Digunakan untuk mengobati hemophilia
Faktor VIII
A atau penyakit von Willebrand.
freeze-dried
Konsentrat Digunakan untuk mengobati defisiensi
Kompleks faktor IX (penyakit Christmas), kadang
Faktor IX- digunakan juga pada penderita penyakit
Protombin hati atau perdarahan berat setelah
freeze-dried overdosis antikoagulan oral
Diberikan pada kasus sepsis berat
Konsentrat dengan koagulasi intravascular
Protein C diseminata, seperti septicemia
meningokokus.
Diberikan pada kasus
Merupakan sumber utama
hipogamaglobulinemia sebagai proteksi
Imunoglobulin antibody terhadap virus
terhadap penyakit akibat bakteri dan
yang lazim.
virus.

22
INTERPRETASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Alat-alat Untuk Pemeriksaan Hematologi

1. Lanset Darah
- Adalah sebuah alat yang tajam ujungnya dan melebar.
- Lanset darah yang baik digunakan adalah yang sekali pakai ( Disposable ).
- Lanset dapat digunakan berkali – kali, asal telah disterilkan dengan cara
otoklaf agar terbebas dari hama.
- Tidak boleh memasak lanset dalam air, merendam dalam alcohol, apalagi
menghapusnya dengan kapas basah.

2. Jarum dan Semprit


- Darah vena diperoleh dengan jalan fungsi vena.
- Jarum yang digunakan hendaknya cukup besar, dengan ujung yang
runcing, tajam dan lurus.
- Dianjurkan menggunakan jarum dan semprit yang disposable.
- Semprit yang banyak digunakan dalam pemeriksaan hematologi adalah
yang bervolume 2 dan 5 ml.
- Dianjurkan pula menggunakan “ jarum – tabung sterill “ ( Vacutainer,
Venoject ) yaitu jarum yang dilengkapi tabung gelas hampa udara.
Gambar jarum:

23
Gambar semprit:

3. Tabung dan Pipet Wintrobe


- Tabung Wintrobe adalah tabung yang dibuat dari kaca tebal, dengan p:12
cm, d:2,5 mm, garis mm pada permukaan bertandakan 0 – 100, pada
permukaan lain 100 – 0.
- Pipet Wintrobe yang dipergunakan khusus pada tabung ini memiliki pipa
logam panjang dan sempit.
- Pipet digunakan untuk mengisi tabung itu dengan darah tanpa gelembung
hawa dan dapat dipakai juga untuk membersihkan tabung.

4. Pipet Westergren
- Panjang ± 30 mm, diameter 2,5 mm.
- Terdapat garis mm dari 0 – 200 ; gari 200 mm ada dipuncak bawah pipet.

24
5. Kaca Objek dan Kaca Penutup
- Kaca objek berukuran 1x3 inci, memiliki pinggiran yang diratakan.
- Kaca penutup harus tipis agar dapat dipakai untuk pemeriksaan
mikroskopik dengan lensa imersi.
- Kaca penutup No. 0 (0,085 – 0,13), No. 1 (0,13 – 0,16), No. 1,5 (0,16 –
0,19) untuk lensa objektif 40 / 45 kali, No.2 (0,19 – 0,25) untuk lensa
objektif 10 kali atau kurang.

6. Hemoglobinmeter ( Hemometer )
- Hemometer Sahli adalah alat pengukur kadar Hb berdasarkan cara
hematin asam dan terdiri atas alat pembanding warna, tabung pengencer,
pipet darah, dan pipet pengencer.

25
- Memilliki 2 garis tanda ; yang pertama menunjukkan kadar Hb dalam % ;
yang kedua menunujukkan kadar Hb dalam gram / 100 ml darah ( g/dl ).
- Pipet darah yang terdapat pada hemometer memiliki garis tanda 20 mm3 (
20 ul ).
- Pipet pengencer adalah pipet polos biasa untuk meneteskan cairan.

