HEMATOLOGI
Disusun oleh:
2. Karakteristik darah
Darah merupakan bagian dari sistem regulasi yang sangat penting bagi tubuh
manusia. Setiap manusia umumnya terdiri dari 4 hingga 6 liter darah yang mengandung
38-48% sel darah dan 52-62% plasma darah. Darah memiliki warna merah muda
apabila mengalir di arteri dan berwarna lebih gelap apabila darah tersebut mengalir di
vena. Manusia yang normal memiliki pH darah yang netral (sedikit basa), yaitu sekitar
7,35-7,45 dan biasanya darah pada vena memiliki pH lebih rendah karena kandungan
CO2 pada darah tersebut. Darah juga memiliki viskositas 3-5 kali lebih besar dari air
yang dipengaruhi oleh jumlah sel darah dan plasma.
3. Perombakan eritrosit
Setelah 120 hari, sel menjadi rusak dan dihancurkan dalam system retikulo-
endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan. Zat besi dalam
hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan
biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna
hemoglobin yang rusak pada luka memar.
2. Fungsi
Fungsi utama dari sel darah putih yaitu memakan kuman-kuman penyakit atau
benda asing lain yang masuk ke dalam tubuh atau disebut dengan kemampuan
fagositosis. Granulosit dan monosit memiliki peranan penting dalam peristiwa ini.
Dengan kekuatan gerakan amuboidnya, sel darah itu dapat bergerak bebas di dalam dan
dapat keluar pembuluh darah serta berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.
Dengan kemampuan diapedesis, leukosit mampu menjalankan perannya,
yaitu:
a. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
b. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
c. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran.
Granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan
yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan. Selain yang
berhubungan dengan fagositosis, sel darah putih juga berperan dalam pengangkutan
lemak.
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila usaha menghalau peradangan tidak berhasil, maka akan terbentuk
nanah. Nanah berisi jenazah dari kawan dan lawan---fagosit yang mati saat melawan
bakteri atau kuman yang menyerbu masuk ke dalam tubuh, dan ditambah lagi dengan
sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. Tetapi, apabila sel darah putih dapat
mengalahkan serangan bakteri yang masuk ke dalam tubuh, semua berkas kerusakan,
bakteri-bakteri yang hidup maupun mati, sel nanah dan jaringaan yang meleleh, akan
disingkirkan granulosit sehat yang bekerja sebagai fagosit.
3. Klasifikasi leukosit
a. Granulosit
Berdasarkan warna granula sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaa dengan zat
warna darah Wright, granulosit terbagi menjadi neutrophil, eosinofil, dan
basofil.
Neutrofil
Memiliki diameter 9 μm sampai 12μm dan terdapat mencapai 60% dari
jumlah sel darah putih. Dalam sitoplasmanya terdapat granula kecil
berwarna merah muda. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus
yang terhubungan dengan benang kromatin tipis. Bersifat sangat
fagositik. Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan
mampu melakukan glikolisis baik secara arrob maupun anaerob.
Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1sampai 4 % jumlah sel darah putih. Nucleus
berlobus dua dan berdiameter 12μm sampai 15μm. Memiliki granula
sitoplasma besar dan kasar yang berwarna oranye kemerahan.
Merupakan fagositik lemah, dan menunjukkan kemotaksis, serta
memiliki kecenderungan untuk berkumpul pada tempat reaksi antigen-
antibodi dalam jaringan. Eosinophil mengandung profibrinolisin,
diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya
bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi. Berfungsi
dalam detoksifikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan
yang cedera saat inflamasi berlangsung.
Basofil
Dalam sirkulasi darah, basofil sangat mirip dengan sel mast yang
jumlahnya kurang dari 1% dalam sel darah putih. Diameternya berkisar
antara 12 μm sampai 15μm. Memiliki nucleus yang umumnya
berbentuk S. granula sitoplasma besar yang memiliki bentuk tidak
beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam. Mengandung
histamin. Basofil mengeluarkan heparin ke dalam darah, yaitu zat yang
dapat mencegah koagulasi darah.
b. Agranulosit
Merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma, yaitu limfosit dan monosit.
Limfosit
Jumlahnya terdapat mencapai 30% jumlah total leukosit yang sebagian
besar terdapat di jaringan limfatik. Limfosit dapat hidup hingga
beberapa tahun. Mengandung nucleus yang berbentuk bulat dan
berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. limfosit
memiliki ukuran yang bervariasi, ukuran yang terkecil adalah 5 μm
sampai 8 μm dan yang terbesar 15 μm. Berasal dari sel-sel batang
sumsum tulang merah, berdiferensiasi dan poliferasinya dalam organ
lain dan berfungsi dalam reaksi imunologis.
Monosit
Sel darah terbesar yang dibentuk hanya dalam sumsum tulang, rata-rata
berukuran 12 μm sampai 18 μm terdapat 3 sampai 8% jumlah total
leukosit. Nukleusnnya berbentuk seperti ginjal yang dikelilingi
sitoplasma berwarna biru keabuan pucat. Monosit terdapat dalam darah,
jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit bersifat sangat
fagositik dan sangat aktif. Monosit mengalir melalui aliran darah dan
menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap) setelah meninggalkan aliran
darah.
D. Trombosit
1. Karakteristik dan Fungsi
Platelet (disebut juga trombosit) berbentuk cakram kecil dengan diameter 1 sampai
4 gm. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dan megakariosit, yaitu sel yang sangat besar
dalam susunan hematopoietik dalam sumsum; megakariosit pecah menjadi trombosit kecil,
baik di sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika memasuki
kapiler. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara 150.000 dan 300.000 per
mikroliter.
