Anda di halaman 1dari 11

Fungsi dan Mekanisme Darah pada Tubuh Manusia

Christabel Banar Rivo

10.2016.157

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit(sel darah merah), leukosit(sel darah
putih), dan trombosit(keping darah) yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam
sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain di
seluruh tubuh. Selain itu darah juga berperan dalam transportasi hormon yang berasal dari kelenjar
endokrin.
Defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin dapat mengakibatkan penurunan
jumlah sel darah merah. Oleh karena itu, kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang,
maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga.

Kata Kunci: Darah, pembentukan darah, komponen darah.

Abstract
Blood is a tissue consisting of erythrocytes (red blood cells), leukocytes (white blood cells), and
platelets (blood chips) are immersed in the plasma blood plasma. Blood circulates in the vascular
system, transporting oxygen from the lungs and nutrients from the gastrointestinal tract to other
tissues throughout the body. In addition, blood also plays a role in the transport of hormones derived
from endocrine glands.
Red blood cell deficiency or hemoglobin deficiency can result in a decrease in the number of red
blood cells. Therefore, the ability of blood to carry oxygen is reduced, then the individual will look
pale or lack of energy.

Keywords: Blood, blood formation, blood component.

1
Pendahuluan
Dalam kehidupan kita memerlukan makanan atau zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
untuk pertumbuhan maupun untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Makanan serta zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh tersebut akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui
mekanisme transportasi. Dalam hal ini, media transportasi tersebut adalah darah. Jika
manusia kekurangan darah mereka akan kekurangan media untuk melakukan transportasi
untuk memindahkan zat-zat yang akan di gunakan maupun dibuang oleh tubuh. Oleh karena
itu, perlu diketahui komponen darah dan proses pembentukannya untuk mencegah
terhambatnya prosest transportasi dalam tbuh kita manusia

Darah
Komponen dan struktur mikroskopik darah

Gambar 1(Sumber: google.com/image/darah)

Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit(sel darah merah),
leukosit(sel darah putih), dan trombosit(keping darah) yang terendam dalam plasma darah
cair.Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrien
dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga membawa karbondioksida
dari jaringan ke paru-paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh.
Darah juga berperan penting dalam fungsi integratif kelenjar endokrin dengan membawa
hormon dari asalnya ke sel-sel sasaran jauh.1

2
Volume darah manusia kurang lebih 5 liter, merupakan 7% dari berat badan. Eritrosit
sendiri mencakup 45% dari volume ini, leukosit dan trombosit 1%, dan sisanya adalah
plasma darah, yaitu cairan kuning bening yang merupakan matriks ekstrasel jaringan ini.1

Gambar 2(Sumber: google.com/image/blood components)

1. Plasma darah
Plasma darah adalah matriks cair yang menampung sel-sel darah dan
mengandung sejumlah protein penting secara fisiologis. Bila darah membeku dan
bekuan itu mengkerut, beberapa protein plasma besar terperangkap dalam bekuan
darah. Cairan yang tertinggal disebut serum darah. Kategori utama dari protein
plasma adalah albumin, globulin, fibrinogen dan komplemen.1

3
2. Eritrosit

Gambar 3(Sumber: google.com/image/hemoglobin)

Eritrosit adalah korpuskel-korpuskel kecil yang memberi warna merah pada


darah. Jumlah normal eritrosit kira-kira 5,4 juta per mm3darah pada pria dan 4.8 pada
wanita. Jumlah ini sedikit meningkat pada dataran tinggi. Eritrosit ini memiliki bentuk
yang sangat khas. Eritrosit merupakan cakram bikonkaf berdiameter sekitar 8
mikrometer, ketebalan maksimum 2 mikrometer, dengan luas permukaan kira-kira
140 mikrometer persegi. 1
Bentuk eritrosit yang bikonkaf sangat sesuai dengan fungsinya karena dengan
bentuk ini eritrosit memberi luas permukaan 20-30% lebih besar dibanding dengan
isinya daripada berbentuk bulat. Luas permukaan yang lebih besar ini memudahkan
dan mempercepat tercapainya saturasi dengan oksigen dari hemoglobinnya.1
Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah. Molekul hemoglobin
memiliki dua bagian yaitu:
Globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat.
Gugus hem, yaitu empat gugus nonprotein yang mengandung besi,
dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida di atas.3

Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu
molekul O2 . Karena O2 tidak mudah larut dalam plasma maka 98,5% O2 yang
terangkut dalam darah terikat ke hemoglobin.3

4
Hemoglobin adalah suatu pigmen yang berwarna secara alami. Karena
kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan O2
dan keungunan jika mengalami deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang
teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian dari kandungan O2 nya akan memiliki rona kebiruan.3

3. Leukosit

Gambar 4(Sumber: google.com/image/leukosit)

