Tutorial C-2
1
Case :
Halaman 1
Halaman 2
Dini, yang duduk di posisi belakang mengalami memar dan nyeri pada
perut bawah. Dokter UGD sudah melakukan pemeriksaan X-ray untuk
memastikan apakah ada fraktur tulang pelvis atau tidak. Setelah pemasangan
kateter, diketahui volume urine 200 cc, dan warnannya kuning kemerahan.
Orangtua Dini menanyakan pada dokter mengapa urine yang terkumpul pada
urine bag berwarna seperti itu. Dokter menjelaskan harus dipastikan apakah ada
robekan pada kandung kemih atau tidak. Karena itu Ia merencanakan
pemeriksaan urine rutin dan pemeriksaan USG.
2
Dari case diatas, kami pun mendapatkan problem sebagai berikut:
Dari case hipotesis kami adalah Roni (19 tahun) mengalami gangguan
hemodinamik dan Dini (19 tahun) mengalami cedera pada bagian kandung
kemih.
Dari case tersebut, kami mendapatkan IDK (I Don’t Know) sebagai berikut:
3
DARAH
B. Metabolisme Darah
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam
arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian
oksigen ke jaringan (menyebabkan perubahan warna) dan menerima produk sisa
dari jaringan.
Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu:
a. Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
4
tidak mengandung fibrinogen. Fibrinogen merupakan komponen untuk proses
pembekuan darah. Protein plasma juga berperan sebagai antibodi.
2. Sel-sel darah
Sel-sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
a. Eritrosit/sel darah merah
Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 um, dan tidak
memiliki nukleus. Eritrosit mengandung hemoglobin. Setiap hemoglobin terdiri
dari globin dan heme. Fungsi eritrosit adalah membawa oksigen dari paru-paru
ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.
5
2) Granulosit
Disebut juga leukosit granular, terdiri dari:
b) Eosinofil. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula
dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
Fungsi eosinofil adalah membunuh cacing parasit, menghancurkan kompleks
antigen-antibodi, mencegah alergi.
c) Basofil, sel ini kecil daripada eosinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya
teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya
½% dari sumsum merah, fungsinya tidak diketahui.
Fungsi basofil:
Memecah zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat antikoagulan).
Fungsi leukosit:
Untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk.
c. Trombosit/keping darah
Trombosit berbentuk bulat kecil dan tidak mempunyai inti. Trombosit dibentuk
dari megakariosit, yaitu trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang.
Trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya dalam darah
adalah 8-12 hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang
dari 200.000 disebut trombositopenia. Terjadinya pembekuan di dalam plasma
darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya pembekuan darah,
yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka.
Fungsi trombosit yaitu memegang peranan penting dalam proses pembekuan
darah.
6
Komposisi Darah
Meskipun secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari
bagian yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak
banyak benda bundar kecil di dalamnya, yang dikenal sebagai korpuskulus
darah/sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, sedangkan cairan
tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma. Sel-sel
darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55%
seluruh volume darah.
D. Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah komponen tambahan sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri dari
organ-organ yang memproduksi dan menyimpan limfosit, limfe, dan pembuluh-
pembuluh limfatik yang mengembalikan limfe ke sirkulasi.
8
PENENTUAN GOLONGAN DARAH
Ada 2 jenis penggolongan darah yang paling sering digunakan, yaitu ABO dan
Rhesus (Rhesus factor). Selain itu ada penggolongan darah yang lain yang
ditentukan berdasarkan antigen yang ada di sel darah merah.
1. System ABO
Ditemukan oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1900. Terdiri dari 3 gen alel,
yaitu gen A,B,O.
Gen A dan B untuk sintesis enzim specific penambahan karbohidrat
tunggal dan menstransformasi substansi H.
Gen O adalah gen amorf dan tidak menstransformasi substansi H.
Lalu Decastello dan Sturli menemukan gen darah AB.
Untuk klasifikasi ABO didasarkan pada 2 jenis antigen(A dan B) di sel
darah merah, dan 2 antibodi ( A dan B) di plasma darah.
- Golongan darah A memiliki antigen A dan antibody B.
- Golongan darah B memiliki antigen B dan antibody A.
- Golongan darah AB memiliki antigen A dan B, dan tidak memiliki antibody
A atau pun B.
- Golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B, dan memiliki antibody
A dan B.