7. Hemositometer
- Dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung,
kaca penutup dan 2 macam pipet.

Bahan dan Pengumpul Serta Penanganan Spesimen

1. Darah Kapiler
- Pada orang dewasa diujung jari / anak daun telinga.
- Pada bayi dan anak kecil di tumit / ibu jari kaki.
- Tidak boleh diambil ditempat yang memperlihatkan gangguan peredaran
darah c/ cyanosis atau pucat.
Pengumpulan dan Penanganan :
26
Membersihkan tempat dengan alcohol 70% dan biarkan sampai kering
kembali.
Memegang dan menekan bagian yang akan ditusuk.
Menusuk dengan cepat menggunakan lanset steril, pada jari tegak lurus
dengan garis – garis sidik kulit jari. Bila di anak daun telinga menusuknya di
pinggir bukan di sisi. Tusukan harus cukup dalam agar darah mudah keluar.
Jangan menekan – nekan jari / telinga agar dapat cukup darah, karena
darah tersebut telah bercampur dengan cairan jaringan, sehingga lebih
encer dan menyebabkan kesalahan.
Buang tetesan darah pertama keluar. Gunakan darah yang berikutnya.

2. Darah Vena
- Pada orang dewasa dari salah satu vena dalam fossa cubiti.
- Pada bayi vena jugularis superficialis atau dari sinus sagitallis superior.
Pengumpulan dan Penanganan:
Membersihkan tempat dengan alcohol 70% dan biarkan sampai kering
kembali.
Jika memakai fossa cubiti, dengan memasang ikatan pembendung pada
lengan atas, kemudian mengepal dan membuka tangan agar vena terlihat
jelas.
Menegakkan kulit diatas vena dengan jari – jari tangan kiri agar vena tidak
bergerak.
Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dengan tangan kanan, sampai
ujung jarum masuk kedalam lumen vena.
Lepaskan pembendung, dan pelan – pelan tarik penghisap semprit sampai
jumlah darah yang diinginkan.
Taruh kapas diatas jarum dan cabut semprit + jarum.
Menekan bekas suntikan dengan kapas.
Mengangkat jarum dar semprit dan mengalirkan darh ke dalam wadah /
tabung.

3. Darah Oxalat
- Digunakan untuk pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit – eritrosit –
trombosit – dan retikulosit, penetapan laju endapan menurut Wintrobe,
nilai Hematokrit dan lain – lain.

27
- Tidak baik digunakan untuk membuat sediaan apus, karena
menyebabkan perubahan bentuk pada inti retikulosit.
- Pemeriksaan tidak boleh ditunda – tunda karena eritrosit – eritrosit
cendrung menggumpal sehingga sukar menghitung eritrosit dan
berpengaruh pada laju endapan darah.
- Jika ditunda terdapat batas waktu pemeriksaan : Hb, Leukosit & eritrosit
24 jam; Ht, Rt, & laju endapan darah 3 jam ; trombosit 1 jam.
Pengumpulan dan Penanganan Darah Oxalat:
Mencampurkan oxalate seimbang kering dengan 2 / 5 ml darah vena, dan
membolak – balik botol terseebut itu lambat – lambat selama 30 detik / lebih.

4. Darah EDTA
- Dipakai untuk pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, eritrosit, trombosit,
Rt, Ht, laju endapan darah Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak untuk
percobaan Hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit.
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera, jika perlu disimpan dilemari es
(4 drajat C ).
- Darah EDTA yang disimpan dilemari es slm 24 jam memilki nilai Ht lebih
tinggi.
Pengumpulan dan Penanganan Darah EDTA
Mencampurkan darah vena 2 ml kedalam botol atau tabung yang berisi 2 ml
EDTA dengan antikoagulans EDTAselama 60 detik atau lebih.

Kesalahan-kesalahan yang Mempengaruhi Hasil Lab

Darah Kapiler:

- mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan


peradangan, seperti vasokontriksi ( pucat ), vasodilatasi ( radang / trauma ,
kongesti atau Cyanosis setempat.
- tusukkan kurang dalam ; darah harus diperas keluar.
- kulit yang ditusuk masih basah alcohol.
- tetes darah pertma yang dipakai untuk pemeriksaan.
- terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

28
Darah Vena:

- Menggunakan semprit dan jarum basah.


