Anda di halaman 1dari 11

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan
pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler
yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh selsel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisametabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuanmempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tuaapabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah jugamengangkut bahan bahan sisa
metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni.
Pada manusia umumnya memiliki volume darah sebanyak kurang lebih 5 liter dengan unsur-unsur
pembentuknya yaitu sel-sel darah, platelet, dan plasma. Sel darah terdiri dari eritrosit danleukosit,
platelet yang merupakan trombosit atau keping darah, sedangkan plasma darah padadasarnya adalah
larutan air yang mengandung :Air (90%)Zat terlarut (10%) yang terdiri dari :- Protein plasma (albumin,
globulin, fibrinogen) 7%- Senyawa Organik (As. Amino, glukosa, vitamin, lemak) 2.1%- Garam
organik (sodium, pottasium, calcium) 0.9%.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia
dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 m tanpa inti, lebih dari
separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni
bersifat elastis dan lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini
dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 m,
Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil (10-15 m) dan Basofil (paling sedikit) dengan
ukuran hampir sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi
dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti
seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar), intinya
berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu
Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan
membran yang mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus
darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan
untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini
menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan
dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan
di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup
dengan gelas penutup (Handari, 2003).

Film darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan
yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan
wright, dan lain-lain.Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini
banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga
untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan
protozoa.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat dengan metode smear sebagai
berikut:
1.

Ketebalan film

2.
Film difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bahwa sel-sel di dalamnya
strkturnya tetap normal
3.

Memberi warna (pewarnaan)

4.

Menutup dengan gelas penutup

Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyk digunakan
untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk
mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Tripanosoma, psedopodia dan lain-lain dari golongan
protozoa.
Hasil pewarnaan dengan giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah
muda, nukleolus lekosit berwarna ungu keniru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu muda,
granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil dan lekosit basofil
berwarna ungu
BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 30 Mei 2013, pukul 13.00 15.20 WIB, dan
bertempat di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
B. Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah :
1.

Objek glass

2.

Lanset

3.

Alkohol swab

C. Bahan

Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah :


1.

Darah

2.

Pulasan giemsa

D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah, sebagai berikut :
1.

Letakkan sediaan yang akan dipulas diatas objek glass

2.

Ratakan menggunakan objek glass yang lain hingga rata dan tidak ada udara

3.

Diamkan darah hingga kering

4.

Teteskan dengan pulasan giemsa , diamkan hingga kering

5.

Lihat darah dibawah mikroskop

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Pulasan
Trombosit
Eritrosit
Leukosit
Pulasan giemsa
Jumlah
Normal dewasa:
150.000-400.000/mm
Normal anak-anak :
150.000-450.000/mm
Normal
Laki-laki : 5.000.000-6.000.000/ml

Wanita :
4.000.000-5.000.000/ml
Normal
5.000-10.000
Bentuk :
Tidak beraturan,tidak berinti dan diameter kecil
Bentuk :
Tidak berinti dan bikonkaf
Bentuk :
Tidak berwarna dan memiliki inti
Gambar :
Gambar :
Gambar :
B. Pembahasan
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam
matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa
dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah
tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah (Sloane, 2003).
Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada
perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah
jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan
konsentrasi elektrolitnya (Sloane, 2003).
Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian besar mengandung
garam-garam terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein lainnya adalah
antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan. Plasma juga mengandung hormon-hormon,
elektrolit, lemak, gula, mineral dan vitamin. Selain menyalurkan sel-sel darah, plasma juga:
1.

Merupakan cadangan air untuk tubuh

2.

Mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh darah

3.

Membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh.

Bahkan yang lebih penting, antibodi dalam plasma melindungi tubuh melawan bahan-bahan asing
(misalnya virus, bakteri, jamur dan sel-sel kanker), ketika protein pembekuan mengendalikan
perdarahan. Selain menyalurkan hormon dan mengatur efeknya, plasma juga mendinginkan dan
menghangatkan tubuh sesuai dengan kebutuhan (Sherwood,2002).
Pada dasarnya darah memiliki tiga fungsi utama yaitu membantu pengangkutan zat-zat makanan,
perlindungan atau proteksi dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan air jaringan, pengaturan
suhu tubuh, dan pengaturan pH. Terdapat tiga macam unsur seluler darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan
trombosit.
1.

Sel darah merah (eritrosit).

Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 m. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas
tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler
(pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal
mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa
karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
2.

Sel darah putih (leukosit)

Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah
merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme
utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut
granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit.
a.