10
PRINSIP IMUNOHEMATOLOGI
Menurut hubungan genetik dari asalnya antigen dan penerima antigen dibagi
menjadi:
Antigen histokompabilitas
Adalah antigen yang menimbulkan reaksi pada transplantasi jaringan
Auto-antigen
Adalah antigen yang dimiliki oleh seseorang akan tetapi karena suatu
sebab menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya
Iso-antigen
Adalah antigen yang terdapat dalam individu lain dalam spesies yang
sama namun secara genetik dapat dikenal oleh penerima,misalnya
antigen yang menentukan golongan darah.
Allo-antigen
Adalah antigen yang terdapat pada individu tertentu dan ternyata dapat
menimbulkan antibodi pada individu lain dalam satu spesies,karena
secara genetik antigen ini tidak dikenal oleh si penerima.
11
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe bergantung pada lokasi sel
plasma yang aktif,tapi semua antibodi pada akhirnya memperoleh akses ke
darah,tempat mereka di kenal sebagai imunoglobulin. Struktur dasar
imunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida,terdiri dari 2 rantai ”berat”
(heavy chain=H) dan 2 rantai ”ringan” (light chain=L) yang tersusun secara
simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida (interchain disulfide
bonds).
Imunoglobulin G (IgG)
Pada reaksi imun sekunder yang diproduksi terbanyak adalah IgG.karena
mampu menembus jaringan plasenta,IgG memberi proteksi utama pada
bayi. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus
mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. Mudah menyebar ke
dalam celah-celah ekstravaskular dan mempunyai peranan utama
menetralisis toksin kuman den melekat pada kuman sebagai persiapan
fagositosis. Ada 4 subclassess di sebut IgG1,IgG2,IgG3,dan IgG4.
perbedaanya terletak paa letak rantai-H yg disebut 1,2,3,4. perbedaan ini
besangkuan dengan beberapa fungsi biologis.
Imunoglobulin A (IgA)
Ada di dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung
membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disebut rantai-
J. Dikeluarkan secara selektif dalam sekresi seperti air ludah,keringat,air
mata,lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi
saluran pencernaan (copro antobodies). Sekresi ini ditemukan dalam
bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan
12
suatu zat protein khusus,disebut secretory component. IgA yang keluar
dengan sekret juga diproduksi secara likal oleh sel plasma. IgA setelah
bergabung dengan antigen pada mikroorganisme berfungsi mencegah
melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.
Imunoglubulin M (IgM)
Terdapat dalam bentuk polimer terdiri dari 5 subunit molekul 4-peptida,
dihubungkan dengan rantai-J seperti pada IgA. Struktur primer menrut
Hilschman,dalam bentuk bebas diperkirakan berbentuk seperti
bintang,tapi bila berikat dengan permukaan sel ia akan berbentuk seperti
kepiting. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik,dan
karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah
maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakteremia.
Isohemaglutinin (anti-A,anti-B) pada golongn darah terdiri dari IgM.
Imunoglobulin D (IgD)
Fungsi keseluruhannya belum jelas. Ditemukan sebagi antibodi terhadap
inti sel. Juga terdapat pada permukaan sel limfosit dalam tali pusar.
Mungkin merupakan reseptor yag pertama dalam permulaan kehidupan
sebelum diambil alih fungsinya oleh IgM dan imunoglobulin lain setelah
selt ubuh brdiferensiasi lebih jauh.
Imunoglobulin E (IgE)
Dalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. Bila
disuntikkan dalam kulit akan terikat pada mast cells. Kontak dengan
antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cells dengan
pengeluaran zat amin yang vaso-aktif. Peranan biologi IgE belum
jelas,tapi kadar dalam serum akan naik pada infeksi parasit
tertentu,terutam infeksi oleh cacing. Mediator antibodi untuk respon
alergi,misalnya hay fever,asma,dan beberapa jenis virus.
Protein antibodi terdiri dari 4 rantai polipeptida yang saling berhubungan,2 rantai
panjang yang berat dan 2 rantai pendek yang ringan.,tersusun seperti huruf Y.
Karakteristik daerah lengan menentukan dengan antigen mana antibodi dapat
terikat. Bagian ekor menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang dilakukan
antbodi setelah berikatan dengan antigen).Sebuah antibodi memiliki 2 tempat
pengikatan antigen yg identik,satu di setiap ujung lengan.fragmen pengikat
13
antibodi ini khas untuk setiap antibodi,sehingga tiap antibodi hanya dapat
berinteraksi dengan satu jenis antigen,seperti kunci dan anak kunci.Bagian ekor
yang di sebut daerah konstan antibodi,mengandung tempat pengikatan untuk
mediator-mediator tertentu.