Trombosit tetap berfungsi selama rerata 10 hari, setelah itu keping darah ini
dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama yang terdapat di limpa dan hati,
dan diganti oleh trombo-sit baru yang dibebaskan dari sumsum tulang. Hormon
trombopoietin, yang dihasilkan oleh hati, meningkatkan jumlah megakariosit di sumsum
tulang dan merangsang tiap-tiap megakariosit untuk menghasilkan lebih banyak trombosit
sesuai yang diperlukan.
Karena trombosit merupakan potongan sel maka trombosit tidak memiliki nukleus.
Namun, trombosit memiliki organel dan enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan
membentuk produk sekretorik, yang disimpan di banyak granula yang tersebar di seluruh
sitosol. Selain itu, trombosit mengandung banyak aktin dan miosin, yang menyebabkan
keping darah ini mampu berkontraksi. Kemampuan sekretorik dan kontraksi ini penting
dalam hemostasis.
Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sel lengkap, walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat faktor-
faktor aktif seperti :
(1) molekul aktin dan miosin, yang merupakan protein kontraktil sama seperti yang
terdapat dalam sel-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, yaitu trombostenin,
yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi;
(2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus Golgi yang menyintesis berbagai
enzim dan terutama menyimpan sejumlah besar ion kalsium;
(3) mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat
(ATP) dan adenosit difosfat (ADP);
(4) sistem enzim yang menyintesis prostaglandin, yaitu hormon lokal yang
menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan lokal lainnya;
(5) suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang akan kita bahas
nanti sehubungan dengan pembekuan darah; dan
2. Hemostatis
Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pem-buluh darah yang
rusak—yaitu, penghentian hemoragia (hemo berarti "darah"; stasis berarti
"mempertahankan"). Untuk terjadinya perdarahan dari suatu pembuluh, dinding pembuluh
harus mengalami kerusakan dan tekanan di bagian dalam pembuluh harus lebih besar
daripada tekanan di luarnya untuk memaksa darah keluar dari kerusakan tersebut.
Hemostasis melibatkan tiga langkah utama: (1) spasme vaskular, (2) pembentukan
sumbat trombosit, dan (3) koagulasi darah (pembentukan bekuan darah).
1. Spasme Vaskular
Pembuluh darah yang tersayat atau robek akan segera berkonstriksi.
Konstriksi ini, atau spasme vaskular, memperlambat aliran darah melalui
kerusakan dan memperkecil kehilangan darah. Permukaan-permukaan endotel
yang saling berhadapan juga saling menekan oleh spasme vaskular awal ini
sehingga permukaan tersebut menjadi lekat satu sama lain dan semakin
menambal pembuluh yang rusak. Tindakan-tindakan fisik ini tidak cukup untuk
mencegah secara sempurna pengeluaran darah lebih lanjut, tetapi dapat
meminimalkan aliran darah yang melalui pembuluh yang robek hingga
tindakan hemostatik lain dapat benar-benar menyumbat lubang tersebut.
2. Mekanisme Sumbat Trombosit
Gambar 1.2 Proses pembekuan darah pada pembuluh darah yang cedera.
3. Koagulasi Darah
Koagulasi darah, atau pembekuan darah, adalah transformasi darah dari cairan
menjadi gel padat. Pembentukan bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan
menopang sumbat, meningkatkan tambalan yang menutupi kerusakan pembuluh.
Selain itu, sewaktu darah di sekitar kerusakan pembuluh memadat, darah tidak lagi
dapat mengalir. Pembekuan darah adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling
kuat. Mekanisme ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan dari semua kecuali
kerusakan-kerusakan yang paling kecil.2
a) Perubahan Protombin menjadi Trombin
E. Plasma Darah
Plasma merupakan cairan berwarna kuning yang mengandung air dan zat terlarut
lainnya. Sebagian besar dari zat tersebut adalah ion Na+ namun terdapat juga zat-zat lain
seperti ion dan senyawa organik seperti hormon, enzim, dan antibodi. Sebagian besar
karbon dioksida yang di produksi oleh sel juga diangkut oleh plasma dalam bentuk ion
bikarbonat (HCO3-). Dalam plasma juga terdapat sekitar 7-9% protein yang terdiri dari
albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin merupakan protein dengan konsentrasi
terbanyak pada plasma. Albumin diproduksi oleh hati dan berperan untuk mengatur
kapilaritas cairan tubuh yang akan mempengaruhi volume dan tekanan darah. Globulin
merupakan protein yang dibagi menjadi tiga tipe, yaitu alfa globulin, beta globulin, dan
gamma globulin. Alfa dan beta globulin diproduksi oleh hati dan berfungsi sebagai
pengangkut lemak, sedangkan gamma globulin diproduksi oleh limfosit yang berperan
sebagai antibodi. Terdapat juga fibrinogen yang merupakan protein yang hanya terdapat
sebesar 4% dari sejumlah protein plasma. Fibrinogen sangat berperan dalam proses
pembekuan darah. Plasma darah juga mengangkut panas tubuh yang terkandung pada
darah. Panas tubuh ini ada ketika darah mengalir melalui organ yang selnya aktif
berespirasi atau membentuk ATP seperti hati dan otot.
Daftar Pustaka
Effendi, Zukesti. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh.
Era Dorihi Kale. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi pdf. Poltekkes Kupang.
Firani, Novi Khila. 2018. Mengenali Sel-sel Darah dan Kelainan Darah. Malang: UB
Press
Hall, John E. 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Amerika Serikat :
Saunders Elsevier
Mikrajudin, Saktiyono, dan Lutfi. IPA Terpadu. 2007. Surabaya : Erlangga.
Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Setiadi. 2016. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Teori & Aplikasi Praktek bagi
Mahasiswa dan Perawat Klinis, ed 1.
Sherwood, Lauralee. 2013. Introduction to Human Physiology. China : Yolanda Cossio.
Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2003. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan
dan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.