Granulosit

1)

Neutrofil

Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak.
Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing
sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan
neutrofil bersegmen (matur, matang).
Menurut Sloane (2003), neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya.
Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 m samapai 12 m.
2)

Eosinofil

Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel
ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 12 m sampai 15 m. Berfungsi sebagai fagositik

lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang
selama stress berkepanjangan. Selain itu eosinofil juga membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan
berperan dalam respon alergi.
3)

Basofil

Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna
keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 m sampai
15 m. Basofil juga berperan dalam respon alergi. Sel ini mengandung histamin.
b. Agranulosit
1)

Limfosit

Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran yang relatif
lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 m, 20-30% dari
leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya
sedikit dan kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan
berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus
hidup dan fungsi (Efendi, 2003).
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
1.
Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang
menghasilkan antibodi
2.
Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka
mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda
asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening
dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
2)

Monosit

Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi
pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 m atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan
yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu
pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui
retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi
berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik
mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen (Efendi, 2003).

65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas
dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

4%

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.

<1%

Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

25%

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:

Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya
membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.
Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi
HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang
terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak
menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi
kanker.

6%

Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup
dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat
dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam
jaringan.
3.

Platelet (trombosit).

Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel
darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan,
trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah
mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk
sumbatan yang membantu menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Pada saat yang
sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan (Junquiera,1997)).

Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai unsure sel darah tepi,
seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya
parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik merupaka syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena dengan atau
tanpa EDTA. Sediaan yang disimpan tanpa difiksasi terlebih dulu tidak dapat dipulas sebaik sediaan
segar. Kebanyakan cara memulas sediaan darah menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright,
Giemsa, May-Grunwald-Biemsa atau Wright-Giemsa (Murtiati dkk, 2010).
Praktikum mengenai sediaan apus darah kali ini bertujuan untuk mengamati dan menilai berbagai
unsure sel darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping
darah (trombosit). Berdasarkan Murtiati, dkk (2010), sediaan apus darah juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, microfilaria, dan lain-lain. Namun pada praktikum kali
ini hanya dilakukan pengamatan untuk mengetahui deskripsi bentuk dari berbagai sel darah dan menilai
persentase sel darah yang teramati.
Sediaan apus darah dilakukan dengan menggunakan bahan darah segar yang berasal dari kapiler atau
vena OP. OP pada praktikum ini adalah nurhayati. Pertama praktikan mengambil darah dari ujung jari
telunjuk tangan kiri menggunakan blood lancet atau slat suntik kemudian mencampurkannya dengan
EDTA supaya tidak cepat membeku. Setelah itu praktikan menaruhnya ke kaca objek. Kemudian
menyentuhkan kaca penutup ke tetesan darah hingga darah melebar. Selanjutnya membentuk sudut 30400 dengan kaca penutup, lalu digerakkan ke kiri membentuk apusan darah yang tidak terlalu tipis
ataupun terlalu tebal karena jika terlalu tebal maka saat pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat
tidak jelas karena sel darah bertumpuk.
Setelah mendapat sediaan yang bagus (tidak tebal dan tipis), maka membiarkannya hingga kering,
setelah itu meneteskan metanol ke atas sediaan hingga bagian yang terlapisi darah tertutup semuanya
dan membiarkannya selama 5 menit. Fungsi metanol adalah untuk memfiksasi darah sehingga darah
tidak hilang saat diamati. Selanjutnya sediaan diteteskan dengan giemsa yang telah diencerkan dengan
air dan membiarkannya selama 20 menit dan membilasnya dengan air dan mengeringkannya. Fungsi
giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan dan dapat terlihat jelas saat diamati.
Waktu perendaman ini sebaiknya jangan terlalu lama karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan
yang terlalu pekat.
Selanjutnya setelah sediaan apus darah telah selesai, maka dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop untuk memeriksa sediaan apus darah. Sebelum pengamatan sediaan apus
darah diteteskan minyak emersi terlebih dahulu, tujuan pemberian minyak emersi ini yaitu untuk
mencegah kerusakan pada mikroskop. Dengan perbesaran lemah (100x), praktikan hanya melihat
bulat-bulat kecil yang sangat banyak dan belum terlihat jelas perbedaan antara leukosit, eritrosit dan
trombosit.
Setelah menggunakan pembesaran 400x, praktikan menemukan ukuran eritrosit yang kecil , berbentuk
bulat bikonkaf tidak berinti, dan berwarna ungu bening. Warna ungu ini akibat pewarnaan dengan
giemsa, sehingga warna darah yang semula merah, setelah diamati di mikroskop berubah menjadi
ungu. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu eritrosit berbentuk cakram bikonkaf atau cakram pipih, sel
tidak berinti dan tidak punya organel seperti sel-sel lain. Eritrosit berukuran sekitar 7,5m dan bagian