Kelas antibodi:
1. IgG - memberikan kekebalan jangka panjang atau perlindungan
2. IgM - pertama antibodi dihasilkan sebagai respons terhadap suatu rangsangan
antigenik
3. IgA - ditemukan di sekresi. Melindungi terhadap infeksi di urin, GI, dan
pernapasan traktat
4. IgE - terlibat dalam reaksi alergi
5. IGD - tidak banyak diketahui tentang hal itu. Permukaan reseptor limfosit B
6. Kelas paling penting dalam darah antibodi IgM dan perbankan adalah IgG, dan
sampai batas tertentu IgA
Sel T sitotoksik
Sasaran yang paling sering adalah sel pejamu yang sudah terinfeksi virus.
Sebagai keharusan agar virus dapat bertahan hidup,pembungkus virus yang
terdiri dari protein-protein antigenik menyatu dengan membran permukaan sel
pejamu.Sel T sitotoksik harus menghancurkan sel pejamu yang sudah terinveksi
virus.sel T sitotoksik menghancurkan sel korban dengan mengeluarkan zat-zat
kimiawi yang melisiskan sel sebelum replikasi virus dapat di mulai.
14
Sel T sitotoksik menghancurkan sel sasaran dengan mengeuarkan molekul-
molekul perforin,yang menembus membran permukaan sel sasaran dan menyatu
untuk membentuk saluran seperti pori-pori.Virus yang keluar setelah sel dirusak
kemudian secara langsung dihancurkan di cairan ekstrasel oleh sel-sle fagositik.
Sel T penolong
Sel T penekan:
15
Aglutinogen (Antigen) dan Aglutinin (Antibody)
Aglutinogen/Antigen : -
Sistem imun tubuh yg berespon bahan yang asing untuk badan,yang di
dalam manusia atau organisme multiseluler lain , dapat memproduksi
Aglutinin/Antibody dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas
[untuk memusnahkan penyerang (benda asing)]
Zat yang digumpalkan oleh aglutinin terdapat pada sel darah merah/eritrosit.
Aglutinin/antibody :
-Zat yang menggumpalkan aglutinogen yang terdapat pada plasma darah.
-Protein yang diproduksi oleh limfosit sebagai akibat dari rangsangan oleh
antigen yang kemudian dapat berinteraksi secara khusus dengan antigen
tertentu
Golongan Darah
- Sistem ABO
16
Aglutinin/antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut
agglutinin anti A dan agglutinin anti B.
Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (Ab) yang terikat dalam erirosit
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) atau hemolisis
(ruptur/pecahnya sel darah merah).
Aglutinasi & hemolisis eritrosit donor o/ antibodi di plasma resipien dapat
mengakibatkan rx. Transfusi yg kadang2 fatal. Gumpalan2
eritrosit donor dapat menyumbat pembuluh darah halus,
Aglutinasi : istilah u/ proses yg terjadi ketika sel2 asing masuk ex: bakteri
atau transfusi darah yang tidak cocok berikatan bersama2 membentuk
gumpalan. Sherwood
(ex : peristiwa penggumpalan protein dalam darah sebagai reaksi atas
pemberian suatu antigen)
17
Hemolisis dapat terjadi pada Rx. Ag-Ab, kelainan metabolik sel merah
yang secara signifikan memperpendek hidup sel darah merah, dan
trauma mekanis, seperti jantung prostesis.
Hemolisis Pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma).
bilirubin.)
ABO - Rh Incompability
Prinsip Inkompatibilitas :
Terjadi bila sel darah merah janin yang mengandung suatu antigen yang tidak
dimiliki oleh ibu masuk kedalam sirkulasi darah ibu Antigen tersebut
mensensitisasi sistem imun ibu untuk membentuk antibodi suatu protein yang
berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing
atau membawa benda asing (antigen) Terjadilah destruksi sel darah merah
janin.
Inkompatibilitas Rh
Terjadi jika ibu Rh(-) & janin memiliki Rh(+) yang berasal dari ayahnya.
Darah janin bisa bercampur dengan darah ibu melalui plasenta (ari-ari),
18
sehingga ibu menghasilkan antibodi untuk menghancurkan eritrosit bayi.