- Menggunakan ikatan pembendung terlalu lama / terlalu keras yang
mengakibatkan hemokonsentrasi.
- Terjadinya bekuan dalam semprit karena lambatnya kerja.
- Terjadinya bekuan dalam botol, karena tidak dicampur semestinya dengan
oxalate kering / antikoagulans lain.

Menghitung Retikulosit

Retikulosit adalah sebagian kecil RNA yang tertinggal dalam eritrosit setelah
eritrosit muda kehilangan intinya.

- Rt hanya bisa dinyatakan dalam eritrosit yang masih hidup, bila telah mati /
mongering eritrosit tidak dapat dipulas ( pulasan vital ).
- Pulasan vital dapat digunakan Brilliantcresylblue / Newmethyleneblue.
- Jumlah Rt menggambarkan produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
- Normal Rt : 0,5 – 1,5 % dari jumalh eritrosit (25.000 – 75.000 Rt / ul darah).
- Baik sediaan kering ataupun basah harus dibuat benar – benar tipis , Karena
eritrosit harus tampak erpisah 1 dengan yang lainnya.

Laju Endapan Darah

Untuk penetapan laju eritrosit – eritrosit mengendap diperlukan darah yang tidak
membeku, karena itu biasanya digunakan semacam anti – koagulans.

Cara Wintrobe :

- Dengan darah Oxalat / EDTA.


- Memakai pipet Wintrobe dan tabung Wintrobe lalu memasukkan darah
kedalamnya, jangan sampai terjadi gelembung hawa / busa.
- Biarkan tabungtegak lurus pada 1 tempat dan diamkan 60 menit.

Cara Westergren:

29
- Menggunakan semprit yang terisi 0,4 ml larutan Natriumsitrat 3,8% untuk
mengambil 1,6 ml darah vena (sehingga mendapat 2,0 ml campuran).
- Memasukkan dalam tabung dan dicampur.
- Dengan pipet Westergren sampai tanda 0 mm, biarkan pipet tegak lurus
dalam rak westergren slama 60 menit.

Nilai normal:

 Wintrobe : wanita ≤20 mm / 1 jam

Pria ≤10 mm / 1 jam

 Westergren : wanita ≤15 mm / 1 jam

Pria ≤10 mm / 1 jam

Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah (% dari
volume darah tersebut). Dinilai atau dapat ditentukan dengan darah vena / darah
kapiler.

Makrometode Wintrobe

- Tabung Wintrobe, darah oxalate, heparin / EDTA.


- Di sentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

Micrometode

- Disentrifuge dengan ≥ 16.000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit).

Nilai normal Ht pada wanita 37 – 40 %, dan pada pria 40 – 48 %. Kesalahan


metodik biasa terjadi kira – kira ± 2%. Dalam sentrifuge yang cukup besar
(memakai makrometode) dcapai kekuatan pelantingan (relative centrifugal force)
sebesar 2.260 gr. Tabung khusus mikrokapiler memilki panjang 75 mm dan
diameter dalam 1,2 – 1,5 mm.

30
Penetapan Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, yang


banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan kolorimetrik
visual.

1.Cara Fotoelektrik

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemiglobinsianida)


dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kaliumsianida.Absorbansi
larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin (
natriumbikarbonat 1 g ; kaliumsianida 50mg ; kaliumferrisianida 200 mg; aqua
dest ad 1000 ml ) yang dipakai pada cara ini mengubah
hemoglobin,oksihemoglobin,methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi
sianmethemoglobin . Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut
diukur.

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard sianmethemoglobin
yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitiannya ± 2%.
Larutan Drabkin adakalanya dapat ditambah sedikit detergen supaya perubahan
menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat.
Larutan Drabkin tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena
mengandung sedikit sianida.

Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan dalam


fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih
tinggi dapat dikarenakan leukositosis, lipemia, dan adanya globulin abnormal
seperti pada makroglobulinemia.

Hasil pemeriksaan sianmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh


menyebutkan satua angka (digit) dibelakang tanda desimal. 2 digit tidak
bermakna.

2. Cara Sahli

31
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu. Bukan merupakan
cara yang teliti. Kelemahan bahwa kalorimeter visual tidak diteliti, hematin asam
bukan merupakan larutan sejati dan alatnya tidak dapat distandarkan, tidak
semua hemoglobin dirubah menjadi hematin asam misalnya
karboxyhemoglobin,methemoglobin dan sulfhemoglobin.

Ketelitian ± 10 %, cara kalorimeter lain dilaporkan dengan meloncat-loncat ½


g/dl, sehingga laporan hasil menjadi umpama 11, 11 ½ ,12, 12 ½,13 g/dl.
Sehingga ketelitian dan ketepatan pelaporan kurang memadai. Alat
hemoglobinometer dibuat banyak pabrik sehingga kelainan2 dan ketepatannya
berkurang,ada juga cara lain berdasarkan kolorimetri dengan hematin asam.

Kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli:

1. Tidak tepat mengambil 20 ul darah


2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan kedalam HCI karena tidak
dibilas
3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu
mengencerkan
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
pembandingan warna
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya, tabung itu
dibolak-balikan dengan menutupnya dengan ujung jari.
6. Ada gelembung udara di permukaan pada saat membaca
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang
dipakai.

Menghitung sel-sel darah

Ketiga jenis sel darah, leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung jumlahnya
persatuan voluma dengan terlebih dahulu membuat pengenceran dari darah
yang diperiksa. Terdapat alat elektronik yang dapat dihubungkan dengan
komputer kecil yang dapat memberi data mengenai penghitung eritrosit rata-rata
dan nilai hemoglobin rata-rata namun harganya sangat mahal dan memerlukan
pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat,metodenya tidak dijelaskan
32
sehingga diperlukan jaminan mutu (quality control). Cara-cara yang manual
dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam
laboratorium klinik.

Menghitung Leukosit

Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian kemudian kedalam kamar


hitung.jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu ; dengan mengenakan
faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan

Larutan pengencer ialah larutan Truk yang mempunyai susunan : larutan


gentianviolet 1% dalam air 1 ml,asam asetat glasial 1ml ; aquadest ad 100ml.
Saring sebelum dipakai.

Perhitungan : pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20 kali. Jumlah semua
sel yang dihitung dalam keempat bidang dibagi empat menunjukan jumlah
leukosit dalam 1 ul darah. Singkatnya jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah
leukosit per ul darah.

Pengnceran yang lazim 20 kali tetapi pengencerean itu dapat diubah sesuai
keadaan misalnya pada leukositosis pengenceran dijadikan lebih tinggi dan lebih
rendah pada leukopenia.

Jagalah dalam segala tindaka agar pengenceran yang telah dicapai dalam pipet
itu tidak terganggu,itu menimbulkan kesalahan.

Jika darah tepi mengandung banyak sel darah merah berinti maka akan ikut
diperhitungkan seperti leukosit. Dengan perhitungan misalnya didapat 10.000
leukosit ul darah dan dari hitung jenis ternyata tiap 100 leukosit ada 25 sel darah
25
merah berinti, maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah 10000− (100+25 ×

10000 = 8000 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ

Ketelitian ± 10 %

Kesalahan-kesalahan:

1. Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat jika :

33
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada kebekuan darah.
b. tidak mencapai garis tanda 0,5.
c. membaca dengan paralaks.
d. memakai pipet basah.
e. mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati
garis-tanda 0,5.

2. Pengenceran dalam pipet salah jika :

a. kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke dalam botol


berisi larutan Türkkaca.
b. tidak menghisap cairan TÜrk tepat sampai garis 11.
c. terjadi gelembung udara di dalam pipet pada waktu mengisap larutan
TÜrk.
d. terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu
mencabut karet pengisap dari pipet.