pusat lebih tipis dan lebih terang dari bagian tepinya. Selain itu, eritrosit mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk mentransport O2 (Dikaamelia, 2008).
Pembentukan eritrosit atau eritropoiesis terjadi di sumsum merah yang terletak pada tulang belakang,
sternum (tulang dada), tulang rusuk, tengkorak, tulang belikat, tulang panggul serta tulang-tulang
anggota badan (kaki dan tangan). Eritrosit berumur pendek. Tidak adanya inti pada eritrosit
menyebabkan eritrosit tidak mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk memperbanyak diri
(Dikaamelia, 2008). Namun dengan tidak adanya inti pada eritrosit dan dengan bentuk yang berupa
bikonkaf maka eritrosit memiliki kemampuan yang optimal dalam mengikat oksigen sehingga
kebutuhan akan oksigen menjadi terpenuhi. Itu sebabnya apabila seseorang menderita penyakit sel
sabit, yaitu penyakit yang disebabkan karena struktur eritrositnya berbentuk seperti bulan sabit,
memiliki kemampuan mengikat oksigen yang lebih sedikit sehingga membuat penderita menjadi
anemia dan lemah.
Pada pengamatan di praktikum ini tidak ditemukan eritrosit yang berbentuk selain bikonkaf, itu artinya
OP tidak menderita kelainan struktur eritrosit. Kelainan pada struktur eritrosit dapat disebabkan karena
faktor genetika ataupun lingkungan.
Kemudian didapatkan beberapa jenis leukosit, namun praktikan tidak mampu mengidentifikasinya
apakah termasuk basofil, eosinofil, batang, neutrofil, limfosit ataupun monosit. Hal tersebut karena
keterbatasan pembesaran pada mikroskop yang digunakan sehingga tidak dapat terlihat dengan jelas
bentuk dari inti sel leukosit tersebut. Penggolongan leukisit menjadi 5 macam merupakan
penggolongan berdasarkan ukuran sel, bentuk nukleus, da ada tidaknya granula sitoplasma sehingga
perlu pengamatan yang lebih teliti dan perbesaran mikroskop yang baik serta dapat pula dibantu dengan
menggunakan minyak emersi.
Berdasarkan referensi, sel neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya.
Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 m samapai 12 m. Sel eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan
besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter
12 m sampai 15 m. Berfungsi sebagai fagositik lemah. Sedangkan basofil memiliki sejumlah granula
sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 m sampai 15 m (Sloane, 2003).
Untuk kelompok leukosit yang merupakan agranulosit yaitu lomfosit dan monosit, diperoleh data
berdasarkan refernsi bahwa limfosit bergaris tengah 6-8 m, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti
yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik
dan azurofiliknya sedikit (Efendi, 2003). Sedangkan monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8%
dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20
m atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda (Efendi,
2003).
Menurut referensi yang kami peroleh, jenis sel darah putih yang paling banyak adalah netrofil dengan
presentase sebesar 50-70 %, sedangkan yang paling sedikit adalah basofil, yaitu 0,1-0,4 %.
Monosit berfungsi untuk membunuh bakteri, fungsi monosit ini sama dengan neutrofil, hanya
jumlahnya saja yang berbeda. Jumlah monosit yang tinggi menunujukkan disel sedang terjadi infeksi.
Berdasarkan pengamatan, jumlah monsit sedikit, sehingga neutrofilpun kurang aktif dalam merespon
perusakan jaringan. Dengan kata lain, jumlah neutrofil dalam darah yang seharusnya mempunyai

kadar/jumlah yang tinggi dalam darah menjadi menurun jumlahnya. Limfosit berfungsi sebagai elemen
kunci dalam respon kekebalan tubuh. Kadar limfosit yang banyak diduga karena sedikitnya jumlah
neutofil dalam darah. Sehingga untuk mempertahankan kekebalan tubuh, maka limfositlah yang
bekerja secara aktif.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi
bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi
antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit yaitu Sel B membuat
antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang
dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan
kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'). Sel T mengkoordinir
tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi ) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler.
Sel natural killer merupakan sel pembunuh alami (natural killer, NK) yang dapat membunuh sel tubuh
yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi atau telah
menjadi kanker.