Kadar antibodi pada tubuh ibu terus bertambah selama kehamilan dan
antibodi ini bisa melewati plasenta lalu masuk ke tubuh janin dan
19
TRANSFUSI DARAH
20
Serum pasien ditambahkan pada eritrosit donor dan diputar untuk menyingkirkan
aglutinasi (immediate spin/putaran segera). Beberapa unit juga melaksanakan uji
antiglobulin indirek serum pasien dengan eritrosit donor.
PRODUK
INDIKASI KETERANGAN
DARAH
Merupakan pengobatan
Eritrosit Pada pasien perdarahan, anemia berat. terpilih untuk sebagian
besar transfusi.
Pada penderita neutropenia berat Dapat menyebarkan
Konsentrat
(<0,5x109/l) yang tidak berespons infeksi CMV
Granulosit
terhadap terapi antibiotik. (sitomegalovirus).
Trombositopenia <50x109/L, jika ada
perdarahan signifikan atau sebelum
prosedur invasif. Transfusi trombosit harus
Konsentrat Trombositopenia <10x109/L, transfusi dihindari pada purpura
prolaktik diperlukan pada pasien trombositopenia autoimun
Trombosit pascakemoterapi atau transplantasi
kecuali jika terdapat
sel stem.
Defek fungsi trombosit (jika ada perdarahan berat.
perdarahan atau sebelum
pembedahan.
Untuk mengganti faktor-faktor koagulasi
(misalnya jika tidak tersedia konsentrat
spesifik), setelah transfusi masif, pada
Preparat Plasma Plasma adalah
penyakit hati dan DIC (koagulasi
Manusia (Fresh pengembang volume
intravascular diseminata), setelah
Frozen Plasma) yang berguna.
operasi pintas kardiopulmonal, untuk
menghentikan efek warfarin, dan pada
purpura trombositopenia trombostik.
Dalam penanganan syok hipovolemik,
Merupakan pengembang
Larutan pengganti plasma pada pasien yang
volume plasma yang
Albumin menjalani plasmaferesis dan kadang-
bermanfaat saat
Manusia (4,5%) kadang sebagai pengganti protein pada
diperlukan efek osmotik.
pasien hipoalbuminemia tertentu.
Larutan
Albumin Tidak dianjurkan sebagai
Pada penderita sindrom nefrotik atau
Manusia 20% pengembang volume
gagal hati.
(albumin rendah plasma umum.
garam)
Digunakan secara luas sebagai terapi Diperoleh dengan
pengganti pada hemophilia A dan mencairkan plasma beku
Kriopresipitat
penyakit von Willebrand sebelum segar pada suhu 4 C dan
tersedia preparat faktor VIII yang lebih mengandung konsentrat
21
murni. faktor VIII&fibrinogen.
Konsentrat
Digunakan untuk mengobati hemophilia
Faktor VIII
A atau penyakit von Willebrand.
freeze-dried
Konsentrat Digunakan untuk mengobati defisiensi
Kompleks faktor IX (penyakit Christmas), kadang
Faktor IX- digunakan juga pada penderita penyakit
Protombin hati atau perdarahan berat setelah
freeze-dried overdosis antikoagulan oral
Diberikan pada kasus sepsis berat
Konsentrat dengan koagulasi intravascular
Protein C diseminata, seperti septicemia
meningokokus.
Diberikan pada kasus
Merupakan sumber utama
hipogamaglobulinemia sebagai proteksi
Imunoglobulin antibody terhadap virus
terhadap penyakit akibat bakteri dan
yang lazim.
virus.
22
INTERPRETASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Lanset Darah
- Adalah sebuah alat yang tajam ujungnya dan melebar.
- Lanset darah yang baik digunakan adalah yang sekali pakai ( Disposable ).
- Lanset dapat digunakan berkali – kali, asal telah disterilkan dengan cara
otoklaf agar terbebas dari hama.
- Tidak boleh memasak lanset dalam air, merendam dalam alcohol, apalagi
menghapusnya dengan kapas basah.
23
Gambar semprit:
4. Pipet Westergren
- Panjang ± 30 mm, diameter 2,5 mm.
- Terdapat garis mm dari 0 – 200 ; gari 200 mm ada dipuncak bawah pipet.
24
5. Kaca Objek dan Kaca Penutup
- Kaca objek berukuran 1x3 inci, memiliki pinggiran yang diratakan.