Leukosit atau sel darah putih adalah satuan mobile pada sistem pertahanan
imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau menyingkirkan benda
asing yang berpotensi merugikan atau sel abnormal. Leukosit dan turunan-
turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma, membentuk sistem imun, suatu
sistem pertahanan internal yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan
benda-benda asing dalam tubuh. Jumlah total leukosit dalam keadaan normal berkisar
dari 5 juta hingga 10 juta per milimeter darah.Leukosit merupakan sel darah paling
sedikit jumlahnya(sekitar 1 sel darah putih untuk 700 sel darah merah).3
Berbeda dengan sel darah merah, leukosit tidak memiliki hemoglobin
sehingga tidak berwarna(putih) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat
dengan mikroskop. Di dalam darah terdapat 5 jenis leukosit yang berbeda, masing-
masing dengan struktur dan fungsi tersendiri. Sel-sel ini sedikit lebih besar dari
eritrosit.5 jenis leukosit dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Granulosit(bergranula) Neutrofil, Eosinofil dan Basofil
2. Agranulosit(tidak bergranula) Monosit dan Limfosit3

5
Neutrofil

Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari dua sampai lima lobus(ruang).
Sel-sel ini berukuran sekitar 8 mikrometer dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat
fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Sebuah sel neutrofil dapat
memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan mati. Neutrofil
hanya aktif sekitar 6-20 jam.1

Basofil

Basofil memiliki nukleus berbentuk huruf S dan bersifat fagosit. Basofil


melepaskan heparin dalam darah. Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak
terdapat dalam hati dan paru-paru. Heparin juga berfungsi dalam pembekuan darah.
Selain heparin, basofil juga melepaskan histamin, yaitu suatu senyawa yang
dibebeskan sebagai reaksi terhadap antigen yang sesuai.1

Eosinofil

Eosinofil berbentuk seperti bola dan berukuran 9 mikrometer dalam keadaan


segar. Eosinofil memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit
namun berbeda dengan neutrofil dan basofil, daya fagositosis eosinofil lemah.
Eosinofil memiliki kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang
mengalami reaksi alergi. Eosinofil juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin
penyebab radang.1

Monosit

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk tapal kuda atau ginjal.
Monosit berdiameter 12-20 mikrometer. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke
jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi
makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling
efektif dan berumur panjang.1

Limfosit

Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 mikrometer.


Limfosit dibentuk di sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2
jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di

6
sumsum tulang berkembang menjadi limfosit B dan limfosit yang berpindah dari
sumsum tulang ke timus berkembang menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam
pembentukan antibodi. Sebaliknya, sel T tidak menghasilkan antibodi. Limfosit T
memiliki berbagai fungsi, misalnya limfosit sitotoksik-T berfungsi untuk
menghancurkan sel yang terserang virus.1

4. Trombosit

Gambar 5(Sumber: google.com/image/thrombocyte)

Trombosit adalah badan kecil tanpa nukleus dan tak berwarna yang ditemukan
dalam darah semua mamalia. Badan kecil ini berfungsi untuk pembekuan darah pada
tempat cedera pembuluh darah, dan berfungsi mencegah kehilangan darah yang
berlebihan. Trombosit adalah cakram bikonveks tipis, berdiameter 2-3 mikrometer,
yang bulat atau lonjong bila dilihat dari atas dan fusiform bila dilihat dari samping.
Pada manusia, jumlahnya berkisar antara 150.000 sampai 350.000 per mm3 darah.1
Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit, yaitu sel besar dengan banyak nukleus. Trombosit terus dibentuk dan
dilepaskan ke dalam darah dimana trombosit bertahan hidup 9 sampai 10 hari.1
Trombosit yang beredar secara tetap berpatroli dalam sistem vaskular.
Biasanya trombosit tidak saling melekat maupun melekat pada sel darah lain, tetapi
jika ada endotel yang cedera, trombosit menjadi lengket pada endotel tersebut dan
melekat satu sama lain mengawali pembekuan darah, mengatasi darah yang hilang
dan melakukan pemulihan.1

7
Mekanisme pembentukan sel darah merah(eritropoiesis)

Gambar 6(Sumber: google.com/image/eritropoiesis)

Eritrosit mempunyai jangka hidup sekitar 120 hari.Eritrosit yang tua dikeluarkan dari
darah sewaktu melalui limpa dan dimusnahkan disitu. Untuk mempertahankan jumlah normal
dalam darah diperlukan pembentukan yang berkelanjutan dalam sumsum tulang. Sekitar 2,5 x
1011eritrosit baru memasuki peredaran darah setiap harinya.