3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan TÜrk.

4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.

5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.

6. Yang bertalian dengan kamar hitung dan tehnik menghitung.

a. kamar hitung atau kaca penutup kotor.


b. ada gelombang udara bersama dengan cairan.
c. letak kaca penutup salah.
d. meja mikroskop tidak rata air.
e. salah menghitung sel yang menyinggung garis-garis dasar.
f. kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop.

Menghitung sel Eosinofil

Cairan pengencer untuk tujuan dihasilkan jumlah sel eusinofil saja dalam 1 ul
darah ialah yang mengandung eosin yang memberi warna merah kepada granula
eosinofil. Salah cairan pengencer mempunyai susunan : larutan eosin 2% 5 ml

34
dan aqua dest ad 100 ml. Larutan hanya tahan satu minggu dan harus disimpan
dalam lemari es serta disaring sebelum memakainya.

 Perhitungan

Pengenceran darah adalah 10 kali ; sel-sel eosinofil yang dihitung terdapat dalam
ruang sebesar 0,9 mm3 . jumlah sel eosinofil yang dihitung dikali 10 X 10 : 9 ialah
jumlah per ul darah.

Karena jumlahnya kecil, menghitung sel eosinofil tidak dapat dilakukan dengan
keetelitian yang sama seperti menghitung leukosit. Kesalahan ±35 %

Ketelitian dapat dipertinggi jika menggunakan kamar hitung yang lebih besar
volumnya, contoh Fuchs Rosenthal yang luasnya 16 mm2 dan tingginya 0,2 mm.
Jumlah sel eosinofil per ul darah

𝑛 𝑥 10
menjadi ( n adalah angka semua sel eosinofil yang terdapat dalam kamr
3,2

hitung Fuchs-Rosenthal.

Menghitung Eritrosit

Darah diencerkan dalam pipa eritrosit, kemudian dimasukan ke dalam


kamarhitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam voluma tertentu; dengan
menggunakan faktor konversi jumlah eritrosit per ul darah dapat
diperhitungkan.larutan pengencer dipakai larutan Hayem; natriumsulfat (berair
kristal) 5 g; natriumchlorida 1 g; mercurichlorida 0,5 g;aquades ad 200 ml. Juga
boleh dipakai larutan Gowers : natriumsulfat 12,5 g; asam asetat glasial 33,3 ml;
aqua dest ad 200 ml. Saring larutan sebelum dipakai. Pengenceran dapat
dirubah sesuai dengan keadaan misal eritrositosis atau anemia.untuk
mengecilkan kesalahan tehnik harus sekurrang-kurangnya 400 eritrosit dihitung
dalam kamar hitung.

Ketelitian ±15 %.

 Perhitungan

Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali.luas tiap bidang kecil 1/400 mm2,
tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit dihitung dalam 5 x 16 bidang
35
kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm2 . faktor untuk mendapatkan
jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000

 Kesalahan –kesalahan pada tindakan menghitung eritrosit

Pada umumnya sama seperti kesalahan tindakan menghitung leukosit, Satu


kesalahan khusus yang sering dibuat adalah menghitung jumlah eritrosit
memakai lensa objektif kecil, yaitu objektif 10 kali, sehingga sangat tidak teliti
hasilnya.

Membuat sediaan apus darah

A. Memakai kaca objek

Kaca objek harus kering, bebas debu dan bebas lemak. Untuk menggeserkan
darah kepada kaca itu pakailah kaca objek lain yang sisi pendeknya rata sekali.

Sediaan apus hendaknya cepat kering pada kaca; sediaan yang lambat
mengering umpamanya oleh hawa lembab sering mengalami perubahan
morfologi eritrosit.