- Kaca penutup harus tipis agar dapat dipakai untuk pemeriksaan
mikroskopik dengan lensa imersi.
- Kaca penutup No. 0 (0,085 – 0,13), No. 1 (0,13 – 0,16), No. 1,5 (0,16 –
0,19) untuk lensa objektif 40 / 45 kali, No.2 (0,19 – 0,25) untuk lensa
objektif 10 kali atau kurang.
6. Hemoglobinmeter ( Hemometer )
- Hemometer Sahli adalah alat pengukur kadar Hb berdasarkan cara
hematin asam dan terdiri atas alat pembanding warna, tabung pengencer,
pipet darah, dan pipet pengencer.
25
- Memilliki 2 garis tanda ; yang pertama menunjukkan kadar Hb dalam % ;
yang kedua menunujukkan kadar Hb dalam gram / 100 ml darah ( g/dl ).
- Pipet darah yang terdapat pada hemometer memiliki garis tanda 20 mm3 (
20 ul ).
- Pipet pengencer adalah pipet polos biasa untuk meneteskan cairan.
7. Hemositometer
- Dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung,
kaca penutup dan 2 macam pipet.
1. Darah Kapiler
- Pada orang dewasa diujung jari / anak daun telinga.
- Pada bayi dan anak kecil di tumit / ibu jari kaki.
- Tidak boleh diambil ditempat yang memperlihatkan gangguan peredaran
darah c/ cyanosis atau pucat.
Pengumpulan dan Penanganan :
26
Membersihkan tempat dengan alcohol 70% dan biarkan sampai kering
kembali.
Memegang dan menekan bagian yang akan ditusuk.
Menusuk dengan cepat menggunakan lanset steril, pada jari tegak lurus
dengan garis – garis sidik kulit jari. Bila di anak daun telinga menusuknya di
pinggir bukan di sisi. Tusukan harus cukup dalam agar darah mudah keluar.
Jangan menekan – nekan jari / telinga agar dapat cukup darah, karena
darah tersebut telah bercampur dengan cairan jaringan, sehingga lebih
encer dan menyebabkan kesalahan.
Buang tetesan darah pertama keluar. Gunakan darah yang berikutnya.
2. Darah Vena
- Pada orang dewasa dari salah satu vena dalam fossa cubiti.
- Pada bayi vena jugularis superficialis atau dari sinus sagitallis superior.
Pengumpulan dan Penanganan:
Membersihkan tempat dengan alcohol 70% dan biarkan sampai kering
kembali.
Jika memakai fossa cubiti, dengan memasang ikatan pembendung pada
lengan atas, kemudian mengepal dan membuka tangan agar vena terlihat
jelas.
Menegakkan kulit diatas vena dengan jari – jari tangan kiri agar vena tidak
bergerak.
Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dengan tangan kanan, sampai
ujung jarum masuk kedalam lumen vena.
Lepaskan pembendung, dan pelan – pelan tarik penghisap semprit sampai
jumlah darah yang diinginkan.
Taruh kapas diatas jarum dan cabut semprit + jarum.
Menekan bekas suntikan dengan kapas.
Mengangkat jarum dar semprit dan mengalirkan darh ke dalam wadah /
tabung.
3. Darah Oxalat
- Digunakan untuk pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit – eritrosit –
trombosit – dan retikulosit, penetapan laju endapan menurut Wintrobe,
nilai Hematokrit dan lain – lain.
27
- Tidak baik digunakan untuk membuat sediaan apus, karena
menyebabkan perubahan bentuk pada inti retikulosit.
- Pemeriksaan tidak boleh ditunda – tunda karena eritrosit – eritrosit
cendrung menggumpal sehingga sukar menghitung eritrosit dan
berpengaruh pada laju endapan darah.
- Jika ditunda terdapat batas waktu pemeriksaan : Hb, Leukosit & eritrosit
24 jam; Ht, Rt, & laju endapan darah 3 jam ; trombosit 1 jam.
Pengumpulan dan Penanganan Darah Oxalat:
Mencampurkan oxalate seimbang kering dengan 2 / 5 ml darah vena, dan
membolak – balik botol terseebut itu lambat – lambat selama 30 detik / lebih.
4. Darah EDTA
- Dipakai untuk pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, eritrosit, trombosit,
Rt, Ht, laju endapan darah Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak untuk
percobaan Hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit.
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera, jika perlu disimpan dilemari es
(4 drajat C ).