Karena eritrosit tidak dapat membelah diri untuk mengganti sendiri jumlahnya maka
sel tua yang pecah harus diganti oleh sel baru yang diproduksi di pabrik eritrosit yaitu
sumsum tulang, yaitu jaringan lunak yang sangat selular yang mengisi rongga internal tulang.
Sumsum tunag dalam keadaan normal menghasilkan sel darah merah baru, suatu proses yang
dinamakan eritropoiesis, dengan kecepatan menyamai kecepatan rusaknya sel tua.3

Sumsum merah tidak hanya memproduksi sel darah merah, tetapi juga merupakan
sumber leukosit dan trombosit. Di sumsum tulang terdapat sel punca pluripoten tak
berdiferensiasi yang secara terus menerus membela diri dan berdiferensiasi yang secara terus
menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan semua jenis sel darah.3

Fungsi utama eritrosit dalam tubuh adalah transpor O2. Dengan menurunnya
penyaluran O2 ke ginjal akan merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoietin ke
dalam darah. Hormon inilah yang akan merangsang eritropoiesis oleh sumsum tulang.
Eritropoietin bekerja pada turunan sel punca tak berdiferensiasi yang sudah ditentukan untuk

8
menjadi sel darah merah, merangsang proliferasi dan pematangan sel-sel ini menjadi eritrosit
matang. Peningkatan aktivitas eritropoietik ini meningkatkan jumlah sel darah merah dalam
darah sehingga kapasitas darah mengangkut O2 meningkat dan pengangkutan O2 ke jaringan
pulih kembali.Jika penyaluran O2 ke ginjal telah normal kembali maka sekresi eritropoietin
dihentikan sampai dibutuhkan kembali. Dengan cara ini, produksi eritrosit dalam keadaan
normal diselaraskan dengan kerusakan, sehingga kemampuan darah mengangkut O2 relatif
konstan.3

Pembentukan Hemoglobin

Suksinil KoA + Glisin

ALA SINTASE

ALA

ALA DEHIDRATASE

Porfobilinogen

UROPORFIRINOGEN I SINTASE

Hidroksimetibilian

UROPORFINIGEN III SINTASE

Uroporfirinogen III
UROPORFIRINOGEN DEKARBOKSILASE

Koproporfirinogen III
KOPROPORFIRINOGEN OKSIDASE

Protoporfirinogen III

PROTOPORFIRINOGEN OKSIDASE

Protoporfirin III

FEROKETALASE

Heme Sumber: Biokimia Harper, hal.294

9
Hemoglobin, yang mengakut oksigen dari paru ke jaringan sehinggan oksigen tersedia
untuk oksidasi bahan bakar, mengandung 4 sub-unit: dua rantai- dan dua rantai-. Meskipun
urutan asam amino berbeda, struktur 3 dimensi rantai- dan rantai- hemoglobin serupa satu
sama lain dan serupa dengan rantai polipeptida tunggal dari mioglobin.4

Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-KoA, yang berasal dari siklus asam
sitrat di mitokondria, dan asam amino glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan untuk
mengaktifkan glisin. Produk reaksi penggabungan antara suksinil-KoA dan glisin adalah
asam -amino--ketoadipat, yang cepat didekarboksilasi membentuk -
aminolevulinat(ALA). Rangkaian reaksi ini dikatalisis oleh ALA sintase, yaitu enzim
penentu kecepatan biosintesis porfirin dalam hepar mamalia.5

Didalam sitosol, dua molekul ALA disatukan oleh enzim ALA dehidratase untuk
membentuk 2 molekul air dan 1 porfobilinogen (PBG). Pembentukan tetrapirol siklik-yi,
suatu porfirin, terjadi melalui kondensasi 4 molekul PBG. Keempat molekul ini memadat dari
arah kepala ke ekor untuk membentuk sebuah tetrapirol linier, yaitu hidroksimetibilan
(HMB). Reaksi ini dikatalisis oleh uroporfirinogen I sintase yang disebut juga HMB
sintase.HMB mengalami siklisasi secara spontan untuk membentuk uroporfirinogen I atau
diubah menjadi uroporfirinogen III oleh kerja enzim uroporfirinogen III sintase.5

Uroporfirinogen III diubah menjadi kopropofirinogen III oleh uroporfirinogen


dekarboksilase. Koproporfirinogen III kemudian memasuki mitokondria, tempat senyawa ini
diubah menjadi protoporfirinogen III yang kemudian menjadi protoporfirin III.5

Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh feroketalase (heme sintase), yaitu enzim mitokondria
yang lain.5

Kesimpulan

Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit(sel darah merah),
leukosit(sel darah putih), dan trombosit(keping darah) yang terendam dalam plasma darah
cair. Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrien
dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum
tulang. Namun dalam pembentukannya dirangsang oleh hormon eritropoietin yang dihasilkan
oleh ginjal. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah dapat disebabkan oleh
difisiensi hormon eritropoietin dan kekurangan besi, asam folat, vitamin B12 dan globulin.

10
Daftar Pustaka
1. Bloom, Fawcet. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2002. Hal. 97-117.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004. Hal. 218-28.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2011. Hal.
421-44.
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC, 2000. Hal. 86.
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC,
2009. Hal. 288-94.

11

Anda mungkin juga menyukai