Sedangkan trombosit yang teramati yaitu trombosit berukuran sangat kecil terlihat seperti titik atau
bercak yang berada di luar sel dan berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa trombosit adalah sel darah tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1 - 4 mikrometer dan
volume 7 8 fl.. Nilai normal trombosit bervariasi sesuai metode yang dipakai. Jumlah trombosit
normal menurut Deacie adalah 150 400 x 109 / L. Bila dipakai metode Rees Ecker nilai normal
trombosit 140 340 x 109/ L, dengan menggunakan Coulter Counter harga normal 150 350 x 109/L.

Dari ketiga macam sel darah yang teramati diperoleh persentasenya yaitu eritrosit sebanyak 70% dari
lapang pandang yang diamati, leukosit sebanyak 10% dan trombosit sebanyak 20%. Berdasarkan
referensi juga disebutkan bahwa persentase sel darah merah (eritrosit) pada tubuh merupakan yang
paling besar. Sedangkan leukosit memiliki jumlah yang lebih sedikit daripada sel eritrosit. Dalam
Sloane (2003), disebutkan bahwa jumlah eritrosit pada laki-laki sehat mencapai 4,2 hingga 5,5 juta sel
per mm3 dan sekitar 3,2 hingga 5,2 juta per mm3 pada wanita sehat, sedangkan jumlah normal leukosit
adalah 7000 sampai 9000 per mm3 dan trombosit berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm3. Hal
tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yaitu jumlah eritrosit > trombosit > leukosit. Meskipun
berjumlah paling sedikit dari ketiga sel darah yang ada, fungsi leukosit pada tubuh sangat penting,
dimana dalam keadaan sakit atau terserang benda asing maka jumlah leukosit dapat meningkat.
Praktikum anatomi fisiologi manusia kali ini adalah pembuatan apus
darah manusia menggunakan metode apus/ smear/ oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia .
Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus darah manusia dengan pewarnaan Giemsa
diketahui bahwa preparat secara fisik cukup baik, bersih, dan terwarna. Dapat terlihat adanya eritrosit
dalam jumlah banyak dan leukosit.

Eritrosit yang diamatiberwarna agak bening transparan. Eritrosit berbentuk bulat, dengan bentuk seperti
cekungan (cakram) pada sisi dalam (tengah) dan tak berinti. Leukosit ditunjukkan dengan sel yang
memiliki inti berwarna ungu. Warna ungu disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah
menyerap zat warna giemsa. Leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil dan monosit berkisar
antara 10-15%, serta sedikit eosinofil dengan presentase kurang dari 5%. Presentase neutrofil memang
paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 50-70% dari jumlah leukosit yang ada. Ditemukanya
leukosit dalam preparat apus darah menunjukkan bahwa pendonor sdang mengalami sakit berkaitan
dengan fungsi leukosit sebagai bentuk pertahanan tubuh manusia.
Preparat tampak rapat namun sel-selnya dapat teramati dengan baik karena tidak bertumpuk, sehingga
dapat dikatakan ketipisan apusan sudah cukup baik.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Apusan darah merupakan salah satu cara mengamati materi-materi yang ada dalam darah baik materi
padat materi cairnya. Materi padat terdiri dari sel darah merah sel darah putih, keeping-keping darah.
Setelah diamati menggunakan mikroskop tampak butiran-butiran dari eritrosit seperti gambar dibawah
ini:
Saat pewarnaan preparat menggunakan larutan Giemsa harus ditunggu sampai kering terlebih dahulu
baru dicuci dengan air mengalir sebab apabila belum kering tetapi sudah dicuci maka ketika diamati
menggunakan mikroskop maka darah akan terlihat menggumpal. Eritrosit yang diamati berbentuk
butiran-butiran kecil berwarna merah dalam jumlah yang banyak dan pada bagian tengahnya seperti
terdapat lekukan.
Neutrofil adalah adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel
granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah
kebiruan dengan 3 inti sel.
Eosinofil merupakan sel darah putih bergranulasit yang berfungsi untuk kekebalan tubuh. Limfosit
adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata. Ada dua kategori besar
limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki
peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh.
Pada praktikum apusan darah yang tampak bagian eritrosit (sel darah merah) dan leukosit . Sel darah
merah merupakan salah satu komponen darah yang berbentuk padat, ukuran partikelnya sangat kecil.
Mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit tampak berdiri sendiri dan
berada dalam sebuh cairan yang disebut dengan plasma darah yaitu cairan tempat seluruh sel-sel darah.
Untuk sel darah putih diantaranya limfosit, neutrofil dan juga eosinophil. Dengan praktikum apusan
darah d

Anda mungkin juga menyukai