- Darah EDTA yang disimpan dilemari es slm 24 jam memilki nilai Ht lebih
tinggi.
Pengumpulan dan Penanganan Darah EDTA
Mencampurkan darah vena 2 ml kedalam botol atau tabung yang berisi 2 ml
EDTA dengan antikoagulans EDTAselama 60 detik atau lebih.
Darah Kapiler:
28
Darah Vena:
Menghitung Retikulosit
Retikulosit adalah sebagian kecil RNA yang tertinggal dalam eritrosit setelah
eritrosit muda kehilangan intinya.
- Rt hanya bisa dinyatakan dalam eritrosit yang masih hidup, bila telah mati /
mongering eritrosit tidak dapat dipulas ( pulasan vital ).
- Pulasan vital dapat digunakan Brilliantcresylblue / Newmethyleneblue.
- Jumlah Rt menggambarkan produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
- Normal Rt : 0,5 – 1,5 % dari jumalh eritrosit (25.000 – 75.000 Rt / ul darah).
- Baik sediaan kering ataupun basah harus dibuat benar – benar tipis , Karena
eritrosit harus tampak erpisah 1 dengan yang lainnya.
Untuk penetapan laju eritrosit – eritrosit mengendap diperlukan darah yang tidak
membeku, karena itu biasanya digunakan semacam anti – koagulans.
Cara Wintrobe :
Cara Westergren:
29
- Menggunakan semprit yang terisi 0,4 ml larutan Natriumsitrat 3,8% untuk
mengambil 1,6 ml darah vena (sehingga mendapat 2,0 ml campuran).
- Memasukkan dalam tabung dan dicampur.
- Dengan pipet Westergren sampai tanda 0 mm, biarkan pipet tegak lurus
dalam rak westergren slama 60 menit.
Nilai normal:
Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah (% dari
volume darah tersebut). Dinilai atau dapat ditentukan dengan darah vena / darah
kapiler.
Makrometode Wintrobe
Micrometode
30
Penetapan Kadar Hemoglobin
1.Cara Fotoelektrik
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard sianmethemoglobin
yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitiannya ± 2%.
Larutan Drabkin adakalanya dapat ditambah sedikit detergen supaya perubahan
menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat.
Larutan Drabkin tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena
mengandung sedikit sianida.
2. Cara Sahli
31
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu. Bukan merupakan
cara yang teliti. Kelemahan bahwa kalorimeter visual tidak diteliti, hematin asam
bukan merupakan larutan sejati dan alatnya tidak dapat distandarkan, tidak
semua hemoglobin dirubah menjadi hematin asam misalnya
karboxyhemoglobin,methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Ketiga jenis sel darah, leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung jumlahnya
persatuan voluma dengan terlebih dahulu membuat pengenceran dari darah
yang diperiksa. Terdapat alat elektronik yang dapat dihubungkan dengan
komputer kecil yang dapat memberi data mengenai penghitung eritrosit rata-rata
dan nilai hemoglobin rata-rata namun harganya sangat mahal dan memerlukan
pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat,metodenya tidak dijelaskan
32
sehingga diperlukan jaminan mutu (quality control). Cara-cara yang manual
dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam
laboratorium klinik.
Menghitung Leukosit
Perhitungan : pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20 kali. Jumlah semua
sel yang dihitung dalam keempat bidang dibagi empat menunjukan jumlah
leukosit dalam 1 ul darah. Singkatnya jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah
leukosit per ul darah.
Pengnceran yang lazim 20 kali tetapi pengencerean itu dapat diubah sesuai
keadaan misalnya pada leukositosis pengenceran dijadikan lebih tinggi dan lebih
rendah pada leukopenia.
Jagalah dalam segala tindaka agar pengenceran yang telah dicapai dalam pipet
itu tidak terganggu,itu menimbulkan kesalahan.
Jika darah tepi mengandung banyak sel darah merah berinti maka akan ikut
diperhitungkan seperti leukosit. Dengan perhitungan misalnya didapat 10.000
leukosit ul darah dan dari hitung jenis ternyata tiap 100 leukosit ada 25 sel darah
25
merah berinti, maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah 10000− (100+25 ×
Ketelitian ± 10 %
Kesalahan-kesalahan:
33
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada kebekuan darah.
b. tidak mencapai garis tanda 0,5.
c. membaca dengan paralaks.
d. memakai pipet basah.
e. mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati
garis-tanda 0,5.