Darah kapiler segar yang sebaiknya dipakai untuk membuat sediaan apus, darah
vena yang dicampur heparin dan EDTA bisa dipakai juga tetapi jangan memakai
darah oxalat karena morfologi leukosit akan sangat berubah. Penyebaran
leukosit pada sediaan apus yang dibuat dengan cara memakai kaca objek tidak
merata, leukosit kecil-kecil selalu lebih banyak terdapat ditengah-tengah,
sedangkan yang besar-besar lebih banyak dipinggir-pinggir. Semakin buruk
sediaan semakin kurang baik penyebaran itu.

Ciri-ciri sediaan baik:

1. sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya ½ sampai 2/3
panjang kaca.

2. pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa; pada bagian
itu eritrosit-eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak menyusun
gumpalan atau rouleaux

36
3. pinggir sediaan itu rata dan sediaan tidak boleh berlobang-lobang atau
bergaris-garis

4. penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit-leukosit itu tidak boleh


berhimpun pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan.

B. Memakai kaca penutup

Kaca penutup yang dipakai harus yang cukup tipis ( no. 0 ) sehingga dapat
diperiksa dengan lensa imersi. Selain itu harus juga kering dan bersih.

Catatan:

Cara ini memberi penyebaran leukosit yang lebih baik dari sediaan apus seperti
dibuat dengan dua kaca objek. Untuk memulasnya juga diperlukan kurang
banyak bahan. Kelemahan adalah bahwa sediaan semacam ini harus direkatkan
lagi kepada sebuah kaca objek untuk memeriksanya.

Menghitung Trombosit

Trombosit sukar dihitung karena mudah skali pecah dan karena sukar dibadakan
dari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan
asing ( bukan endotel utuh ) dan menggumpal-gumpal.

Cara yang lazim dipakai ialah cara langsung dan cara tak langsung. Pada ccara
tak langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan
jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.

Guna mencegah trombosit-trombosit meleekat pada permukaan asing dianjurkan


menggunakan alat-alat gelas yang dilapisi silikon ( siliconized ) atau alat-alat
plastik. Metode itu, apalagi kalau digabung dengan mikroskop fase kontrast,
memberi hasil yang sangat teliti. Metode-metode yang terakhir disebut tidak
diuraikan disini.

 Cara:
a. Cara langsung ( Rees dan Ecker )

37
Darah yang diencerkan dengan larutan Rees ecker dan jumlah trombosit dihitung
dalam kamar hitung. Larutan Rees Ecker: natriumsitrat 3,8 g; lar. Formaldehida
40% 2 ml; brilliantcresylblue 30 mg; aqua dest ad 100 ml. Larutan harus disaring
sebelum dipakai.

b. Cara tak langsung ( fonio )

Catatan:

Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara


menghitungnya. Sering dipastikan nilai normal itu antara 200.000 dan 500.000
per ul darah.

Karena sukarnya dihitung, penilaian semikuantitatif tentang jumlah trombosit


dalam sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaring.

Sediaan basah untuk menghitung retikulosit juga dapat dipakai secara tak
langsung untuk menghitung trombosit : sediaan basah itu harus sangat tipis
dibuat sehingga eritrosit-eritrosit terpisah letaknya.

Larutan menurut Demeshek dapat dipakai sebagai pengganti larutan


magnesiumsulfat 14 % dalam cara tak langsung : sacharosa 8 g : natriumsitrat
0,04g : aqua dest 100 ml : kemudian ditambah brilliantcresyblue 150 mg dan 3
tetes larutan formaldehida 10%.

Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan electronic particle


counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium jika
harus banyak melakukan pemeriksaan menghitung trombosit. Akan tetapi cara ini
maasih dilekati macam-macam kelemahan: jika hendak memakainya perlu
mengadakan kontrol dengan ketat.

38
REFERENSI

Hoffbrand, A.V. 2005. Hematologi Edisi 4. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC

Junqueira, Luiz Carloz., Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas Edisi
10. Jakarta: EGC

Mehta, Atul., Victor Hoffbrand. 2008. At a Glance Hematologi Edisi Kedua.


Jakarta: Erlangga

39

Anda mungkin juga menyukai