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
Cairan pengencer untuk tujuan dihasilkan jumlah sel eusinofil saja dalam 1 ul
darah ialah yang mengandung eosin yang memberi warna merah kepada granula
eosinofil. Salah cairan pengencer mempunyai susunan : larutan eosin 2% 5 ml
34
dan aqua dest ad 100 ml. Larutan hanya tahan satu minggu dan harus disimpan
dalam lemari es serta disaring sebelum memakainya.
Perhitungan
Pengenceran darah adalah 10 kali ; sel-sel eosinofil yang dihitung terdapat dalam
ruang sebesar 0,9 mm3 . jumlah sel eosinofil yang dihitung dikali 10 X 10 : 9 ialah
jumlah per ul darah.
Karena jumlahnya kecil, menghitung sel eosinofil tidak dapat dilakukan dengan
keetelitian yang sama seperti menghitung leukosit. Kesalahan ±35 %
Ketelitian dapat dipertinggi jika menggunakan kamar hitung yang lebih besar
volumnya, contoh Fuchs Rosenthal yang luasnya 16 mm2 dan tingginya 0,2 mm.
Jumlah sel eosinofil per ul darah
𝑛 𝑥 10
menjadi ( n adalah angka semua sel eosinofil yang terdapat dalam kamr
3,2
hitung Fuchs-Rosenthal.
Menghitung Eritrosit
Ketelitian ±15 %.
Perhitungan
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali.luas tiap bidang kecil 1/400 mm2,
tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit dihitung dalam 5 x 16 bidang
35
kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm2 . faktor untuk mendapatkan
jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000
Kaca objek harus kering, bebas debu dan bebas lemak. Untuk menggeserkan
darah kepada kaca itu pakailah kaca objek lain yang sisi pendeknya rata sekali.
Sediaan apus hendaknya cepat kering pada kaca; sediaan yang lambat
mengering umpamanya oleh hawa lembab sering mengalami perubahan
morfologi eritrosit.
Darah kapiler segar yang sebaiknya dipakai untuk membuat sediaan apus, darah
vena yang dicampur heparin dan EDTA bisa dipakai juga tetapi jangan memakai
darah oxalat karena morfologi leukosit akan sangat berubah. Penyebaran
leukosit pada sediaan apus yang dibuat dengan cara memakai kaca objek tidak
merata, leukosit kecil-kecil selalu lebih banyak terdapat ditengah-tengah,
sedangkan yang besar-besar lebih banyak dipinggir-pinggir. Semakin buruk
sediaan semakin kurang baik penyebaran itu.
1. sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya ½ sampai 2/3
panjang kaca.
2. pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa; pada bagian
itu eritrosit-eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak menyusun
gumpalan atau rouleaux
36
3. pinggir sediaan itu rata dan sediaan tidak boleh berlobang-lobang atau
bergaris-garis
Kaca penutup yang dipakai harus yang cukup tipis ( no. 0 ) sehingga dapat
diperiksa dengan lensa imersi. Selain itu harus juga kering dan bersih.
Catatan:
Cara ini memberi penyebaran leukosit yang lebih baik dari sediaan apus seperti
dibuat dengan dua kaca objek. Untuk memulasnya juga diperlukan kurang
banyak bahan. Kelemahan adalah bahwa sediaan semacam ini harus direkatkan
lagi kepada sebuah kaca objek untuk memeriksanya.
Menghitung Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah skali pecah dan karena sukar dibadakan
dari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan
asing ( bukan endotel utuh ) dan menggumpal-gumpal.
Cara yang lazim dipakai ialah cara langsung dan cara tak langsung. Pada ccara
tak langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan
jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.
Cara:
a. Cara langsung ( Rees dan Ecker )
37
Darah yang diencerkan dengan larutan Rees ecker dan jumlah trombosit dihitung
dalam kamar hitung. Larutan Rees Ecker: natriumsitrat 3,8 g; lar. Formaldehida
40% 2 ml; brilliantcresylblue 30 mg; aqua dest ad 100 ml. Larutan harus disaring
sebelum dipakai.
Catatan:
Sediaan basah untuk menghitung retikulosit juga dapat dipakai secara tak
langsung untuk menghitung trombosit : sediaan basah itu harus sangat tipis
dibuat sehingga eritrosit-eritrosit terpisah letaknya.
38
REFERENSI
Junqueira, Luiz Carloz., Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas Edisi
10. Jakarta: EGC
39